PENDAHULUAN
Bioamassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa
produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan rumput,
limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Kompor adalah alat masak yang
menghasilkan panas tinggi. Biasanya kompor ditemukan di dapur dan bahan bakarnya dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada dasarnya jenis kompor yang banyak
digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah dan kompor gas. Meskipun demikian,
masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat memasak. 1 Kompor biobriket adalah
alat masak yang menggunakan bahan bakar dari biomassa. Bahan yang digunakan untuk
membuat kompor berpengaruh terhadap kualitas kompor, baik dari sudut penampilan, daya tahan
kompor, atau mobilitasnya. Kompor biobriket harus memiliki komponen-komponen yang utama
terdiri dari ruang bakar (dinding primer) sebagai tempat proses pembakaran.2
Percobaan ini dilakukan dengan mencari referensi untuk bahan bacaan dan teori yang
melandasi percobaan ini. Kemudian dilakukan percobaan langsung dengan alat untuk
mendapatkan data, analisa, dan kesimpulan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompor
Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Biasanya kompor ditemukan
di dapur dan bahan bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada
dasarnya jenis kompor yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah
dan kompor gas. Meskipun demikian, masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat
memasak. Apalagi, kondisi saat ini di mana harga bahan bakar untuk kompor minyak dan gas
semakin mahal maka mulai perlu diperhatikan kembali berbagai jenis kompor dengan alternatif
bahan bakar tanpa minyak dan gas (Kuncoro dan Damanik, 2005).1
Berdasarkan bahan bakarnya, kompor dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai
berikut :
1. Kompor minyak tanah
Kompor minyak tanah merupakan jenis alat masak yang paling banyak digunakan di
kalangan rumah tangga, sebagian kecil industri, serta warung/rumah makan. Seperti namanya,
kompor ini berbahan bakar minyak tanah. Namun demikian, kelemahan kompor minyak tanah
bila pembakaran kurang sempurna maka api berubah menjadi kuning/merah sehingga
menimbulkan jelaga.
2. Kompor gas
Kompor ini berbahan bakar yang biasa digunakan di rumah tangga ataupun warung, yaitu
jenis LPG. Keunggulan kompor ini adalah emisi yang dikeluarkan relatif lebih sedikit dan tidak
cenderung menyebabkan wadah masak menjadi hitam atau tidak merusak panci. Selain itu,
memasak dengan menggunakan kompor gas lebih cepat dibandingkan memasak dengan
menggunakan kompor minyak tanah. Kompor ini memiliki kelemahan, yaitu harga kompornya
cukup mahal dan bahan bakarnya pun mahal.
3. Kompor listrik
Prinsip kerja kompor ini adalah mengubah energi listrik menjadi energi panas. Umumnya
kompor ini cukup mahal.
4. Kompor biogas.
5. Tungku tenaga surya.
6. Tungku kayu bakar dan arang.
7. Tungku serbuk gergaji.
8. Kompor briket (Eriko, 2008).
2.2 Biomassa
Bioamassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa
produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan rumput,
limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer
serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan, dan sebagainya. Biomassa
juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah bahan bakar
biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk
primernya (Pari dan Hartoyo, 1983).
Sedangkan menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material organik yang
kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan mineral lain yang jumlahnya
sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama tanaman biomassa adalah
karbohidrat (berat kering 75%), lignin ( 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya
bisa berbeda-beda.
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil
(minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara
lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga
tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber
daya hutan dan pertanian (Widardo dan Suryanta, 1995).
Potensi biomassa di Indonesia adalah cukup tinggi. Dengan hutan tropis Indonesia yang
sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 juta ton yang terbuang
dan belum dimanfaatkan. Jumlah energi yang terkandung dalam kayu itu besar, yaitu 100 milyar
kkal setahun. Demikian juga sekam padi, tongkol jagung, dan tempurung kelapa yang
merupakan limbah pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi yang besar sekali.1
Sebelum berkembangnya teknologi gasifikasi, awalnya metode ini sangat intensif karena
memerlukan suhu udara tinggi, oksigen serta uap agar dapat bereaksi dengan bahan organik.
Proses tersebut menimbulkan karbon dioksida dengan jumlah yang besar, serta akan
menghasilkan limbah padat saat proses akhir. Sehingga para ilmuan berusaha untuk
mengembangkan proses gasifikasi tersebut agar lebih efisien dan akhirnya mereka berhasil,
sehingga dihasilkan proses yang lebih efisien, yaitu dengan cara menambahkan CO 2 kedalam
steam atmosfer dari suatu gasifier.
Teknik proses gasifikasi yang berhasil mereka kembangkan memiliki manfaat yang positif
bagi lingkungan, yaitu mencegah gas CO2 yang dihasilkan saat proses tidak akan naik ke
atmosfir dan setelah penyedotan hidrogen dari hasil syngas maka sisa karbon monoksida dapat
dikuburkan di bawah tanah secara aman.
Gambar 1. Proses Gasifikasi
Dalam gasifer reaktor, terjadi beberapa proses seperti pengeringan, pengarangan, oksidasi
dan reduksi hingga dihasilkan gas yang sesuai dengan spesifikasi, untuk lebih jelasnya berikut
ulasan mengenai masing-masing proses tersebut:
1. Proses pengeringan/penguapan
Pengeringan merupakan tahap awal pada proses gasifikasi ini, dimana kandungan
air dalam biomassa diuapkan oleh gas panas dari reaksi oksidasi pembakaran pada bagian
bawah reaktor, temperatur yang digunakan berkisar 170C.
2. Proses Pengarangan (Pirolisa)
Selanjutnya dalam proses ini bahan bakar yang telah kering akan mengalami
pemanasan pada temperatur 500-700C dan dengan menggunakan udara tertentu
sehingga akan terjadi pembakaran yang tidak sempurna sehingga bahan bakar akan
terurai menjadi arang, asam organik dan juga dalam bentuk zat-zat lain.
3. Proses Oksidasi
Dalam proses gasifikasi akan terjadi juga proses oksidasi, tepatnya setelah tahap
pembakaran dan pengarangan selesai. Zat yang dihasilkan dibakar dengan menggunakan
bantuan udara sehingga menghasilkan gas yang mampu terbakar dengan sempurna,
disamping itu akan terbentuk juga gas CO 2 yang disertai dengan timbulnya energi panas.
Gas yang akan dihasilkan pada proses ini nantinya yaitu jenis gas yang dapat ditarik atau
dikeluarkan langsung dari dalam reaktor.
4. Proses Reduksi
Tahap ini merupakan proses terakhir proses gasifikasi dimana akan terjadi
pertukaran uap air serta terjadi reduksi CO2 oleh arang karbon. Akibat dari proses ini,
jumlah gas yang dihasilkan akan mengalami peningkatan secara signifikan.
Pemanfaatan metode gasifikasi seharusnya perlu ditingkatkan, agar limbah-limbah dan
sampah kota yang pada dasarnya mencemari lingkungan dapat diolah menjadi sumber energi dan
tentunya lebih efisien. Demikianlah pembahasan kali ini mengenai pengertian dasar proses
gasifikasi, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda.3
BAB III
METODA PERCOBAAN
1. Menempatkan kompor yang akan diuji pada tempat yang telah disediakan
2. Mengisi kompor dengan biobriket yang sudah diketahui beratnya sesuai kapasitas
kompor (misal 30R:70TK)
4. Menyalakan kompor.
6. Mencatat waktu penyalaan biobriket. Dimulai pada saat diletakannya biobriket dalam
kompor hingga waktu ketika temperatur yang dicapainya pada kondisi terbentuknya bara
api pada biobriket (sekitar 60oC).
7. Menunggu sampai pembakaran biobriket selesai ditandai oleh emisi CO yang berkurang
dengan temperatur sekitar 60oC.
2. Pengujian Emisi CO
Pengujian emisi CO dilakukan dengan menggunakan alat Sensor Gas Analyzersebagai
detektor gas CO. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat pemasakan berupa kompor yang telah berisikan biobriket.
4. Ketika pembakaran terjadi, gas keluar dari kompor sehingga kadar emisinya tertangkap
dan selanjutnya dibaca oleh sensor dalam gas Analyzer.
7. Membuat grafik temperatur terhadap emisi CO yang dihasilkan untuk melihat kualitas
pembakaran yang dihasilkan dari sistem pembakaran pada kompor biobriket.
Pengujian efisiensi dilakukan dengan Water Boiling Test yang mana air dalam panci
dipanaskan, kemudian dengan pengukuran temperatur, massa air, dan massa bahan bakar, akan
dihitung nilai efisiensinya. Adapun prosedur penelitiannya adalah:
8. Mengukur efisiensi termal sampai biobriket habis untuk satu kali pembakaran.
9. Mengulangi percobaan 1-8 menggunakan bahan bakar biobriket dengan komposisi yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hidayat, Arif. 2011. Rancang Bangun Kompor Biobriket. Jurusan Fisika. Universitas
Sumatera Utara.
[2] Mulyana, Cukup, Dr.,M.S. 2017. Diktat Praktikum Fisika Energi II. Prodi Fisika. Universitas
Padjadjaran.