1518012212
Perceptor :
BANDAR LAMPUNG
2017
1
Pertanyaan
1. Bagaimana cara menentukan sentrasi
2. Sebutkan syarat foto yang layak dibaca
3. Sebutkan diagnosis banding dari gambaran radiologi dari bayangan opaque pada
lapangan thorax?(minimal 15)
4. Patofisiologi proses terjadinya infiltrate dan macam-macamnya
5. Sebutkan diagnosis banding dari gambaran radiologi dari bayangan lusen pada
lapangan thorax?(minimal 10)
6. Sebutkan klasifikasi tuberculosis dan gambarannya?
7. Patofisiologi dan gambaran radiologi TB pada anak?
8. Sebutkan indikasi, kontraindikasi, persiapan dan pelaksanaan pada:
a. Colon in loop
b. IVP
1. Cek apakah sentrasi foto sudah benar dan foto dibuat pada waktu inspirasi penuh. Foto
yang dibuat pada waktu ekspirasi bias menimbulkan keraguan karena bias menyerupai
suatu penyakit missal kongesti paru, kardiomegali atau mediastinum yang lebar.
Kesampingkan bayangan-bayangan yang terjadi karena rambut, pakaian atau lesi kulit.
2
2. Cek apakah Exposure sudah benar (bila sudah diperoleh densitas yang benar, makajari
yang diletakkan di belakang daerah yang hitam pada foto tepat dapat terlihat). Foto yang
pucat karena underexposed harus di interpretasikan dengan hati-hati, gambaran paru
bias member kesan adanya edema paru atau konsolidasi. Foto yang hitam karena
overexposed bias member kesan adanya emfisema.
4. Cek jaringan lunaknya, yaitu kulit, subcutan fat, musculus-musculus seperti pectoralis
mayor, trapezius dan sternocleidomastoideus. Pada wanita dapat terlihat mammae serta
nipplenya.
5.Cek apakah posisi diafragma normal: diafragma kanan biasanya 2,5 cm lebih tinggi dari
pada kiri. Normalnya pertengahan costae 6 depan memotong pada pertengahan hemi
diafragma kanan.
7. Cek mediastinum superior apakah melebar, atau adakah massa abnormal, dan carilah
trachea.
8. Cek adakah kelainan pada jantung dan pembuluh darah besar. Diameter jantung pada orang
dewasa (posisi berdiri) harus kurang dari separuh lebar dada.Atau dapat menentukan CTR
(Cardio Thoracalis Ratio).
9. Cek hilus dan bronkovaskular pattern. Hilus adalah bagian tengah pada paru dimana tempat
masuknya pembuluh darah, bronkus, syaraf dan pembuluh limfe. Hilus kiri normal lebih
tinggi dari pada hilus kanan.
- Nomer film.
- Tanggal pemotretan.
2. Foto thorax simetris, dapat dilihat dari garis median dan yang dipakai sebagai
parameter adalah ujung medial clavicula.
3.Foto thorax ketajamannya cukup, yang dipakai sebagai parameter adalah vertebrae
yang terlihat sampai vertebrae thoracalis 4-5.
4.Semua bagian thorax masuk dalam film dan ukuran film harus sesuai dengan
besarnya thorax.
5.Tidak adanya artefact, yaitu bayangan tambahan yang disebabkan kesalahan waktu
pembuatan foto.
6. Gambaran tidak goyang biasanya dikarenakan penderita tidak tahan nafas, sehingga
bayangan film menjadi kabur.
7. Inspirasi maksimal, dimana terlihat diafragma kanan setinggi costae 6 depan atau
costae 9 belakang. Inspirasi maksimal supaya udara bias masuk maksimal sampai
alveoli sehingga paru dapat berkembang sempurna. Akibatnya corakan paru dan
vaskuler tidak saling tumpang tindih dan terlihat dengan jelas, diafragma terlihat
dengan sinusnya dan jantung bias dinilai dengan benar.
4
1 Pneumonia
2 Abses paru
5
3 Atelektasis
4 Efusi Pleura
6
5 Tuberculosis
Tuberkulosis
primer : Daerah
konsolidasi
penumonik perifer ( fokus Gohn) dengan pembesaran
kelenjar hilus mediastinum (kompleks primer). Keadaan
ini sembuh dengan gambaran kalsifikasi; Daerah
konsolidasi dapat berukuran kecil, lobaris, atau luas
hingga seluruh lapangan paru.
7
Tuberkulosis milier
6 Bronkhitis
7 Tumor paru
8 Edema
pulmo
9 Karsinoma
bronkus
10 Tumor
Pleura
10
bayangan massa dinding thoraks.
11 Metastasis
pulmonal
12 Asbestosis
11
13 Siderosis
14 Sindrom
Loffler
15`` Empiema
13
Patofisiologi Edem Pulmonary
Edema pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas terjadi ketika
cairan dari bagian dalam pembuluh-pembuluh darah merembes keluar
pembuluh darah kedalam jaringan-jaringan sekelilingnya, menyebabkan
pembengkakan. Ini dapat terjadi karena terlalu banyak tekanan dalam
pembuluh-pembuluh darah atau tidak ada cukup protein-protein dalam aliran
darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian dari darah yang tidak
megandung segala sel-sel darah).
14
Edema paru adalah istilah yang digunakan ketika edema terjadi di paru-paru.
Area yang langsung diluar pembuluh-pembuluh darah kecil pada paru-paru
ditempati oleh kantong-kantong udara yang sangat kecil yang disebut alveoli.
Ini adalah dimana oksigen dari udara diambil oleh darah yang melaluinya, dan
karbon dioksida dalam darah dikeluarkan kedalam alveoli untuk dihembuskan
keluar. Alveoli normalnya mempunyai dinding yang sangat tipis yang
mengizinkan pertukaran udara ini, dan cairan biasanya dijauhkan dari alveoli
kecuali dinding-dindig ini kehilangan integritasnya. Edema Paru terjadi ketika
alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat
menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon
dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang
buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai air dalam paru-paru ketika
menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat
disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan
pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau
dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic
pulmonary edema.
15
5. Diagnosis banding dari gambaran radiologi dari bayangan lusen pada
lapangan thorax?
2 COPD
16
Thoraks berbentuk
silindrik, diafragma letak rendah dengan bentuk datar,
bayangan lebih radiolusen, sela iga melebar, gambaran
fibrosis dan vaskular paru relatif jarang; corakan jaringan
paru tampak lebih jelas.
3 Kista paru
4 Bula
emfisematus
17
CXR terdapat area fokal dengan gambaran radioluscent
yang dapat dilihat dengan jelas karena dilapisi oleh
sebuah dinding tipis. Fluid level memungkinkan adanya
infeksi di dalam bula.
5 Idiopatik
hiperluscent
6 Stenosis
pulmonary
18
7 Flail chest Bayangan udara yang terlihat akibat kontusio paru.
Gambaran fraktur kosta yang multiple.
20
6. Klasifikasi tuberculosis
a. Indonesia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
1. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkolosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
22
Pembagian Tuberkulosis menurut WHO didasarkan pada terapi yang terbagi
menjadi 4 katergori:
a. Kategori I, ditujukan terhadap:
Kasus baru dengan dahak positif
Kasus baru dengan bentuk TB berat
b. Kategori II, ditujukan terhadap:
Kasus kambuh
Kasus gagal dengan dahak BTA positif
c. Kategori II, ditujukan terhadap:
Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
d. Kategori IV, ditujukan terhadap: TB kronik
Internasional
Tuberkulosis paru dibagi menjadi Tuberkulosis anak (infeksi primer) dan
tuberkulosis orang dewasa (re-infeksi).
A. Tuberkulosis primer : dapat berlokasi dimana saja dalam paru, namun
sarang dalam parenkim paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar limfe
regional (kompleks primer)
B. Tuberkulosis sekunder : sarang biasanya di lapangana atas dan segmen
apikal lobus bawah, walaupun kadang dapat terjadi juga di lapangan
bawah, biasanya disertai pleuritis.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis
Association :
1. Tuberkulosis minimal : yaitu luas sarang-sarang yang terlihat tidak
melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2
23
depan; sarang soliter dapat berada di mana saja tidak harus berada di
kavitas atas. Tidak ditemukan adanya lubang.
2. Tuberkulosis lanjut sedang : luas sarang-sarang yang bersifat bercak-
bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang,
diameternya tidak melebihi 4 cm. Jika sifat bayangan sarang-sarang
berupa awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang
homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.
3. Tuberkulosis sangat lanjut : luas daerah yang dihinggapi oleh sarang-
sarang lebih daripada klasifikasi kedua diatas, atau bila ada lubang-
lubang, maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.
Ada beberapa cara pembagian kelainan yang dapat dilihat pada foto
Roentgen. Salah satu pembagian adalah menurut bentuk kelainan, yaitu :
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya
tidak tegas dengan densitas rendah
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas
dan densitasnya sedang
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis, atau
pita tebal, berbatas tegas dengan densitas tinggi.
4. Kavitas (lubang)
5. Sarang kapur ( kalsifikasi)
7. Patofisiologi tb paru pada anak
Paru merupakan port dentree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman TB dalam
percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (<5 m), akan terhirup
dan dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan
seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons
imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya
dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman,
makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan.
Akan tetapi, sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag.
Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang dinamakan fokus
primer Ghon.
24
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran
limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfelimfadenitis) yang terkena. Jika fokus
primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
kelenjar limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus primer terletak di apeks
paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara fokus
primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer (primary
omplex). Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Hal ini berbeda
dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang
diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa
inkubasi TB bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8
minggu. Selama masa inkubasi tersebut, kuman berkembang biak hingga mencapai
jumlah 103 104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas
selular.
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya akan
mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah
terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan
mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak
sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan
gejala sakit TB.
25
Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi akibat fokus di paru atau di
kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian
tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan
rongga di jaringan paru (kavitas).
Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal pada awal
infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut, sehingga bronkus
dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal
menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme ventil (ball-
valve mechanism). Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis. Kelenjar yang
mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan
erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk
fistula. Massa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga
menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut sebagai
lesi segmental kolaps-konsolidasi.
27
8. Indikasi, kontraindikasi persiapan dan pelaksanaan IVP dan colon in loop
Colon in loop
Indikasi :
Gangguan pola buang air besar
Nyeri daerah kolon
Kecurigaan massa daerah kolon
Melena
Kecurigaan obstruksi kolon
Kontra indikasi :
Absolute
Toxic megakolon
Pseudo membranous colitis
Post biopsy kolon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)
Relatif
28
Persiapan kolon kurang baik
Baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan
kontras
Persiapan Pemeriksaan:
48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah
serat
18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax
4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak
kapsul per anus selanjutnya dilavement
Seterusnya puasa sampai pemeriksaan
30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1
mg / oral untuk mengurangi pembentukan lendir
15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk
mengurangi peristaltic usus.
Prosedur :
Catattanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil
laboratorium bila ada.
Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan,
menggunakan kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar
menggunakan kaset ukuran 43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen
polos/ BNO Pendahuluan
Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping
tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi.
Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas
processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central
Ray: Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS.
6.2.4. Eksposi: sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis,
diafragma keatas sehingga abdomen terlihat jelas.
Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air dengan
perbandingan 1:8.
Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang
irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.
29
Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem
dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga barium masuk
ke kolon sigmoid (5 menit). Tutup gunting klem pada selang irigator.
Lakukan pemotretan dengan kaset 24 x 30 cm.
Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum (
10 menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x 40
cm. Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan dan
kiri dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.
Pasien dipersilahkan BAB.
Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien
dengan spuit (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan
dengan posisi AP.
Pemeriksaan Kolon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang
pemeriksaan.
Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / kolon in
loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan
peristaltic pada saat dilakukan pemeriksaan kolon in loop, dengan catatan
bahwa dalam pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.
Teknik Pemasukan Media Kontras:
Metode Kontras Tunggal
Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum,
ascenden sampai daerah sekum.
Dilakukan pemotretan full fillng
Evakuasi, dibuat foto post evakuasi
Metode Kontras GandaSatu Tingkat
Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk
mendorong barium melapisi kolon
Selanjutnya dibuat foto full filling
Kontras Ganda Dua Tingkat
Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan
kolon transversum
30
Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon
Menunggu 1 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
Pasien disuruh BAB
Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 2000 ml, tidak boleh
berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal (wajah
pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing )
Tahap pemotretan
Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon mengembang
semua
Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan kelainan serta
lokasinya.
o Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )
o Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk fleksura)
o Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura lienalis dan
hepatica)
Setelah Pemeriksaan :
Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat
kembali makan secara normal.
Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan
dehydrasi.
Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 72 jam ( 1 3
hari ).
Keuntungan:
Sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65 95
%
Aman
Tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi
Tidak memerlukan sedasi
Telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.
Kelemahan:
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan
divertikulosis dan di sekum
31
Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar
Rendahnya sensitivitas (7095 %) di dalam mendiagnosis polip <1cm
Mendapat paparan radiasi.
IVP
Persiapan IVP :
- Pemeriksaan ureum kreatinin (Kreatinin maksimum 2)
- Malam sebelum pemeriksaan pasien diberi laksansia untuk membersihkan
kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal
- Pasien tidak diberi minum mulai jam 22.00 malam sebelum pemeriksaan
untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan
- Keesokan harinya pasien harus puasa, mengurangi bicara dan merokok untuk
menghindari gangguan udara usus saat pemeriksaan
- Pada bayi dan anak diberi minum yang mengandung karbonat untuk
mendistensikan lambung dan gas
- Pada pasien rawat inap dapat dilakukan lavement (klisma)
- Skin test subkutan untuk memastikan bahwa penderita tidak alergi terhadap
penggunaan kontras
32
Pelaksanaan IVP :
- Pasien diminta mengosongkan buli-buli
- Dilakukan foto BNO
- Injeksi kontras IV (setelah cek tensi dan cek alergi), beberapa saat dapat
terjadi kemerahan, rasa asin di lidah, sakit kepala ringan, gatal, mual dan
muntah.
- Diambil foto pada menit ke-5, 15, 30 dan 45
- Menit ke-5 : menilai nefrogram dan mungkin sistem pelviokalises (SPC)
- Menit ke-15 : menilai sistem pelviokalises sampai dengan kedua ureter
- Menit ke-30 : Menilai ureter dengan buli-buli
- Menit ke-45 : menilai buli-buli
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen.Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah
bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal.Dapat pula dilihat kalsifikasi
dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal.Harus
diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.
33
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan
proccecus xyphoideus dan pusat.Foto ini untuk melihat perjalanan kontras
mengisi sistem kalises pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan
posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen. Penekanan ureter dilakukan
dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem
pelvikalises dan bagian ureter proksimal.Penekanan ureter diketatkan setelah
dilakukan pengambilan foto menit kelima.
34
Gambar 5. Foto menit ke-15
Sumber : radiologi Diagnostik FK UI
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan dinyatakan
normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto kembali. Jika
dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam.
Dengan posisi antero-posterior sama seperti foto abdomen.
35
Gambar 7. Foto menit ke 60 atau lebih
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
5. Foto terakhir biasanya film berdiri atau foto setelah berkemih / Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk
melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah buli-buli. Dengan posisi
erect dapat menunjukan adanya ren mobile (perpindahan posisi ginjal yang
tidak normal) pada kasus posthematuri.
Fase Post miksi yakni pemotretan yang dilakukan setelah pasien disuruh berkemih
(kencing).Hal ini dilakukan untuk menilai fungsi pengosongan VU.Apakah terdapat
37
kelainan dalam fungsi pengosongan VU yang menunjukkan adanya batu, BPH dll.
Pada kasus injury diaphragma UG kontras akan masuk ke scrotum.
38