1. Definisi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang
menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter
adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di
dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih
(Fillingham dan Douglass, 2000). Ureter dibagi menjadi pars
abdominalis, pelvis,dan intravesikalis (Brunner dan Suddarth, 2003).
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sjabani,
2006). Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu
ini disebut urolitiasis.
2. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau
karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang
normal (Sjabani, 2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral
struvit (Sjabani, 2006). Batu struvit (campuran dari magnesium,
amoniumdan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya
terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran batu
bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut
kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis
dan kalises renalis.
Batu kalsium (kalsium oksalat atau kalsium fosfat) menurut ( Balai
Penerbit FKUI Jakarta, 2001 hal : 378-379 ) adalah sebagai berikut :
1. Hiperkalsiuria
Hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan
masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium, asidosis tubulus
ginjal tipe I.
2. Hiperoksaluria
Hiperoksaluria enterik; hiperoksaluria idiopatik (hiperoksaluria
dengan masukan tinggi oksalat, protein); hiperoksaluria herediter (tipe I
dan II).
3. Hiperurikosuria
Urolithiasis
4. Klasifikasi
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran
kemih dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk
Urolithiasis
7. Patofisiologi
(terlampir)
8. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu
saluran kemih adalah (American Urological Association, 2005) :
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. Warna normal kekuning-
kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH normal 4,6
6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
Urolithiasis
letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat diambil atau dihancurkan dan
fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas.
ProsesPCNL berlangsung cepat dan dapat diketahui keberhasilannya
dengan segera. Kelemahan PCNL adalah PCNL perlu keterampilan
khusus bagi ahli urologi.
e. Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa
variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal
tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa
dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi
terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu
ureter yang besar.
10. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadinya kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh
darah yang disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena
suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika
dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karenaaliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk di ginjal dan lama-kelamaanginjal akan membesar karena
penumpukan urin.
4. Avaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga
terjadi kematian jaringan.
Urolithiasis
Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap batu ginjal
Batasan Karakteristik :
Perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan
frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, laporan isyarat, diaforesis,
perilaku distraksi (misal berjalan mondar-mandir, mencari orang lain dan/ atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang), mengekspresikan perilaku (misal gelisah,
merengek, menangis, waspada iritabilitas, mendesah), masker wajah (misal
mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada
satu fokus, meringis), sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit (misal
gangguan persepsi nyeri, hambatan proses pikir, penurunan interaksi dengan
orang lain dan lingkungan), indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi
untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil, melaporkan nyeri
secara verbal, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur.
Faktor yang berhubungan adalah ; agens cidera (misal biologis, kimia,
fisik, psikologis (NANDA, 2012).
Urolithiasis
Daftar Pustaka
Al-Ansari,A., Shamsodini,A., Younis,N., et al. (2005). Extracorporeal shock wave
lithotripsy monotherapy for treatment of patients with urethral and bladder
stone presenting with acute urinary retention. Journal Urology;
66(6):1169-1171.
American Urological Association. (2005). AUA Guideline on the Management of
Staghorn Calculi:Diagnosis and Treatment Recommendations.
Brunner & Sudarth. (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Fillingham and Douglas. 2000. Urological nursing. Tokyo: Bailliere Tindall
Muslim, Rifki. 2007. Batu Saluran Kemih Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola
Makan serta Analisis Ekonomi pada Pengobatannya. Fak. Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Sjabani. (2006). Ilmu penyakit dalam. Jilid I Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.