Anda di halaman 1dari 16

KATABOLISME KARBOHIDRAT, PROTEIN, LEMAK DAN

HUBUNGANNYA
OLEH BIO DUAREBU
12 JUNI 2012

Bagikan :

Pengertian Katabolisme
Katabolisme merupakan reaksi pemecahan atau penguraian senyawa kompleks
(organik) menjadi sederhana (anorganik) yang menghasilkan energi. Untuk dapat digunakan
oleh sel, energi yang dihasilkan harus diubah menjadi ATP (Adenosin Tri
Phospat). ATP merupakan gugus adenin yang berikatan dengan tiga gugus fosfat.
Pelepasan gugus fosfat menghasilkan energi yang digunakan langsung oleh sel, yang
digunakan untuk melangsungkan reaksi-reaksi kimia, pertumbuhan, transportasi, gerak,
reproduksi, dan lain-lain. Contoh katabolisme adalah respirasi sel, yaitu
proses penguraian bahan makanan yang bertujuan menghasilkan energi. Sebagai bahan baku
respirasi adalah karbohidrat, asam lemak, dan asam amino dan sebagai hasilnya
adalahCO2 (karbon dioksida, air dan energi). Respirasi dilakukan oleh semua sel
hidup, sel hewan maupun sel tumbuhan.

Katabolisme Karbohidrat
Struktur karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi uatama dan sumber serat utama. Karbohidrat
mempunyai tiga unsur, yaitu karbon, hydrogen dan oksigen. Jenis-jenis karbohidrat sangat
beragam. Karbohidrat dibedakan satu dengan yang lain berdasarkan susunan atom-aromnya,
panjang pendeknya rantai serta jenis ikatan. Dari kompleksitas strukturnya karbohidrat
dibedakan menjadi karbohidarat sederhana (monosakarida dan disakarida)dan karbohidrat
dengan struktur yang kompleks (polisakarida). Selain kelompok tersebut juga masih ada
oligosakarida yang memiliki monosakarida lebih pendek dari polisakarida, contohnya adalah
satkiosa, rafinosa, fruktooligosakarida, dan galaktooligosakarida

Fungsi dari Karbohidrat


1. Simpanan energi, bahan bakar dan senyawa antara metabolism
2. Bagian dari kerangka structural dari pembentuk RNA dan DNA
3. Merupakan elemen structural dari dinding sel tanaman maupun bakteri.
4. Identitas sel, berikatan dengan protein atau lipid dan berfungsi dalam proses pengenalan
antar sel .

Proses Katabolisme Karbohidrat


Pada Proses katabolisme karbohidrat, sering disebut dengan glikolosis yaitu proses
degradasi. Proses degradasi 1 molekul glukosa (C6) menjadi 2 molekul piruvat (C3) yang
terjadi dalam serangkaian reaksi enzimatis menghasilkan energi bebas dalam bentuk ATP
dan NADH Proses glikolisis terdiri dari 10 langkah reaksi yang terbagi menjadi 2 Fase,
yaitu:
- 5 langkah pertama yang disebut fase preparatory
- 5 langkah terakhir yang disebut fase payof
Fase I memerlukan 2 ATP dan Fase II menghasilkan 4 ATP dan 2 NADP, sehingga total
degradasi Glukosa menjadi 2 molekul piruvat menghasilkan 2 molekul ATP dan 2 molekul
NADP.
Pada tahap pertama, molekul D-Glukosa diaktifkan bagi reaksi berikutnya dengan fosforilasi
pada posisi 6, menghasilkan glukosa-6-fosfat dengan memanfaatkan ATP Reaksi ini
bersifat tidak dapat balik. Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut
dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor.

Reaksi berikutnya ialah isomerasi, yaitu pengubahan glukosa-6-fosfat, yang


merupakan suatu aldosa, menjadi fruktosa-6-fosfat, yang merupakan suatu ketosa,
dengan enzim fosfoglukoisomerase dan dibantu oleh ion Mg2+.

