PENDAHULUAN
Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat
gizi untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan
fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi dan intake zat gizi lainnya. Status
gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin
(Almatsier, 2002).
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah
digunakan secara internasional, yang meliputi beberapa tahapan penyebab
timbulnya kurang gizi anak balita, baik penyebab langsung, tidak langsung dan
pokok masalah. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan dikeluarga,
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Rendahnya
ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai, kurangnya
sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai merupakan tiga
faktor yang saling berhubungan. Makin tersedianya air bersih yang cukup untuk
keluarga serta makin dekat jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana
kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko
anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998). Sedangkan penyebab
mendasar atau akar masalah gizi diatas adalah terjadinya krisis ekonomi, politik dan
sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak seimbangan antara
asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi
status gizi balita (Soekirman, 2000).
Prevalensi nasioanal Gizi Buruk pada Balita Indonesia adalah 5,4% dan Gizi
Kurang pada balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target
Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan
gizi (20%), maupun target Millenium Depelovment Goals pada 2015 (18,5%) telah
tercapai pada tahun 2007. Namun demikian, sebanyak 19 provinsi mempunyai
prevalensi gizi buruk dan gizi Kurang diatas prevalensi nasional, kabupaten/kota
dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita tertinggi adalah aceh
tenggara (48,7%). Sedangkan kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan
Gizi kurang pada Balita terendah adalah kota Tomohon (4,8%). Prevalensi Naional
Gizi Lebih pada Balita adalah 4,3%. Sebanyak 15 provinsi mempunyai prevalensi
Gizi Lebih pada Balita diatas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Utara, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi selatan, Maluku
dan Papua. Secara bersama-sama, prevalensi nasional Balita Pendek dan Balita
Sangat Pendek (stunting) adalah 36,8%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai
prevalensi Balita Pendek dan Balita Sangat Pendek diatas prevalensi nasional, yaitu
DI Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku,
Maluku Utara dan Papua Barat (Naurarc, 2012).
Data dinas kesehatan Banjar tahun 2013 menunjukkan prevalensi gizi buruk
pada balita sebesar 1,76%, gizi kurang 15,73% dan sangat kurus 2,25% yang berada
dibawah target RPJMN yakni sebesar 5% untuk gizi buruk dan sangat kurus serta
20% untuk gizi kurang, sedangkan diwilayah puskesmas Paramasan menunjukkan
angka 0,94% kejadian gizi buruk pada balita, 16,98% gizi kurang serta 2,8% balita
yang sangat kurus.
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi status gizi balita di Desa Tambak
Baru Kecamatan Martapura?
2. Apakah ada hubungan anatara tingkat konsumsi energy, protein, vitamin A dan
zat besi dengan status gizi balita di Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura?
3. Apakah ada hubungan antara penyakit Infeksi dengan status gizi balita di Desa
Tambak Baru Kecamatan Martapura?
4. Apakah ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi
balita di Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura?
5. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi balita di
Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura?
7. Apakah ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan status gizi balita di
Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura?
8. Apakah ada hubungan antara kesehatan lingkungan dengan status gizi balita di
Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura?
1.3 Tujuan
4. Menilai tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A dan zat besi balita di
Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura.
11. Menganalisa hubungan antara penyakit Infeksi dengan status gizi balita
di Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura.
1.4 Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat konsumsi dengan status gizi balita di Desa Tambak
Baru Kecamatan Martapura.
2. Ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan status gizi balita di
Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura.
3. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita di Desa Tambak
Baru Kecamatan Martapura.
4. Ada hubungan antara kebiasaan makan keluarga dengan status gizi balita di
Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura.
5. Ada hubungan antara ketersediaan pangan dengan status gizi balita di Desa
Tambak Baru Kecamatan Martapura.
6. Ada hubungan antara pelayanan kesehatan dengan status gizi balita di Desa
Tambak Baru Kecamatan Martapura.
7. Ada hubungan antara kesehatan lingkungan dengan status gizi balita di Desa
Tambak Baru Kecamatan Martapura.
1.5 Manfaat Penelitian
Sebagai masukan bagi masyarakat tentang status gizi yang baik sehingga
setiap keluarga termotivasi untuk memperbaikinya guna mencapai derajat
kesehatan yang lebih baik.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Balita
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah istilah umum bagi
anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak
masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti
mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah
bertambah baik, namun kemampuan lain masih terbatas.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik,
dan gizi lebih (Almatsier, 2006 yang dikutip oleh Simarmata 2009).
Status gizi merupakan faktor yang terdapat dalam level individu (level
yang paling mikro). Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah
asupan makanan dan infeksi. Pengaruh tidak langsung dari status gizi ada
tiga faktor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, dan
lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan
kesehatan (Riyadi, 2001 yang dikutip oleh Simarmata, 2009).
Status gizi adalah bagian tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara gizi buruk, kurang, baik, dan
lebih (Almatsier, 2009 dalam Devi sulviana 2012). Status gizi menjadi
penting karena merupaka salah satu faktor untuk terjadinya kesakitan dan
kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akanberkontribusi terhadap
kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan
(achadi, 2007 dalam Devi Sulviana 2012).
