Anda di halaman 1dari 5

1.

DEFINISI GANGGUAN JIWA

Gangguan jiwa atau gangguan mental ialah sindrom atau pola perilaku, atau
psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment /
disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai
tambahan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dari segi perilaku, psikologik,
biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak dalam hubungan antara
orang itu dengan masyarakat (PPDGJ-III, 2003).

Diagnosis Gangguan Jiwa, Rangkuman PPDGJ-III, 2003

Gangguan jiwa atau gangguan mental juga dapat diartikan sebagai gangguan
(performance) dalam peran sosial dan pekerjaan tidak digunakan sebagai
komponen esensial untuk diagnosis gangguan jiwa, oleh karena ini berkaitan
dengan variasi sosial-budaya yang sangat luas. Yang diartikan sebagai disability
keterbatasan atau kekurangan kemampuan atau kekurangan untuk melakukan
suatu aktifitas pada tingkat personal, yaitu melakukan kegiatan hidup sehari-hari
yang biasa dan dilakukan untuk perawatan diri dan keberlangsungan hidup
(mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil),
(PPDGJIII, The ICD-10 classification of Mental and Behavioural Disorder )

Dari beberapa penjelasan diatas maka dapat dirumuskan bahwa didalam konsep
gangguan jiwa terdapat beberapa butir pengertian menurut (PPDGJ-III, 2003).

1. Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa :


- Sindrom atau pola perilaku
- Sindrom atau pola psikologik
2. Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress) antara
lain dapat berupa : rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram, terganggu,
disfungsi organ tubuh, dll.
3. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas (disability) dalam
aktifitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan diperlukan untuk perawatan diri
dan kelangsungan hidup (mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang
air besar dan kecil)
2. TANDA GEJALA GANGUAN JIWA
3. MACAM-MACAM GANGGUAN JIWA
Dalam menjelaskan macam-macam gangguan mental (mental disorder), penulis
merujuk pada PPDGJ III (dalam Rusdi Maslim, tth:10), yang digolongkan sebagai
berikut:

1. Gangguan mental organik dan simtomatik; Gangguan mental organik adalah


gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistematik atau
otak yang dapat di diagnosis secara tersendiri. Sedangkan gangguan simtomatik
adalah gangguan yang diakibatkan oleh pengaruh otak akibat sekunder dari
penyakit atau gangguan sistematik di luar otak (extracerebral). (Maslim, tth:22).

2. Gangguan mental dan perilaku akibat zat psikoaktif. Gangguan yang


disebabkan karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif (dengan atau tidak
menggunakan resep dokter). (Maslim, tth:36).

3. Gangguan skizofrenia dan gangguan waham. Gangguan skizofrenia adalah


gangguan yang pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental
dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). (Maslim, tth:46). Sedangkan gangguan
waham adalah gejala ganguan jiwa di mana jalan pikirannya tidak benar dan
penderita itu tidak mau di koreksi bahwa hal itu tidak betul; suatu jalan pikiran
yang tidak beralasan. (Sudarsono, 1993:272).

4. Gangguan suasana perasaan (mood/afektif). Gangguan suasana perasaan


(mood/afektif) adalah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya
kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya), atau kearah
elasi (suasana perasaan yang meningkat). (Maslim, tth:60).

5. Gangguan neurotik, somatoform dan gangguan stres. Gangguan neurotik,


somatoform dan gangguan stes merupakan satu kesatuan dari gangguan jiwa
yang disebabkan oleh faktor psikologis. (Maslim, tth:72).

6. Sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor


fisik. Gangguan mental yang biasanya ditandai dengan mengurangi berat badan
dengan segaja, dipacu dan atau dipertahankan oleh penderita. (Maslim, tth:90).

7. Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa Suatu kondisi klinis yang
bermakna dan pola perilaku yang cenderung menetap, dan merupakan ekspresi
dari pola hidup yang khas dari seseorang dan cara-cara berhubungan dengan
diri-sendiri maupun orang lain. (Maslim, tth:102).

8. Retardasi mental Retardasi mental adalah keadaan perkembangan jiwa yang


terhenti atau tidak lengkap, terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada tingkat
keceradsan secara menyeluruh. (Maslim, tth:119).

