Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bioamassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa
produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan rumput,
limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Kompor adalah alat masak yang
menghasilkan panas tinggi. Biasanya kompor ditemukan di dapur dan bahan bakarnya dapat
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada dasarnya jenis kompor yang banyak
digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah dan kompor gas. Meskipun demikian,
masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat memasak. 1 Kompor biobriket adalah
alat masak yang menggunakan bahan bakar dari biomassa. Bahan yang digunakan untuk
membuat kompor berpengaruh terhadap kualitas kompor, baik dari sudut penampilan, daya tahan
kompor, atau mobilitasnya. Kompor biobriket harus memiliki komponen-komponen yang utama
terdiri dari ruang bakar (dinding primer) sebagai tempat proses pembakaran.2

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana cara kerja kompor biobriket?


2. Bagaimana cara menghitung efisiensi kompor biobriket?

1.3 Tujuan Percobaan

1. Memahami cara kerja kompor biobriket.


2. Menghitung efisiensi kompor biobriket.

1.4 Metoda Percobaan

Percobaan ini dilakukan dengan mencari referensi untuk bahan bacaan dan teori yang
melandasi percobaan ini. Kemudian dilakukan percobaan langsung dengan alat untuk
mendapatkan data, analisa, dan kesimpulan

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari Laporan Pendahuluan ini adalah


BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang tinjauan global dari praktikum yang akan di lakukan,
mencakup atas:
- Latar Belakang
- Identifikasi Masalah
- Tujuan Percobaan
- Metoda Percobaan
- Sistematika Penulisan
- Waktu dan Tempat Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori dasar dari berbagai literatur yang dapat mendukung
untuk melakukan percobaan.
BAB III METODA PERCOBAAN
Bab ini berisi tentang penjelsan fungsi dari alat percobaan dan prosedur dari
percobaan.

1.6 Waktu dan Tempat Percobaan

Hari/Tanggal : Selasa, 14 Maret 2017


Waktu : 10.00 12.00 WIB
Tempat: Laboraturium Fisika Energi, Jurusan Fisika FMIPA Unpad

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompor
Kompor adalah alat masak yang menghasilkan panas tinggi. Biasanya kompor ditemukan
di dapur dan bahan bakarnya dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu cair, padat, dan gas. Pada
dasarnya jenis kompor yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah kompor minyak tanah
dan kompor gas. Meskipun demikian, masih ada jenis lain yang juga bisa dijadikan sebagai alat
memasak. Apalagi, kondisi saat ini di mana harga bahan bakar untuk kompor minyak dan gas
semakin mahal maka mulai perlu diperhatikan kembali berbagai jenis kompor dengan alternatif
bahan bakar tanpa minyak dan gas (Kuncoro dan Damanik, 2005).1
Berdasarkan bahan bakarnya, kompor dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai
berikut :
1. Kompor minyak tanah
Kompor minyak tanah merupakan jenis alat masak yang paling banyak digunakan di
kalangan rumah tangga, sebagian kecil industri, serta warung/rumah makan. Seperti namanya,
kompor ini berbahan bakar minyak tanah. Namun demikian, kelemahan kompor minyak tanah
bila pembakaran kurang sempurna maka api berubah menjadi kuning/merah sehingga
menimbulkan jelaga.
2. Kompor gas
Kompor ini berbahan bakar yang biasa digunakan di rumah tangga ataupun warung, yaitu
jenis LPG. Keunggulan kompor ini adalah emisi yang dikeluarkan relatif lebih sedikit dan tidak
cenderung menyebabkan wadah masak menjadi hitam atau tidak merusak panci. Selain itu,
memasak dengan menggunakan kompor gas lebih cepat dibandingkan memasak dengan
menggunakan kompor minyak tanah. Kompor ini memiliki kelemahan, yaitu harga kompornya
cukup mahal dan bahan bakarnya pun mahal.
3. Kompor listrik
Prinsip kerja kompor ini adalah mengubah energi listrik menjadi energi panas. Umumnya
kompor ini cukup mahal.
4. Kompor biogas.
5. Tungku tenaga surya.
6. Tungku kayu bakar dan arang.
7. Tungku serbuk gergaji.
8. Kompor briket (Eriko, 2008).
2.2 Biomassa
Bioamassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis baik berupa
produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan rumput,
limbah pertanian, limbah hutan, tinja, dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer
serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan, dan sebagainya. Biomassa
juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah bahan bakar
biomassa yang nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk
primernya (Pari dan Hartoyo, 1983).
Sedangkan menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material organik yang
kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak protein dan mineral lain yang jumlahnya
sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi. Komponen utama tanaman biomassa adalah
karbohidrat (berat kering 75%), lignin ( 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya
bisa berbeda-beda.
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan bakar fosil
(minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu, dapat dimanfaatkan secara
lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui, relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga
tidak menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber
daya hutan dan pertanian (Widardo dan Suryanta, 1995).
Potensi biomassa di Indonesia adalah cukup tinggi. Dengan hutan tropis Indonesia yang
sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 juta ton yang terbuang
dan belum dimanfaatkan. Jumlah energi yang terkandung dalam kayu itu besar, yaitu 100 milyar
kkal setahun. Demikian juga sekam padi, tongkol jagung, dan tempurung kelapa yang
merupakan limbah pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi yang besar sekali.1

