BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum pada objek ini adalah :
1. Pengenalan dan penggunaan alat ukur linear.
2. Membandingkan alat ukur yang satu dengan alat ukur yang lainnya.
3. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur.
1.3 MANFAAT
1. Praktikan mampu menggunakan alat ukur linear dengan baik dan benar.
2. Praktikan mampu melaksanakan pengukuran langsung dan tak langsung.
3. Praktikan mampu membaca hasil pengukran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Alat linear ukur langsung merupaan alat ukur yang mempunyai skala ukur
yang telah dikalibrasi menurut standar internasional, contoh :
1. Mistar ukur
Alat ukur linear tidak langsung merupakan alat ukur yang terdiri dari beberapa
alat ukur yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pengukuran. Selain itu
pengukuran dengan cara ini juga disebabkan karena kondisi objek ukur yang
tidak memungkinkan dilakukan pengukuran secara langsung dengan
menggunakan alat ukur linear tidak langsung. Alat ukur linear tidak langsung
terdiri atas :
1. Alat ukur standar
Alat ukur standar merupakan alat ukur dimana ukuran yang dimiliki
sebagai acuan ketelitian alat ukur lain, contoh :
Blok ukur (Gauge Block)
Prinsip kerja blok ukur adalah dengan menyusun blok ukur sesuai
dengan nilai yang tertera pada blok ukur hingga mencapai nilai
pengukuranyang diinginkan.
Prinsip kerja dari pupitas yaitu dengan cara pupitas dipasang pada
dudukan pemindah (transfer stand) dengan tiang dan lengan yang dapat
diatur dengan baut penyetel atau pengaturan secara feksibel.
Ada dua jenis utama dari mistar ingsut nonius jenis pertama hanya
digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam, sedangkan
jenis kedua selain bisa untuk mengukur dimensi luar dan dalam bisa juga
untuk mengukur dimensi kedalaman.
Pada mikrometer terdapat sekrup dengan ulir yang teliti sekrup ini
dihubungkan dengan spindel dan diputar pada pemutar atau knop
diujungnya. Ulir sekrup dibuat dengan teliti dan mempunyai picth dengan
besar 0,05mm. sekrup bergerak sebanyak 0,05mm setiap putaran.
BAB III
METODOLOGI
1. Mistar Ingsut
2. Mikrometer
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
X =
= 36,46 mm
Standar Deviasi
Pengukuran B
X =
= 31,225 mm
Standar Deviasi
Pengukuran C
X =
= 21,35 mm
Standar Deviasi
Pengukuran D
X =
= 15,03 mm
Standar Deviasi
3
0,075 mm
X =
= 27,472 mm
Standar Deviasi
Pengukuran B
X =
= 19,9 mm
Standar Deviasi
Pengukuran C
Laboratorium Metrologi Industri 40
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19
X =
= 9,44 mm
9,44 9,45 2 9,44 9,45 2 9,44 9,44 2 9,44 9,455 2
Standar Deviasi 3
0,012mm
-Mistar ingsut
Pengukuran A
X =
= 28,025 mm
Standar Deviasi
Pengukuran B
X =
= 20,025 mm
Standar Deviasi
Pengukuran C
X =
= 9,375 mm
9,375 9,3 2 9,375 9,4 2 9,375 9,4 2 9,375 9,4 2
Standar Deviasi 3
0,051 mm
Posisi Pengukuran 2
-Mikrometer
Pengukuran A
X =
= 27,47 mm
Standar Deviasi
Pengukuran B
X =
= 20,03 mm
Standar Deviasi
Pengukuran C
X =
= 9,45 mm
9,45 9,45 2 9,45 9,45 2 9,45 9,46 2 9,45 9,456 2
Standar Deviasi 3
0,008 mm
-Mistar ingsut
Pengukuran A
X =
= 28,05 mm
Standar Deviasi
Pengukuran B
X =
= 19,83 mm
Standar Deviasi
Pengukuran C
X =
= 9,25 mm
9,25 9,20 2 9,25 9,25 2 9,25 9,30 2 9,25 9,25 2
Standar Deviasi 3
0,041 mm
4.3 GRAFIK
Grafik 4.1 Standar Deviasi Mikrometer
Pada pengukuran ini ada yang presisi ada yang tidak dengan hasil bervariasi.
Ada beberapa kesalahan yang terjadi diantaranya :
1. Tidak teliti membaca skala
2. Tekanan pada benda ukur terlalu besar
3. Pengalaman pengukur kurang
4. Temperatur ruangan tidak ideal yaitu 270 c
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Jangka sorong dan mikrometer merupakan alat ukur linear untuk
menghasilkan pengukuran besaran panjang.
2. Mikrometer memiliki kecermatan lebih kecil dibandingkan dengan jangka
sorong.
3. Saat melakukan pengukuran tekanan saat mengukur benda ukur sebaiknya
tidak terlalu besar karena mempengaruhi benda ukur.