Anda di halaman 1dari 22

Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam proses produksi dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam
pengukuran produk, ini dimaksudkan agar kualitas produk yang dihasilkan
berkualitas tinggi. Kita sebagai seorang sarjana teknik harus dibekali dengan ilmu
pengukuran dan dalam praktikum metrologi industri ini kita akan memperoleh
banyak ilmu tentang pengukuran baik itu di lapangan atau pun secara teori.
Sehingga ketika memasuki dunia kerja nanti kita tidak lagi merasa canggung
dalam mengukur dan menggunakan alat ukur.

1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum pada objek ini adalah :
1. Pengenalan dan penggunaan alat ukur linear.
2. Membandingkan alat ukur yang satu dengan alat ukur yang lainnya.
3. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur.

1.3 MANFAAT
1. Praktikan mampu menggunakan alat ukur linear dengan baik dan benar.
2. Praktikan mampu melaksanakan pengukuran langsung dan tak langsung.
3. Praktikan mampu membaca hasil pengukran.

Laboratorium Metrologi Industri 26


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TEORI OBJEK

Pengukuran linear merupakan pengukuran yang paling banyak digunakan


dalam berbagai bidang terutama sekali dalam bidang industri seperti pengukuran
diameter, panjang, lebar. Selain itu pengukuran linear juga berfungsi untuk
mengetahui toleransi dari bentuk geometrik dari suatu produk. Alat ukur linear
terdiri dari beberapa jenis:

2.1.1 Alat Ukur Linear Langsung

Alat linear ukur langsung merupaan alat ukur yang mempunyai skala ukur
yang telah dikalibrasi menurut standar internasional, contoh :
1. Mistar ukur

Gambar 2.1 Mistar ukur


2. Jangka sorong

Gambar 2.2 Jangka sorong


3. Mikrometer
Laboratorium Metrologi Industri 27
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

Gambar 2.3 Mikrometer

2.1.2 Alat ukur linear tidak langsung

Alat ukur linear tidak langsung merupakan alat ukur yang terdiri dari beberapa
alat ukur yang bertujuan untuk meningkatkan hasil pengukuran. Selain itu
pengukuran dengan cara ini juga disebabkan karena kondisi objek ukur yang
tidak memungkinkan dilakukan pengukuran secara langsung dengan
menggunakan alat ukur linear tidak langsung. Alat ukur linear tidak langsung
terdiri atas :
1. Alat ukur standar
Alat ukur standar merupakan alat ukur dimana ukuran yang dimiliki
sebagai acuan ketelitian alat ukur lain, contoh :
Blok ukur (Gauge Block)
Prinsip kerja blok ukur adalah dengan menyusun blok ukur sesuai
dengan nilai yang tertera pada blok ukur hingga mencapai nilai
pengukuranyang diinginkan.

Laboratorium Metrologi Industri 28


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

Gambar 2.4 Blok ukur

Kaliber induk tinggi (heigth master)


Prinsip kerja dari kaliber induk tinggi yaitu gabungan skala putar
pengatur ketinggian kecermatan tinggi ditambah susunan blok ukur
dengan ukuran sama.

Gambar 2.5 Heigth master

2. Alat ukur pembanding


Alat ukur pembanding merupakan alat ukur yang tidak dapat
mendapatkan langsung ukuran tetapi pembacaan ukuran dari selesih suatu
dimensi terhadap
ukuran standar, contoh :
Jam ukur (dial indicator)
Prinsip kerja jam ukur secara mekanis, dimana gerak linier sensor
diubah menjadi gerak rotasi oleh jarum penunjuk pada piringan dengan
perantaraan batang bergigi dan susunan roda gigi. Pegas koil berfungsi

Laboratorium Metrologi Industri 29


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

sebagai penekan batang bergigi hingga sensor selalu menekan ke bawah.


Sedangkan pegas spiral berfungsi sebagai penekan sistem transmisi roda
gigi sehingga permukaan gigi yang berpasangan selalu menekan pada sisi
yang sama untuk kedua arah putaran.

Gambar 2.6 Dial indicator

Jam ukur tes/pupitas ( dial test indicator)

Prinsip kerja dari pupitas yaitu dengan cara pupitas dipasang pada
dudukan pemindah (transfer stand) dengan tiang dan lengan yang dapat
diatur dengan baut penyetel atau pengaturan secara feksibel.

