Anda di halaman 1dari 8

TINJAUAN PUSTAKA

Lesi merupakan diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi
suatu bagian. Dalam rongga mulut terdapat bermacam-macam lesi baik itu pada bibir,
lidah, maupun pada mukosa mulut. Gambaran klinis akan dihubungkan dengan
riwayat penyakit sehingga dapat ditelusuri diagnosis penyakit. Berdasarkan
terjadinya, lesi terbagi menjadi dua yaitu, lesi primer dan lesi sekunder. Erosi, fissur,
ulkus dan bekas luka menunjukkan adanya kerusakan lokal pada jaringan kutan.
Erosi didefinisikan sebagai pelepasan lapisan epidermis saja. Erosi sembuh tanpa
adanya pembentukan bekas luka. Ulkus didefinisikan sebagai keadaan hilangnya
lapisan epidermis dan adanya kerusakan pada dermis. Ulkus yang berada pada
lapisan kutan masih bisa sembuh tanpa meninggalkan bekas luka. Bekas luka (scars)
adalah kerusakan permanen pada permukaan kulit yang terlihat ( Regezi and Sciubba,
1993).
Lesi vesikubulosa dari suatu penyakit dapat bermanifestasi pada mukosa mulut dan
kulit. Lesi dapat bervariasi berdasarkan frekuensi, tingkat keparahan dan pengaruh
kondisi sistemik. Biasanya lesi vesikubulosa dapat mempunyai karakteristik yang
umum. Vesikel yang muncul pada mukosa mulut biasanya kecil dengan diameter tidak
lebih dari 0,5 cm, tampak singular dan kadang-kadang dalam bentuk 3 klaster.
Vesikel tersebut mudah pecah dan meninggalkan permukaan yang mengalami ulkus
(Sonnis, dkk., 1995).
Vesikel adalah suatu elevasi pada kulit atau membran mukous superfisial, merupakan
defek subepitelial atau intraepitelial yang mengandung serum, plasma atau darah.
Vesikel mudah pecah di rongga mulut karena trauma sehingga meninggalkan ulkus
yang superfisial. Lesi-lesi yang diakibatkan oleh infeksi virus maupun yang terjadi
karena alergi adalah mirip secara mikroskopis sehingga sulit untuk menegakkan
diagnosis dengan cara biopsi. Identifikasi proses penyakit tersebut tergantung pada
penampakan klinis dan tes-tes laboratoris, misalnya tes-tes sensitivitas, tes fiksasi dan
tes inokulasi (Baskar, 1993)

Perubahan pertama yang terjadi adalah suatu area hiperemia dan edema pada jaringan
sub epithelial. Cairan mulai terakumulasi di dalam epithelium atau diantara
epithelium dan jaringan ikat. Poket cairan yang kecil kemudian bergabung dan
mengalami elevasi membentuk suatu vesikel. Perawatan untuk kebanyakan lesi
vesikuler adalah sama dan simptomatik. Tes laboratorik penting sebelum penegakan
diagnosis dan penentuan terapi (Baskar, 1993).
Penyebab paling sering bagi lesi vesikubulosa adalah infeksi virus Herpes Simplex,
Varicella Zoster, infeksi virus Coxsakie, Hand Foot dan Mouth Disease dan
Herpangina (Gayford dan Haskell, 1991).
Diagnosis penyakit vesikubulosa biasanya berdasarkan pada riwayat keluhan,
pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain diperhitungkan dalam menentukan
diagnosis antara lain adalah onset lesi (akut atau kronis), lamanya waktu kemunculan
lesi, kejadian berdasarkan siklus, daerah lain yang terkena lesi seperti kulit, mata dan
organ genital, daerah asal pasien serta riwayat pemakaian obat-obatan. Penampakan
klinis dapat memberikan kriteria untuk menegakkan diagnosis. Beberapa kasus
mungkin membutuhkan biopsi untuk mendapatkan diagnosis definitif (Sonnis dkk.,
1995)

