Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Darah adalah suatu jaringan ikat khusus yang memiliki materi ekstrasel
cair yang disebut plasma. Dalam plasma terdapat hemoglobin, adanya
hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah, karena
hemoglobin merupakan penyusun 30% dari total isi eritrosit (Mutschler, 1991).
Hemoglobin memiliki banyak fungsi dalam darah, salah satunya dapat
menentukan penyakit yang menyerang terkait tinggi rendahnya nilai Hb
(Kresno, 1988). Kandungan Hb bagi setiap orang berbeda-beda, namun
umumnya Hb normal rerata adalah 16 g / dL pada pria dan 14 g / dL pada
wanita yang semuanya terdapat pada eritrosit ( Ganong, 2001 ).
Metode sahli merupakan salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur kadar Hb secara sederhana. Prinsip metode sahli dalam pengukuran
kadar Hb adalah hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna
yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standart warna yang ada pada
alat hemoglobinometer (Dacie and Lewis, 1996).
Pengukuran Hb menggunakan metode sahli dapat mengukur kadar Hb,
berdasarkan pernyataan tersebut dilakukanlah praktikum uji kadar Hb.
Dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui cara penggunaan alat
hemometeer, mengetahui cara menentukan kadar Hb serta mengetahui jenis
penyakit yang diderita berdasarkan kadar Hbyang dipeoleh.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka diperoleh rumusan masalah
berikut:
1. Bagaimana cara menggunakan alat untuk mengukur Hb?
2. Bagaimana cara menentukan kadar Hb?
3. Bagaimana penyakit yang dapat diderita terkait kadar Hb?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan maslah yang ada, maka diperoleh tujuan berikut:

1
1. Untuk mengetahui serta mendeskripsikan cara menggunakan alat untuk
mengukur Hb.
2. Untuk mengetahui serta mendeskripsikan cara menentukan kadar Hb.
3. Untuk mengetahui serta mendeskripsikan penyakit yang dapat diderita
terkait kadar Hb.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2
Darah adalah suatu jaringan ikat khusus yang memiliki materi ekstrasel cair
yang disebut plasma. Sebanyak lima liter darah didorong oleh kontraksi ritmis
jantung dalam satu arah di dalam system sirkulasi tertutup. Unsurnya berbentuk
kepingan dengan cekungan ditengah yang biasa disebut eritrosit. Unsur lain dalam
darah adalah leukosit, trombosit, serta plasma darah (Mescher, 2010).
Hemoglobin merupakan protein yang banyak mengandung zat besi dan
memiliki afinitas terhadap oksigen untuk membentuk oksihemoglobin di dalam
eritrosit. Dari mekanisme tersebut dapat berlangsung proses distribusi oksigen
dari pulmo menuju jaringan (Pearce, 1991). Adanya hemoglobin dalam darah ini
menyebabkan eritrosit berwarna merah, karena hemoglobin merupakan penyusun
30% dari total isi eritrosit (Mutschler, 1991).
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit
protein), yang terdiri dari masing-masing dua sub unit mirip secara struktural dan
berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul 16,000 Dalton,
sehingga berat molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. Tiap sub
unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan
hemoglobin memilki kapasitas empat molekul oksigen (Hariono, 2006).
Hemoglobin mempunyai berat molekul 64.450 dan merupakan suatu molekul
yang dibentuk oleh 4 rantai polipeptida, dimana pada tiap polipeptida melekat
pada gugus heme. Heme adalah suatu turunan porfirin yang mengandung besi
(Fe). Polipeptida ini dinamai secara bersama sebagai bagian dari globin dari
molekul hemoglobin. Adapun fungsi dari hemoglobin ini adalah sebagai alat
transportasi O2 serta membawa hasil akhir proses respirasi CO2.
Sintesis Hemoglobin berlangsung dalam sumsum tulang. Sintesis
hemoglobin dimulai pada tahap eritroblast dan berlangsung hingga tingkat
retikulosit dan kemudian menjadi eritrosit matur. Sel darah muda yang telah
keluar dari sumsum tulang tetap membentuk hemoglobin pada hari berikutnya.
Sintesis tersebut dimulai dari kondensasi glisin dan suksinil koenzim A (CoA)
dibawah aksi enzim kunci -aminolevulinic acid sintetase (ALA-sintetase) untuk
membentuk ALA (Amino Levulinic Acid) selanjutnya ALA mengalami dehidrasi
menjadi phorphobilinogen oleh enzim ALAD (ALA Dehidratase). Setelah
melewati beberapa tahapan reaksi, senyawa phophobilinogen mengalami