Gambar 2.7 Dial test indicator

Laboratorium Metrologi Industri 30


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

2.2 Teori Alat Ukur

2.2.1 Mistar Ingsut (Vernier Caliper)

Ada dua jenis utama dari mistar ingsut nonius jenis pertama hanya
digunakan untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam, sedangkan
jenis kedua selain bisa untuk mengukur dimensi luar dan dalam bisa juga
untuk mengukur dimensi kedalaman.

Gambar 2.8 Jangka sorong


Keterangan :
1. Rahang ukur pengukuran luar
2. Rahang ukur pengukuran dalam
3. Lidah pengukur kedalaman (depth)
4. Skala utama mm
5. Skala utama inci
6. Skala nonius mm
7. Skala nonius inci
8. Kunci peluncur (untuk memblok gerakan peluncur sehingga
mempermudah pembacaan hasil)

Laboratorium Metrologi Industri 31


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

Mistar ingsut digunakan untuk mengukur :


1. Dimensi luar
2. Ketebalan
3. Diameter dalam
4. Kedalaman lubang

Hal yang harus diperhatikan sewaktu memakai mistar ingsut


- Peluncur harus dapat meluncurkan dengan baik tanpa goyang.
- Periksa dudukan nol serta kesejajaran dari permukaan kedua rahang.
- Benda yang diukur harus masuk ke dalam rahang.
- Tekanan pengukuran jangan terlalu kuat kecermatan pengukuran
tergantung atas penggunaan tekanan yang cukup dan selalu tetap.
- Pembacaan skala nonius setelah mistar ingsut diangkat dari objek
ukur,kecermatan dari mistar ingsut nonius adalah 0,10; 0,05; atau 0,02.

2.2.2 Alat Ukur Mikrometer

Mikrometer merupakan alat ukur linear yang mempunyai kecermatan


lebih baik, daripada mistar ingsut yaitu 0,002 mm. Mikrometer juga
memiliki range pengukuran tertentu sampai dengan 500 mm.

Pada mikrometer terdapat sekrup dengan ulir yang teliti sekrup ini
dihubungkan dengan spindel dan diputar pada pemutar atau knop
diujungnya. Ulir sekrup dibuat dengan teliti dan mempunyai picth dengan
besar 0,05mm. sekrup bergerak sebanyak 0,05mm setiap putaran.

Mikrometer digunakan untuk mengukur:

1. Ketebalan dinding atas


2. Ketebalan alas dari suatu produk
3. Diameter silinder atau poros

Laboratorium Metrologi Industri 32


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

Gambar 2.9 Mikrometer

Hal - hal yang harus diperhatikan sewaktu memakai mikrometer :


- Permukaan benda ukur dari mulut ukur harus bersih
- Kedudukan nol dari mikrometer harus diperiksa
- Buka mulut ukur sedikit hingga melebih dimensi objek ukur

Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum ini adalah :


1. Mistar ingsut (jangka sorong) 150 mm dan 100 mm.
2. Mikrometer rahang luar
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi luar
suatu benda.

Gambar 2.10 Mikrometer Rahang Luar

Laboratorium Metrologi Industri 33


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

3. Mikrometer Rahang Dalam


Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur dimensi dalam
suatu benda.

Gambar 2.11 Mikrometer Rahang Dalam


4. Mikrometer Kedalaman
Adalah mikrometer yang digunakan untuk mengukur kedalaman
lubang. Mistar ingsut atau jangka sorong adalah alat ukur dimensi linier
atau panjang yang memiliki dua skala yaitu skala utama dan skala nonius.
skala utama adalah skala panjang dan skala nonius adalah skala yang
digeser-geser.

