Anda di halaman 1dari 14

1

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan

Tanda dan gejala kehamilan


Tanda dan gejala kehamilan menurut Prawiroharjo (2008) dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
1) Tanda tidak pasti kehamilan
a) Amenorea (tidak dapat haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat
haid lagi. Dengan diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya
dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan
terjadi, dengan memakai rumus Neagie: HT 3 (bulan + 7).
b) Mual dan muntah
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir
triwulan pertama. Sering terjadi pada pagi hari disebut morning
sickness.
c) Mengidam (ingin makanan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
d) Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat.
Biasanya hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
e) Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, tetapi
setelah itu nafsu makan timbul lagi.
f) Mamae menjadi tegang dan membesar.
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang duktus dan alveoli payudara.
g) Miksi sering
2

Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan


oleh uterus yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan
kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena
kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
h) Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus otot usus menurun yang disebabkan oleh
pengaruh hormon steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang
air besar.
i) Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna
lebih tegas, melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian
bawah.
j) Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggivae (gusi berdarah). Sering
terjadi pada triwulan pertama.
k) Varises (pemekaran vena-vena)
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena. Penampakan pembuluh darah itu
terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, dan payudara.

2) Tanda kemungkinan kehamilan


a) Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai
pembesaran perut.
b) Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya
makin lama makin bundar.
c) Tanda Hegar
3

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama


daerah ismus. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengalami hipertrofi
seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan
ismus menjadi panjang dan lebih lunak.
d) Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan
serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
e) Tanda Piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadangkadang pembesaran tidak rata
tetapi di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini
menyebabkan uterus membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke
jurusan pembesaran.
f) Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus
dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada
kehamilan misalnya pada mioma uteri, tanda Braxton-Hicks tidak ditemukan.
g) Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya
janin di dalam uterus.
h) Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic
gonadotropin pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi
hari. Dengan tes ini dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan
sedini mungkin.

3) Tanda pasti kehamilan


a) Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian-bagian janin.
4

b) Denyut jantung janin


1) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2) Dicatat dan didengar dengan alat doppler
3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4) Dilihat pada ultrasonograf.
c) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen

PERUBAHAN ANATOMIK KEHAMILAN

Pembesaran uterus yang disertai penipisan dindingnya juga memudahkan pemeriksa untuk
mengenali kehamilan secara lebih dini. Dari dinding yang padat dan kavum yang sempit
kemudian kapasitasnya berkembang hingga 500-1000 kali dari ukuran semula dan penipisan
dinding menjadi sekitar 5 mm mulai trimester kedua kehamilan menyebabkn deteksi kehamilan
menjadi lebih mudah dari periode sebelumnya. Hal ini juga (quickening) mulai dirasakan oleh
ibu hamil. Pengembangan kapasitas dan penipisan dinding uterus lebih cepat terjadi pada
multipara sehingga deteksi kehamilan dapat dilakukan lebih awal (satu hingga dua mnggu)
dibandingkan dengan primigravida.
Jantung janin mulai berdenyut sejak awal mingu keempat setelah fertilisasi, tetapi baru pada
usia kehamilan 20 minggu bunyijantung janin dapat dideteksi dengan fetoskop. Dengan
menggunakan teknik ultrasound atau system Doppler, bunyi jantung janin dapat dikenali lebih
awal (12-20 minggu usia kehamilan). Bunyi jantung janin harus daoat dibedakan dengan
pulsasi maternal, bising usus, gerakan janin dan bising arteri uterine. Bising funikulu umumnya
seirama dengan bunyi jantung janin.
Gerkan janin juga bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi baru dapat
dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena usia kehamilan tersebut, dinding
uterus mulai menipis dan gerakan janin menjadi lebih kuat. Padakondisi tertentu, ibu hamil
dapat merasakan gerakan hakus hingga tendangan kaki bayi di usia kehamilan 16-18 minggu
(dihitung dari HPHT).
5