Tahap selanjutnya adalah fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat


oleh enzim fosoffruktokinase dibantu oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor. Dalam
reaksi ini,gugus fosfat dipindahkan dari ATP ke fruktosa-6-fosfat pada posisi 1.

Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul
fruktosa-1,6-difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi
aseton fosfat dan D-gliseraldehid-3-fosfat oleh enzim aldolase
fruktosa difosfat atau enzim aldolase. Hanya satu di antara dua triosa fosfat yang
dibentuk oleh aldolase, yaitu gliseraldehid-3-fosfat, yang dapat langsung diuraikan
pada tahap reaksi glikolisis berikutnya. Tetapi, dihidroksi aseton fosfat dapat dengan cepat
dan dalam reaksi dapat balik, berubah menjadi gliseraldehid-3-fosfat oleh enzim isomerase
triosa fosfat.

Tahap selanjutnya adalah reaksi oksidasi gliseraldehid-3fosfat menjadi asam 1,3


difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+, sedangkan gugus
fosfat diperoleh dari asam fosfat. Enzim yang mengkatalisis dalam tahap ini adalah
dehidrogenase gliseraldehida fosfat. Pada tahap ini, enzim kinase
fosfogliserat mengubah asam 1,3-difosfogliserat menjadi asam 3-fosfogliserat.
Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan memerlukan ion
Mg2+ sebagai kofaktor. Pada tahap ini, terjadi pengubahan asam 3-fosfoliserat menjadi
asam 2-fosfogliserat. Reaksi ini melibatkan pergeseran dapat balik gugus fosfat dari
posisi 3 ke posisi 2. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim fosfogliseril mutase dengan ion Mg2+
sebagai kofaktor.
Reaksi berikutnya adalah reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat dari asam 2-
fosfogliserat dengan katalisis enzim enolase dan ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi
pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi.

Tahap terakhir pada glikolisis ialah reaksi pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari
fosfoenolpiruvat ke ADP yang dikatalisis oleh enzim piruvat kinase sehingga terbentuk
molekul ATP dan molekul asam piruvat.

Katabolisme Lemak
Struktur Lemak
Berdasarkan struktur dan fungsi bermacam-macam lemak menjadi salah satu dasar
pengklasifiksian lemak.