Gambar 2.12 Mikrometer Kedalaman

Laboratorium Metrologi Industri 34


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

BAB III
METODOLOGI

3.1 ALAT DAN BAHAN


A. Benda ukur
Poros bertingkat
Poros bertingakat dengan lubang bertingkat
B. Alat ukur
Mistar ingsut 150 mm dan 200 mm
Mistar ingsut kedalaman
Mikrometer dimensi luar dan dalam jenis rahang
Mikrometer kedalaman

3.2 SKEMA ALAT

1. Mistar Ingsut

Gambar 3.1 Mistar ingsut

Laboratorium Metrologi Industri 35


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

2. Mikrometer

Gambar 3.2 Mikrometer

3.3 PROSEDUR PERCOBAAN


1. Pengukuran diameter dalam dan kedalaman lubang.
2. Pengukuran diameter luar.

Laboratorium Metrologi Industri 36


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 TABEL DATA PERCOBAAN


Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Diameter Dalam dan Kedalaman Lubang

Alat Ukur Kecermatan

Mistar Ingsut 1 0,05 mm


Hasil Pengukuran Diameter Dalam
Diameter Pengukuran
(mm)
36,50
36,45
A
36,50
36,40
Rata-Rata 36,46
Standar Deviasi 0,047
31,10
31,15
B
31,10
31,20
Rata-Rata 31,225
Standar Deviasi 0,189
21,35
21,40
C
21,35
21,30
Rata-Rata 21,35
Standar Deviasi 0,041
15,00
15,10
D
15,10
14,95
Rata-Rata 15,03
Standar Deviasi 0,075

Laboratorium Metrologi Industri 37


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Diameter Luar

Alat ukur Kecermatan (mm) Range pengukuran (mm)


Mikrometer
Mistar ingsut
Posisi naik Posisi turun
Diameter
Mikrometer Mikrometer
pengukuran Mistar (mm) Mistar (mm)
(mm) (mm)
27,455 28,05 27,47 28,05
27,465 28 27,46 28,00
1
27,480 28 27,48 28,10
27,490 28,05 27,48 28,05
Rata-rata 27,477 28,025 27,47 28,05
Standar deviasi 0,0150 0,028 0,01 0,041
19,495 20 20,04 19,80
20,045 20 20,04 19,70
2
20,025 20,1 20,04 19,85
20,040 20 20,03 20
Rata-rata 19,900 20,025 20,03 19,83
Standar deviasi 0,271 0,05 0,013 0,12
9,450 9,3 9,450 9,20
9,450 9,4 9,46 9,25
3
9,440 9,4 9,46 9,30
9,455 9,4 9,455 9,25
Rata-rata 9,440 9,375 9,45 9,25
Standar deviasi 0,012 0,051 0,008 0,041
4.2 PERHITUNGAN DATA
1. Pengukuran diameter dalam dan kedalaman
Mistar ingsut 1
Kecermatan 0,05 mm
Pengukuran A

X =

= 36,46 mm

Standar Deviasi

Laboratorium Metrologi Industri 38


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

36,46 36,5 2 36,46 36,45 2 36,46 36,5 2 36,46 36,4 2


3
0,047 mm

Pengukuran B

X =

= 31,225 mm

Standar Deviasi

31,225 31,10 2 31,225 31,5 2 31,225 31,10 2 31,225 31,20 2


3
0,189mm

Pengukuran C

X =

= 21,35 mm
Standar Deviasi

21,35 21,35 2 21,35 21,40 2 21,35 21,35 2 21,35 21,30 2


3
0,041 mm

Pengukuran D

X =

= 15,03 mm

Laboratorium Metrologi Industri 39


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

Standar Deviasi

15,03 15 2 15,03 15,10 15,03 15,10 15,03 14,95


2 2 2

3
0,075 mm

2. Pengukuran Diameter Luar


Posisi Pengukuran 1
-Mikrometer
Pengukuran A

X =

= 27,472 mm

Standar Deviasi

27,472 27,455 2 27,472 27,465 2 27,472 27,48 2 27,472 27,49 2


3
0,015 mm

Pengukuran B

X =

= 19,9 mm

Standar Deviasi

19,9 19,495 2 19,9 20,045 2 19,9 20,025 2 19,9 20,040 2


3
0,271 mm

Pengukuran C
Laboratorium Metrologi Industri 40
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