3
perubahan bentuk menjadi protoporfirin. Salah satu senyawa protoporfirin, yaitu
protoporfirin IX akan berikatan dengan Fe membentuk heme. Heme bereaksi
dengan globin dimana 4 molekul heme berikatan dengan satu molekul globin dan
ion logam Fe2+ dengan bantuan enzim ferrochelatase membentuk hemoglobin
(Hoffbrand dan Petit, 1987 ; Palar, 1994 ; Darmono, 1995 ; Sadikin, 2001).
Fungsi hemoglobin dalam darah adalah :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh
untuk dipakai sebagai bahan baku.
3. Membawa carbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke
paru-paru untuk dibuang.
4. Untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau tidak dapat
diketahui dengan pengukuran kadar Hb. Penurunan kadar Hb dari normal
berarti kekurangan darah. Kekurangan darah berarti anemia. Selain kekurangan
Hb juga disertai dengan eritrosit yang berkurang serta nilai hematokrit dibawah
normal. (Kresno, 1988)
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran darah
merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kiar 15 gram setipa 100 ml
darah dan jumlah tersebut biasanya memiliki nilai 100%. Batas normal nilai
hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karna kadar hemoglobin bervariasi
diantara setiap suku bangsa (Evelyn, 2009).
Kandungan Hb normal rerata adalah 16 g / dL pada pria dan 14 g / dL pada
wanita yang semuanya terdapat pada eritrosit ( Ganong, 2001 ). Kadar Hb yang
rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab
lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia
leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari
obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan
sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL. Sedangkan kadar Hb yang
tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD
(bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis,
polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-
obatan: metildopa dan gentamisin (Chernecky and Berger, 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin menurut Sopny,
2010), antara lain:
1. Kecukupan unsur besi dalam tubuh.

4
2. Metabolisme besi dalam tubuh.
3. Makanan atau gizi.
4. Fungsi jantung dan paru-paru.
5. Fungsi organ dalam tubuh.
6. Terlalu banyak merokok.
7. Penyakit yang diderita.
Prinsip metode sahli dalam pengukuran kadar Hb adalah hemoglobin diubah
menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual
dengan standart warna yang ada pada alat hemoglobinometer. Dalam penetapan
kadar hemoglobin, metode sahli memberikan hasil 2% lebih rendah daripada
metode pengukuran Hb yang lainnya (Dacie and Lewis, 1996).
Prinsip dalam percobaan ini adalah hemoglobin diubah mejadi asam
hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar
dalam alat itu. Cara Sahli banyak dipakai di Indonesia, walau cara ini tidak tepat
100%, mengalami kurang darah atau darahnya masih normal, pada pemeriksaan
ini factor kesalahan kira-kira 10%, kelemahan cara ini berdasarkan kenyataan
bahwa asam hematin itu bukanlah merupakan larutan sejati dan juga alat
hemoglobimeter itu sukar distandarkan, selain itu tidak semua macam hemoglobin
dapat diubah hematin misalnya; karboxyhemoglobin, methemoglobin,
sulfahemoglobin (Hakim, 2013).
Metode sahli merupakan metode estimasi kadar hemoglobin yang tidak
teliti, hal tersebut dikarenkan hemoglobinometer tidak dapat distandartkan dan
membandingkan warnanya hanya menggunakan kemampuan visual, sehingga
diragukan keakuratannya. Metode sahli juga kurang teliti karena
karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin tidak dapat diubah
menjadi hematin asam (Gandasoebrata, 2010).
Metode sahli memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Alatnya praktis dan tidak membutuhkan listrik.
2. Harga alat murah.
Metode sahli juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:
1. Pembacaan hasil menggunakan bantuan visual, sehingga kurang teliti.
2. Alat tidak dapat distandarkan.
3. Tidak semua bentuk hemoglobin dapat diubah menjadi hematin asam.

5
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah:
Hari/ Tanggal : Jumat, 21 April 2017
Pukul : 13.00 selesai
Tempat : Laboratorium Struktur Perkembangan (C10), Jurusan
Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya

6
B. Bahan Dan Alat Penelitian
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Hemometer.
2. Blood lancet.
3. Pipet.
4. Kantung plastic.
5. Tempat sampah darah.
6. Object glass.
7. Beaker glass.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain:
1. Darah praktikan.
2. Alkohol 70%.
3. Kapas.
4. Asam cuka glasial 0,3%.
5. Akuades.

