Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

PERCOBAAN V

REAKTIVITAS ION-ION LOGAM TRANSISI

OLEH :

NAMA : BAHRIL

NIM : F1C1 15 012

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : FAJRIN ERIKA ROSA

LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia mempelajari semua mengenai unsur yang ada di alam. Saat

ini, terdapat sejumlah 118 unsur dan beberapa yang baru ditemukan yang termuat

dalam sistem periodik unsur. Unsur-unsur tersebut diklasifikasi kedalam beberapa

golongan yakni golongan utama, transisi, lantanida dan aktinida. Khusus unsur

golongan transisi, semuanya merupakan suatu logam.

Unsur logam transisi memiliki karakteristik yang membedakannya

dengan unsur logam yang ada pada golongan utama. Unsur logam transisi

memiliki konfigurasi terakhir berada pada subkulit d dari 3d sampai 5d. Logam-

logam transisi seri pertama (3d), kedua (4d), dan ketiga (5d), menunjukkan sifat-

sifat kimiawi yang sangat berdekatan dalam periodenya, dan kemiripan maupun

perbedaan yang khas ditunjukkan oleh kelompok golongannya. Unsur-unsur deret

peralihan utama mengandung atom - atom atau ion-ion dengan orbital d yang

belum terisi penuh. Sedangkan unsur-unsur peralihan dalam mengandung atom-

atom dengan orbital f yang belum penuh. Sifat kimia unsur-unsur ini penting

secara teoritis maupun secara praktis. Satu sifat penting unsur peralihan ialah

kemampuannya untuk membentuk ion kompleks.

Kemampuan tersebut dikarenakan sifat kereaktifannya yang tinggi.

Sifat kereaktifan merupakan kemudahan suatu atom unsur untuk bereaksi dengan

unsur atau senyawa yang lain membentuk suatu produk dengan sifat yang

berbeda.. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukanlah percobaan reaktifitas ion-


ion logam transisi untuk menguji seberapa besar kereaktifan logam transisi

dengan berbagai pereaksi yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah berdasarkan uraian diatas adalah bagaimana

reaktivitas dari ion-ion logam transisi ?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada percobaan reaktivitas ion-ion logam

transisi adalah untuk mengetahui reakstivitas ion-ion logam transis.

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari percobaan reaktivitas ion-ion logam

transisi adalah dapat mengetahui reaktivitas ion-ion logam transisi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Logam transisi merupakan unsur golongan B yang mempunyai orbital d

yang belum terisi penuh dengan elektron, kecuali golongan IIB (Zn, Cd, dan Hg)
berisi penuh sepuluh elektron. Akibat dari belum terisinya penuh orbital d itu

maka akan memberikan sifat-sifat: berwarna, baik dalam bentuk ion maupun

dalam bentuk senyawa, padat atau bentuk larutan, paramagnetik, aktivitas

katalitik,dapat membentuk senyawa kompleks. Resin merupakan senyawa

hidrokarbon polimerisasi yang mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross

linking) dan gugus-gugus fungsional yang memiliki ion-ion yang dapat

dipertukarkan. Resin pengkhelat adalah resin yang gugus-gugus fungsionalnya

nya berupa ligan pengkhelat yang membentuk ikatan kompleks dengan ion logam

melalui ikatan koordinasi terhadap logam-logam transisi (Darwin dkk., 2017).

Unsur transisi adalah semua logam dan kebanyakan berupa logam keras

yang menghantar panas dan listrik yang baik. Logam tersebut membentuk banyak

senyawaan berwarna dan paramagnetik. Misalnya saja, tembaga (Cu), dan Besi

(Fe) yang biasa digunakan sebagai elektroda. Dipilih elektroda ini karena sifatnya

yang baik dalam menghantarkan listrik dan tahan korosi, selain itu jika elektroda

berikatan dengan OH- akan menjadi koagulan yang baik. Dan dari deret volta

logam ini berada pada bagian kiri dari unsur hidrogen, sehingga memiliki sifat

reaktif dan mudah untuk melepaskan muatan elektron serta merupakan reduktor

yang cukup kuat dibandingkan dengan logam-logam lain (Yuliani dkk., 2017).