PERUBAHAN FISIOLOGIK DAN HORMONAL PADA KEHAMILAN

Tanda tanda pasti kehamilan adalah dua atau kondisis yang mengindikasikan adanya buah
kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa (misalnya
denyut jantung janin, gambaaran sonogram janin, dan gerakan janin).
Kehamilan menyebabkan dinding dlam uterus atau endometrium tidak dilepaskan sehingga
amenorea atau tidak datangnya haid dianggap debagai tanda kehamilan, namun hal in tidak
dapat dianggap sebagai tanda pasti kehamilan karena amenorea dapat terjadi pada beberapa
penyakit kronik, tumor hipofifis, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan yang
paling sering gangguan emosional terutama mereka yang tidak ingin hamil atau malahan
mereka yang ingin sekali hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil semu). Pembersaran
payudara yang disertai dengan rasa penuh dan tegang dan sensitif terhadap sentuhan( dalam dua
bulan pertama kehamilan), pembesaran putting susu dan pengeluaran kolostrum (mulai terlihat
atau dapat diekspresikan sejak kehamilan masuk usia 12 minggu). Hipertrofi kelenjar sebasea
berupa tuberkel Montgomery atau folikel doskitar aerola mulai terlihat jelas sejak 2 bulan
pertama kehamilan. Pembesaran berlebihan payuara dapat menyebabkan striasi (garis-garis
hipo/hiperpigmentasi pada kulit). Selain membesar, dapat juga terlihat gambaran vena bawah
kulit payudara.
Pembesaran payudara sering dikaitkan dengan terjadinya kehamilan, tetapi hal ini bukan
merupakan petunjuk pasti karena kondisi serupa dpaat terjadi pada pengguna kontrasepsi
hormonal, penderita tumor otak atau ovarium, pengguna rutin obat penenang, dan hamil semu
(pseudocyesis).
Hal lain yang terkait dengan perubahan hormonal dikaitkan dengan tanda kehamilan adalah
mual dan rasa muntah yang berlebihan atau hiperemesis.
Gejala metabolic lain yang dialami oleh ibu hamil dalm trimester pertama adalah rasa lelah /
fatigue. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya basal metabolic rate (BMR) dalam trimester
pertama kehamilan.
6

UJI HORMONAL KEHAMILAN


Uji kehamilan didasarkan pada adanya produksi human chorionic gonadotropin (Hcg) oleh
sel-sel sinsisiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormone ini disekresikan ke dalam sirkulasi ibu
hamil dan di ekskresikan melalui urin. Human chorionic gonadotropin (Hcg) dapat dideteksi
pada sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya sebanding meningkatnya usia
kehamilan diantara 30-60 hari. Produksi puncaknya adalah pada usia kehamilan 60-70 hari dan
kemudian menurun secara bertahap dan menetap hingga akhir kehamilan setelah usia
kehamilan 100- 130 hari.
Pemeriksaan kuantitatif HCG cukup bermakna bagi kehamilan. Kadar HCG yang rendah
ditemui pada kehamilan ektopik dan abortus iminens. Kadar yang tinggi dapat dijumpai pada
kehamilan majemuk, mola hidatidosa, atau korio karsinoma. Niali kuantitatif dengan
pemeriksaan radio immunoassay dapat membantu untuk menentukan usia kehamilan.
Pada perempuan yang hamil, HCG didalam urinnya akan menetrallisasi antibody dalam
antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada perempuan yang tidak hamil, tidak
terjadi netralisasi antibody sehingga terjadi reaksi aglutinasi.
Uji radioreceptorassay dan radioimmunoassay merupakan metode yang sangat sensitive
untuk mendeteksi HCG jika dibandingkan dengan uji kehamilan sebelumnya. Kedua metode ini
membutuhkan peralatan canggih, mahal, dan tenaga analis terlatih. Pemeriksaan dengan
radioreceptorassay juga bereaksi silang dengan hormone LH. Sehingga sensitivitas semata tidak
dapat mengungguli uji radioimmunoassay.
Pemeriksaan specimen darah dengan radioimmunoassay dapt dikhususkan untuk rantai
glikoprotein subunit beta ( subunits) yang dianggap spesifik dengan kehamilan. Dengan
metode ini adanya HCG dapat dodeteksi sejak 1 minggu setalah konsepsi. Pengujian ini
dilengkapi dengan informasi tentang usia kehamilan dan tingkat sensivitas yang dipakai oleh
pembuat perangkat atau instrument uji kehamilan. Walau cara pengujian ini dianggap sangat
akurat tetapi tidak 100 % sempurna.
Metode terbaru pengujian HCG subunit adalah enzyme linked immunosorben assay
(ELISA). Cara ini akan mengabsorbsi antibody monoclonal HCG subunit dengan hasil yang
sangat sensitive, tingkat spesifitas yang tinggi dalam waktu yang relative singkat, tidak
membutuhkan biaya tinggi dan mudah dilakukan.
7

ANAMNESIS

1. Tanyakan tentang Keluhan Utama dan menggali riwayat penyakit sekarang,


Menanyakan:

Riwayat kehamilan (GPA), riwayat perkawinan (berapa tahun), riwayat


kontrasepsi, riwayat ANC sebelumnya, kondisi kehamilan sekarang (gerakan
janin, kenaikan berat badan, tanda-tanda inpartu)

Riwayat haid, hari pertama haid terakhir (usia kehamilan)

Riwayat penyakit ibu dan keluarga, riwayat berobat, riwayat persalinan (kesulitan
persalinan yang lalu)

2. Tentukan usia kehamilan menurut anamnesis haid terakhir dan buat taksiran persalinan
(Rumus Naegele)

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. UMUM
Keadaan umum

Berat badan dan tinggi badan

Tanda vital (Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh)

2. KHUSUS
a.Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan kepada ibu, juga bahwa pemeriksaan ini
kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akan
membahayakan bayi yang ada dalam kandungan, kemudian menanyakan kesediaan
ibu untuk diperiksa.
8

b. Persilahkan ibu untuk berbaring terlentang.

c.Tutup paha dan kaki ibu dengan kain yang telah disediakan

d.Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudian keringkan
kedua tangan tersebut dengan handuk

e.Pemeriksa berada disisi kanan ibu menghadap bagian lateral kanan

f.Beritahu kepada ibu bahwa pemeriksa akan memulai proses pemeriksaan

Leopold 1:

Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus.
Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus ke bawah (jika diperlukan, fiksasi
uterus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan dibagian lateral depan
kanan dan kiri, setinggi tepi atas simfisis).

Angkat jari telunjuk kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi
pemeriksa sehingga menghadap ke bagian kepala

Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi
yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak
tangan kiri dan kanan secara bergantian.

Pada usia kehamilan diatas 24 minggu dapat digunakan meteran untuk menentukan usia
kehamilan berdasarkan TFU dalam cm dan taksiran berat badan janin dengan menghitung
TFU x Lingkar perut dalam cm.
9

Caranya letakkan alat pengukur meteran diatas sympisis ossis pubis sampai setinggi
fundus uteri, kemudian ukur lingkaran perut melalui umbilicus. Dari hasil perkalian akan
didapatkan TBJ dalam gram

Leopold 2:

Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada
dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama.

Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan
kiri dan kanan, kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan
memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas).
Leopold 3:

Atur posisi pemeriksa pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu.

Letakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan
pada dinding lateral kanan bawah perut ibu.

Tekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk menentukan bagian terbawah bayi
(bagian keras, bulat dan hampir homogen, adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan
kurang simetris, adalah bokong).

Leopold 4:

Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus bawah,
ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis.
10

Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudian rapatkan semua jari-jari tangan yang
meraba dinding bawah uterus.

Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen atau divergen)

Setelah itu, pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila
presentasi kepala, upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi
bokong, upayakan untuk memegang pinggang bayi).

Fiksasikan bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari tangan
kanan di antara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah
memasuki pintu atas panggul

3. AUSKULTASI

1. Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural dengan
tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu yang sesuai dengan
posisi punggung bayi (bagian yang memanjang dan rata).

2. 1. Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan bunyi jantung bayi


2. (pindahkan titik dengar apabila pada titik pertama, bunyi jantung tersebut

kurang jelas, upayakan untuk mendapatkan punctum maksimum).

Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi jantung bayi,
pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relatif tipis yaitu sekitar 3 sentimeter
di bawah pusat (sub-umbilikus).

3. Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi dalam 60 detik (1 menit ) penuh (normal 120
160 kali / menit)
11

4. Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula

5. Lakukan pemeriksaan tambahan bila diperlukan (laboratorium dan USG)

6. Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup dan rapikan
kembali pakaian ibu.

6. Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup dan rapikan
kembali pakaian ibu.

7. Persilahkan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil pemeriksaan pada lembar yang telah
tersedia di dalaam status pasien.
12

Gambar 1.1 teknik pemeriksaan Leopold

EVALUASI AMENOREA

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat dan tepat harus dilakukan untuk mencari
penyebab amenorea. Beberapa keadaan yang harus dieksplorasi antara lain yaitu keadaan
psikologi/stress emosi, riwayat keluarga dengan anomaly genetic, status nutrisi, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi, serta penyakit system saraf pusat. Terdapat 3
langkah evaluasi amenorea sperti tertera dibawah ini.