C. Langkah Kerja
1. Mengisi tabung herometer dengancuka asamglasial sebanyak 2 ml.
2. Membersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya menggunakan
alcohol, kemudian ditusuk dengan blood lancet.
3. Darah yang keluar pertama kali dihapus menggunakan kapas beralkohol.
4. Jari yang telah ditusuk tadi kemudian dipencet-pencet hingga keluar darah
yang lumayan banyak, kemudian diteteskan di atas object glass.
5. Sembari mengeluarkan darah, praktikan lain menghisap darah menggunakan
pipa hemometer yang tersedia hingga darah mencapai batas yang
ditentukan.
6. Memasukkan darah yang terkumpul kedalam tabung hemometer yang telah
berisi asam cuka glasial, kemudian diaduk menggunakan pengaduk kaca
selama 15 detik.
7. Mencelupkan tabung hemometer ke dalam akuades selama beberapa detik,
kemudian memasangkannya pada alat hemometer.
8. Menambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga warna darah yang ada di
tabung hemometer tersebut memiliki warna yang sama dengan kedua
larutan yang ada di sebelah kanan dan kiri tabung hemometer.
9. Jika warna darah yang ada di tabung memiliki warna yang sama dengan
kedua tabung disebelahnya, maka penambahan akuades dihentikan.

7
10. Mengamati permukaan darah pada tabung hemometer, kemudian melihat
angka yang tertera pada tabung. Angka tersebut merupaan kadar Hb dari
praktikan.
11. Segala peralatan yang telah digunakan harus dicuci dengan sangat bersih
sebelum digunakan kembali, kemudian blood lancet serta kapas yang
digunkan harus langsung dibuang untuk meminimalisir penggunaan kembali
alat dan bahan tersebut

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Hasil yang diperoleh dari praktikum uji kadar Hb ini adalah kadar Hb
yang dimiliki oleh perwakilan dari setiap kelompok (data kelas) yang diuraikan
dalam tabel berikut.
Tabel 1. Tabel uji kadar Hb
Kelompok Kadar Hb Berat Badan (kg) Jenis Kelamin
1 >22 58 Laki-laki
2 17 40 Perempuan
3 >22 41 Perempuan
4 >22 44 Perempuan
5 21 60 Perempuan
6 16 55 Perempuan
7 >22 68 Perempuan
8 15 52 Perempuan
9 22 48 Perempuan

8
10 >22 50 Perempuan
11 >22 52 Perempuan

B. Analisis Data
Praktikum uji kadar Hb yang dilakukan memiliki tujuan utama untuk
mengetahui kadar Hb dari berbagai praktikan. Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan, kadar Hb yang didapatkan dari 11 praktikan memiliki kadar
Hb yang beragam. Praktikan pada kelompok 1, 3, 4, 7, 10 dan 11 memiliki
kadar Hb bernilai >22. Praktikan pada kelompok 9 memiliki kadar Hb 22.
Praktikan pada kelompok 5 memiliki kadar Hb 21. Praktikan pada kelompok 2
memiliki kadar Hb 17. Praktikan pada kelompok 6 memiliki kadar Hb 16.
Praktikan pada kelompok 8 memiliki kadar Hb terendah, yaitu 15.
Keberagaman kadar Hb yang diperoleh dari hasil pengamatan juga
dibarengi dengan keberagaman berat badan praktikan serta perbedaan jenis
kelamin praktikan.

C. Pembahasan
Darah adalah suatu jaringan ikat khusus yang memiliki materi ekstrasel
cair yang disebut plasma. Dalam plasma terdapat hemoglobin, adanya
hemoglobin dalam darah ini menyebabkan eritrosit berwarna merah, karena
hemoglobin merupakan penyusun 30% dari total isi eritrosit (Mutschler, 1991).
Hemoglobin memiliki banyak fungsi dalam darah, salah satunya dapat
menentukan penyakit yang menyerang terkait tinggi rendahnya nilai Hb
(Kresno, 1988).
Terdapat beberapa metode yang digunkan untuk mengetahui kadar Hb
dari seseorang, namun pada praktikum kali ini menggunkana metode sahli
untuk mengukur kadar Hb. Metode sahli merupakan salah satu metode yang
digunakan untuk mengukur kadar Hb secara sederhana. Prinsip metode sahli
dalam pengukuran kadar Hb adalah hemoglobin diubah menjadi hematin asam,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standart
warna yang ada pada alat hemoglobinometer (Dacie and Lewis, 1996).
Hasil pengukuran Hb dari 11 praktikan dari setiap kelompok, memiliki
kadar Hb yang berbeda-beda. Nilai Hb berkisar antara 15 - >22 gram%. Setiap