9. Gangguan perkembangan psikologis. Gangguan yang disebabkan


kelambatan perkembangan fungsifungsi yang berhubungan erat dengan
kematangan biologis dari susunan saraf pusat, dan berlangsung secara terus
menerus tanpa adanya remisi dan kekambuhan yang khas. Yang dimaksud yang
khas ialah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia
anak (walaupun defisit yang lebih ringan sering menetap sampai masa dewasa).
(Maslim, tth:122).

10. Gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanakkanak.


Gangguan yang dicirikan dengan berkurangnya perhatian dan aktivitas
berlebihan. Berkurangnya perhatian ialah dihentikannya terlalu dini tugas atau
suatu kegiatan sebelum tuntas/selesai. Aktivitas berlebihan (hiperaktifitas) ialah
bentuk kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam situasi yang menuntut
keadaan yang relatif tenang. (Maslim, tth:136).

4. KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

Sutardjo A. Wiramihardja (2004:15-16), mengungkapkan bahwa gangguan


mental (mental disorder) memiliki rentang yang lebar, dari yang ringan sampai
yang berat. Secara ringkas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Gangguan emosional (emotional distubance) merupakan integrasi kepribadian


yang tidak adekuat (memenuhi syarat) dan distress personal. Istilah ini lebih
sering digunakan untuk perilaku maladaptif pada anak-anak.
2. Psikopatologi (psychopathology), diartikan sama atau sebagai kata lain dari
perilaku abnormal, psikologi abnormal atau gangguan mental.

3. Sakit mental (mental illenes), digunakan sebagai kata lain dari gangguan
mental, namun penggunaannya saat ini terbatas pada gangguan yang
berhubungan dengan patologi otak atau disorganisasi kepribadian yang berat.
4. Gangguan mental (mental disorder) semula digunakan untuk nama ganggua-
gangguan yang berhubungan dengan patologi otak, tetapi saat ini jarang
digunakan. Nama inipun sering digunakan sebagai istilah yng umum untuk setiap
gangguan dan kelainan.

5. Ganguan prilaku (behavior disorder), digunakan secara khusus untuk


gangguan yang berasal dari kegagalan belajar, baik gagal mempelajari
kompetensi yang dibutuhkan ataupun gagal dalam mempelajari pola
penanggulangan masalah yang maladaptif.

6. Gila (insanity), merupakan istilah hukum yang mengidentifikasikan bahwa


individu secara mental tidak mampu untuk mengelolah masalah-masalahnya
atau melihat konsekuensi-konsekuensi dari tindakannya. Istilah ini menunjuk
pada gangguan mental yang serius terutama penggunaan istilah yang
bersangkutan dengan pantas tidaknya seseorang yang melakukan tindak pidana
di hukum atau tidak.

5. FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA

Untuk mendapatkan jawaban mengenai faktor faktor-faktor yang mempengaruhi


timbulnya gangguan mental (mental disorder), maka yang perlu ditelusuri
pertama kali adalah faktor dominan yang dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang. Dalam hal ini, penulis merujuk pada pendapat Kartini Kartono
(1982:81), yang membagi faktor dominan yang mempengaruhi timbulnya
gangguan mental (mental disorder) ke dalam dua faktor, yaitu:

1. Faktor Organis (somatic), misalnya terdapat kerusakan pada otak dan proses
dementia.

2. Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya, reaksi neuritis dan reaksi


psikotis pribadi yang terbelah, pribadi psikopatis, dan lain-lain. Kecemasan,
kesedihan, kesakitan hati, depresi, dan rendah diri bisa menyebabkan orang
sakit secara psikis, yaitu yang mengakibatkan ketidakseimbangan mental dan
desintegrasi kepribadiannya. Maka sruktur kepribadian dan pemasakan dari
pengalaman-pengalaman dengan cara yang keliru bisa membuat orang
terganggu psikisnya. Terutama sekali apabila beban psikis ternyata jauh lebih
berat dan melampaui kesanggupan memikul beban tersebut.
3. Faktor-faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial. Usaha
pembangunan dan modernisasi, arus urbanisasi dan industialisasi menyebabkan
problem yang dihadapi masyarakat modern menjadi sangat kompleks. Sehingga
usaha penyesuaian diri terhadap perubahan-perubahan sosial dan arus
moderenisasi menjadi sangat sulit. Banyak orang mengalami frustasi, konflik
bathin dan konflik terbuka dengan orang lain, serta menderita macam-macam
gangguan psikis.

6. PSIKOPATOLOGI

Anda mungkin juga menyukai