Asam-asam lemak : Merupakan suatu rantai hidrokarbon yang mengandung satu gugus metal
pada salah satu ujungnya dan salah satu gugus asam atau karboksil. Secara umum formula
kimia suatu asam lemak adalah CH3(CH2)nCOOH, dan biasanya kelipatan dua.
Rantai pendek : rantai hidrokarbonnya terdiri dari jumlah atom karbon genap 4-6 atom.
Rantai sedang : 8-12 atom
Rantai panjang : 14-26 atom.
Dan asam lemak-asam lemak ini merupakn asam lemak jenuh
Sedangkan untuk asam lemak tidak jenuh, adalah yang mempunayi ikatan rangkap atau lebih
misalnya palmitoleat, linolenat, arakhidat, dan lain sebagainya.
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH (oleat).
Turunan-turunan asam lemak : merupakan suatu komponen yang terbentuk dari satu atau
lebih asam lemak yang mengandung alcohol dan disebut ester. Terdapat dua golongan ester
yaitu gliserol ester dan cholesterol ester.
1. Gliserol ester : terbentuk melalui metabolism karbohidrat yang mengandung tiga atom
karbon, yang salah satu ataom karon bersatu dengan salah satu gugus alcohol. Reaksi
kondensasi antara gugus karboksil dengan gugus alcohol dari gliserol akan membentuk
gliserida, tergantung dari jumlah asam lemak dari gugus alkohol yang membentuk raeksi
kondensasi. (monogliserida, digliserida, trigliserida)
2. Kolesterol ester : terbentuk melelui reaksi kondensasi, sterol, kolesterol, dan sam lemak
terikat dengan gugus alcohol.
3. Glikolipid : komponen ini mempunayi sifat serperti lipid, terdiri dari satu atu lebih
komponen gula, dan biasanya glukosa dan galaktosa.
4. Sterol : merupakan golongan lemak yang larut dalam alcohol, Mislanya kolesterol sterol.
Berbeda dengan struktur lainnya sterol mempunyai nucleus dengan empat buah cincin yang
saling berhubunga, tiga diantaranya mengandung 6 atom karbon, sedang yang keempat
mengandung 5 atom karbon.
Fungsi Lemak
1. Sebagai penyusun struktur membran sel Dalam hal ini lipid berperan sebagai
barier untuk sel dan mengatur aliran material-material.
2. Sebagai cadangan energi Lipid disimpan sebagai jaringan adiposa
3. Sebagai hormon dan vitamin, hormon mengatur komunikasi antar sel, sedangkan
vitamin membantu regulasi proses-proses biologis
Proses Katabolisme Lemak
Lemak merupakan salah satu sumber energy bagi tubuh, bahkan kandungan energinya
paling tinggi diantara sumber energy yang lain, yaitu sebesar 9kkal/gram. Energi hasil
pemecahan lemak dimulai saat lemak berada didalam kebutuhan energi. Pemecahan lemak
dimulai saat lemak berada didalam system pencernaan makanan. Lemak akan dipecah
menjadi asam lemak dan gliserol. Dari kedua senyawa tersebut, asam lemak sebagian
mengandung sebagian besar energi, yaitu sekitar 95%, sedangkan gliserol hanya mengandung
5% dari besar energi lemak. Untuk dapat menghasilkan energi , asam lemak akan mengalami
oksidasi yang terjadi didalm mitokondria, sedangkan gliserol dirombak secara glikolisis.
Gliserol dalam glikolisis akan diubah kembali menjadi dihidroksi aseton fosfat. Oksidasi
asam lemak juga melalui lintasan akhir yang dilalui karbohidrat, yaitu siklus krebs.

Setelah berada didalam mitokondria, asam lemak akan mengalami oksidasi untuk
menghasilkan energi. Oksidasi asam lemak terjadi dalam dua tahap, yaitu oksidasi asam
lemak yang menghasilkan residu asetil KoA dan oksidasi asetil KoA menjadi karbon dioksida
melalui siklus krebs.
Katabolisme Protein
Struktur Protein
Dilihat dari tingkat organisasi struktur, protein dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelas
dengan urutan kerumitan yang berkurang. Kelas-kelas itu adalah :
1. Struktur primer: Ini adalah hanya urutan asam amino di dalam rantai protein. Struktur primer
protein dilakukan oleh ikatan-ikatan (peptida) yang kovalen.
2. Struktur sekunder: Hal ini merujuk ke banyaknya struktur helix-aa atau lembaran berlipatan-
B setempat yang berhubungan dengan struktur protein secara keseluruhan. Struktur sekunder
protein diselenggarakan oleh ikatan-ikatan hidrogen antara oksigen karbonil dan nitrogen
amida dari rantai polipeptida.
3. Struktur tersier: Hal ini menunjuk ke cara rantai protein ke dalam protein berbentuk bulat
dilekukkan dan dilipat untuk membentuk struktur tiga-dimensional secara menyeluruh dari
molekul protein. Struktur tersier diselenggarakan oleh interaksi antara gugus-fufus R dalam
asam amino.
4. Struktur kuartener. Banyak protein ada sebagai oligomer, atau molekul-molekul besar
terbentuk dari pengumpulan khas dari subsatuan yang identik atau berlainan yang dikenal
dengan protomer.
Fungsi Protein
1. Membentuk jaringan/ bagian tubuh lain
2. Pertumbuhan (bayi, anak, pubertas)
3. Pemeliharaan (dewasa)
4. Membentuk sel darah
5. Membentuk hormon, enzim, antibody,dll
6. Memberi tenaga (protein sparing efek)
7. Pengaturan (enzim, hormone)

Proses Katabolisme Protein


Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan
atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan
menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam
amino memerlukan pelepasan gugus amina. Gugus amin ini kemudian dibuang karena
bersifat toksik bagi tubuh.
Terdapat 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:
1. Transaminasi : Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada ketoglutarat
menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat
2. Deaminasi oksidatif : Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium Gugus-
gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke dalam
siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui ginjal
berupa urin.
Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu:
1. Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2
menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP
2. Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan L-ornitin
menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan.
3. Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan L-aspartat
menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATP
4. Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi fumarat dan
L-arginin
5. Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan menghasilkan L-
ornitin dan urea.