X =

= 9,44 mm


9,44 9,45 2 9,44 9,45 2 9,44 9,44 2 9,44 9,455 2
Standar Deviasi 3
0,012mm

-Mistar ingsut
Pengukuran A

X =

= 28,025 mm

Standar Deviasi

28,025 28,05 2 28,025 28 2 28,025 28 2 28,025 28,05 2


3
0,028 mm

Pengukuran B

X =

= 20,025 mm

Standar Deviasi

20,025 20 2 20,025 20 2 20,025 20,01 2 20,025 20 2


3
0,05 mm

Pengukuran C

X =

Laboratorium Metrologi Industri 41


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

= 9,375 mm


9,375 9,3 2 9,375 9,4 2 9,375 9,4 2 9,375 9,4 2
Standar Deviasi 3
0,051 mm

Posisi Pengukuran 2
-Mikrometer
Pengukuran A

X =

= 27,47 mm

Standar Deviasi

27,47 27,47 2 27,47 27,46 2 27,47 27,48 2 27,47 27,48 2


3
0,01 mm

Pengukuran B

X =

= 20,03 mm

Standar Deviasi

20,03 20,04 2 20,03 20,04 2 20,03 20,04 2 20,03 20,03 2


3
0,013 mm

Pengukuran C

X =

Laboratorium Metrologi Industri 42


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

= 9,45 mm


9,45 9,45 2 9,45 9,45 2 9,45 9,46 2 9,45 9,456 2
Standar Deviasi 3
0,008 mm

-Mistar ingsut
Pengukuran A

X =

= 28,05 mm

Standar Deviasi

28,05 28,05 2 28,05 28 2 28,05 28,10 2 28,05 28,05 2


3
0,041 mm

Pengukuran B

X =

= 19,83 mm

Standar Deviasi

19,83 19,80 2 19,83 19,70 2 19,83 19,85 2 19,83 20 2


3
0,12 mm

Pengukuran C

X =

= 9,25 mm

Laboratorium Metrologi Industri 43


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19


9,25 9,20 2 9,25 9,25 2 9,25 9,30 2 9,25 9,25 2
Standar Deviasi 3
0,041 mm

4.3 GRAFIK
Grafik 4.1 Standar Deviasi Mikrometer

Grafik 4.2 Standar Deviasi Jangka Sorong

Laboratorium Metrologi Industri 44


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

4.4 ANALISA DAN PEMBAHASAN


Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara penggunaaan alat ukur
linear dan membandingkann fungsi dan hasilnya. Pada kali ini menggunakan alat
ukur yaitu mikrometer da jamgka sorong dengan kecermatan dimana untuk
mikrometer 0,01 mm dan jangka sorong 0,05 mm.
Pertama pegukuran diameter dalam dan kedalaman menggunakan mistar
ingsut. Pada pengukuran ini mendapatkan hasil bervariasi untuk 4 kali percobaan.
Pengukuran untuk 4 bagia yang diukur yaitu a, b, c, dan d dengan hasil yang tidak
terlalu jauh tetapi berbeda-beda artinya pada pengukuran ini belum presisi karena
nilainya tidak sama di setiap pengukuran.
Pengukuran kedua, pengukura diameter luar menggunakan alat ukur
mikrometer dan jangka sorong. Pada pengukuran ini dilakukan 2 kali yaitu posisi 1
dan posisi 2 dengan 3 bagian yang diukur masing masing bagian dilakukan 4 kali
pengulangan pengukuran dan hasil yang didapat ada yang sama di beberapa kali
percobaan pengukuran dan ada yang sedikit berbeda namun mendekati nilai yang
sama.

Laboratorium Metrologi Industri 45


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

Pada pengukuran ini ada yang presisi ada yang tidak dengan hasil bervariasi.
Ada beberapa kesalahan yang terjadi diantaranya :
1. Tidak teliti membaca skala
2. Tekanan pada benda ukur terlalu besar
3. Pengalaman pengukur kurang
4. Temperatur ruangan tidak ideal yaitu 270 c

Laboratorium Metrologi Industri 46


Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 19

BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Jangka sorong dan mikrometer merupakan alat ukur linear untuk
menghasilkan pengukuran besaran panjang.
2. Mikrometer memiliki kecermatan lebih kecil dibandingkan dengan jangka
sorong.
3. Saat melakukan pengukuran tekanan saat mengukur benda ukur sebaiknya
tidak terlalu besar karena mempengaruhi benda ukur.

Laboratorium Metrologi Industri 47

Anda mungkin juga menyukai