2.3 Teori Pembakaran


Pembakaran adalah suatu reaksi kimia yang melibatkan pencampuran bahan bakar dan
oksigen untuk menghasilkan panas dan produk pembakaran.
Beberapa syarat agar dapat terjadi suatu proses pembakaran, yaitu:
a. Adanya bahan bakar
Bahan bakar didefinisikan sebagai bahan yang apabila terbakar dapat meneruskan proses
pembakaran dengan sendirinya disertai dengan pengeluaran kalor. Secara umum, unsur yang
terkandung dalam bahan bakar adalah C, H, S.
b. Adanya suplai oksigen
Oksigen yang digunakan dapat berupa oksigen murni atau oksigen yang berasal dari udara.
c. Adanya energi panas
Energi panas berfungsi untuk mengaktivasi reaksi pembakaran (ignition).
Contoh reaksi pembakaran:
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
Reaksi di atas adalah reaksi sempurna yang terjadi pada proses pembakaran. Namun,
pada kenyataannya proses pembakaran yang terjadi seringkali menghasilkan pembakaran yang
tidak sempurna sehingga reaksi pembakaran yang terjadi menghasilkan karbon monoksida (CO).
Emisi gas CO berasal dari reaksi oksidasi tidak sempurna hidrokarbon dan karbon yang
terkandung dalam bahan bakar. Untuk memperoleh reaksi yang sempurna menuju pembentukan
karbon dioksida (CO2), harus dipenuhi tiga syarat: kecukupan waktu tinggal reaksi untuk reaksi
CO ke CO2, kecukupan oksigen untuk menyempurnakan reaksi oksidasi, dan temperatur reaksi
yang cukup tinggi untuk memperbesar kinetika reaksi oksidasi.2

2.4 Performa Pembakaran Kompor Biobriket


1. Emisi Gas Karbon Monoksida (CO)
Emisi biobriket dihasilkan dari pembakaran biomassa dalam kompor. Emisi ini dapat
menyebabkan polusi udara berupa gas CO, sulfur, nitrogen oksida, dan hidrokarbon. Pada
penelitian ini gas buang yang akan diukur adalah emisi gas CO, karena emisi gas CO
menunjukkan adanya kesempurnaan dalam proses pembakaran. Emisi gas CO berasal dari reaksi
oksidasi tidak sempurna hidrokarbon dan karbon yang terkandung dalam biobriket. Untuk
mendapatkan reaksi oksidasi yang sempurna, maka pembakaran harus memenuhi syarat untuk
memberikan pengaruh terhadap emisi gas CO yaitu waktu reaksi yang cukup lama, jumlah
oksigen yang cukup untuk reaksi, dan temperatur yang tinggi.
2. Efisiensi Termal
Efisiensi termal adalah perbandingan antara nilai kalor yang diterima oleh air dengan
nilai kalor yang diberikan oleh biobriket. Pada penelitian ini, perhitungan untuk menentukan
besar efisiensi didefinisikan pada Persamaan 2.1[13] :
ma ca T ma L
T 100
mk LHV
(1)
dengan ma = massa air (kg), ma = massa air yang menguap (kg), L = kalor laten air = 2268000
(J/kg), T = perubahaan temperatur (C), mk = massa bahan bakar yang telah dibakar (kg), Ca =
panas jenis air = 4186 (J/(C.kg)), LHV= entalpi biobriket (J/kg).
Pembakaran yang baik harus memiliki nilai efisiensi termal yang sangat tinggi
agar panas yang dihasilkan merata. Kalor yang diberikan dari biobriket akan mempengaruhi
perubahan temperatur air hingga mencapai titik didih. Mula-mula air yang telah diketahui
massanya kemudian dipanaskan sampai mencapai titik didih yang kemudian digunakan untuk
menghitung efisiensi termal sesuai dengan Persamaan 1.2

2.5 Proses Gasifikasi


Proses gasifikasi adalah proses konversi energi secara thermokimia dan akan terjadi
penguraian biomassa yang dilakukan di dalam suatu alat yang disebut gasifer reaktor, penguraian
tersebut dilakukan dengan cara pemanasan dengan suhu sekitar 900C. Bahan baku yang
biasanya digunakan adalah limbah pertanian dan kayu. Adapun jenis gas yang digunakan pada
proses gasifikasi yaitu CO, H2, CH2, N2 dan CO2.

Sebelum berkembangnya teknologi gasifikasi, awalnya metode ini sangat intensif karena
memerlukan suhu udara tinggi, oksigen serta uap agar dapat bereaksi dengan bahan organik.
Proses tersebut menimbulkan karbon dioksida dengan jumlah yang besar, serta akan
menghasilkan limbah padat saat proses akhir. Sehingga para ilmuan berusaha untuk
mengembangkan proses gasifikasi tersebut agar lebih efisien dan akhirnya mereka berhasil,
sehingga dihasilkan proses yang lebih efisien, yaitu dengan cara menambahkan CO 2 kedalam
steam atmosfer dari suatu gasifier.

Teknik proses gasifikasi yang berhasil mereka kembangkan memiliki manfaat yang positif
bagi lingkungan, yaitu mencegah gas CO2 yang dihasilkan saat proses tidak akan naik ke
atmosfir dan setelah penyedotan hidrogen dari hasil syngas maka sisa karbon monoksida dapat
dikuburkan di bawah tanah secara aman.
Gambar 1. Proses Gasifikasi

4 Tahap Utama Pada Proses Gasifikasi:

Dalam gasifer reaktor, terjadi beberapa proses seperti pengeringan, pengarangan, oksidasi
dan reduksi hingga dihasilkan gas yang sesuai dengan spesifikasi, untuk lebih jelasnya berikut
ulasan mengenai masing-masing proses tersebut:

1. Proses pengeringan/penguapan
Pengeringan merupakan tahap awal pada proses gasifikasi ini, dimana kandungan
air dalam biomassa diuapkan oleh gas panas dari reaksi oksidasi pembakaran pada bagian
bawah reaktor, temperatur yang digunakan berkisar 170C.
2. Proses Pengarangan (Pirolisa)
Selanjutnya dalam proses ini bahan bakar yang telah kering akan mengalami
pemanasan pada temperatur 500-700C dan dengan menggunakan udara tertentu
sehingga akan terjadi pembakaran yang tidak sempurna sehingga bahan bakar akan
terurai menjadi arang, asam organik dan juga dalam bentuk zat-zat lain.
3. Proses Oksidasi
Dalam proses gasifikasi akan terjadi juga proses oksidasi, tepatnya setelah tahap
pembakaran dan pengarangan selesai. Zat yang dihasilkan dibakar dengan menggunakan
bantuan udara sehingga menghasilkan gas yang mampu terbakar dengan sempurna,
disamping itu akan terbentuk juga gas CO 2 yang disertai dengan timbulnya energi panas.
Gas yang akan dihasilkan pada proses ini nantinya yaitu jenis gas yang dapat ditarik atau
dikeluarkan langsung dari dalam reaktor.
4. Proses Reduksi
Tahap ini merupakan proses terakhir proses gasifikasi dimana akan terjadi
pertukaran uap air serta terjadi reduksi CO2 oleh arang karbon. Akibat dari proses ini,
jumlah gas yang dihasilkan akan mengalami peningkatan secara signifikan.
Pemanfaatan metode gasifikasi seharusnya perlu ditingkatkan, agar limbah-limbah dan
sampah kota yang pada dasarnya mencemari lingkungan dapat diolah menjadi sumber energi dan
tentunya lebih efisien. Demikianlah pembahasan kali ini mengenai pengertian dasar proses
gasifikasi, semoga artikel ini bermanfaat bagi anda.3
BAB III
METODA PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan Percobaan


1. Briobriket (50R:50TJ, 70R:30TJ, 30R:70TJ)
Sebagai bahan yang akan diuji untuk bahan bakar kompor.
2. Kompor
Sebagai alat utama yang digunakan pada percobaan ini.
3. Termokopel
Sebagai mengukur temperatur pembakaran briket didalam kompor dan temperatur air.
4. Blower
sebagai mengatur kecukupan udara ketika pembakaran terjadi dan memperbesar
transfer panas secara konveksi
3.2 Prosedur Percobaan
1. Pengujian waktu penyalaan (ignisi)
Adapun tahapan dalam pengujian waktu penyalaan (ignasi) adalah:

1. Menempatkan kompor yang akan diuji pada tempat yang telah disediakan

2. Mengisi kompor dengan biobriket yang sudah diketahui beratnya sesuai kapasitas
kompor (misal 30R:70TK)

3. Memasukkan air kedalam bejana.

4. Menyalakan kompor.

5. Meletakkan termokopel diatas / menempel biobriket didalam kompor pembakaran.


Menghubungkan corong kompor dengan termokopel.

6. Mencatat waktu penyalaan biobriket. Dimulai pada saat diletakannya biobriket dalam
kompor hingga waktu ketika temperatur yang dicapainya pada kondisi terbentuknya bara
api pada biobriket (sekitar 60oC).

7. Menunggu sampai pembakaran biobriket selesai ditandai oleh emisi CO yang berkurang
dengan temperatur sekitar 60oC.

2. Pengujian Emisi CO
Pengujian emisi CO dilakukan dengan menggunakan alat Sensor Gas Analyzersebagai
detektor gas CO. Adapun prosedur yang dilakukan sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat pemasakan berupa kompor yang telah berisikan biobriket.

2. Meletakan Sensor Gas Analyzeryang disekitar kompor biobriket.

3. Membakar 1 kg bahan bakar biobriket dengan komposisi tertentu (misal 30-70).

4. Ketika pembakaran terjadi, gas keluar dari kompor sehingga kadar emisinya tertangkap
dan selanjutnya dibaca oleh sensor dalam gas Analyzer.

5. Mencatat konsentrasi CO yang keluar dari selang pada kompor .

6. Mengulangi percobaan menggunakan variasi komposisi % berat biobriket yang berbeda.

7. Membuat grafik temperatur terhadap emisi CO yang dihasilkan untuk melihat kualitas
pembakaran yang dihasilkan dari sistem pembakaran pada kompor biobriket.

3. Pengujian Efisiensi Termal

Pengujian efisiensi dilakukan dengan Water Boiling Test yang mana air dalam panci
dipanaskan, kemudian dengan pengukuran temperatur, massa air, dan massa bahan bakar, akan
dihitung nilai efisiensinya. Adapun prosedur penelitiannya adalah:

1. Menghubungkan termokopel pada kompor.

2. Meletakkan biobriket pada kompor.

3. Membakar kurang lebih 1 kg biobriket dengan komposisi tertentu.

4. Meletakkan panci yang berisi air diatas kompor.

5. Meletakkan termokopel hingga menyentuh badan air.

6. Mencatat kenaikan suhu yang terjadi pada air.

7. Mengukur massa air setelah pembakaran selesai.

8. Mengukur efisiensi termal sampai biobriket habis untuk satu kali pembakaran.

9. Mengulangi percobaan 1-8 menggunakan bahan bakar biobriket dengan komposisi yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hidayat, Arif. 2011. Rancang Bangun Kompor Biobriket. Jurusan Fisika. Universitas
Sumatera Utara.

[2] Mulyana, Cukup, Dr.,M.S. 2017. Diktat Praktikum Fisika Energi II. Prodi Fisika. Universitas
Padjadjaran.

[3] Pengertian Dasar Proses Gasifikasi. 10 Maret 2017.


http://www.prosesindustri.com/2015/04/pengertian-dasar-proses-gasifikasi.html

Anda mungkin juga menyukai