Tembaga (Cu) adalah logam dengan nomor atom 29, massa atom

63,546, titik lebur 1083C, titik didih 2310C, jari-jari atom 1,173 A dan jari-jari

ion Cu2+ 0,96 A. Tembaga adalah logam transisi (golongan IB) yang berwarna

kemerahan, mudah regang dan mudah ditempa. Tembaga adalah logam yang

ditemukan sebagai unsur atau berasosiasi dengan tembaga dan perak. Tembaga ini
terdapat dalam jumlah yang relatif besar dan ditemukan selama pemisahan dari

bijihnya (coal) pada elektrolisis dan pemurnian tembaga. Keberadaan logam dapat

mengakibatkan mempunyai sifat sangat beracun dengan dampak merusak

lingkungan (Nuriadi dkk., 2013).

Logam transisi dapat membentuk suatu senyawa kompleks yang telah

banyak disintesis dari berbagai ligan multidentat dimana memiliki kemampuan

mendonorkan pasangan elektron dari berkoordinasi dengan logam transisi. Selain

jumlah donor pasangan elektron ligan faktor polaritas dari pelarut juga sangat

mempengaruhi dan menentukan konstanta pembentukan senyawa kompleks.

Salah satu ligan yang biasa digunakan yaitu ligan basa Schiff yang dimana

memiliki kemampuan mendonorkan lebih dari satu pasangan elektronnya dari

atom O dan/atau N ke orbital d ion logam transisi, sehingga memberi struktur dan

sifat tertentu (Sembiring dkk., 2013).

Reaktivitas ion-ion logam transisi dapat dilihat dari perubahan warna

yang terjadi setelah direaksikan dengan suatu senyawa. Perubahan tersebut

dikarenakan terjadinya pergantian ligan. Kelompok isosianat sangat reaktif, dan

di- atau polyfungsional isosianat dapat digunakan untuk cross-link sejumlah resin

yang memiliki gugus fungsi hidrogen aktif. Isosianat dapat juga bereaksi dengan

alifatik dan aromatik primer amina, phenolik, asam karboksilat, amina sekunder,

urea dan air (Nasoetion, 2012).


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Percobaan reaktivitas ion-ion logam transisi dilaksanakan pada hari

Kamis, 13 April 2017 pada pukul 10.00-12.30 WITA di Laboratorium Kimia


Organik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo, Kendari.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan reaktivitas ion-ion logam

transisi adalah 1 buah rak tabung reaksi, 10 tabung reaksi dan pipet tetes.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada ercobaan reaktivitas ion-ion logam

transisi adalah amonium besi (II) sulfat ((NH4)Fe(SO4).6H2O)), tembaga (II) asetat

(Cu(CH3COO)2), besi (III) klorida (FeCl3), kalium bikarbonat (KHCO3), amonium

tiosulfonat (NH4SCN), dan natrium hidroksida (NaOH)

.
C. Prosedur Kerja
1. amonium besi (II) sulfat

(NH4)Fe(SO4).6H2O

- dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi


yang bebeda

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

- ditambahkan 2 - ditambahkan 2 ml - ditambahkan 2


ml kalium amonium tiosulfat ml natrium
bikarboat hidroksida

- diamati perubahan yang terjadi

Tabng 1 : kuning bening


Tanung 2 : warna merah darah, kental
Tabung 3 :Terbentuk endapan merah bata,
berubah warna dari kuning
2. Tembaga (II) asetat (Cu(CH3COO)2)

Cu(CH3COO)2)

- dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi


yang bebeda

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

- ditambahkan 2 - ditambahkan 2 ml - ditambahkan 2


ml kalium amonium tiosulfat ml natrium
bikarboat hidroksida

- diamati perubahan yang terjadi

Tabng 1 : berwarna biru, ada endapan putih


Tanung 2 : berwana hijau toska dan being
Tabung 3 :terdapat endapan coklat, larutan
berwarna biru.
3. Besi (III) klorida

FeCL3
- dimasukkan kedalam 3 tabung reaksi
yang bebeda

Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

- ditambahkan 2 - ditambahkan 2 ml - ditambahkan 2 ml


ml kalium amonium tiosulfat natrium
bikarboat hidroksida

- diamati perubahan yang terjadi

Tabng 1 : terdapat gelembung kuning


Tanung 2 : berwana merah darah cair, terdapat
gelembung
Tabung 3 :terjadi perubahan warna dari kuning,
terdapat endapan merah bata
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data Pengamatan

Pengamatan setelah perlakuan


Logam Kalium Amonium Natrium
bikarbonat tiosulfat hidroksida
Amonium besi Kuning bening Warna merah Terbentuk
(II) sulfat darah, kental endapan merah
bata, perubahan
warna dari kunig
Tembaga (II) Berwarna biru, Berwarna hijau Terdapat endapan
asetat ada endapan toska dan bening coklat, larutan
putih berwarna biru
Besi (III) klorida Terdapat Berwarna merah Terjadi
gelembung darah cair, perubahan warna
kuning terdapat dari kuning,
gelembung terdapat endapan
merah bata
2. Reaksi yang terjadi

B. Pembahasan

Percobaan dilakukan kali ini yaitu percobaan mengenai reaktifitas ion-

ion logam transisi. Unsur transisi deret pertama adalah unsur unsur logam

transisi yang terletak pada periode paling atas dalam kelompok logam transisi

pada tabel periodik unsur . Unsur-unsur tersebut antara lain Sc, Ti, V, C r , Mn, Fe,

Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur-unsur ini memiliki elektron valensi pada orbital d

sehingga memiliki beberapa sifat seperti katalis, warna larutan dan

kemagnetannya. Unsur-unsur ini meskipun struktur geometri senyawa

kompleksnya lebih mudah diprediksi daripada senyawa kompleks golongan

lantanida, dari kiri kekanan mempunyai jumlah elektron valensi, jumlah elektron

pada orbital d, muatan intiefektif, jarijari kation yang berbeda-beda sehingga

memiliki reaktifitas yang berbeda terhadap anion tertentu.

Pada beberapa kasus, reaktifitas ion ion logam transisi berhubungan

dengan sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya. Reaktifitas suatu

senyawa dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya


endapan. Reaktifitas suatu senyawa khususnya yang mengandunng ion logam

transisi tergantung beberapa faktor, misalnya muatan dan jari jari ion, serta

konfigurasi elektron di orbital d. Reaktifitas berbeda dengan kestabilan, dimana

reaktifitas lebih ditekankan pada kecepatan terjadinya suatu reaksi kimia dengan

zat lain sedangkan kestabilan difokuskan pada besarnya nilai K yang dihasilkan

suatu reaksi. Suatu senyawa dapat bersifat labil akan bereaksi lebih cepat daripada

senyawa yang inert.

Teori yang menjelaskan reaksi logam-logam transisi yaitu Teori medan

kristal disingkat CFT, yang merupakan sebuah model yang menjelaskan struktur

elektronik dari senyawa logam transisi yang semuanya dikategorikan sebagai

kompleks koordinasi. CFT berhasil menjelaskan beberapa sifat-sifat magnetik,

warna, entalpi hidrasi, dan struktur spinel senyawa kompleks dari logam transisi,

namun ia tidak ditujukan untuk menjelaskan ikatan kimia. Teori tersebut

menjelaskan mengenai diagram energi. Diagram energi dari orbital menunjukkan

bahwa semua orbital d memiliki energi yang lebih tinggi dalam bentuk kompleks

dibandingkan dalam bentuk keadaan bebas. Ini disebabkan gaya tolak menolak

dari ligan yang saling berdekatan. Tetapi, akan terjadi pemisahan energi orbital,

antara 2 orbital d yang memiliki energi yang lebih tinggi dengan dengan 3 orbital

lainnya. Orbital yang lebih tinggi dinamakan orbital eg, dan orbital yang lebih

rendah dinamakan orbital t2g Pemisahan energi dalam orbital ini disebut efek

medan kristal, dan perbedaan energi antara e g dan t 2g disebut energi pemisahan.

