Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

ENTOMOLOGI KESEHATAN

Nyamuk Anopheles aconitus

OLEH :

ABDUL RAHIM
J1A1 14 097
KLKK

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
A. Klasifikasi Nyamuk Anopheles aconitus
Menurut Meigen (1818) klasifikasi Anopheles aconitus adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Subfilum : Hexapoda

Kelas : Insecta

Subkelas : Pterygota

Infrakelas : Neoptera

Superordo : Endopterygota

Ordo : Diptera

Subordo : Nematocera

Infraordo : Culicomorpha

Superfamili : Culicoidea

Famili : Culicidae

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles aconitus

B. Morfologi Nyamuk Anopheles aconitus


Gambar Nyamuk Anopheles conitus (Sumber : Kemenkes RI 2011)

Sculetum 1 lobi, probosis lurus dan sama panjang dengan palpus. Setengah
bagian ujung probosis pucat. Sayap nyamuk berbintik pucat, pada costa,
subcosta, dan vena 1 ada 4 atau lebih daerah pucat. Kaki tidak berbintik-bintik
pucat, ditemukan jumbai pucat pada akhir vena sayap 6. Nyamuk sering masuk
ke dalam rumah pada malam hari, menyukai menghisap darah manusia, sapi,
dan kerbau. Nyamuk ini dapat dijumpai hingga ketinggian sekitar 850 meter
diatas permukaan laut.
Telur berwarna hitam, panjang 0,44 mm, memiliki pelampung diletakan di
permukaan air. Dalam kondisi lingkungan optimal, betina mampu bertelur
sekitar 120 butir.

C. Epidemiologi
Nyamuk Anopheles aconitus ditemukan pada hampir seluruh dunia, kecuali
di Antartika (kutub selatan). Malaria ditularkan oleh spesies Anopheles yang
berbeda, tergantung dari daerah dan kondisi lingkungan. Kejadian malaria pada
masa lampau pernah terjadi di iklim dingin, sebagai contoh malaria terjadi di
Canada pada tahun 1820 selama pembangunan kanal Rideau. Sejak saat itu,
parasit Plasmodium dibasmi di hampir seluruh negara-negara di dunia.
Distribusi Anopheles aconitus di Indonesia meliputi daerah Lampung, Jawa
tengah, D.I Yogyakarta, Jawa timur, Bali, Nusa Tenggara timur dan Nusa
Tenggara barat.

D. Perindukan Nyamuk Anopheles aconitus


Tempat perindukan vektor aconitus terutama didaerah pesawahan dan
saluran irigasi. Persawahan yang berteras merupakan tempat yang baik untuk
perkembangan nyamuk ini. Selain disawah, jentik nyamuk ini ditemukan pula
ditepi sungai yang airnya mengalir perlahan dan kolam air tawar. Distribusi
dari An. aconitus, terdapat hubungan antara densitas dengan umur padi
disawah. Densitas mulai meninggi setelah tiga empat minggu penanaman
padi dan mencapai puncaknya setelah padi berumur lima sampai enam minggu
(Hiswani, 2004).

E. Tempat Istirahat
Tempat istirahat An. aconitus pada umumnya di tempat yang mempunyai
kelembaban tinggi dan intensitas cahaya rendah, serta di lubang tanah
bersemak. An. aconitus hinggap di tempat-tempat dekat tanah. Nyamuk ini
biasanya hinggap di daerah-daerah yang lembab, seperti di pinggir-pinggir
parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab.

F. Prilaku Nyamuk
1) Perilaku istirahat
Istirahat bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya, yaitu istirahat yang
sebenarnya selama waktu menunggu proses perkembangan telur dan
istirahat sementara yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.
Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat yang teduh, lembab dan
aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih lanjut tiap spesies
ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Tempat istirahatnya
Anopheles aconitus pada pagi hari umumnya dilubang seresah yang lembab
dan teduh (Damar, 2002).
Tempat istirahat Anopheles aconitus pada umumnya di tempat yang
mempunyai kelembaban tinggi dan intensitas cahaya rendah, serta di lubang
tanah bersemak. Anopheles aconitus hinggap di tempat-tempat dekat tanah.
Nyamuk ini biasanya hinggap di daerah-daerah yang lembab, seperti di
pinggir-pinggir parit, tebing sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab
(Hiswani, 2004).
2) Perilaku mencari makan
Hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Nyamuk Anopheles
aconitus lebih suka berada di luar rumah dan menggigit di waktu senja
sampai dengan dini hari (eksofagik) serta mempunyai jarak terbang yang
jauh 1,5 km sampai dengn 2 km. nyamuk ini bersifat suka menggigit
binatang (zoofilik) dari pada sifat suka gigit manusia (antrophofilik).
Ristiyanto (2004) bahwa An. Aconitus dalam mencari mangsa bersifat
heterogen, artinya tidak ada selektifitas hospes bagi spesies ini untuk
mendapat mangsa sebagai sumber darah. Spesies ini sangat adaptif dan cepat
mencari mangsa pengganti, apabila hospes pilihan tidk dijumpai
dilingkungan hidupnya.
3) Perilaku perkembang biakan
Perkembangbiakan nyamuk Anopheles aconitus adalah genangan air dengan
dasar tanah seperti dipinggiran sawah dan parit. Nyamuk betina dewasa
mampu hidup sampai satu bulan atau bahkan lebih di laboratorium tetapi di
alam umumnya 2-3 minggu.
Siklus Hidup Perkembangbiakan Nyamuk Anopheles aconitus
a) Siklus Hidup
Anopheles mengalami empat tahap perkembangan dalam siklus
hidupnya; telur, larva, pupa dan dewasa. Tahap telur sampai pupa hidup di
perairan selama 5-14 hari, tergantung dari tiap spesies dan suhu
lingkungan. Peletakan telur dipengaruhi oleh kualitas perairan, bahan
organik dan kandungan mineral sesuai tempat yang dipilih oleh nyamuk
dewasa. Daerah yang disenangi untuk meletakkan telur-telur Anopheles
aconitus adalah genangan air dengan dasar tanah seperti dipinggiran
sawah dan parit. Nyamuk betina dewasa mampu hidup sampai satu bulan
atau bahkan lebih di laboratorium tetapi di alam umumnya 1-2 minggu
(Yoshida et al. 2007; Anonim 1997)
b) Telur Anopheles aconitus
Telur menetas 2-3 hari, pada kondisi dingin telur baru menetas
setelah 2-3 minggu (Yoshida et al. 2007; Anonim 1997). Menurut
Barodji et al. (1985) dalam keadaan normal telur-telur Anopheles
aconitus menetas setelah 48 jam. Suhu optimum untuk perkembangan
telur Anopheles aconitus adalah 25-360C, sedangkan pada suhu 20 dan
400C akan menurunkan aktivitas fisiologisnya (Ramachandra 1981 dalam
Winarno 1989).
c) Larva Anopheles aconitus
Larva Anopheles aconitus mengalami perkembangan kepala dengan
baik dilengkapi sikat pada mulutnya yang berfungsi saat makan. Larva
mempunyai thorax yang lebar dan mempunyai abdomen yang
bersegmen-segmen. Larva belum mempunyai kaki. Berbeda dengan larva
lain, larva Anopheles aconitus tidak mempunyai siphon sehingga posisi
larva paralel terhadap permukaan air.
Larva bernafas melalui sepasang spirakel yang berada pada segmen
abdomen ke-8, sehingga seringkali larva harus naik ke permukaan air
(Gambar 1b). Larva menghabiskan sebagian besar waktunya untuk
memakan alga, bakteri dan mikroorganisme lain yang ada di lapisan
permukaan air yang tipis. Larva akan segera menyelam bila mengalami
gangguan, bergerak dengan menggerakkan seluruh anggota badannya
termasuk menggerakkan sikat yang ada pada mulutnya. Larva
mengalami 4 tahap perkembangan atau instar selama 9-12 hari (Barodji
et al. 1985). Setelah mencapai larva 4, larva akan berubah menjadi pupa.
Larva umumnya ditemukan di air yang bersih, rawa, hutan
mangrove, sawah, parit, tepi sungai dan genangan air hujan. Spesies lain
dapat ditemukan di tempat yang banyak tumbuh-tumbuhan.

d) Pupa Anopheles aconitus


Pupa dilihat dari samping berbentuk seperti koma. Kepala dan thorax
menyatu menjadi cephalothorax dengan abdomen melengkung. Seperti
halnya larva, pupa seringkali naik ke permukaan air untuk bernafas. Pupa
bernafas menggunakan sepasang alat respirasi berbentuk terompet yang
ada di dorsal cephalothorax. Seteleh beberapa hari, bagian dorsal dari
cephalothorax akan sobek dan nyamuk dewasa akan muncul. Umur pupa
pada suhu 23-320C dan kelembaban 58-85% rata- rata dua hari (Barodji
et al. 1985).

e) Nyamuk Anopheles aconitus Dewasa


Lama perkembangan dari telur menjadi dewasa bervariasi
tergantung pada suhu lingkungan, kelembaban dan makanan. Nyamuk
dapat berkembang dari telur menjadi dewasa paling cepat 5 hari, tetapi
umumnya membutuhkan waktu 10-14 hari pada iklim tropis. Anopheles
aconitus dewasa mempunyai bentuk tubuh yang ramping terdiri dari tiga
bagian tubuh; kepala, thorax dan abdomen. Kepala mempunyai
kemampuan khusus untuk menangkap informasi melalui sensor. Kepala
mempunyai sepasang mata dan antena yang bersegmen-segmen. Antena
merupakan bagian yang penting untuk mendeteksi bau induk semang dan
mendeteksi tempat yang cocok untuk bertelur. Kepala juga mempunyai
probosis yang digunakan untuk menghisap darah dan mempunyai dua
sensor palpi. Thorax berfungsi sebagai alat lokomosi. Tiga pasang kaki
dan sepasang sayap juga terletak di bagian thorax. Abdomen berfungsi
sebagai tempat pencernaan dan tempat perkembangan telur. Segmen
abdomen dapat melebar pada saat menghisap darah. Darah yang telah
dihisap dan disimpan di dalam abdomen, dicerna sebagai sumber protein
yang berguna dalam pematangan telur (Clements 2000).

G. Sebaran geografik di Indonesia Nyamuk Anopheles aconitus

Gambar berwarna kuning pada Peta di atas menunjukkan bahwa ditribusi


Nyamuk Anopheles aconitus terdapat di Sumatera, Jawa/Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara. Dimana karakteristik daerah ini kebanyakan daerah
persawaahan, dan irigasi yang tepat untuk perkembangbiakan Nyamuk
Anopheles aconitus. Biasanya aktif mengigit pada waktu malam hari, hampir
80% dari vektor ini bisa dijumpai diluar rumah penduduk antara jam 18.00
-22.00. Nyamuk jenis Aconitus ini hanya mencari darah di dalam rumah
penduduk. Setelah itu biasanya langsung keluar. Nyamuk ini biasanya suka
hinggap di daerah-daerah yang lembab. Seperti dipinggir-pinggir parit, tebing
sungai, dekat air yang selalu basah dan lembab (Hiswani, 2004).

Di Indonesia nyamuk ini terdapat hampir diseluruh kepulauan, kecuali


Maluku dan Irian. Biasanya dapat dijumpai di dataran rendah tetapi lebih
banyak didapat di daerah kaki gunung pada ketinggian 400-1000 m. Jentiknya
terdapat di sawah dan saluran irigasi. Sawah yang akan ditanami dan mulai
diberi air, yang masih ada batang padi dan jerami yang berserakan, merupakan
sarang yang sangat baik. Nyamuk dewasa hinggap dalam rumah dan kandang,
tetapi tempat hinggap yang paling disukai ialah di luar rumah, pada tebing yang
curam, gelap dan lembab. Juga terdapat diantara semak belukar didekat
sarangnya. Jarak terbangnya dapat mencapai 1,5 km, tetapi mereka jarang
terdapat jauh dari sarangnya. Terbangnya pada malam hari untuk menghisap
darah.
DAFTAR PUSTAKA

Mardiana, Munif A. 2009. Hubungan antara kepadatan vektor Anopheles aconitus


dan insiden malaria di daerah endemik di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat.
Jur Ekol Kes 8 (1) : 901-914.

http://miftahismailkesling.blogspot.co.id/2016/06/parasitologi-nyamuk-anopheles-
aconitus.html. di akses pada senin 8 mei 2017

https://pustakavet.wordpress.com/2011/02/10/anopheles-aconitus/. di akses pada


senin 8 mei 2017

http://wisnutanaya2.blogspot.co.id/2013/07/anopheles-sp.html. di akses pada


senin 8 mei 2017

Anda mungkin juga menyukai