A.HERPES SIMPLEX
Herpes Simplex Virus merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit
herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit
herpes pada manusia yaitu Herpes Simplex Virus, Varizolla Zoster Virus (VZV),
Cytomegalovirus (CMV), Epstein-Barr Virus (EBV),dan Human Herpes Virus tipe 6
(HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan
morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel. Herpes
Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe, yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1
(HSV-1) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genital). Tetapi,
bagaimanapun kedua tipe virus tersebut dapat menyebabkan penyakit dibagian tubuh
manapun. HSV-1 menyebabkan munulnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri
pada mukosa mulut, wajah dan sekitar mata. (Sulistiani, 2009)

HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebabkan
vagina terlihat seperti bercak dengan luka mungkin muncul iritasi, penurunan
kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit ( jaundice) dan kesulitan
bernapas atau kejang. Biasanya hilang dalam 2 minggu infeksi, infeksi pertama HSV
adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4 - 6 hari. Gejala yang
timbul meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritemadan diikuti dengan
pembentukan gelembung - gelembung yang berisi cairan bening yang selanutnya
dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng atau kerang
( scab). Setelah infeksi pertama, HSV memiliki kemampuan yang unik untuk
bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi menuju spinal ganglia dan berdormansi
sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan virus yang berdormansi tersebut dapat
disebabkan penurunan daya tahan tubuh, stres, depresi, alergi pada makanan, demam,
trauma pada mukosa genital, menstruasi, kurang tidur dan sinar ultraviolet.
Hal tersebut harus diterapi Acyclovir tujuannya adalah mencegah dan mengobati
infeksi Herpes Simplex Virus (HSV), menyembuhkan gejala yang muncul, seperti
kemerahan (eritema), gelembung - gelembung berisi cairan, keropeng atau kerak.
Pengobatan yang baku untuk herpes ini adalah dengan acyclovir, valacyclovir,
famcyclovir dan pencyclovir yang dapat diberikan dalam bentuk krim, pil atau secara
intrevena (infus), bila berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa
nyeri mulai terasa. Pengobatan Herpes Simplex Virus (HSV) yang berupa tablet 200
mg 5 kali sehari selama 5 hari dan untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah
doses dewasa. Pencegahan Herpes Simplex Virus (HSV) kambuhan 200 mg 4 kali
sehari dalam 4 hari (obat tersebut tidak boleh digunakan oleh ibu hamil atau ibu
menyusui) dikarenakan akan ada infeksi pada janin atau anaknya maka perlu resep
dokter sendiri yang perlu ada tambahan obat bagi mereka. (Sulistiani, 2009)

GINGIVOSTOMATITIS HERPETIKA PRIMER


Gingivostomatitis herpetika primer adalah bentuk tersering dari infeksi HSV tipe
1 pada rongga mulut yang ditandai dengan lesi ulserasi pada lidah, bibir, mukosa
gingiva, palatum durum dan molle. Dokter gigi seringkali merupakan dokter pertama
yang menerima keluhan karena gejala klinisnya, sehingga penting bagi dokter gigi
dapat mengenali kondisi ini (Jaya dan Harijanti, 2009). Onset gingivostomatitis
herpetika primer dilaporkan memiliki 2 puncak. Terutama terjadi pada masa anak,
biasanya pada usia 6 bulan sampai 5 tahun, puncak kedua terjadi pada usia awal 20
tahun. Kebanyakan infeksi HSV tipe 1 pada anak bersifat asimtomatik atau ringan
sehingga anak dan orang tua tidak menyadarinya. Beberapa penelitian menyatakan
hanya 10-20% anak yang terinfeksi memiliki gejala dan tanda klinis yang cukup berat
(Jaya dan Harijanti, 2009). Respons radang akut dari infeksi primer HSV biasanya
terjadi setelah periode inkubasi 3 sampai 10 hari. Orang orang yang terinfeksi akan
mengelum demam, malaise, dan mudah marah (Langlais dan Miller, 2000). Hal ini
berhubungan dengan pasien wanita pada skenario yang hasil anamnesisnya
mengatakan bahwa beberapa hari sebelum muncul sariawan merasakan demam dan
malaise.