Energi pemisahan ini dipengaruhi oleh ligan. Semakin kuat ligan, maka energi
pemisahan semakin besar dan sebaliknya. Besarnya energi pemisahan ini yang

nantinya akan mempengaruhi warna dan sifat magnetik dari kompleks.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan setelah mereaksikan

amonium besi (II) sulfat, tembaga (II) asetat, besi (III) klorida dan pereaksi

kalium bikarbonat, amonium tiosulfat dan natrium hidroksida didapatkan hasil

yang berbeda beda dari segi warna yang dihasilkan. Warna-warna cerah yang

terlihat pada kebanyakan senyawa koordinasi dapat dijelaskan dengan teori medan

kristal ini. Jika orbital-d dari sebuah kompleks berpisah menjadi dua kelompok

seperti yang dijelaskan di atas, maka ketika molekul tersebut menyerap foton dari

cahaya tampak, satu atau lebih elektron yang berada dalam orbital tersebut akan

meloncat dari orbital-d yang berenergi lebih rendah ke orbital-d yang berenergi

lebih tinggi, menghasilkan keadaam atom yang tereksitasi. Perbedaan energi

antara atom yang berada dalam keadaan dasar dengan yang berada dalam keadaan

tereksitasi sama dengan energi foton yang diserap dan berbanding terbalik dengan

gelombang cahaya. Karena hanya gelombang-gelombang cahaya () tertentu saja

yang dapat diserap (gelombang yang memiliki energi sama dengan energi

eksitasi), senyawa-senyawa tersebut akan memperlihatkan warna komplementer

(gelombang cahaya yang tidak terserap).

.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan pembahasan maka kesimpulan pada percobaan

reaktifitas ion-ion loggam transisi yaitu logam transisi memiliki kereaktifan yang

tinggi ketika bereaksi dengan zat atau senyawa lain dengan hasil reaksi berupa

perubahan warna, terbentuk endapan hingga terbentuk gelembung.

B. Saran
Logam transisi merupakan logam dengan kereaktifan yang tinggi, oleh

sebab itu berhati-hatilah dalam melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Darwin, C., Aman S.P. dan Alimuddin., 2012, Sintesis Resin Pengkhelat
Polystyrene Divinylbenzene-Dimetilglioksima dan Kemampuan Adsorpsi
Terhadap Ion Logam Ni(II), Jurnal Atomik, 2 (1).

Nasoetion, R., 2012, Penggunaan Sistem Lapis Lindung Jenis Polyuretan Untuk
Aplikasi Di Daerah Maritim, Jurnal Metalurgi, 27 (3).

Nuriadi, Mery N. dan Nurdin R., 2013, Analisis Logam Tembaga (Cu) Pada
Buangan Limbah Tromol (Tailing) Pertambangan Poboya, Jurnal Akademi
Kimia, 2 (2).

Sembiring, Z., Iwan H., Achmad Z. dan Husein H.B., 2013, Sintesis Basa Schiff
Karbazona Variasi Gugus Fungsi: Uji Kelarutan dan Analisis Struktur
Spektroskopi Uv-vis, Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 1
(1).

Yuliani, I., Alimuddin dan Erwin A., 2017, Penurunan Bod dan Tss Pada Limbah
Industri Saus Secara Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda Fe, Cu dan
Stainless, Jurnal Atomik, 2 (1).

Anda mungkin juga menyukai