Abas Basuni Jahari (2002) dalam buku praktis ahli gizi Politeknik
Kesehatan Depkes Malang (2008) mengungkapkan bahwa status gizi adalah
keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement)
zat gizi. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan,
yaitu berat badan, tinggi badan, panjang badan,lingkar kepala, lingkar
lengan, dan panjang tungkai. Status gizi baik (seimbang) bila jumlah asupan
gizi sesuai dengan yang dibutuhkan status gizi tidak seimbang dapat
dipresentasikan dalam bentuk gizi kurang yaitu jumlah asupan zat gizi
kurang dari yang dibutuhkan. Sedangkan status gizi lebih bila asupan zat gizi
melebihi dari yang dibutuhkan. Status gizi adalah keadaan tubuh akibat dari
oenggunaan zat-zat essensial ( zat gizi baik, buruk, dan lebih).istilah-istilah
malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara
absolute satu atau lebih zat gizi. Ada 4 bentuk malnutrisi:
- Imbalance (ketidakseimbangan)
2.2.2 Macam-Macam Status Gizi
1. Gizi Baik
Status gizi baik yaitu keadaan dimana asupan zat gizi sesuai
dengan kebutuhan aktifitas tubuh. Adapun ciri-ciri anak berstatus gizi
baik dan sehat adalah sebagai berikut (Zulaikhah, 2010) :
2. Gizi Kurang
3. Gizi Lebih
Masalah gizi lebih ada dua jenis yaitu overweight dan obesitas.
Batas IMT untuk dikategorikan overweight adalah antara 25,1 27,0
kg/m2, sedangkan obesitas adalah 27,0 kg/m2. Kegemukan (obesitas)
dapat terjad Mukai dari masa bayi, anak-anak, sampai usia dewasa.
Kegemukan pada masa bayi terjadi karena adanya penimbunan lemak
selama dua tahun pertama kehidupan bayi. Bayi yang menderita
kegemukan maka ketika menjadi dewasa akan mengalami kegemukan
pula.
Penderita cacat
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan
suatu populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun
gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Penilaian status gizi terdiri dari
dua jenis, yaitu :
1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
1. Tidak sensitive
a) Metode Kualitatif
- Metode telepon
b) Metode Kuantitatif
b. Tinggi Badan
c. LILA
Z score:
Persentel = x 100%
Z-score :
Obesitas : > + 3 SD
Percentile :
IMT Dewasa
BB
IMT = (TB)2
e. Z-Score
(nilaiyangdiamatireferensimedian)
Z-score = zscorepopulasireferensi(SD )
Kategori dan ambang batas status gizi anak adalah sebagai mana terdapat
pada tabel di bawah ini:
Tabel Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
a. Pendidikan
b. Pekerjaan
c. Suku
a. Metode Kualitatif
3) Metode telepon
b. Metode Kuantitatif
- Konsumsi Energi:
- Konsumsi Protein:
Rumus :
energi recall
AKG individu* untuk energi = AKG individu 100%
proteinrecall
AKG individu untuk protein = AKG individu 100%
vit A recall
AKG individu untuk vitamin A = AKG individu 100%
Fe recall
AKG individu untuk Fe = AKG individu 100%
Hal yang sama dikatakan pula oleh Soetardjo, dkk, (1990) bahwa pada
penderita penyakit infeksi seringkali terjadi kehilangan nafsu makan, tingkat
konsumsinya rendah. Oleh karena itu, penderita penyakit infeksi harus
diberikan makanan dengan energy dan protein yang tinggi untuk mengurangi
kerusakan jaringan tubuh yang lebih lanjut karena penyakitnya. Kebutuhan
energy dan protein yang meningkat pada penyakit infeksi disebabkan karena
adanya infeksi dan demam.
Bayi yang memperoleh ASI biasanya jarang mengalami sakit karena ASI
mengandung zat protektif, diantaranya adalah : Lactobacillus bifidus,
Lactoferin, antibody dan tidak menimbulkan alergi. Lactobacillus bifidus
berperan dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang biasanya
dapat menyebabkan diare. Lactobacillus lebih mudah tumbuh pada usus bayi
yang mendapat ASI karena ASI mengandung polisakarida yang berikatan
dengan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan Lactobacillus bifidus
(Sulistyoningsih, 2011)
Diare
TB Paru
Selain itu penyakit infeksi lainnya adalah penyakit tuberculosis
merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (microbacterium tuberculosis), sebagian besar kumar TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainya.
Setelah infeksi primer kuman yang masih ada besarnya respon daya
tahan tubuh (imunitas seluler), ada beberapa kuman akan menetap
sebagai kuman persisten atau dormant (tidur) kadang- kadang daya
tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman,
akibatnya dalam beberapa bulan yang bersangkutan menjadi
penderita tuberculosis.
1. Pendapatan keluarga
Persentase Kumulatif
Kumulati
Persentase Jlh Pendapatan Jlh Persen
Gol. Pendapatan f Persen
Penduduk (Rp) Pendapata Pendapata
Penduduk
n n
<350.000 12,48 12,48 19.584.949.226,77 4,69 4,69
350.000-449.999 15,57 28,25 32.955.638.774,36 7,89 12,57
450.000-549.999 11,09 39,34 28.797.005.278,15 6,89 19,46
550.000-649.999 13,67 52,41 41.354.087.975,35 9,90 29,36
650.000-749.999 10,11 62,52 37.210.360.249,67 8,90 38,27
750.000-849.999 8,53 71,05 35.909.311.115,13 8,59 46,89
850.000-949.999 5,67 76,72 26.571.524.877,33 6,39 53,22
950.000 195.403.609.886,1
23,28 100,00 46,78 100,00
7
Kab. Banjar 417.876.487.382,9
100,00 100,00
2
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setalah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo 2003).
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebgainya
(Notoatmojo 2003), bisa juga melalui proses pembelajaran seperti
penyuluhan, pelatihan atau kursus (Istiarti, 2000).