9
praktikan yang diuji juga memiliki berat badan yang berbeda-beda, serta jenis
kelamin yang berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan yang ada berat badan
seseorang tidak terlalu mempengaruhi kadar Hb yang dimiliki karena praktikan
yang memiliki berat badan ringan bisa memiliki kadar Hb rendah maupun
tinggi, begitupun dengan seseorang yang memiliki berta badan yang berat.
Ganong (2001) menyatakan bahwa kandungan Hb bagi setiap orang
berbeda-beda, namun umumnya Hb normal rerata adalah 16 g / dL pada pria
dan 14 g / dL pada wanita yang semuanya terdapat pada eritrosit. Sedangkan
semua kadar Hb yang diperoleh oleh sebelas praktikan dari setiap kelompok
memiliki nilai yang lebih dari kadar normal tersebut. Chernecky dan Berger
(2008) menyatakan bahwa kadar Hb yang tinggi (>18 gram/dL) berkaitan
dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor
pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk
pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
Berdasarkan daftar penyakit yang disebabkan karna Hb tinggi tersebut, sangat
tidak mungkin para praktikan mengalami salah satu penyakit yang dipaparkan
sebelumnya dikarenakan kondisi semua praktikan saat mengujikan kadar
Hbnya itu sehat.
Gandasoebrata (2010) menyatakan bahwa metode sahli merupakan
metode estimasi kadar hemoglobin yang tidak teliti, hal tersebut dikarenkan
hemoglobinometer tidak dapat distandartkan dan membandingkan warnanya
hanya menggunakan kemampuan visual, sehingga diragukan keakuratannya.
Metode sahli juga kurang teliti karena karboxyhemoglobin, methemoglobin
dan sulfhemoglobin tidak dapat diubah menjadi hematin asam. Hakim (2013)
juga menambahkan bahwa prinsip dalam percobaan ini adalah hemoglobin
diubah mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan
secara visual dengan standar dalam alat itu. Berdasarkan pemaran dari para
peneliti terdahulu dapat disimpulkan bahwa tingginya semua kadar Hb yang
dimiliki oleh para praktikan adalah ketidaktelitian/kesalahan pengamat dalam
menyamakan warna darah pada tabungdengan cairan yang ada di alat
hemometer karena setiap orang memiliki penglihatan yang berbeda-beda dan

10
penyamaan warna hanya bisa menduga-duga bahwa warna tersebut sudah sama
atau belum.

11
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa
hal, antara lain:
1. Alat yang digunakan dalam praktikum uji Hb adalah hemometer. Alat ini
terdiri atas beberapa peralatan, seperti tabung hemometer (tempat
meletakkan darah yang diambil), pipa hemometer (menghisap darah hingga
volume tertentu) serta alat hemometer sbg pembanding.
2. Penentuan kadar Hb dilakukan menggunkan metode sahli. Prinsip metode
sahli dalam pengukuran kadar Hb adalah hemoglobin diubah menjadi
hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual
dengan standart warna yang ada di kedua sisi alat. Angka yang ditunjukkan
pada permukaan darah merupakan angka kadar Hb yang dimiliki.
3. Kadar Hb yang rendah biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi.
Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis,
leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat
(vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin,
primakuin, dan sulfonamid. Sedangkan kadar Hb yang tinggi berkaitan
dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor
pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada
penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan
gentamisin.

B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum ini adalah ketelitian dalam
membedakan warna antara darah pada tabung dengan cairan di alat
hemometer. Setetes akuades yang ditambahkan pada darah akan
mempengaruhi perubahan warna pada darah, perbrdaan warna yang sangat
mencolok antar keduanya mengakibatkan ketidakakuratannya data
praktikum yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

12
Chernecky CC and Berger BJ. 2008. Laboratory Tests and Diagnostic Procedures
5th edition. Saunders: Elsevier.
Darmono. 1995. Logam dan Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press.
Evelyn CP, 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta. Gramedia
Gandasoebrata, R.2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat.
Ganong, W. F. 2001. Fisiologi Kedokteran edisi ke-20. Terjemahan: H. M. D
Widjajakusumah. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Hakim. 2013. Pengaruh Ekstrak Daun Mengkudu Terhadap Profil Darah Puyuh
Starter.
Hariono. 2006. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Dianognostik.
Makassar:.Hasanuddin Universitas Press.
Hoffbrand, A.V dan Pettit, J.E. 1987.Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC.
Kresno, S. B. 1988. Pengantar Hematologi dan Imunohematologi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Mesher, A. L. 2010. Junqueras Basic Histology Text & Atlas 12th Edition. New
York: The Mc Graw-Hill Companies.
Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi 5. Bandung: ITB.
Pearce, E. C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
Sadikin, M. 2001. Biokimia darah. Jakarta: Widya Medika.
Soni, R. K. 2010. Health-Related Quality of Life in Hypertension, Chronic Kidney
Disease and Coexixtent Chronic Condition.

13

Anda mungkin juga menyukai