PERCOBAAN V
OLEH :
NAMA : BAHRIL
KELOMPOK : V (LIMA)
LABORATORIUM KIMIA
KENDARI
2017
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kimia mempelajari semua mengenai unsur yang ada di alam. Saat
ini, terdapat sejumlah 118 unsur dan beberapa yang baru ditemukan yang termuat
golongan yakni golongan utama, transisi, lantanida dan aktinida. Khusus unsur
dengan unsur logam yang ada pada golongan utama. Unsur logam transisi
memiliki konfigurasi terakhir berada pada subkulit d dari 3d sampai 5d. Logam-
logam transisi seri pertama (3d), kedua (4d), dan ketiga (5d), menunjukkan sifat-
sifat kimiawi yang sangat berdekatan dalam periodenya, dan kemiripan maupun
peralihan utama mengandung atom - atom atau ion-ion dengan orbital d yang
atom dengan orbital f yang belum penuh. Sifat kimia unsur-unsur ini penting
secara teoritis maupun secara praktis. Satu sifat penting unsur peralihan ialah
Sifat kereaktifan merupakan kemudahan suatu atom unsur untuk bereaksi dengan
unsur atau senyawa yang lain membentuk suatu produk dengan sifat yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
yang belum terisi penuh dengan elektron, kecuali golongan IIB (Zn, Cd, dan Hg)
berisi penuh sepuluh elektron. Akibat dari belum terisinya penuh orbital d itu
maka akan memberikan sifat-sifat: berwarna, baik dalam bentuk ion maupun
nya berupa ligan pengkhelat yang membentuk ikatan kompleks dengan ion logam
Unsur transisi adalah semua logam dan kebanyakan berupa logam keras
yang menghantar panas dan listrik yang baik. Logam tersebut membentuk banyak
senyawaan berwarna dan paramagnetik. Misalnya saja, tembaga (Cu), dan Besi
(Fe) yang biasa digunakan sebagai elektroda. Dipilih elektroda ini karena sifatnya
yang baik dalam menghantarkan listrik dan tahan korosi, selain itu jika elektroda
berikatan dengan OH- akan menjadi koagulan yang baik. Dan dari deret volta
logam ini berada pada bagian kiri dari unsur hidrogen, sehingga memiliki sifat
reaktif dan mudah untuk melepaskan muatan elektron serta merupakan reduktor
yang cukup kuat dibandingkan dengan logam-logam lain (Yuliani dkk., 2017).
Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom
63,546, titik lebur 1083C, titik didih 2310C, jari-jari atom 1,173 A dan jari-jari
ion Cu2+ 0,96 A. Tembaga adalah logam transisi (golongan IB) yang berwarna
kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga adalah logam yang
ditemukan sebagai unsur atau berasosiasi dengan tembaga dan perak. Tembaga ini
terdapat dalam jumlah yang relatif besar dan ditemukan selama pemisahan dari
bijihnya (coal) pada elektrolisis dan pemurnian tembaga. Keberadaan logam dapat
jumlah donor pasangan elektron ligan faktor polaritas dari pelarut juga sangat
Salah satu ligan yang biasa digunakan yaitu ligan basa Schiff yang dimana
atom O dan/atau N ke orbital d ion logam transisi, sehingga memberi struktur dan
di- atau polyfungsional isosianat dapat digunakan untuk cross-link sejumlah resin
yang memiliki gugus fungsi hidrogen aktif. Isosianat dapat juga bereaksi dengan
alifatik dan aromatik primer amina, phenolik, asam karboksilat, amina sekunder,
Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan reaktivitas ion-ion logam
transisi adalah 1 buah rak tabung reaksi, 10 tabung reaksi dan pipet tetes.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada ercobaan reaktivitas ion-ion logam
transisi adalah amonium besi (II) sulfat ((NH4)Fe(SO4).6H2O)), tembaga (II) asetat
.
C. Prosedur Kerja
1. amonium besi (II) sulfat
(NH4)Fe(SO4).6H2O
Cu(CH3COO)2)
FeCL3
- dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi
yang bebeda
A. Hasil Pengamatan
1. Data Pengamatan
B. Pembahasan
ion logam transisi. Unsur transisi deret pertama adalah unsur unsur logam
transisi yang terletak pada periode paling atas dalam kelompok logam transisi
pada tabel periodik unsur . Unsur-unsur tersebut antara lain Sc, Ti, V, C r , Mn, Fe,
Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur-unsur ini memiliki elektron valensi pada orbital d
lantanida, dari kiri kekanan mempunyai jumlah elektron valensi, jumlah elektron
dengan sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktifitas suatu
transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan jari jari ion, serta
reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia dengan
zat lain sedangkan kestabilan difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan
suatu reaksi. Suatu senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripada
kristal disingkat CFT, yang merupakan sebuah model yang menjelaskan struktur
warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa kompleks dari logam transisi,
bahwa semua orbital d memiliki energi yang lebih tinggi dalam bentuk kompleks
dibandingkan dalam bentuk keadaan bebas. Ini disebabkan gaya tolak menolak
dari ligan yang saling berdekatan. Tetapi, akan terjadi pemisahan energi orbital,
antara 2 orbital d yang memiliki energi yang lebih tinggi dengan dengan 3 orbital
lainnya. Orbital yang lebih tinggi dinamakan orbital eg, dan orbital yang lebih
rendah dinamakan orbital t2g Pemisahan energi dalam orbital ini disebut efek
medan kristal, dan perbedaan energi antara e g dan t 2g disebut energi pemisahan.
Energi pemisahan ini dipengaruhi oleh ligan. Semakin kuat ligan, maka energi
pemisahan semakin besar dan sebaliknya. Besarnya energi pemisahan ini yang
amonium besi (II) sulfat, tembaga (II) asetat, besi (III) klorida dan pereaksi
yang berbeda beda dari segi warna yang dihasilkan. Warna-warna cerah yang
terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan
kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok
seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari
cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan
meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi
antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan
tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan
yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi
.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
reaktifitas ion-ion loggam transisi yaitu logam transisi memiliki kereaktifan yang
tinggi ketika bereaksi dengan zat atau senyawa lain dengan hasil reaksi berupa
B. Saran
Logam transisi merupakan logam dengan kereaktifan yang tinggi, oleh
Darwin, C., Aman S.P. dan Alimuddin., 2012, Sintesis Resin Pengkhelat
Polystyrene Divinylbenzene-Dimetilglioksima dan Kemampuan Adsorpsi
Terhadap Ion Logam Ni(II), Jurnal Atomik, 2 (1).
Nasoetion, R., 2012, Penggunaan Sistem Lapis Lindung Jenis Polyuretan Untuk
Aplikasi Di Daerah Maritim, Jurnal Metalurgi, 27 (3).
Nuriadi, Mery N. dan Nurdin R., 2013, Analisis Logam Tembaga (Cu) Pada
Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya, Jurnal Akademi
Kimia, 2 (2).
Sembiring, Z., Iwan H., Achmad Z. dan Husein H.B., 2013, Sintesis Basa Schiff
Karbazona Variasi Gugus Fungsi: Uji Kelarutan dan Analisis Struktur
Spektroskopi Uv-vis, Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 1
(1).
Yuliani, I., Alimuddin dan Erwin A., 2017, Penurunan Bod dan Tss Pada Limbah
Industri Saus Secara Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda Fe, Cu dan
Stainless, Jurnal Atomik, 2 (1).