Anda di halaman 1dari 3

Otitis eksterna maligna

Otitis eksterna maligna atau yang dikenal dengan nekrosis otitis eksterna merupakan
suatu infeksi yang berpotensi mematikan pada daerah meatus auditori eksterna dan lempeng
tulang timpani yang akan menyebar ke bagian basal tengkorak yang akan mengakibatkan
neuropati cranial. Organisme penyebab penyakit ini biasanya adalah Pseudomonas
aeruginosa. Gejala yang ditimbulkan dari penyakit ini adalah otalgia yang terus menerus,
discharge aural yang bersifat purulent, dan granulasi pada daerah ismus (pertemuan tulang
dan kartilago) di bagian meatus auditori eksterna. Nervus facial adalah bagian yang paling
sering terkena pertama kali. Komplikasi termasuk trombosis sinus dural, meningitis dan
abses serebral. 1

Patofisiologi

Infeksi dimulai dari kulit dan kartilago pada meatus auditori eksterna. Infasi lempeng timpani
yang berdekatan menyebabkan ulserasi dan granulasi jaringan pada ismus. Infeksi menyebar
melewati fisura santorini dan sutura timpanomastoidea ke basal tengkorak.
Periostitismenyebar sepanjang permukaan bawah dari basal tengkorak yang melibatkan
foramen stylomastoid kemudian foramina jugular dan foramina hipoglossal. Hal ini dapat
menyebabkan kelumpuhan saraf facial, glosofaringeal, vagus saraf aksesoris dan saraf
hipoglosus. Kapsul otic tidak selalu terlibat. Terdapat laporan terjadinya trismus dan
inflamasi temporomandibular joint (TMJ). Mortalitas tertinggi terjad pada usia tua, yang
mempunyai diabetes yang sangat tidak terkontrol dan komplikas lain seperti trombosis sinus
dural karena infeksi, meningitis dan abses serebral.

Pseudomonas aeruginosa adalah organisme penyebab lebh dari 90 persen kasus. Pseudomas
merupakan bakteri basil aerobik gram negatif. Fungi dan bakteri lainnya juga telah
dilaporkan. Aspergilus fumagitus merupaka organisme penyebab kedua dari penyakit ini.
Diabetes akan mengantar ke infeksi karena kondisi telinga pada pasien diabetes. Serumen
yang mengandung sedikit asam dapat mengurangi bakterisida, penyakit mikrovaskuler dapat
menghalangi aliran darah, dan mengurangi fagositosis.

Patofisiologi (sumber 2)

Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan dan dikeluarkan
dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat
mengganggu mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan
menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan
anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air
yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab,
hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.

Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan berkurangnya lapisan protektif
yang menimbulkan edema epitel skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang
memudahkan bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal
memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya
menimbulkan rasa nyeri.

Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa tidak
nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang bisa
menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan
terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar dapat
menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.

Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:

Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan bantalan
jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain itu, edema dermis
akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan kulit dan
tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada dauntelinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa
sakit yang hebat pada penderita otitis eksterna.

Serumen bersifat asam (pH 4-5) mcegah ptumbuhan bakteri&jamur jg mcegah kerusakan
kulit. Biasanya trauma lokal mendahului. Terkena air yang berlebihan mengurangi jumlah
serumen yg akan membuat kanal kering dan pruritus.

Tatalaksana

Antimikroba antipseudomonal merupakan terapi andalan. Penggunaan Ciprofloxacin (750 mg


dua kali sehari) merupakan antibiotik pilihan dimana memiliki efek toksik yang rendah,
penetrasi yang sangat baik ke tulang dan tidak membutuhkan penyesuaian untuk pasien yang
memiliki disfungsi ginjal. Biasanya dilakukan penggunaan ciprofloxacin intravena (400 mg
setiap 8 jam) sampai terdapat respon klinis atau berkurangnya ESR baru kemudian
dilanjutkan penggunaan oral. Pasien yang memiliki riwayat resisten P. Aeruginosa
membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk dilakukan biopsi, debridment, dan antibiotik
parenteral (menggunakan antipseudomonal beta laktam dengan atau tanpa aminoglikosida
selama lebih dari 12 minggu).

Sumber

Mills, R. (1986). Malignant otitis externa. British medical journal (Clinical research
ed.), 292(6518), 429.

Bernstein, J., & Holland, N. J. (2009). Malignant Otitis Externa. Journal of ENT
Masterclass, 2(1), 137-142.

Anda mungkin juga menyukai