Menurut Drs. Munzier Suparto dan Drs. U. Raduwijaya.,M.A., Khabar menurut bahasa adalah segala berita yang disampaikan oleh seseorang kepada orang lain (2011). Hal ini senada dengan pendapat Mahmud Yunus (dalam Dr. Badri Khaeruman, M.Ag., 2002), Khabar menurut etimologis berasal dari kata Khabar yang berarti berita. Terdapat berbagai ikhtilaf atau perbedaan pendapat mengenai makna khabar secara istilah atau terminologisnya. Dalam Drs. M. Suparga dan Drs. U. Raduwijaya.,M.A., (2011), Khabar menurut ulama ahli hadis sama artinya dengan hadis, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu yang marfu, mauquf, dan maqtu, mencakup segala sesuatu yang datang dari Rasulullah SAW., sahabat dan tabiin. ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari Rasulullah SAW, sedang yang datang dari Rasulullah SAW disebut Hadis. Ada juga yang mengatakan bahwa hadis lebih umum dari Khabar, sehingga tiap hadis dapat dikatakan Khabar, tetapi tidak setiap dikatakan hadis. Sehingga menurut Dr. Badri Khaeruman, M.Ag., (2002), khabar merupakan sinonim dari kata hadis dan sebagian lagi tidak demikian. Hal ini karena khabar adalah berita, baik berita dari nabi SAW maupun dari sahabat atau berita dari tabiin. Dengan demikian, hadis marfu, hadits mauquf dan hadis maqtu bisa disebut dengan khabar. Dan oleh karenanya, pendapat diatas mengatakan bahwa khabar merupakan segala bentuk berita yang diterima bukan dari Nabi SAW saja. Contoh hadis yang berbunyi : Islam itu mulanya asing dan akan kembali asing seperti semula. Maka beruntunglah bagi orang-orang asing. Adapun Asar menurut pendekatan bahasa sama pula artinya dengan Khabar, Hadis, dan Sunnah. Sedangkan Asar menurut istilah segala sesuatu yang diiwayatkan dari sahabat ddan boleh juga disandarkan pada perkataan Nabi SAW. Terjadi perbedaan pendapat diantara pendapat para ulama. Jumhur mengatakan bahwa Asar sama dengan Khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, sahabat dan Tabiin. sedangkan menurut ulama Khurasan bahwa Asar untuk yang mauquf dan Khabar untuk yang marfu(Drs. Munzier Suparto dan Drs. U. Raduwijaya.,M.A., 2002). Contoh atsar diantaranya ialah dari Anas r.a, ia berkata : doa nabi SAW yang paling banyak (dibaca) adalah wahai Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. (H.R. Bukhari Muslim).
Perbedaan Khabar dan Atsar
Menurut Abudin Nata (1998), dikalangan jumhur ulama umumnya berpendapat bahwa hadis, khabar dan atsar tidak terdapat perbedaannya atau sama pengertiannya, yakni segala sesuatu yang dinukilkan dari Rasulullah SAW, sahabat, tabiin baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang semuanya dilakukan sewaktu-waktu saja maupun lebih sering dan banyak diikuti oleh para sahabat. Kemudian Abudin Nata (1998) mengungkapkan bahwa perbedaannya ialah khabar cakupannya lebih umum daripada hadis. Khabar mencakup segala berita berasal dari Rasulullah, sahabat, maupun tabiin. sedangkan hadis, cakupannya hanya sesuatu yang berasal dari Rasulullah saja. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa atsar cakupannya lebih luas daripada khabar. Atsar meliputi segala yang datang dari Nabi dan selainnya, sedangkan khabar cakupannya hanya sesuatu yang datang dari Nabi saja. Abuddin nata. 1998. Metologi Studi Islam. Jakarta : Logos. Dr. Badri Khaeruman, M.Ag. 2010. Ulum A-Hadis. Bandung: Pustaka Setia. Drs. Munzier Suparta, M.A Dan Drs. U. Raduwijaya.,M.A. 2002. Ilmu Hadis. Jakarta: Rajawali Pers.