Anda di halaman 1dari 5

RESUME JURNAL PRODUK KOSMETIK

Analisis Keamanan dan Efikasi Liposomal Insulin (IGF-1) dalam Formulasi


Gel Cair untuk Perawatan Rambut Rontok pada Hamster

Disusun Oleh :

SUTATIK 142210101037

YULINTAN MAULIDAR 142210101109

RATIH DHIYAH TRI RAHAYU 142210101117

BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER
2016
RESUME: Safety and efficacy analysis of liposomal insulin-like growth factor-1in a
fluid gel formulation for hair-loss treatment in a hamster model

Pendahuluan
Faktor pertumbuhan seperti insulin (IGF) -1 telah menunjukkan beberapa hasil yang
berfungsi sebagai pengobatan rambut rontok. IGF-1 bekerja dengan mengatur migrasi dan
poliferasi sel selama pengembangan folikel rambut. Hepatotoksisitas dan myelotoxicity yang
dievaluasi pada hewan uji, yaitu (Mesocricetus auratus) setelah dilakukan pemberian secara
topikal dari gel cair (plasebo), IGF-1 1% atau IGF-1 3% tidak menunjukkan adanya
perbedaan signifikan yang ditemukan antara kontrol dan kelompok perlakuan. Khasiat dari
ketiga faktor pertumbuhan tersebut ditentukan dengan analisis dermatoscopy kepadatan
rambut dan analisis mikroskop dari diameter rambut, dengan ditemukannya rambut yang
lebih tebal dan pertumbuhan yang lebih cepat pada kelompok 3% dibandingkan kelompok
1% ataupun kelompok kontrol. Oleh karena itu liposomal IGF-1 sangat disarankan sebagai
formulasi gel cair untuk pengobatan yang aman dan efisien terhadap rambut rontok.
IGF-1 telah diteliti sebagai pengobatan untuk rambut rontok, yaitu mengatur migrasi
dan proliferasi sel selama pengembangan folikel rambut. Namun, IGF-1 juga dimungkinkan
dapat mencapai sirkulasi darah, dan menyebabkan efek beracun dengan merangsang
diferensiasi sel-sel di titik sasaran lainnya. IGF-1 pada tingkat yang tinggi juga dapat
meningkatkan risiko tumor pada manusia.
Penelitian ini akan membuktikan apakah penggunaan topikal dari liposomal IGF-1
bisa menginduksi hepatotoksisitas dan atau myelotoxicity, serta dinilai kemanjurannya dalam
meningkatkan kepadatan rambut pada hewan uji.
Metode

Digunakan 3 formulasi, antara lain, plasebo, formulasi dengan penambahan IGF-1


1%, dan formulasi dengan penambahan IGF-1 3%.

Sampel dari formulasi ini dipanaskan dalam oven pada 40 20C selama 1 minggu
untuk memverifikasi stabilitas masing-masing formulasi.

18 hamster dibagi secara acak menjadi tiga kelompok masing-masing berisi 6


hewan. Semua punggung binatang dicukur dengan pisau cukur biasa sebelum
pengobatan seluas 2 cm secara topikal dengan 500 L dari formulasi gel cair selama
dua kali sehari selama 15 hari.

Pada hari 13-15, hewan-hewan itu dicukur lagi, dan difoto menggunakan kamera
dermatoscopy, kemudian dianalisis.
Pada akhir percobaan, hewan dibius dengan campuran intraperitoneal xylazine (10
Sampel
mg/ kg)dinilai menggunakan
dan ketamin (100 mg/serangkaian
kg). Darahalkohol yang tertanam
dikumpulkan dalam
dari aorta untuklilin parafin.
dianalisis
Kemudian dipotong dan
secara hematologi menjadi beberapa
biokimia bagian,yang
dari hewan lalu diperiksa di bawah
mati, kemudian mikroskop
sampel kulit
dan diameter rambut dianalisis dengan software
dikumpulkan dengan fosfat-buffered formalin 10%. image.
Tingkat aspartat dan alanin aminotransferase (AST dan ALT) lalu dinilai. Analisis
statistik dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Untuk perbandingan kelompok
antara tiga kelompok digunakan uji Kruskal-Wallis nonparametrik, dengan beberapa
perbandingan yang dibuat menggunakan uji Dunn. Kemudian dilakukan tes Friedman
nonparametrik untuk membandingkan kepadatan rambut. Semua variabel lalu dianalisis
secara deskriptif dan nilai-nilai kuantitatif ditunjukkan dengan nilai median, minimum dan
maksimus. Nilai P <0,05 dianggap signifikan.

Tabel hasil analisis secara hematologi dan biokimia menggunakan SPSS


Hasil dan Pembahasan

Ketiga formulasi tetap stabil setelah 1 minggu pemanasan di dalam oven, dan tidak
ada perbedaan karakteristik yang terlihat (misalnya pH). Aplikasi topikal dari liposomal IGF-
1 di dalam formulasi gel cair tidak meningkatkan tingkat dari IGF-1 di dalam sirkulasi, juga
tidak menginduksi hepatotoksisitas (Tabel 2). Kemungkinan hal Ini menunjukkan bahwa
IGF-1 yang digunakan oleh sel-sel kulit belum mencapai sistem peredaran darah. Angka-
angka dari berbagai sel darah ditemukan berbeda secara signifikan antara kelompok kontrol
dan IGF-1 kelompok 3% , tetapi tidak antara kontrol dan kelompok 1%. Monosit dari
kelompok kontrol berbeda secara signifikan dari kelompok 1%, tapi tidak dari kelompok 3%.
Pengujian menggunakan dermatoscopy, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan
dalam kepadatan rambut antar kelompok pada hari ke 13 (Tabel 3). Pada hari ke-14, tidak
ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok pengobatan, namun keduanya berbeda
secara signifikan dari kelompok kontrol. Pada hari 15, juga ada perbedaan yang signifikan
antara kedua kelompok pengobatan. Analisis diameter rambut menunjukkan bahwa kelompok
3% memiliki rambut tebal daripada kelompok lain pada akhir pengobatan (Tabel 4),
sedangkan kontrol tidak memiliki perubahan jumlah folikel rambut (Gbr. 1b).
Dalam studi ini, kami menganalisis efek dari pengobatan IGF-1 pada pertumbuhan
rambut dan diameter pada hamster, dan apakah penggunaan topikal dari liposomal IGF-1
dapat menginduksi hepatotoksisitas atau myelotoxicity. Dalam penelitian kami, kami tidak
menemukan adanya peningkatan tingkat IGF-1 dalam sirkulasi, atau perbedaan dalam jumlah
sel darah dalam kelompok, selain dari monosit, yang ada perbedaan yang signifikan pada
kelompok 3%. Tidak ada bukti hepatotoksisitas. Analisis rambut menunjukkan bahwa
kelompok 3% mengalami peningkatan di kedua tingkat pertumbuhan rambut dan diameter
serat sehingga kami percaya bahwa liposomal IGF-1 mungkin bisa membantu untuk
perawatan rambut rontok.
Kesimpulannya, pengobatan dengan 3% IGF-1 dapat meningkatkan pertumbuhan
rambut dan ketebalan rambut, dan mungkin bisa menjadi pengobatan yang menjanjikan untuk
rambut rontok. Tidak ada bukti dari efek samping yang beracun. Namun, penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil ini.

Anda mungkin juga menyukai