Pada tahap awal nodus limfe submandibular sering membesar dan sakit. Fase
prodromal ini berlangsung 1-2 hari dan diikuti dengan timbulnya lesi oral dan kadang
sirkumoral. Vesikula kecil berdinding tipis dikelilingi dasar eritematous yang
cenderung berkelompok timbul pada mukosa oral (Jaya dan Harijanti, 2009). Pada
pemeriksaan ekstra oral pasien, ditemukan kecocokan tanda gingivostomatitis
herperika primer dengan penyakit yang diderita pasien yaitu kedua limfonodi
submandibular teraba dan terderness (menunjukan adanya pembengkakan atau
limfadenopati). Vesikel kemudian akan pecah dan membentuk ulkus. Lesi berbentuk
bulat dan dangkal (erosif) dan berukuran diameter 2-3 mm. Ulkus bersifat multiple
dan bergabung menjadi satu terdapat di seluruh bagian rongga mulut terutama bibir,
gingival, palatum durum, dan lidah (Birnbaum dan Dunne, 2010). Pada anamnesis
pasien juga menyebutkan bahwa ia merasakan adanya benjolan kecil

kecil sebelum muncul sariawan. Benjolan kecil tersebut adalah vesikel dan pasien
dapat menafsirkan ulkus yang terbentuk setelah vesikel pecah sebagai sariawan.
Kemudian pada pemeriksaan intra oral ditemukan area erosive pada gingival labiah
anterior rahang atas dan bawah, ulkus multiple pada lateral lidah, mukosa bukal,
hingga kedua sudut mulut. Tanda

tanda ini sesuai dengan tanda gingivostomatitis herpetika primer yang disebutkan
oleh Birnbaum dan Dunne (2010). Penderita gingivostomatitis herpetika primer juga
mengalami pengunyahan dan penelanan yang tidak memadai akibat adanya rasa sakit
dari ulkus tersebut (Langlain dan Miller, 2000), seperti yang menjadi keluhan utama
pada pasien dari skenario tersebut. Selain vesikel, tanda lain pada kelainan ini adalah
daerah

daerah fokal dari tepi gusi menjadi merah pada dan edema. Papilla - papilla
interdental akan membengkak dan berdarah sesudah trauma ringan karena kerapuhan
kapiler dan meningkatnya permeabilitas (Langlais dan Miller, 2000). Pasien juga
mempunyai tanda gusi berdarah sejak lima hari lalu, yang dapat memperkuat
diagnosis mengacu pada penyakit ini. Faktor predisposisi gingivostomatitis herpetik
primer ialah sistem imun yang buruk, seringkali menyertai kondisi infeksi akut
seperti pneumonia, meningitis, influenza, tifus, infeksi mononukleusis dan kondisi
stress (Jaya dan Harijanti, 2009). Pada pasien, faktor predisposisi ini dapat dikaitkan
dengan sedang dalam pemakaian ortodontik cekat, yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi dengan sedikit saja oral hygiene yang buruk.
Diagnosis banding gingivostomatitis herpetika primer adalah penyakit ulseratif oral
yaitu candidiasis oral, hand foot and mouth disease dan stomatitis apthosa.
Herpangina mempunyai karakteristik berupa vesikula pada bagian belakang rongga
mulut dan palatum, sepanjang faring yang meradang. Tidak ada hubungan lesi ekstra
oral dengan herpangina. Stomatitis aphthosa dapat rancu dengan lesi ulserasi herpetik
tetapi ulserasi tidak didahului oleh adanya vesikula, dan tidak ada lesi ekstra oral.
Hand foot and mouth diseaseterdapat vesikula pada intra oral dan ekstra oral namun
distribusi lesi pada tubuh dapat dibedakan dengan mudah dari gingivostomatitis
herpetika primer (Jaya dan Harijanti, 2009). Kepastian diagnosis gingivostomatitis
herpetika primer adalah dengan pemeriksaan lebih lanjut berupa kultur virus dan
pemeriksaan antibodi serum (Langlain dan Miller, 2000).