- Pendidikan Ibu
A. Ketersediaan Pangan
1. Masalah perumahan
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai
lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feses), air seni
(urin), dan CO2 sebagai proses dari pernapasan. Pembuangan kotoran
manusia di dalam tulisan ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan
tinja dan urin, yang pada umumnya disebut latrin (jamban atau kakus).
Proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan
kondisi) antara sekali setiap dua hari hingga beberapa kali dalam satu
hari.
4. Pengolahan sampah
a. Karakteristik Sampah
- Puskesmas
A. Pelayanan gizi
1. Vitamin A
2. KIA
- Ibu hamil
Pelayanan meliputi :
3. Imunisasi
- Hepatitis
- Campak
- Polio
- Difteri
- Tetanus
- Batuk Rejan
- Gondongan
- Cacar air
- TBC
Jenis-Jenis Imunisasi :
4. Keluarga berencana
Penyakit Infeksi
Pendapatan
Pengetahuan dan
Pendidikan
Ketersediaan
pangan
Kesehatan
lingkungan
Layanan kesehatan
2.6 Kerangka Konsep
PENDAPATAN
PENGETAHUAN
GIZI
KONSUMSI
PENDIDIKAN
KETERSEDIAAN
PANGAN
STATUS GIZI
PELAYANAN
KESEHATAN
PENYAKIT INFEKSI
KESEHATAN
LINGKUNGAN
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah observasional dengan desain ( rancangan ) Cross Sectional. Studi
Cross Sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor-
faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan obsevasi atau pengumpilan data sekaligus
pada suatu saat ( poin time approach ). Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi
sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.
Tujuan penelitian ini untuk mengamati hubungan antara factor resiko dengan akibat yang
terjadi berupa penyakit atau keadaan kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan,
ditanya masalah ( akibat ) sekaligus penyebab ( factor resiko ).
Mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasil dapat diperoleh
dengan cepat dan dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variable yang banyak, baik
variable resiko maupun variable efek.
Kesimpulan korelasi factor resiko dengan factor efek paling lemah bila dibandingkan
dengan dua rancangan epidemiologi.
Tempat : Tempat pengumpulan data dasar yang diambil adalah Desa Tambak Baru,
Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar
Populasi adalah semua ibu yang mempunyai balita usia 1 5 tahun di Desa
Tambak Baru Kecamatan Martapura.
3.3.2 Sampel
Populasi = 71
Sampel = 50
1. 70,5% x 15 = 10 org
2. 70,5% x 14 = 10 org
3. 70,5% x 24 = 17 org
4. 70,5% x 11 = 13 org
Instrument penelitian pada penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner recall 2x24 jam,
kuesioner inventaris, timbangan berat badan, dacin, mikrotoa, alat ukur panjang badan, food
model, formulir pengukuran tinggi badan dan berat badan balita.
3.5 Pengumpulan Data
a. Data Primer
- Umur
- Tingkat pengetahuan
- Pendidikan
Status Gizi : BB/U Anak balita, TB/U Anak balita, BB/TB Anak balita
b. Data Sekunder
Data sekunder dalam pengumpulan data dasar meliputi data umum desa
yang mencakup data geografis, mata pencarian, jumlah penduduk serta agama dan
kepercayaan. Dikumpulkan melalui informasi dari kepala desa dan sekertaris desa.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
a. Data Umum
b. Tingkat Konsumsi
c. Status Gizi
d. Ketersediaan Pangan
Rumus perhitungan :
jumlah proteinkeluarga
- Ketersediaan pangan protein = AKG kalori keluarga x 100%
Keterangan :
- Jumlah kalori dan protein keluarga : jumlah yang didapatkan dari hasil kalori
dan protein yang dikonsumsi.
- AKG kalori dan protein keluarga : hasil dari penjumlahan AKG kalori dan
protein dari anggota keluarga (Ayah, Ibu, anak dan anggota keluarga).
e. Kesehatan Lingkungan
f. Pelayanan Kesehatan
17 tahun
17 35 tahun
35 tahun
PNS/TNI/POLRI
Wiraswasta
Pensiunan
Buruh
Petani
Honorer
IRT
Dan lain-lain
SLTP (sederajat)
SLTA (sederajat)
Diploma
Sarjana
Tidak sekolah
Banjar
Jawa
Madura
Batak
Dayak
Dan lain-lain
( BBuBBr)
Skor_Z BB/U = SDr
Status gizi anak balita menurut BB/TB atau BB/PB diukur dengan melakukan
rumus sebagai berikut :
(BBTbBBr)
Skor_Z BB/TB = SDr
- Gemuk : 2 SD
- Normal : -2 SD s/d 2 SD
Status gizi anak balita menurut TB/U diukur dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
(BBTbBBr)
Skor_Z TB/U = SDr
- Sangat pendek : -3 SD
- Normal : -2 SD s/d 2 SD
- Tinggi : 2 SD
Rumus :
energi reca
- AKG individu untuk energy = AKG individu 100%
proteinrecall
- AKG individu untuk protein = AKG individu 100%
vit A recall
- AKG individu untuk vitamin A = AKG individu 100%
Fe recall
- AKG individu untuk Fe = AKG individu 100%
3.6.5 Pendapatan
a. Cukup ( Rp.2.281.000,-)
b. Kurang ( RP.2.281.000,-)
3.6.6 Pengetahuan Ibu
Data ini diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. Setiap jawaban yang benar
diberi nilai 1, sedangkan yang diberi nilai 0, kemudian dijumlahkan.
Dikatagorekan menjadi :
Tidak Lengkap : Apabila konsumsi < 90 tablet tambah darah / tidak teratur
Memberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
Jawaban yang benar dijumlahkanlalu dibagi dengan jumlah soal dan dikalikan 100%.
Kemudian dikategorikan menjadi :
- Baik : >80%
- Sedang : 60%-80%
- Kurang : <60%
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi
dan presentasi setiap variabel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa
b. Sarana Ibadah
Untuk sarana ibadah dikarenakan tambak baru letaknya paling jauh sehingga
yang ada hanya ada 1 musholla saja dan letaknya dipojok yaitu di RT 4.
c. Sarana Pendidikan
Sara pendidikan yang ada di desa tambak baru hanya ada 2 saja yaitu TK Quran
dan Madrasah Adiniyah yang letaknya berada di RT 2 dan keduanya saling berdekatan.
d. Sarana Transfortasi
Ada 1 buah kendaraan untuk menangkut sampah dan kepentingan di desa tambak
baru yaitu bernama tossa.
Dari segi keagamaan penduduk desa Tambak Baru tergolong masyarakat yang
agamis. Seluruh penduduk Tambak Baru beragama islam atau 100%.
Untukumat islam yang melakukan ibadah islam ada prasarana yang bisa
digunakann yaitu musholla yang terletak di RT 4.
4.6 Bidang Kesehatan
Untuk meningkatkan kesehatan warga desa tambak baru juga menyediakan
pelayanan kesehatan berupa posyandu yang letaknya dipertengahan RT 1. RT 2, RT 3,
RT 4. Posyandu tersebut membuka berbagai macam pelayanan diantaranya diare,
pelayanan kb, imunisasi, dan melakukan berbagai macam pengobatan ringan.
4.1 Gambaran Umum Responden
KS
aee
spk
iar
Pl e
eat
ma
edr
rei
iss
nana
t
a
h
4.1.2 Data Demografi
Tabel 4.1 Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di Desa Tambak Baru Martapura
Tahun 2016
b. Agama
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tambak Baru Martapura Tahun
2016 diketahui bahwa seluruh keluarga responden menganut agama Islam.
Tabel 4.2 Distribusi Berdasarkan Umur Kepala Keluarga di Desa Tambak Baru
Martapura Tahun 2016
Jumlah responden
Usia kepala keluarga
N %
17 35 tahun 33 32
> 35 tahun 16 66
Jumlah 49 98
Dari data diatas didapat usia kepala keluarga di Desa Tambak Baru
Martapura Tahun 2016 yaitu usia 17 35 tahun sebanyak 32% orang sedangkan
usia >35 tahun sebanyak 66%. Hal ini menunjukkan lebih banyak kepala keluarga
berusia 17 - 35 tahun.
b. Umur Ibu
Tabel 4.3 Distribusi Berdasarkan Umur Ibu di Desa Tambak Baru Martapura Tahun
2016
Jumlah responden
Usia Ibu
N %
17 35 tahun 40 80
> 35 tahun 9 18
Jumlah 49 98
Dari data diatas didapat usia ibu di Desa Tambak Baru Martapura Tahun
2016 yaitu usia 17 35 tahun sebanyak 80% orang sedangkan usia >35 tahun
sebanyak 18%. Hal ini menunjukkan lebih banyak ibu berusia 17 35 tahun.
Pendidikan Terakhir KK N %
Rendah (SD-SLTP) 45 90
Menengah (SLTA) 4 8
Tinggi (Diploma-Sarjana) 0 0
Jumlah 49 98
Dari data diatas didapat Pendidikan terakhir kepala keluarga di Desa Tambak Baru
Martapura Tahun 2016 yaitu rendah SD-SLTP sebanyak 90% dan menengah SLTA 8%. Hal ini
menunjukkan persentase paling banyak adalah kepala keluarga dengan pendidikan terakhirnya
rendah (SD-SLTP.
Tabel 4.5 Distribusi Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu di Desa Tambak Baru
Martapura Tahun 2016 diketahui bahwa seluruh kepala keluarga bersuku Banjar.
f. Suku Ibu
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tambak Baru Martapura Tahun
2016 yaitu suku Banjar sebanyak 96% dan suku Jawa 2%.
4.1.4 Status Gizi Balita
Status Gizi adalah keadaaan tubuh yang diakibatkan makanan, penyerapan dan
penggunaan makanan dalam tubuh. Jika seseorang makan-makanan yang tidak
mencukupi kebutuhan gizi dalam waktu lama maka orang tersebut akan mengalami
kekurangan zat gizi.
Tabel 4.6 Distribusi Berdasarkan Status Gizi Balita Menurut BB/U di Desa Tambak
Baru Martapura Tahun 2016
Tabel 4.7 Distribusi Berdasarkan Status Gizi Balita Menurut TB/U di Desa Tambak
Baru Martapura Tahun 2016
Jumlah responden
Status Gizi Balita (TB/U)
N %
Sangat pendek 2 4
Pendek 18 36
Normal 29 58
Tinggi 1 2
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat status gizi balita (TB/U) dengan kategori sangat
pendek sebanyak 4%, pendek sebanyak 36%, normal sebanyak 58%, dan tinggi
sebanyak 2%. Hal ini menunjukkan status gizi balita di Desa Tambak Baru terdapat
40% yang masing-masing mengalami status gizi sangat pendek dan pendek.
c. Status Gizi Balita Menurut BB/TB
Tabel 4.8 Distribusi Berdasarkan Status Gizi Balita Menurut BB/TB di Desa
Jumlah responden
Status Gizi Balita (BB/TB)
N %
Sangat Kurus 2 4
Kurus 15 30
Normal 32 64
Gemuk 1 2
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat status gizi balita (BB/TB) dengan kategori Status
Gizi sangat kurus sebanyak 4%, kurus sebanyak 30%, status gizi baik sebanyak
64%, dan status gizi lebih/gemuk sebanyak 2%. Hal ini menunjukkan ada 34%
balita dengan status gizi sangat kurus dan kurus.
Tabel 4.9 Distribusi Berdasarkan Penyakit Infeksi di Desa Tambak Baru Martapura
Tahun 2016
Dari data diatas didapat balita dengan penyakit infeksi diare sebanyak 63,6% dan
Tabel 4.10 Distribusi Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Desa Tambak Baru
Jumlah responden
Tingkat konsumsi energi
N %
Defisit 32 64
Kurang 5 10
Sedang 6 12
Baik 7 14
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat tingkat konsumsi energi pada balita dengan
kategori defisit sebanyak 64%, kurang sebanyak 10%, sedang sebanyak 12%, dan
baik sebanyak 14%. Untuk balita yang memiliki tingkat konsumsi energi yang
defisit dan kurang, hal ini mungkin dikarenakan pengetahuan ibu di Desa Tambak
Baru masih relatif cukup, sehingga penyediaan makanan yang bergizi kurang
diperhatikan mengingat pengetahuan ibu yang terbatas dan bisa juga dikarenakan
daya beli keluarga terhadap bahan makanan yang juga dapat mempengaruhi
penyediaan makanan dirumah, sehingga akan mempengaruhi tingkat konsumsi
dari balita tersebut. Menurut Hadiansyah, dkk (2014) dalam bukunya
menyebutkan pada umumnya anak balita merupakan kelompok umur yang paling
sering menderita kekurangan gizi. Hal ini disebabkan anak balita dalam periode
transisi dari makanan bayi kemakanan orang dewasa sering kali tidak begitu
diperhatikan lagi sedangkan balita tidak bisa mengurus dirinya sendiri dengan
baik terutama dalam hal makanan. Pada umur tersebut anak juga mengalami
pertumbuhan yang pesat sehingga perlu diperhatikan asupan energi makanannya.
Jumlah responden
Kategori
N %
Defisit 16 32
Kurang 3 6
Sedang 9 18
Baik 22 44
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat tingkat konsumsi Vitamin A pada balita dengan
kategori defisit sebanyak22%, sedang sebanyak 10%, kurang sebanyak 10 dan
baik sebanyak 58%. Hal ini dikarenakan balita di Desa Tambak Baru sudah
mendapatkan kapsul vitamin A yang diberikan melalui posyandu / puskesmas.
d. Tingkat Konsumsi Fe
Jumlah responden
Tingkat konsumsi Fe
N %
Defisit 27 54
Kurang 1 2
Sedang 3 6
Baik 19 38
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat tingkat konsumsi Fe pada balita dengan kategori
baik sebanyak 38%, sedang sebanyak 6%, kurang sebanyak 2% dan defisit
sebanyak 54%. Hal ini dikarenakan kurangnya konsumsi sayur dan buah yang
diberikan ibu kepada balita di Desa Tambak Baru.
a. Pendapatan Keluarga
Jumlah responden
Pendapatan
N %
Dibawah rata-rata 30 60
Diatas rata-rata 20 40
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat tingkat pendapatan keluarga yang dibawah rata-
rata sebanyak 60% dan yang diatas rata-rata sebanyak 40%. Hal ini dikarenakan
kebanyakan dari masyarakat yang bekerja hanyalah kepala keluarga sedangkan
ibu hanya menjadi ibu rumah tangga untuk mengurus rumah dan keluarga, serta
pekerjaannya kebanyakan hanya sebagai pedagang / waraswasta karena
kebanyakan pendidikan terakhir kepala keluarga hanya sampai tingkat SD.
Pekerjaan Kepala
N %
Keluarga
PNS/TNI/POLRI 0 0
Wiraswasta 23 46
Buruh 23 46
Petani 1 2
Honorer 1 2
Dan lain-lain 0 0
Meninggal 1 2
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat Pekerjaan kepala keluarga di Desa Tambak
BaruTahun 2016 yaitu Wiraswasta 46 %,Buruh 46 %,Petani 2 %,Honorer 2
%,Dan lain-lain 2 %, meninggal 8%. Hal ini menunjukkan persentase paling
banyak adalah Wiraswasta dan Buruh.
c. Pekerjaan Ibu
Tabel 4.16 Distribusi Berdasarkan Pekerjaan Ibu di Desa Tambak BaruMartapura
Tahun 2016
Pekerjaan Kepala
N %
Keluarga
Wiraswasta 1 2
Petani 1 2
IRT 47 94
Meninggal 1 2
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat Pekerjaan Ibu di Desa Tambak BaruTahun 2016 yaitu Wiraswasta
2 %, Petani 2% dan IRT 94 %. Hal ini menunjukkan persentase paling banyak adalah IRT.
Jumlah responden
Kategori
N %
Baik 0 0
Sedang 0 0
Kurang 50 100
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat tingkat pengetahuan Ibu dengan kategori kurang
sebanyak 100%. Hal ini menunjukkan seluruh responden ibu yang memiliki tingkat
Baru Tahun 2016 dengan kategori kurang sebesar 86% dan cukup sebesar 14%.
b. Ketersediaan Protein
Tabel 4.19 Distribusi Berdasarkan Ketersediaan Protein di Desa Tambak
Tabel 4.20 Distribusi Berdasarkan Keaktifan Ibu Membawa Balitanya Setiap Bulan
Jumlah responden
Keaktifan
N %
Tidak 0 0
Ya 50 100
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat keaktifan ibu membawa balitanya setiap bulan ke
Posyandu di Desa Tambak BaruTahun 2016 dengan kategori membawa balita ke
posyandu sebesar 100% . Dengan kata lain lebih banyak ibu yang hadir dan ikut serta
dalam kegiatan posyandu dan jarang ditemui ibu tidak mengikuti kegiatan posyandu..
Jumlah responden
Kapsul Vitamin A
N %
Tidak 3 6
Ya 47 94
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat balita yang mendapatkan kapsul Vitamin A dari Posyandu
di Desa Tambak Baru Tahun 2016 dengan kategori tidak mendapatkan yaitu sebesar
6% dan mendapatkan sebesar 94% . Dengan kata lain lebih banyak balita yang
mendapatkan kapsul Vitamin A dibandingkan balita yang tidak mendapat kapsul
Vitamin A.
Dari data diatas didapat ibu yang mengkonsumsi tablet Fe di Desa Tambak Baru
Tahun 2016 dengan kategori tidak lengkap mengkonsumsi yaitu sebesar 48% dan
lengkap menngkonsumsi sebesar 50%.
Dari data diatas didapat balita yang mendapatkan imunisasi lengkap di Desa
Tambak BaruTahun 2016dengan kategori tidak lengkap mendapatkan yaitu sebesar
6% dan mendapatkan sebesar 94%.
Jumlah responden
KB
N %
Tidak 0 0
Ya 50 100
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat ibu yang mengikuti program KB di Desa Tambak
BaruTahun 2016 dengan kategori mengikuti KB yaitu sebesar 100%. Dengan kata
lain seluruhibu di Desa Tambak Barumengikuti program KB.
Tabel 4.25 Distribusi Responden Berdasarkan Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Ibu
BalitaDi Desa Tambak BaruKecamatan Martapura Tahun 2016
Jumlah responden
Jenis alat kontrasepsi
N %
Pil KB 27 54
Suntikan 20 40
Implan 2 4
Tidak Menggunakan 1 2
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat jenis alat kontrasepsi yang digunakan Ibu balita di Desa
Tambak Baru Tahun 2016 dengan kategori Pil KB sebesar 54%, Suntikan sebesar
40%, tidak menggunakan sebesar 2%. Dengan kata lain jenis alat kontrasepsi yang
banyak digunakan oleh ibu di Desa Tambak Baruadalah jenis pil KB dan suntikan.
Tabel 4.26 Distribusi Responden Berdasarkan Ibu mendapatat penyuluhan
Pencegahan Diare di posyandu Di Desa Tambak BaruMartapura Tahun 2016
Jumlah responden
Kesehatan Lingkungan
N %
Baik 18 36
Cukup 0 0
Kurang 32 64
Jumlah 50 100
Dari data diatas didapat responden dengan kesehatan lingkungan yang baik
sebesar 36% dan kurang sebesar 64% di Desa Tambak BaruTahun 2016.
Asupan gizi sangat menentukan ksehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
Kebutuhan gizi pada masa kehamilan akan meningkat sebesar 15% dibandingkan
dengan kebutuhan wanita normal. Peningkatan gizi ini dibutuhkan diantaranya untuk
pertumbuhan rahim (uterus) dan janin. Makanan yang dkonsumsi ibu hamil akan
digunakan untuk kebutuhan pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% untuk
pertumbuhan ibunya.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,624> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi energi dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak
BaruMartapuratahun 2016.
Hal ini bisa terjadi dikarenakan tingkat konsumsi energi balita di desa
tersebut terutama konsumsi sumber bahan makanan pokok tidak adekuat. Akan
tetapi balita lebih banyak mengkonsumsi bahan makanan sumber protein seperti
ikan, telur, snack (makanan ringan) yang memberikan sumber energi lebih sedikit
dan hanya akan memberikan rasa kenyang dalam waktu yang sebentar saja. Atau
juga disebabkan oleh pengambilan data yang bias baik dari pewawancara recall 2
x 24 jam atau dari responden sehingga data yang diperoleh tidak efektif dan tidak
berhubunganserta hal ini juga diduga yang menyebabkan Tingkat konsumsi energi
yang kurang bukan hanya dari faktorstatus gizinya, ada lagi faktor-faktor lain
seperti tingkat konsumsi energi, pola asuh dan lain-lain.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,773> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi protein dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016. Hal ini diduga yang menyebabkan tingkat konsumsi
protein yang kurang bukan hanya dari faktor status gizinya, ada lagi faktor-faktor
lain seperti tingkat konsumsi energi, pola asuh dan lain-lain.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,029< (0,05) maka
H ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi
vitamin A dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru tahun
2016. Hal ini diduga yang menyebabkan tingkat konsumsi Vitamin A yang Baik
bukan hanya dari faktor status gizinya, ada lagi faktor-faktor lain seperti pola
asuh, pelayanan kesehatan, keaktifan ibu keposyandu dan lain-lain.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,297> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi Zat Besi atau Fe dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa
Tambak Baru Martapura tahun 2016. Hal ini diduga yang menyebabkan tingkat
konsumsi protein yang kurang bukan hanya dari faktor status gizinya, ada lagi
faktor-faktor lain seperti pola asuh, pelayanan kesehatan dan lain-lain.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,152> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit
infeksi dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru Martapura
tahun 2016.Hal ini diduga yang menyebabkan tingkat konsumsi protein yang
kurang bukan hanya dari faktor status gizinya, ada lagi faktor-faktor lain seperti
pola asuh, pelayanan kesehatan dan lain-lain.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,929> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan
keluarga dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru Martapura
tahun 2016.
Hal ini bisa terjadi karena bias saat pengambilan data karena hanya
diambil selama 2 hari jadi data yang diperoleh menjadi kurang efektif dan tidak
berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,482> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak BaruMartapura tahun
2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,227> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan
pangan energi dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak
BaruMartapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,258> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
ketersediaan protein dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak
BaruMartapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,190< (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelayanan
kesehatan dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak
BaruMartapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,277> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kesehatan
lingkungan dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,476> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak adahubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi energi dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak
BaruMartapura tahun 2016.
Hal ini bisa terjadi dikarenakan penyebab tidak adanya hubungan bisa
terjadi karena bias saat pengambilan data yang diambil selama 2 hari, jadi data
yang diperoleh menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,395> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi protein dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak
BaruMartapura tahun 2016.
Hal ini bisa terjadi dikarenakan penyebab tidak adanya hubungan bisa
terjadi karena bias saat pengambilan data yang diambil selama 2 hari, jadi data
yang diperoleh menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,019> (0,05) maka
H ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi
vitamin A dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak
BaruMartapura tahun 2016.
Hal ini bisa terjadi karena baiknya konsumsi balita terhadap sumber
makanan yang mengandung vitamin A. Sebab ada beberapa anak balita yang suka
mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, dan makanan sumber vitamin A
lainnya. Sumber vitamin A terbesar yang biasa dikonsumsi balita berupa vitamin
A dosis tinggi yang biasa dibagikan pada saat posyandu atau puskesmas setiap 2
kali dalam setahun. Hal ini juga bisa disebabkan karena teknik pengolahan
makanan ibu yang baik.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,107> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi Zat Besi atau Fe dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa
Tambak Baru Martapura tahun 2016.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya konsumsi sumber zat besi pada
anak balita dikarenakan kurangnya perhatian ibu terhadap manfaat dari zat gizi
terutama sumber zat besi. Keterbatasan biaya juga dapat mempengaruhi daya beli
ibu terhadap bahan makanan sumber zat besi. Dan juga karena bias saat
pengambilan data karena hanya diambil selama 2 hari jadi data yang diperoleh
menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,276> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit
infeksi dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura
tahun 2016.
Hal ini mungkin karena bias saat pengambilan data karena hanya diambil,
jadi data yang diperoleh menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,166> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan
keluarga dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura
tahun 2016.
Hal ini bisa terjadi karena bias saat pengambilan data karena hanya
diambil, jadi data yang diperoleh menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,072> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu dengan status gizi balita menurut TB/U di Kelurahan Pasayangan
KecamatanMartapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,021< (0,05) maka
H ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pangan
energi dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura
tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,834> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidakada hubungan yang bermakna antara tingkat
ketersediaan protein dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,471< (0,05) maka
H ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pelayanan kesehatan
dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun
2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,005< (0,05) maka
H diterima, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kesehata
lingkungan dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,517> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi energi dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
Hal ini bisa terjadi dikarenakan penyebab tidak adanya hubungan bisa
terjadi karena bias saat pengambilan data yang diambil selama 2 hari, jadi data
yang diperoleh menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan..
Hal ini bisa terjadi dikarenakan penyebab tidak adanya hubungan bisa
terjadi karena bias saat pengambilan data yang diambil selama 2 hari, jadi data
yang diperoleh menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,824> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
konsumsi vitamin A dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak
Baru Martapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,040> (0,05) maka
H ditolak, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi
Zat Besi atau Fe dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
Hal ini mungkin disebabkan kurangnya konsumsi sumber zat besi pada
anak balita dikarenakan kurangnya perhatian ibu terhadap manfaat dari zat gizi
terutama sumber zat besi. Keterbatasan biaya juga dapat mempengaruhi daya beli
ibu terhadap bahan makanan sumber zat besi. Dan juga karena bias saat
pengambilan data karena hanya diambil selama 2 hari jadi data yang diperoleh
menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,410> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan
keluarga dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
Hal ini bisa terjadi karena bias saat pengambilan data karena hanya
diambil, jadi data yang diperoleh menjadi kurang efektif dan tidak berhubungan.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,507> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura
tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,110> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan
pangan energi dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,182> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat
ketersediaan protein dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak
Baru Martapura tahun 2016.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,243> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelayanan
kesehatan dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
Hal ini karena pelayanan kesehatan yang sangat diperhatikandi Desa
tersebut tersebut.
Hasil uji korelasi Rank Spearman diperoleh nilai p=0,620> (0,05) maka
H diterima, yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kesehatan
lingkungan dengan status gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru
Martapura tahun 2016.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan di desa tambak baru adalah
salah satu dari kelurahan yang terletak di wilayah Kecamatan Martapura Kabupaten Banjar
Jumlah penduduk Desa Tambak Baru Kecamatan Martapura sebanyak 856 jiwa yang tersebar
di 4 (empat) wilayah Rukun Tetangga dengan lokasi pemukima disepanjang jalan Bina
Karyaa dan jalan Mufakat Tambak Baru. Pada tanggal 14 18 November 2016, dapat ditarik
kesimpulan :
1. Satatus gizi BB/U di desa Tambak baru pada tahun 2016 diketahui bahwa
balita dengan gizi buruk 4 (8 %) responden, balita dengan kasus gizi kurang
sebanyak 21 (42 %) responden, balita dengan kasus gizi baik 44 (48 %)
responden, dan balita dengan kasus gizi lebih 1 (2%) responden, secara
nasional ,prevalensi berat kurang pada 2010 adalah 17,9 % yang terdiri dari
4.9 % gizi buruk 13,0 gizi kurang. Serta menurut batas non-public health
problem WHO gizi kurang yaitu 10.0%.hal ini menunjukkan status gizi balita
tambak baru untuk status gizi kurang, buruk dan lebih masih menjadi
masalah.
2. Satatus gizi BB/U di desa Tambak baru pada tahun 2016 diketahui bahwa
balita sangat pendek 2 4 %)responden, balita pendek sebanyak 18(36 %)
responden, balita normal baik 29 (58%) responden, dan balita tinggi 1 (2%)
responden, secara nasional ,prevalensi berat kurang pada 2010 adalah 35,6
% yang terdiri dari 18.5% sangat pendek dan 17.1 pendek. Serta menurut
batas non-public health problem WHO gizi kurang yaitu 20.0%.hal ini
menunjukkan kasus gizi diTambak Baru untuk status gizi pendek masih
menjadi masalah.
5. Tingkat konsumsi protein desa Tambak Baru pada tahun 2016 dengan
katogori defisit 16 (32%)responden, kurang 3 (6%) responden,sedang 9(18%)
dan baik 22(44% )respondeb.
6. Tingkat konsumsi vit A desa Tambak Baru pada tahun 2016 Dengan katagori
defisit 11(22%) responden, sedang 5(10%) responden, kurang 5(10%)
responden dan baik 29 (58%).
7. Tingkat konsumsi Fe desa Tambak Baru pada tahun 2016 Dengan katagori
defisit 27(54%) responden, kurang 1(2%) responden ,sedang 3 (6%)
responden, baik sebanyak 19 (38%).
10.Jenis pekerjaan ibu rumah tangga didesa Tambak Baru dengan katagori
wirasawata 1 (2%) Responden petani 1 (2 % )responden.dan ibu rumah
tangga sebesar 47(94%). Sebagian besar adalah ibu rumah tangga.
13.Ketersedian pangan didesa tambak baru dengan katagor kurang 43( 86%)
responden dan cukup 7 (14 % responden).
16.Balita yang mendapat kapsul vitamin A di desa Tambak Baru tidak 3 (6%)
responden dan YA 47 (94%) reponden.
19.Distribusi ibu yang mengikuti KB didesa tambak baru tahun 2016 adalah
tidak 0 (0%) responden dan YA 50 (100%) responden.
22.Kesehatan lingkungan didesa Tambak Baru tahun 2016 dengan kategori baik 18
(36%) responden, cukup 0% responden dan kurang 32 (64%) responden.
23. tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi balita
menurut BB/U di Desa Tambak BaruMartapuratahun 2016.
24. yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi protein dengan
status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016 .
25. yang berarti ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi vitamin A dengan status
gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru tahun 2016.
26. , yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi Zat Besi atau Fe
dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
27. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi dengan status gizi balita
menurut BB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016
28. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi
balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
29. tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita
menurut BB/U di Desa Tambak BaruMartapura tahun 2016.
30. yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pangan energi
dengan status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak BaruMartapura tahun 2016.
31. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat ketersediaan protein dengan
status gizi balita menurut BB/U di Desa Tambak BaruMartapura tahun 2016.
32. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelayanan kesehatan dengan status gizi
balita menurut BB/U di Desa Tambak BaruMartapura tahun 2016.
33. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kesehatan lingkungan dengan status gizi
balita menurut BB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
Status Gizi
1. berarti tidak adahubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi energi dengan status
gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak BaruMartapura tahun 2016.
2. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi protein dengan status
gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak BaruMartapura tahun 2016.
3. ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi vitamin A dengan status gizi
balita menurut TB/U di Desa Tambak BaruMartapura tahun 2016.
4. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi Zat Besi atau Fe
dengan status gizi balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016
5. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi dengan status gizi
balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
6. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi
balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
7. tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita
menurut TB/U di Kelurahan Pasayangan KecamatanMartapura tahun 2016.
8. ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pangan energi dengan status gizi balita
menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
9. tidakada hubungan yang bermakna antara tingkat ketersediaan protein dengan status gizi
balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
10. ada hubungan yang bermakna antara pelayanan kesehatan dengan status gizi balita
menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
11. berarti ada hubungan yang bermakna antara kesehata lingkungan dengan status gizi
balita menurut TB/U di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
12. tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi energi dengan status gizi
balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
13. tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi
balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun2016.
14. tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi vitamin A dengan status gizi
balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
15. ada hubungan yang bermakna antara tingkat konsumsi Zat Besi atau Fe dengan status
gizi balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
16. tidak ada hubungan yang bermakna antara penyakit infeksi dengan status gizi balita
menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
17. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan status gizi
balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
18. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi
balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
19. tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan pangan energi dengan status gizi
balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
20. tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat ketersediaan protein dengan status gizi
balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016
21. berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pelayanan kesehatan dengan status gizi
balita menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
22. tidak ada hubungan yang bermakna antara kesehatan lingkungan dengan status gizi balita
menurut BB/TB di Desa Tambak Baru Martapura tahun 2016.
SARAN
1. Perlu dilakukan penyuluhan tentang pola hidup sehat guna menghindari
masalah-masalah yang berkaitan dengan gizi balita
3. Perlu adanya tempat penampungan air bersih untuk masak dan minum
4. Perlu adanya pembuatan toilet umum disetiap RT. Sehingga Masyarakat tidak
lagi melakukan kegiatan MCK Disungai.