LANGKAH I
Dipastikan dulu kehamilan telah disingkirkan dan dilakukan pemeriksaan kadar TSH dan
prolaktin. Pemerikasaan kadar TSH untuk evaluasi kemungkinan kelainan tiroid dan kadar
prolaktin untuk evaluasi hiperprolaktinemia sebagi penyebab amenorea. Adanya keluhan
galaktorea (keluarnya air susu tanpa adanya kehamilan) perlu pemeriksaan kadar prolaktin dan
foto sella tursika dengan MRI. Bila kedua pemeriksaan tersebut dalam batas normal selanjtunya
dilakukan tes progesterin. Tes progestin bertujuan untuk mengetahui kadar estrogen endogen
dan patensi traktus genitalia. Medroksi progesterone asetat (MPA) 10 mg per hari diberikan
selama 5 hari dan selanjutnya ditunggu 2-7 hari setelah obat habis untuk dilihat terjadi haid atau
tidak. Bila terjadi perdarahan berartidiagnosis adalah anovulasi. Tidak ada hambatan pada traktus
genitalia dan kadar estrogen endogen yang cukup untuk menumbuhkan endometrium telah dapat
ditegakkan. Hasil ini menujukkan bahwa fungsi ovarium, hipofisis, dan system saraf pusat
berfungsi baik.
LANGKAH II
Langkah II dikerjakan bila tidak terjadi perdarahan dengan tes progestin, yaitu dengan
pemberian estrogen progestin siklik. Estrogen ko njugasi 1,25 mg atau estradiol 2 mg setia hari
selama 21 hari ditambah pemeberian progestin (MPA 10 mgsetiap hari) pada 5 hari terakhir. Bila
13

tidak terjadi perdarahan setelah langkah 2 menunjukkan bahwa terdapat gangguan pada
kompartemen I a(endometrium). Gangguan pada kompartemen I sering terjadi pada keadaan
tindakan kuret terlalu dalam (sindroma asherman) atau infeksi endometrium (TBC). Bila terjadi
perdarahan berarti kompartemen I berfungsi baik dengan stimulasi estrogen eksogen. Hasil ini
juga menunjukkan bahwa estrogen endogen tidak ada karena perdarahan yang terjadi akibat
stimulus estrogen progesterone eksogen secara siklik.
LANGKAH III
Langkah 3 dikerjakan untuk mengetahui penyebab tidak adanya estrogen endogen.
Seperti diketahui bahwa estrogen dihasilkan oleh folikel yang sedang berkembang di ovarium
setelah mendapat stimulus gonadotropin yang berasal dari sentral (merupakan hasil kerja sama
hypothalamus dan hipofisis). Jadi langkah 3 digunakan untuk mengetnahui masalah tersebut
berasal dari komparten II (folikel ovarium) atau kompartemen III dan IV (Hipothalamus dan
hipofisis). Pada langkah ke-3 dilakukan pemeriksaan kadar gonadotropin (FSH dan LH) yang
sebaiknya dikerjakan 2 minggu setelah obat pada langkah 2 habis guna menghindari penekanan
estrogen ke sentral.
Hasil pemeriksaan pada langkah 3 bisa menunjukkan kadar gonadotropin yang tinggi,
rendah atau normal. Kadar gonadotropin tinggi menunjukkan masalah ada dikompartemen II
(ovarium), sedang bila kadar gonadotropin rendah atau normal menunjukan masalah ada di
kompartemen III atau IV (hypothalamus atau hipofisis). Perempuan dengan amenorea usia
dibawah 30 tahun dengan masalah dikompartemen II sebaiknya dilakukan pemeriksaan
kromosom kariotipe. Terdapatnya tanda mosaic dengan kromosom Y merupakan indikasi untuk
dilakukan eksisi gonad karena risiko terjadinya perubahan keganasan. Bila hasil kadar
gonadotropin rendah atau normal diperlukan pemeriksaan imaging (MRI) untuk membedakan
lokasi antara hypothalamus atau hipofisis.

Secara sistematis langkah evaluasi amenorea tertera pada gambar berikut.

AMENOREA
galaktorea TSH
prolaktin / MRI
tes progestin
14

TSH Perdrahan + Perdrahan (-)


meningkat

Hipotiroidoid Orolaktin Normal Prolaktin > Estrogen dan


TSH Normal 100 progestin siklik

Anovulasi MRI Perdarahan Perdarahan (-)


+

Periksa FSH, Masalah di


LH uterus

Rendah Normal Tinggi

MRI Kegagalan
Ovrium

Amenorea
hipothalamus

Anda mungkin juga menyukai