Anda di halaman 1dari 4

Tes potensi merupakan salah-satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif

potensial umum (pengukuran performansi maksimal) yang dirancang khusus guna

memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi, karena itulah tes seperti ini

biasanya dinamai Tes Potensi Akademik. Gagasan dasar dalam konstruksi Tes Potensi

Akademik sedikit-banyak mengikuti konsep pengembangan Graduate Record Examinations

(GRE) yang terdiri atas seksi Verbal Reasoning (V). Quantitative Reasoning (Q), dan

Analytical Writing (AW) (GRE Bulletin, 2008), dengan beberapa perubahan. Pada umumnya.

Tes Potensi Akadernik di Indonesia terdiri atas tiga subtes yaitu subtes Verbal, subtes

Kuantitatif, dan subtes Penalaran.

Berbeda dari isi tes prestasi yang disusun berdasar silabus mata pelajaran pada suatu jenjang

pendidikan atau pelatihan yang lebih merupakan pengungkapan hasil pembelajaran, Tes

Potensi Akademik tidak disusun berdasar silabus mata pelajaran dan karenanya keberhasilan

menjawab soal dalarn tes ini adalah minimal kaitannya dengan penguasaan isi pelajaran

tertentu. Hal itu disebabkan konten soal-soal dalam tes potensi dikembangkan sedemikian

rupa sehingga peluang keberhasilan untuk menjawab dengan benar lebih tergantung pada

penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (logical) maupun analitis (analytical)

(Saifuddin Azwar, 2008). Maksimalnya penalaran dan analitis seseorang tentu tak lepas dari

konsentrasi seseorang dalam memjawab soal tersebut.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya daya serap siswa adalah konsentrasi.

Daud menyatakan konsentrasi merupakan pemusatan perhatian dalam proses perubahan

tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap

sikap dan nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang

studi (Sahid, 2012). Konsentrasi juga merupakan modal utama bagi siswa dalam menerima

materi ajar serta menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.


Secara teoritis jika konsentrasi siswa rendah, maka akan menimbulkan aktivitas yang

berkualitas rendah pula serta dapat menimbulkan ketidakseriusan dalam belajar.

Ketidakseriusan itulah awal terbentuknya rasa malas dan bosan sehingga berpengaruh pada

prestasi belajar siswa. Asumsi tersebut didukung oleh telaah para ahli pendidikan yang

menyatakan bahwa rendahnya prestasi belajar siswa sebagian besar disebabkan oleh

lemahnya kemampun anak untuk melakukan konsentrasi (Surya, 2003). Banyak hal yang

dapat mempengaruhi daya konsentrasi seseorang, salah satunya yakni dengan pemberian

aroma terapi. zat aromatis yang terdapat dalam tanaman ternyata memeiliki respons yang

baik terhadap kondisi pikiran, perasaan, dan kesehatan tubuh (Jaelani, 2009).

Seorang ahli pengobatan terkenal di India bernama Ayurveda, juga telah mencoba dengan

menggunakan berbagai macam minyak esensial dalam praktek pengobatannya. Hal ini

diakui oleh Hippokrates, tokoh kedokteran dari yunani yang menyatakan bahwa mandi dan

melakukan pemijatan dengan menggunakan bahan bahan wewangian (Minyak esensial) bisa

menjadikan tubuh selalu segar dan tetap sehat . Pendapat senada juga dikemukakan pula

oleh Theophrastus, bahwa kandungan zat aromatis yang terdapat dalam tanaman ternyata

memeiliki respons yang baik terhadap kondisi pikiran, perasaan, dan kesehatan tubuh

(Jaelani, 2009).

Aromaterapi adalah metode yang menggunakan minyak atsiri untuk meningkatkan

kesehatan fisik dan emosi. Minyak atsiri adalah minyak alami yang di ambil dari tanaman

aromatik (Koensoemardiyah, 2009). Berbagai efek minyak atsiri yaitu sebagai antiseptic,

antimicroba, antivirus, dan anti jamur, zat analgesik, antiradang, antitoksin, zat balacing,

immunostimulan, pembunuh dan pengusir serangga, mukolitik dan ekspektoran. Minyak

atsiri yang bersifat analgesik (menghilangkan rasa sakit) adalah chamomile frankincense,

cengkih, wintergreen, lavender dan mint (Koensoemardiyah, 2009). Mekanisme kerja

perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis,
yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi

kondisi psikis, daya ingat dan emosi seseorang. Bau merupakan suatu molekul yang mudah

menguap ke udara dan akan masuk ke rongga hidung melalui penghirupan seingga akan

direkam oleh otak sebagai proses penciuman (Yunita, 2010). Aromatherapi digunakan untuk

menyembuhkan masalah pernafasan, rasa nyeri, gangguan pada saluran kencing, gangguan

pada alat kelamin, dan juga masalah mental dan emosional. Hal ini terjadi karena

aromatherapi mampu memberikan sensasi yang menenangkan diri dan otak, serta stress

yang dirasakan (Laila, 2011). Bunga yang digunakan untuk aromatherapi adalah lavendula

atau biasa disebut lavender. Lavender adalah tumbuhan berbunga dalam suku lamiaceae

yang memiliki 25-30 spesies. Lavender berasal dari wilayah selatan laut tengah Afrika

tropis dan ke timur sampai India. Saat ini lavender telah ditanam dan dikembangkan di

seluruh dunia. Tanaman cantik dan berbunga kecil berwarna ungu ini memiliki khasiat yang

sangat bermanfaat bagi manusia. Minyak aromaterapi lavender dikenal sebagai minyak

penenang, efek sedative lavendula angustifolia terjadi karena adanya senyawa-senyawa

coumarin dalam minyak tersebut (Ogan, 2005).

Kelebihan minyak lavender dibandingkan minyak essensial lainnya adalah kandungan

racunnya yang relatif sangat rendah, jarang menimbulkan alergi (Yunita, 2010). Aromaterapi

lavender memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis aromaterapi lainnya yaitu

ekonomis, mudah diperoleh, aman dipergunakan, tidak memerlukan waktu lama dan praktis

karena tidak memerlukan peralatan yang rumit. Kombinasi terapi lavender dengan

pengobatan medis akan meningkatkan kondisi klien (Zelner, 2005). Minyak lavender berbau

manis, floral, sangat herbal dan mempunyai tambahan bau seperti balsam. Minyak lavender

merupakan salah satu minyak yang paling aman. Karenanya sering digunakan untuk

mengobati infeksi paru-paru, sinus, vagina, dan kulit, juga meringankan sakit kepala, nyeri

otot dan nyeri lainnya (Koensoemardiyah, 2009).

Anda mungkin juga menyukai