Hubungan Antara Katabolisme Antara Karbohidrat, Lemak, & Protein


Anda sudah mengetahui bahwa di dalam sel reaksi metabolisme tidak terpisah satu sama
lain yaitu membentuk suatu jejaring yang saling berkaitan. Di dalam tubuh manusia terjadi
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Bagaimana keterkaitan ketiganya? Pada bagan
terlihat karbohidrat, protein, dan lemak bertemu pada jalur siklus Krebs dengan masukan
asetil koenzim A. Tahukah Anda bahwa Asetil Ko-A sebagai bahan baku dalam siklus Krebs
untuk menghasilkan energi yang berasal dari katabolisme karbohidrat, protein, maupun
lemak. Titik temu dari berbagai jalur metabolisme ini berguna untuk saling menggantikan
bahan bakar di dalam sel, Hasil katabolisme karbohidrat, protein, dan lemak juga
bermanfaat untuk menghasilkan senyawa- senyawa lain yaitu dapat membentuk ATP,
hormon, komponen hemoglobin ataupun komponen sel lainnya.

Lemak (asam heksanoat) lebih banyak mengandung hidrogen terikat dan merupakan
senyawa karbon yang paling banyak tereduksi, sedangkan karbohidrat (glukosa) dan protein
(asam glutamat) banyak mengandung oksigen dan lebih sedikit hidrogen terikat adalah
senyawa yang lebih teroksidasi.

Senyawa karbon yang tereduksi lebih banyak menyimpan energi dan apabila ada
pembakaran sempurna akan membebaskan energi lebih banyak karena adanya pembebasan
elektron yang lebih banyak. Jumlah elektron yang dibebaskan menunjukkan jumlah energi
yang dihasilkan. Perlu Anda ketahui pada jalur katabolisme yang berbeda glukosa dan asam
glutamat dapat menghasilkan jumlah ATP yang sama yaitu 36 ATP. Sedangkan katabolisme
asam heksanoat dengan jumlah karbon yang sama dengan glukosa (6 karbon) menghasilkan
44 ATP, sehingga jumlah energi yang dihasilkan pada lemak lebih besar dibandingkan dengan
yang dihasilkan pada karbohidrat dan protein. Sedangkan jumlah energi yang dihasilkan
protein setara dengan jumlah yang dihasilkan karbohidrat dalam berat yang sama.

Dari penjelasan itu dapat disimpulkan jika kita makan dengan mengkonsumsi makanan
yang mengandung lemak akan lebih memberikan rasa kenyang jika dibandingkan dengan
protein dan karbohidrat. Karena rasa kenyang tersebut disebabkan oleh kemampuan
metabolisme lemak untuk menghasilkan energi yang lebih besar.

Kata kunci untuk menuju artikel KATABOLISME KARBOHIDRAT, PROTEIN, LEMAK


DAN HUBUNGANNYA ini: karbohidrat. katabolisme karbohidrat, struktur
karbohidrat, proses katabolisme karbohidrat, katabolisme, proses metabolisme
protein, lemak adalah, proses katabolisme, katabolisme protein
DAFTRA PUSTAKA
Campbell, dkk. 2003. Biologi jilid 1. Jakarta:Erlangga
Elisa. tanpa tahun. Metabolisme Protein. http:// ugm.ac. id / files / chimera
73 / .../ Metabolisme %20protein.doc. diakses pada tanggal 30 Mei 2012
pukul 16.04
Lehninger. 200. Dasar-dasar biokimia jilid 2. Jakarta: Erlangga
Di tubuh manusia, cacing tambang bergerak mengikuti aliran darah, menuju jantung, paru-paru,
tenggorokan, kemudian tertelan dan masuk ke dalam usus. Di dalam usus, larva menjadi cacing
dewasa yang siap menghisap darah. Setiap ekor cacing N. americanus akan menghilangkan 0,005-1
cc darah per hari sedangkan setiap ekor cacing A. duodenale akan menyebabkan manusia
kehilangan 0,08-0,34 cc per hari. Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi berbahaya karena
dapat menyebabkan anemia pada manusia.

Adapun daur hidup dari cacing ini adalah Usus manusia cacing telur keluar bersama feses
tempat becek menetas hidup lama menempel pada kaki manusia menembus kaki aliran
darah jantung paru-paru kerongkongan tertelan usus manusia cacing dewasa.

Pada tahun 1885, Salkowski menemukan Indole-3-acetic acid (IAA) pada media
fermentasi (Salkowski, 1885). Isolasi produk serupa dari jaringan tanaman tidak
dapat ditemukan pada jaringan tanamn hampir selama 50 tahun. IAA
merupakan auksin utama yang terlibat dalam banyak proses fisiologis pada
tanaman (Arteca, 1996). Pada tahun 1907, kajian Fitting tentang pengaruh
sayatan pada sisi terkena cahaya dan tidak terkena cahay pada tanaman.
Hasilnya telah membantu dalam memahami jika proses translokasi signla benar-
benar terjadi pada sisi khusus tanaman tetapi hasil ini kurang menyakinkan
karena signal ini mampu melintasi atau menhilang dari sekitar sayatan ( Fitting,
1907). Pada tahun 1913, Boysen-jensen memodifikasi eksperimen Fitting
melalui penyisipan potongan mika untuk memblok jalannya signal dan
menujukan bahwa transport auksin menuju dasar telah terjadi pada sisi gelap
tanaman berkebalikan dengan dengan sisi yang terekspos cahaya searah
(Boysen-Jensen, 1913). Pada tahun 1918, Paal menegaskan hasil Boysen-Jansen
melalui pemotongan ujung koleoptil pada kondisi gelap, menyinari hanya bagian
ujung dengan cahaya, menggantikan ujung koleoptil pada tanaman tetapi bagian
pangkal dipusatkan ke salah satu sisi atau lainnya. Hasilnya menunjukkan,
bagian mana saja pada koleoptil yang terpapar cahaya, kelengkungan terjadi
menuju pada sisi lainnya (Paal, 1918). Soding merupakan ilmuwan berikutnya
yang memeusatkan perhatian terhadap penelitian auksin berdasarkan ide dari
Paal. Dia menunjukan jika ujung dari koleoptil dipotong akan menghasilkan
reduksi dari pertumbuhan tetapi jika dipotong dan kemudian pertumbuhan tetap
berlanjut berganti pada tempat lainnya (Soding, 1925).

Tropisme (Gr. trope = membelok)


Tropisme adalah gerak pertumbuhan dari bagian tubuh tumbuhan ke arah
rangsangan atau menjauhi sumber rangsangan. Gerak tropisme ini
dibedakan atas beberpa jenis yaitu sebagai berikut.

a. Fototropisme (Gr. photos + trope)


Fototropisme adalah gerak pertumbuhan tumbuhan menuju atau
menjauhi sinar (cahaya matahari). Telah disepakati bahwa gerak
pertumbuhan menuju rangsangan disebut tropisme positif, sedangkan
gerak menjauhi sumber rangsangan disebut tropisme negatif. Contohnya,
pertumbuhan ujung batang membelok ke cahaya. Hal ini dapat dilihat
pada tumbuhan yang ditanam dalam pot yang ditempatkan dalam rumah
dekat jendela (lihat Gambar 4). Gerak daun dan ujung batang menuju
cahaya disebut fototropisme positif, sedangkan gerakan ujung akar
menjauhi cahaya adalah fototropisme negatif.
Gambar 4 : Fototropisme positif pada tumbuhan yang diletakkan di
jendela

Bagi tumbuhan nilai respons ini sangat berguna, akar tumbuhan yang
tumbuh ke bawah menjauhi cahaya tujuannya untuk mendapatkan air dan
garam-garam mineral yang ada dalam tanah. Batang (pucuk) tumbuhan
mengarah ke atas (ke cahaya) akan membuka daun-daunnya agar
fotosintesis dapat berlangsung. Mekanisme respons fototropisme belum
semuanya diungkapkan oleh para ahli.
Charles Darwin dan putranya Francis (1928) menemukan bahwa
benih tumbuhan rumput tumbuh membelok ke cahaya jika pucuk yang
sedang tumbuh (koleoptil) sudah ada. Akan tetapi jika koleoptil itu
dipotong, tumbuhan rumput tersebut tidak lagi menunjukkan fototropisme
positif. Mereka juga menemukan jika ujung tumbuhan dibungkus dengan
kertas yang tidak tembus cahaya, fototropisme positif tidak terjadi
walaupun sisa pucuknya disinari dari satu sisi (lihat Gambar 5). Apa yang
menyebabkan terjadi demikian?

Gambar 5. Percobaan Darwin dan putranya


Darwin menyimpulkan bahwa yang bertanggung jawab atas
penginderaan cahaya adalah ujung koleoptil. Namun respon pertumbuhan
yang terjadi berada di bawah ujung koleoptil. Darwin dan putranya
berhipotesis bahwa sinyal dipindahkan dari ujung ke arah bawah
memanjang pada koleoptil tersebut. Beberapa tahun kemudian Peter
Boysen-Jensen dari Denmark menguji hipotesis Darwin dan putranya
menunjukkan bahwa sinyal tersebut merupakan suatu jenis bahan kimia
yang dapat pindah tempat. Boysen-Jensen memisahkan ujung koleoptil
dengan bagian bawahnya dengan gelatin yang memisahkan sel-sel untuk
kontak dengan koleoptil, tetapi dapat melewatkan bahan kimia, benih
tersebut membelok ke arah cahaya. Akan tetapi jika ujung koleoptil
tersebut dipisahkan dari bagian bawahnya oleh bahan yang tidak dapat
dilewati oleh bahan kimia (mika), tidak terjadi respon fototropisme (lihat
Gambar 6).

Gambar 6. Percobaan Boysen dan Jensen

F.W. Went (1928) seorang ahli fisiologi dari Holland mengekstraksi


pembawa pesan kimia tropisme tersebut dengan memodifikasi percobaan
Boysen-Jensen. Went memotong koleoptil tumbuhan dan meletakkannya
di atas sepotong agar-agar. Ia berpendapat bahwa pembawa pesan kimia
itu berasal dari ujung koleoptil, seharusnya bahan kimia tersebut berdifusi
ke dalam agar-agar dan potongan agar tersebut dapat menggantikan
ujung koleoptil itu. Went menempatkan agar-agar tersebut ke koleoptil
yang sudah dipotong ujungnya. Dan benih tumbuhan tersebut diletakkan
di tempat gelap. Potongan agar yang diletakkan di tengah potongan
koleoptil menyebabkan batangnya tumbuh lurus ke atas (lihat Gambar 7).
Apa yang menyebabkan terjadinya hal demikian?
Gambar 7. Percobaan Went ke 1

Gambar 8 . Percobaan Went ke II

Akan tetapi jika potongan agar-agar itu ditempatkan tidak ditengah,


maka koleoptil tumbuh membengkok menjauhi sisi yang ada potongan
agar-agarnya (Gambar 8). Went menyimpulkan bahwa potongan agar
tersebut mengandung bahan kimia yang dihasilkan oleh ujung koleoptil
dan bahan tersebut merangsang pertumbuhan pada waktu bahan itu
dialirkan ke bawah dari koleoptil dan pucuk akan membengkok ke arah
cahaya karena konsentrasi bahan kimia perangsang pertumbuhan lebih
tinggi pada sisi koleoptil yang gelap. Went menggunakan nama auksin
untuk bahan kimia tersebut (hormon). (Bahasa Yunani auxein artinya
meningkatkan).
Auksin itu dimurnikan dan kemudian Kenneth Thimann dan temannya
dari California menemukan struktur auksin tersebut. Hormon ini
diidentifikasi sebagai indol asetic acid (disingkat IAA). Kemudian beberapa
zat yang analog (molekul dengan fungsi yang sama) dengan auksin juga
disintesis untuk menggiatkan pemanjangan koleoptil. Beberapa auksin
sintesis ini adalah 2.4 D (2,4 diklorofenoksiasetic acid) dan NAA (naftalen
acetic acid). Nama auksin sekarang merupakan istilah umum yang
berhubungan dengan IAA atau zat lain yang mempunyai pengaruh yang
sama. Setelah ditemukan auksin ini ditemukan hormon yang lainnya pada
tumbuhan, contohnya giberelin, sitokinin, dan asam absisat.
Dari hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa fototropisme ini
terjadi akibat ketidakseimbangan distribusi hormon auksin pada waktu
tumbuhan disinari dari satu arah. Percobaan terhadap koleoptil tanaman
jagung yang ditempatkan dalam kamar gelap menunjukkan terjadi
pembelokan ujung koleoptil setelah diberi penyinaran di satu sisi. Hal ini
disebabkan karena penyebaran auksin yang tidak sama mengalir dari
ujung koleoptil ke sisi yang diberi cahaya dan sisi yang tidak diberi
cahaya. Perbedaan jumlah auksin ini merangsang pemanjangan sel di
satu sisi dan pembelokan ke arah sisi lain. Auksin di bagian yang disinari
pindah tempat ke bagian yang tidak kena sinar dan menyebabkan pada
bagian yang tidak disinari auksin lebih banyak. Hal ini akan menyebabkan
pertumbuhan di bagian yang tidak disinari meningkat dibandingkan yang
kena sinar, sehingga tumbuhnya membelok.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa cahaya yang unilateral
pada tangkai bunga matahari menyebabkan auksin yang tidak merata.
Namun, penyebaran yang tidak merata pada sisi tangkai bunga tumbuhan
tersebut dapat bertindak sebagai penghambat pertumbuhan di satu sisi.
Kita telah mengetahui bahwa penyinaran sebelah sisi dari
pertumbuhan batang, menyebabkan redistribusi auksin menjauhi sisi yang
menerima cahaya, yang menyebabkan perpanjangan di sebelah sisi yang
tidak kena cahaya. Tampaknya, bahwa pigmen-pigmen yang menyerap
cahaya biru mempengaruhi redistribusi hormon Indol asam asetat (IAA)
ini. Hal ini mempengaruhi fototropisme pada batang. Bagaimana
terjadinya fototropisme negatif pada akar?
Telah ditemukan bahwa konsentrasi IAA yang optimum terhadap
perpanjangan sel-sel akar kira-kira 100.000 kali kurang daripada
konsentrasi IAA yang optimum untuk pemanjangan sel-sel batang
(Gambar 9). Jadi dengan perkataan lain konsentrasi IAA yang menstimulus
pertumbuhan batang akan menghambat pertumbuhan akar. Jika sistem
akar tanaman (dalam air) disinari dari salah satu sisi, batang akan
mengarah ke cahaya. Pada akar, auksin akan banyak pada bagian yang
jauh dari cahaya, konsentasi yang tinggi itu akan menghambat
pertumbuhan akar yang tidak kena cahaya, sehingga pada sisi yang
berlawanan tumbuh lebih cepat, sehingga akar akan memanjang
menjauhi cahaya. Tingginya intensitas cahaya dan lamanya penyinaran
mempengaruhi gerakan fototropisme pada tumbuhan.

Gambar 9.
Grafik efek konsentrasi auksin yang berbeda pada akar dan batang
ar 10. Perpindahan auksin kesisi lain pada kecambah gandum

b. Geotropisme (Gr. geo = bumi + trope = membelok) adalah gerak


bagian tumbuhan menuju atau menjauhi pusat bumi. Gerak ujung akar
utama merupakan geotropisme positif, sedangkan gerak tumbuh batang
adalah geotropisme negatif. Hal ini dapat diperlihatkan dengan percobaan
tanaman jawer kotok dalam pot berdiri tegak, kemudian dibaringkan
selama empat hari akan kelihatan pertumbuhan batang (pucuk)
membelok ke atas. (lihat Gambar 11). Dapat juga dilihat pada kecambah
yang dibaringkan setelah 24 jam kelihatan pucuk mengarah ke atas
sedangkan akarnya menuju ke bawah (Gambar 12).
Tumbuhan dapat membedakan atas dan bawah dengan adanya
pengendapan statolit yaitu plastid khusus yang mengandung butiran-
butiran pati pada sel-sel yang lebih rendah letaknya. Pada akar statolit
terletak pada sel-sel tertentu di tudung akar. Menurut hipotesis,
penumpukan statolit pada sel-sel yang bagian rendah akan memicu
pendistribusian kalsium dan menyebabkan terjadi transpor auksin secara
lateral pada akar. Auksin dan kalsium akan terakumulasi di sisi yang lebih
rendah pada daerah pemanjangan akar. Pada akar, konsentrasi auksin
yang tinggi akan menghambat pemanjangan sel dan memperlambat
pertumbuhan pada bagian yang lebih rendah pada akar tersebut.
Geotropisme positif ini akan terus terjadi sampai akar tumbuhan tersebut
tumbuh lurus ke bawah.

Gambar 11. Batang menunjukkan geotropisme negatif


Gambar 12. Pucuk geotropisme negatif, akar geotropisme positif

Gerak fototropisme maupun gerak geotropisme dikontrol oleh hormon


auksin. Jika tanaman diletakkan secara horizontal, batang akan mengarah
ke atas dan akar akan menuju ke bawah (Gambar 11). Jika tumbuhan
diletakkan ditempat yang gelap, tumbuhan akan tergantung pada
gravitasi dan tidak dipengaruhi oleh cahaya. Jika tanaman diletakkan
secara horizontal akan memperlihatkan bahwa dua pertiga auksin akan
berada di sebelah bawah baik pada bagian ujung batang maupun pada
akar bagian apeks. Jadi hormon bergerak ke sel-sel yang akan mengalami
pemanjangan, oleh sebab itu hormon karena pengaruh gaya tarik bumi
berada di sebelah bawah. Akibatnya pada akar terjadi pemanjangan sel-
sel pada daerah yang sedikit hormon, sehingga akar akan membelok ke
bawah, sedangkan pada pucuk sebaliknya (Gambar 13).
Gambar 13 . Interaksi gravitasi dan auksin mengontrol gerak batang dan
akar

c. Tigmotropisme (Gr. thigma = singgungan atau sentuhan, trope =


mengarah/membelok)
Tigmotropisme adalah gerak dari bagian tumbuhan yang membelok
akibat persinggungan dengan suatu benda (lihat Gambar 14). Gerakan ini
dapat dilihat pada ujung batang atau sulur tumbuhan memanjat yang
membelit pada bambu atau ranting pohon, seperti tanaman anggur,
kacang panjang, kacang buncis, mentimun, markisa, atau paria.
Umumnya organ pelilit ini tumbuh lurus sampai dia menyentuh sesuatu,
setelah menyentuh bambu atau benda lainnya, tanaman itu akan melilit.
Apa yang menyebabkan terjadinya hal demikian?
Pertumbuhan lebih cepat terjadi pada bagian yang tidak kena sentuh.
Hal ini diduga disebabkan oleh peningkatan produksi etilen sebagai
tanggapan terhadap rangsang mekanis.

Gambar 14 . Gerak Tigmotropisme pada sulur tanaman markisa

Anda mungkin juga menyukai