Terapi
Terapi untuk pasien primary herpetical gingivostomatitis meliputi kontrol rasa sakit,
supportive care , dan definitive treatment . Obat-obatan golongan acyclovir
disarankan untuk mengurangi sumber dan infeksi virus. Acyclovir menghambat
replikasi virus dan diaktivasi oleh thymidine kinase. Penggunaan acyclovir 15 mg/kg
lima kali sehari pada anak-anak mengurangi demam, mengurangi produksi HSV,
menghambat progress dari lesi, memperbaiki asupan makanan, dan mengurangi
insidensi rawat inap. Contoh jenis acyclovir, yaitu valacyclovir dan famciclovir.
Selain itu, terapi dapat berupa obat kumur Chlorhexidine glukonat 0,2% yang
digunakan 3 kali sehari sebagai antiseptik sehingga mempercepat penyembuhan
infeksi selain itu di klinik diberikan juga triamcinolone acetonide 0,1% sebagai
antiinflamasi diberikan untuk mengurangi rasa sakit (Burket, 2003)

DISKUSI
Dari skenario didapatkan
Wanita berusia 20 tahun mengeluh kesulitan mengunyah makanan karena terdapat
sariawan di ujung lidah dan sudut mulut terasa sakit diikuti gusi berdarah sejak 5 hari
lalu
Beberapa hari sebelum sariawan pasien merasa demam, malaise dan benjolan kecil
kecil pada kedua pipi sebelah dalam
Tidak ada lesi didaerah tubuh lain
Sedang dalam perawatan ortodontik cekat
Sewaktu SD pernah cacar air
Sejak 3 hari lalu menggunakan obat kumur antiseptik klorhexidine 0,2% dan
parasetamol, di konsumsi 3 hari sekali
Extra oral : - Limfonodi submandibular teraba dan tenderness
- Tidak ada hepatomegaly
Intra oral : - area erosive pada gingival labial anterior rahang atas dan bawah
- ulkus multiple berkelompok pada laterallidah dan mukosa bukal hingga
kedua sudut mulut
9.Pemeriksaan Sitologi : -multinuclear giant cell
-ballooning degeneration
-sel
sel radang polymorphonuclear
10. 1 minggu setelah kontrol lesi pada lidah sudah sembuh, tetapi ulkus pada mukosa
bukal masih ada dan membesar dengan bentuk tidak beraturan disertai nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003089.htmdiakses
tanggal 11 Maret 2012 Baskar, 1993,
Synopsis of Oral Pathology, 4th ed.,
The CV Mosby Company, St. Louis Bailoor DN, Nagesh KS, 2005, Fundamentals of
Oral Medicine and Radiology, New Delhi, Jaypee Brothers Birnbaum W dan Dunne
SM. 2010. Diagnosis Kelainan dalam Mulut : Petunjuk Bagi Klinisi. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Bricker SL, Langlais RP, Miller CS, 2002, Oral Diagnosis, Oral Medicine, and
Treatment Planning 2nd edition, Ontario, BC Decker Inc.

Burket LW,Greenberg MS,Glick M,Ship JA, 2008, Burket's Oral Medicine


eleventh edition, Ontario, BC Decker Inc.

Field A, Longman L. Tyldesleys Oral Medicine, 5 th Ed. Oxford, 2004 ; p. 135


-6.
Greenberg, M; Glick, M; Burkets Oral
MedicineDiagnosis and Treatment 10theditions; BC Decker Inc; 2003; p: 182-184
Jaya P dan Harijanti K. 2009. Gingivostomatitis Herpetika Primer (Laporan Kasus.
Oral Medicine Dental Journal 2(1) : 6-9 Langlais RP dan Miller CS. 2000. Atlas
Berwarna Kelainan Rongga Mulut yang Lazim. Jakarta : Hipokrates Margaretha, Nita,
2010,http://doktersehat.com/apa-penyebab-gusi-berdarah/#ixzz1ooF96Ix9, diakses
tanggal 11 Maret 2012 Sulistiani, Ema Rina. 2009. Herpes Simplex Virus (HSV).
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/1934530-herpes-simplex-virus-
hsv/#ixzz1ozTFNTwr. Diakses 12 Maret 2012

Scully C, Paes de Almeida O, Bagan J, Dios PD, Taylor AM, 2010, Oral Medicine and
pathology at a glance, UK, Blackwell Publishing Ltd. Sonnis, S. B., Fasto, F. C.,
Fang, L., 1995,
Principle and Practice of Oral Medicine,
W.B., Saunders, USA Widjaja MC, 1999, Mencegah dan Mengatasi Demam pada
Balita, Kawan Pustaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai