Anda di halaman 1dari 12

Urolithiasis

1. Definisi
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang
menghantarkan urin dari ginjal menuju kandung kemih. Panjang ureter
adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar 1,7 cm di
dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih
(Fillingham dan Douglass, 2000). Ureter dibagi menjadi pars
abdominalis, pelvis,dan intravesikalis (Brunner dan Suddarth, 2003).
Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sjabani,
2006). Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu
ini disebut urolitiasis.
2. Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih bisa terjadi karena air
kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau
karena air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang
normal (Sjabani, 2006). Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya
mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral
struvit (Sjabani, 2006). Batu struvit (campuran dari magnesium,
amoniumdan fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya
terbentuk di dalam air kemih yang terinfeksi (Muslim, 2007). Ukuran batu
bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang
sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar disebut
kalkulus staghorn. Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis renalis
dan kalises renalis.
Batu kalsium (kalsium oksalat atau kalsium fosfat) menurut ( Balai
Penerbit FKUI Jakarta, 2001 hal : 378-379 ) adalah sebagai berikut :
1. Hiperkalsiuria
Hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan
masukan tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium, asidosis tubulus
ginjal tipe I.
2. Hiperoksaluria
Hiperoksaluria enterik; hiperoksaluria idiopatik (hiperoksaluria
dengan masukan tinggi oksalat, protein); hiperoksaluria herediter (tipe I
dan II).
3. Hiperurikosuria
Urolithiasis

Akibat masukan diet purin berlebih


4. Hipositraturia
Idiopatik;asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap),
minum asetazolamid; diare, latihan jasmani dan masukan proein tinggi.
5. Ginjal spongiosa medular
Volume air kemih sedikit, batu kalsiumidiopatik (tidak dijumpai
predisposisi metabolik).
6. Batu asam urat
Tingkat keasaman (PH) air kemih rendah, hiperurikosuria (primer
dan sekunder).
7. Batu stuvit
Infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksi
urease
8. Batu sistin
Sistinuria herediter; batu lain seperti matriks, xantin 2.8
dihidroksadenin, amonium urat, triamteren, silikat.
3. Faktor Resiko
Brunner dan Sudarth (2003) dan Nurlina (2008) menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan batu saluran kemih,
yaitu:
a. Faktor Endogen
Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hiperkalsiuria dan
hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan
mineral dalam air minum.
Muslim (2007) menyebutkan beberapa hal yang mempengaruhi
pembentukan saluran kemih antara lain:
a. Infeksi
Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentuk batu saluran kemih.
Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang
akan mengubah pH Urine menjadi alkali.
b. Stasis dan Obstruksi Urine
Urolithiasis

Adanya obstruksi dan stasis urine pada sistem perkemihan akan


mempermudah Infeksi Saluran Kencing (ISK).
c. Jenis Kelamin
Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan
perbandingan 3:1
d. Ras
Batusaluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e. Keturunan
Orang dengan anggota keluarga yang memiliki penyakit batu
saluran kemih memiliki resiko untuk menderita batu saluran kemih
dibanding dengan yang tidak memiliki anggota keluarga dengan batu
saluran kemih.
f. Air Minum
Faktor utama pemenuhan urine adalah hidrasi adekuat yang
didapat dari minum air. Memperbanyak diuresis dengan cara banyak
minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan
kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine
meningkat.
g. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
panas sehingga pengeluaran cairan menjadi meningkat, apabila tidak
didukung oleh hidrasi yang adekuat akan meningkatkan resiko batu
saluran kemih.
i. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani, kalsium,
natrium klorida, vitamin C, makanan tinggi garam akan meningkatkan
resiko pembentukan batu karena mempengaruhi saturasi urine.

4. Klasifikasi
Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran
kemih dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk
Urolithiasis

mengetahui adanya kalsium, magnesium, amonium, karbonat, fosfat,


asam urat oksalat, dan sistin.
a. Batu kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK
yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-kadang di
jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran,
misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran
dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait
dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat
dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:
1. Whewellite (mo nohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/
hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.
2. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu
batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite.
b. Batu asam urat
Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat.
Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh
asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein
mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena
keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH
air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari
ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk
rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan
obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
c. Batu struvit (magnesium-amo nium fosfat)
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi
ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-
20% pada penderita BSKBatu struvit lebih sering terjadi pada wanita
daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya
konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air
Urolithiasis

kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan


menurunkan supersaturasi dari fosfat.
d. Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena
gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan
frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin
dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan
faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang
sangat jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang
memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena
imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin
menyebabkan pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah
dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam
air kemih.
5. Epidemiologi
Penyakit ini menyerang sekitar 4% dari seluruh populasi, dengan
rasio pria-wanita 4:1 dan penyakit ini disertai morbiditas yang besar
karena rasa nyeri (Tisher, 1997). Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya
menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia rata-rata terdapat 1-
2% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit inimerupakan
tiga penyakitterbanyak dibidang urologi disamping infeksi saluran kemih
dan pembesaranprostat (Purnomo, 2011).Penyakit batu ginjal merupakan
masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di
dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki
dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Empat dari lima pasien adalah
laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat.
Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data
yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar
37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.
Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang,
dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. Pada penelitian di
RS dr. Kariadi ternyata jumlah penderita batu naik dari 32,8% (2003)
menjadi 39,1% (2005) di banding seluruh kasus urologi dan sebagian
besar batu saluran kemih bagian atas (batu ginjal dan ureter) (Muslim,
2007).
6. Manifestasi Klinis
Urolithiasis

Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung


pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat
aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Iritasi batu yang
terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya infeksi (pielonefritis dan
sistitis) yang sering disertai dengan keadaan demam, mengggil dan
disuria. Beberapa batu dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan nyeri
yang luar biasa (Brunner & Suddarth, 2001 hal 1461)
1. Batu di piala ginjal
a. Menyebabkan rasa sakit yang dalam dan terus-menerus di aea
kostovertebral
b. Nyeri yang berasal dari daerah renal menyebar secara anterior dan
pada wanita mendekati kandung kemih sedangkan pada pria
mendekati testis
c. Dapat dijumpai hematuria dan piuria
d. Kolik renal : bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di
seluruh area kostovertebral, dan muncul mual muntah.
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang
menyebar ke paha dan genetalia.
b. Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang
keluar,dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu.
3. Batu yang terjebak di kandung kemih
a. Menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuri
b. Batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih sehingga
akan terjadi retensi urin
c. Jika infeksi berhubungan dengan adanya batu, maka kondisi akan
lebih serius disertai sepsis.

7. Patofisiologi
(terlampir)
8. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu
saluran kemih adalah (American Urological Association, 2005) :
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. Warna normal kekuning-
kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan
obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH normal 4,6
6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
Urolithiasis

(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),


Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,
BUN hasil normal 5 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan
ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan
secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat
dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan
status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki
0,85 sampai 1,5mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya
untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder
terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan
iskemia/nekrosis.
2. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan
adanya batu di sekitar saluran kemih.
4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang
kecil.
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG(Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
8. IVP (Intra Venous Pyelografi)
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,
membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih
Urolithiasis

dan penebalan abnormal otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi


cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.
Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
9. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung
kemih. Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih,
urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine
dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan
volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi
serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan
terbentuknya batu kandung kemih pada klien.
9. Penatalaksanaan Medis
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi
infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu (Sjabani, 2006). Cara
yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih adalah
terapi konservatif, medikamentosa, pemecahan batu, dan operasi
terbuka.
a. Terapi konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter kurang dari 5
mm. Batu ureter yang besarnya kurang dari 5 mm bisa keluar spontan
(Fillingham dan Douglass, 2000). Untuk mengeluarkan batu kecil tersebut
terdapat pilihan terapi konservatif berupa (American Urological
Association, 2005):
1. Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
2. blocker
3. NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran
batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya keluhan
pasien, ada tidaknya infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau
ISK menyebabkan konservatif bukan merupakan pilihan. Begitu juga
dengan adanya obstruksi, apalagi pada pasien-pasien tertentu (misalnya
ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan fungsi ginjal ) tidak ada
toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus segera dilakukan
intervensi (American Urological Association, 2005).
Urolithiasis

b. Extracorporal Shock Wave Lithotripsy ( ESWL )


ESWL banyak digunakan dalam penanganan batu saluran kemih.
Badlani (2002) menyebutkan prinsip dari ESWL adalah memecah batu
saluran kemih dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan
oleh mesin dari luar tubuh. Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin
di luar tubuh dapat difokuskan ke arah batu dengan berbagai cara.
Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan melepas energinya.
Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah batu
hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, selanjutnya keluar bersama
kencing tanpa menimbulkan sakit. Al-Ansari (2005) menyebutkan
komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Keterbatasan
ESWL antara lain sulit memecah batu keras (misalnya kalsium oksalat
monohidrat), perlu beberapa kali tindakan, dan sulit pada orang bertubuh
gemuk. Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter distal pada wanita
dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius karena ada
kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium.
c. Ureterorenoskopic (URS)
Pengembangan ureteroskopi sejak tahun 1980 an telah
mengubah secara dramatis terapi batu ureter. Kombinasi ureteroskopi
dengan pemecah batu ultrasound, EHL, laser dan pneumatik telah sukses
dalam memecah batu ureter. Keterbatasan URS adalah tidak bisa untuk
ekstraksi langsung batu ureter yang besar, sehingga diperlukan alat
pemecah batu seperti yang disebutkan di atas. Pilihan untuk
menggunakan jenis pemecah batu tertentu, tergantung pada pengalaman
masing-masing operator dan ketersediaan alat tersebut.
d. Percutaneous Nefro Litotripsy (PCNL)
PCNL yang berkembang sejak dekade 1980 secara teoritis dapat
digunakan sebagai terapi semua batu ureter. Namun, URS dan ESWL
menjadi pilihan pertama sebelum melakukan PCNL. Meskipun demikian
untuk batu ureter proksimal yang besar dan melekat memiliki peluang
untuk dipecahkan dengan PCNL (Al-Kohlany, 2005). Menurut Al-Kohlany
(2005), prinsip dari PCNL adalah membuat akses ke kalik atau pielum
secara perkutan. Kemudian melalui akses tersebut dimasukkan nefroskop
rigid atau fleksibel, atau ureteroskop, untuk selanjutnya batu ureter
diambil secara utuh ataudipecah. Keuntungan dari PCNL adalah apabila
Urolithiasis

letak batu jelas terlihat, batu pasti dapat diambil atau dihancurkan dan
fragmen dapat diambil semua karena ureter bisa dilihat dengan jelas.
ProsesPCNL berlangsung cepat dan dapat diketahui keberhasilannya
dengan segera. Kelemahan PCNL adalah PCNL perlu keterampilan
khusus bagi ahli urologi.
e. Operasi Terbuka
Fillingham dan Douglass (2000) menyebutkan bahwa beberapa
variasi operasi terbuka untuk batu ureter mungkin masih dilakukan. Hal
tersebut tergantung pada anatomi dan posisi batu, ureterolitotomi bisa
dilakukan lewat insisi pada flank, dorsal atau anterior. Saat ini operasi
terbuka pada batu ureter kurang lebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengan kelainan anatomi atau ukuran batu
ureter yang besar.
10. Komplikasi
1. Gagal ginjal
Terjadinya kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh
darah yang disebut kompresi batu pada membran ginjal oleh karena
suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika
dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi
pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karenaaliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan
menumpuk di ginjal dan lama-kelamaanginjal akan membesar karena
penumpukan urin.
4. Avaskuler iskemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga
terjadi kematian jaringan.
Urolithiasis

Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap batu ginjal
Batasan Karakteristik :
Perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan
frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, laporan isyarat, diaforesis,
perilaku distraksi (misal berjalan mondar-mandir, mencari orang lain dan/ atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang), mengekspresikan perilaku (misal gelisah,
merengek, menangis, waspada iritabilitas, mendesah), masker wajah (misal
mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada
satu fokus, meringis), sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit (misal
gangguan persepsi nyeri, hambatan proses pikir, penurunan interaksi dengan
orang lain dan lingkungan), indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi
untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil, melaporkan nyeri
secara verbal, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur.
Faktor yang berhubungan adalah ; agens cidera (misal biologis, kimia,
fisik, psikologis (NANDA, 2012).
Urolithiasis

Batasan karakteristik lain (non-NANDA) meliputi mengkomunikasikan


penggambaran nyeri (misal nyeri, ketidaknyamanan, mual, berkeringat pada
malam malam hari, kram otot, gatal pada kulit, mati rasa, dan kesemutan pada
ekstremitas), menyeringai, rentang perhatian terbatas, mondar-mandir, pucat,
menarik diri (Wilkinson, 2006).
Tujuan : Nyeri berkurang/ hilang sampai terkontrol
Kriteria Hasil : Nampak rileks, pasien dapat tidur/ istirahat dengan tepat.
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Mengobservasi nyeri. Menentukan kualitas nyeri
pasien.
Jelaskan hal-hal yang dapat Meningkatkan kewaspadaan
memperparah nyeri. pasien.
Ajarkan teknik relaksasi maupun Cara untuk mengontrol nyeri.
distraksi.
Kolaborasi pemberian analgetik. Mengurangi nyeri.
(Wilkinson, 2006)

Daftar Pustaka
Al-Ansari,A., Shamsodini,A., Younis,N., et al. (2005). Extracorporeal shock wave
lithotripsy monotherapy for treatment of patients with urethral and bladder
stone presenting with acute urinary retention. Journal Urology;
66(6):1169-1171.
American Urological Association. (2005). AUA Guideline on the Management of
Staghorn Calculi:Diagnosis and Treatment Recommendations.
Brunner & Sudarth. (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Fillingham and Douglas. 2000. Urological nursing. Tokyo: Bailliere Tindall
Muslim, Rifki. 2007. Batu Saluran Kemih Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola
Makan serta Analisis Ekonomi pada Pengobatannya. Fak. Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Sjabani. (2006). Ilmu penyakit dalam. Jilid I Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai