Bijih Besi
Oleh Kelompok 4:
FAKULTAS TEKNIK
2013
BIJIH BESI
Bijih besi adalah batuan yang mengandung mineral besi dan sejumlah
mineral pengotor seperti silika, alumina, magnesia dan nikel. Besi yang
terkandung dalam batuan tersebut dapat diekstraksi dengan teknologi yang sudah
ada pada saat ini dan mempunyai nilai ekonomis. Umumnya bijih besi lebih
mudah berikatan dengan unsur oksigen sehingga di alam besi lebih banyak
berbentuk oksida seperti hematite (Fe2O3), magnetit (Fe3O4) dan limonit
(2Fe2O3.nH2O). [Hulbrut. S., 1971].
Bijih besi merupakan bahan baku utama dalam pembuatan besi dan baja.
Indonesia memiliki potensi sumber daya bijih besi yang cukup besar yang selama
ini belum dimanfaatkan secara optimal dikarenakan berbagai kendala, diantaranya
adalah rendahnya kandungan besinya.
Saat ini, cadangan biji besi nampak banyak, namun seiring dengan
bertambahnya penggunaan besi secara eksponensial berkelanjutan, cadangan ini
mulai berkurang, karena jumlahnya tetap. Sebagai contoh, Lester Brown dari
Worldwatch Institute telah memperkirakan bahwa bijih besi bisa habis dalam
waktu 64 tahun berdasarkan pada ekstrapolasi konservatif dari 2% pertumbuhan
per tahun.
Besi diperoleh dengan mengolah biji besi menjadi besi kasar. Biji besi
diperoleh dari alam dalam bentuk oksida besi. Pengolahan biji besi dilakukan
untuk mengurangi oksigen, sehingga disebut proses reduksi. Biji besi yang
ditemukan di alam mempunyai berbagai bentuk.
Bentuk Biji Besi
1. Berbentuk batu
Terdiri dari :
Batu besi merah ( Fe2O3), disebut hematit, mengandung kadar besi 45% -
65%, sedikit phosphor dan berwarna merah.
Batu besi magnit (Fe3O4), mengandung kadar besi 40% - 70%. Kandungan
Phosphor hampir tidak ada, warna hijau tua kehitaman dan bersifat magnet,
mengandung pasir besi titan (TiO2) 95 - 11%.
Batu besi sawo matang (Fe2O3.3H2O) mengandung kadar besi 25% - 50%,
mengandung phosphor dan air.
2. Berbentuk pasir :
Terdiri dari :
Pasir besi titan (TiO2) yang mengandung oksida besi Fe33O4 kira-kira 70%
dan bercampur dengan oksida titan (Ti2O2) 9% - 10%.
3. Berbentuk butiran halus campur tanah liat
Terdiri dari :
Pasir besi spat (Fe.CO3) atau disebut (sperosiderit) dengan kandungan besi
40% bercampur dengan tanah liat. Pasir besi spat ini mengandung karbon 10% -
25%.
Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan
adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik,
terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang
memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan
tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitan (Kgr) terhadap Formasi
Barisan (Pb,Pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses
rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian
kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang
berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona
lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa.
Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan
bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak
mengandung bijih.
Proses terjadinya cebakan bijih besi didaerah penelitian berkaitan dengan
proses-proses tersebut diatas, dalam hal ini peristiwa tektonik, metamorfosa dan
metasomatisme kontak berperan untuk terjadinya cebakan bijih besi di daerah
penelitian. Bila dikaitkan dengan batuan yang tersingkap didaerah penelitian yaitu
batuan metamorfosa seperti marmer yang dulunya merupakan batugamping, maka
dapat disimpulkan bahwa terbentuknya bijih karena terjadinya proses
metamorfosa pada batugamping. Kemudian akibat proses magmatisme pada
batugamping terjadi proses penggantian (replacement) sehingga larutan yang
mengandung mineral bijih terendapkan bersamaan dengan terbentuknya batuan
metamorfosa (marmer).
Setelah proses mineralisasi (pasca-mineralisasi), terjadi kembali peristiwa
tektonik setempat yang membentuk sesar mendatar dan sesar normal, struktur
tersebut akan membentuk kembali geometri dari cebakan mineral atau akan terjadi
dislokasi.
a. Open Pit
Penambangan dengan cara open pit adalah penambangan terbuka yang
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih
nikel, endapan bijih besi, endapan bijih tembaga, dan sebagainya.
Cara pengangkutan pada open pit tergantung dari kedalaman endapan dan
topografinya.
Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian atau peledakan
diangkut oleh truck / belt conveyor / mine car / skip dump type rail cars,
dan sebagainya, langsung dari tempat penggalian ke tempat dumping
dengan menelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.
Batu pengiring (kotoran) perlu dipisahkan dengan dicuci pada saluran goyang
kemudian dihaluskan dengan proses pemecah secara bertingkat.
Butiran halus bijih besi kemudian dilewatkan pada roda magnetik untuk
memisahkan bijih besi yang mengandung kadar Fe tinggi dengan yang
berkadar Fe rendah.
Disini terjadi reduksi tidak sempurna, biji besi setengah meleleh. Akibat
dapur berputar akan terbentuk gumpalan berukuran kira-kira 30 60mm yang
disebut sinter.
D. Manajemen Penambangan
Manajemen adalah proses pemanfaatan SDM dan sumber daya lain untuk
mencapai tujuan perusahaan. Unsur-unsur manajemen terdiri dari SDM dan
Sumber daya lainnya. Unsur-unsur managenen terdiri dari :
1. Manusia
2. Bahan / material
3. Mesin / peralatan
4. Metode / cara kerja
5. Modal / uang
Dalam grafik dibawah ini juga kami cantumkan harga bijih besi dalam
mata uang rupiah berdasarkan kurs tengah rata-rata bulanan bank indonesia.
Bijih besi dari Kalimantan Tengah dijual / diekspor masih dalam bentuk
mentah berupa "Lump Ore". Produsen utama bijih besinya adalah PT. Kotabesi
Iron Mining ( 1,5 jt ton), PT. Feron Tambang Kalimantan ( 0,6 juta ton) dan PT.
Mentaya Iron Ore Mining ( 0,35 jt ton) yang wilayah Kuasa Pertambangannya
terletak di Kabupaten Kotawaringin Timur, kemudian disusul oleh PT. Kapuas
Prima Coal dan PT. Visi Hutan Mandiri yang wilayah KP nya terletak di
Kabupaten Lamandau serta PT. Graha Surya Tambang yang wilayah izinnya
berada di Kabupaten Seruyan. Produksi bijih besi ini untuk sementara
diperkirakan juga akan mengalami penurunan akibat ada perusahaan yang tidak
diizinkan lagi berproduksi karena belum terbitnya Pinjam Pakai Kawasan Hutan
dari Menteri Kehutanan.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perusahaan tambang bijih besi
yang ada di kalimantan memiliki jumlah produksi yang berbeda beda.
Hal ini membuktikan bahwa manajemen ekonomi pada sebuah
perusahaan adalah melihat dari segi hasil produksi dan harga atau nilai jual dari
hasil produksi tersebut. Tujuanya adalah agar memperoleh keuntungan dari
penjualan tersebut sehingga tidak terjadi besar pasak daripada tiang.
Inilah yang menjadi salah satu dari prinsip ekonomi yang juga
manajemen ekonomi.
E. Perhitungan Ekonomi
1
SLD = ( 350 50 )
6
SLD = Rp 50 juta/tahun
b. jumlah depresiasi yang dibayarkan selama 2 tahun
t
Dept = (IS)
N
2
Dep3 = ( 350 50 )
6
0 350 0 0
1 300 50 50
2 250 50 100
3 200 50 150
4 150 50 200
5 100 50 250
6 50 50 300