Anda di halaman 1dari 11

1.

Funsi sosmed bagi ibu2

Cerdas Ber-Sosmed
Saya ini manusia yang gemes dan gak tahan untuk nyinyir setiap kali cek timeline di FB
yang isinya Cuma photo-photo selfie, curcol galau, apalagi share photo dan video-video
gak sopan dan sampah. Kalau posting dengan konten pornografi, dan yang post bukan
teman dekat, sudah pasti langsung saya delete. Kalau teman yang kenal, tapi kurang
dekat, biasanya hanya saya hide dari timeline. Kalau teman dekat, saya sudah gak tahan
untuk nyinyir. Aampuun yaa.. nyinyir sepertinya sudah fitrah saya. No wonder dua kembar
saya super ceriwis, ini genetik.

Please ya brother dan sister, medsos ini fungsinya bukan hanya ajang pamer photo selfie,
atau status galau saja lho.., apalagi digunakan untuk mengakses konten-konten
pornografi. Saya bukan yang tidak pernah selfie kok. Mungkin sesekali selfie sok atuh, bisa
sekalian untuk instropeksi diri, memperbaiki kualitas penampilan demi menyejukkan
suami tercintah. Hehehe tapi kalau setiap hari harus lihat photo selfie orang yang sama,
yang bisa sekali upload 10 photo, ampuuuun deeehhh
Yah kita taulah yah, sosmed memang memudahkan kita dalam menjalin silaturaahmi
dengan saudara yang tinggal ditempat yang jauh, atau dengan teman yang sudah lama gak
ketemu, atau mungkin sahabat waktu kita kecil yang sudah lama hilang. Nah ajang
silaturahmi
Tak dapat dipungkiri juga, socmed juga memudahkan kita untuk menjalin silaturahmi
dengan saudara yang tinggal di tempat yang jauh, dengan teman yang sudah lama tak
bersua, bahkan dengan kerabat yang sudah lama hilang. Amazing yaaa Saya sering
excited dan teriak kegirangan ketika bisa menemukan sahabat lama di sosial media. Tapi
ajang silaturahmi ini alangkah lebih baik jika digunakan untuk berbagi kabar baik, dan
kabar-kabar yang wajib disebar-luaskan, seperti pernikahan, kelahiran dan kematian.
Untuk aib-aib dalam keluarga, mungkin lebih bijak untuk dibicarakan di forum tertutup
saja. Bukankah sosmed juga dilengkapi dengan fasilitas japri, atau jalur pribadi, Direct
message.

Sebenarnya buanyaaak banget manfaat yang bisa kita dapat. Mulai dari berita
perkembangan dunia yang bisa kita baca dari timeline media-media di seluruh dunia.
Selain itu ada juga ilmu yang bermanfaat seperti pola asuh, kehamilan, persalinan. Coba
deh tengok pagenya @theurbanmama, banyak sekali share bermanfaat lengkap dengan
tips dan resep2nya. Disinilah tempat berburu ilmunya para emak-emak yaa.. maklum
dunia saya berkutat di dunia emak-emak dengan segala kompleksitasnya. Tapi masih
banyak juga ilmu yang lain, coba deh masuk ke group yang bertebaran di FB sesuai hobi
dan passion masing-masing. Banyaaak sekali ilmu yang bisa kita pungut dari sana. Selain
itu untuk yang punya usaha bisnis online, ada juga lhooo group yang bisa memberikan
ilmunya dalam mengembangkan bisnisnya. Saya kagum dengan wanita-wanita di IWPC
seperti mbak Lucky dan teman-temannya. Semoga suatu saat saya bisa menggali ilmu dari
mereka.

Seperti kata kang Maman sang notulen di ILK, Belajar itu hak kita. Dan yang namanya hak,
itu mutlak milik kita. Jadi kalau sampai disia-siakan, siapa coba yang rugi?! Apalagi sudah
difasilitasi sedemikian rupa, sehingga memudahkan kita untuk mendapatkan hak-hak kita
untuk belajar.

Ah, sebenarnya saja juga belum sehebat itu dalam menggunakan sosmed. Saya pun masih
jatuh bangun belajar kok. Semoga ini juga bisa menjadi reminder buat saya pribadi. Jadi
yuk ah move on! Jangan hanya share status galau dan photo gak senonoh, mari belajar
dan share sesuatu yang lebih bermanfaat untuk sesamaMari belajar cerdas ber-sosmed!

2. Muslim menyikapi sosmed

Menjadi Muslim Yang Cerdas


Dalam Ber-Sosial Media,
Sulitkah?
17 Dec, 2015 in Catatan / Internet / Remaja / Sosbud tagged dalam
islam / tersebut / tidak / yang by Gandhung Fajar Panjalu

Penggunaan sosial media sebagai alat branding telah dilakukan oleh berbagai pihak baik swasta
maupun pemerintahan, baik secara individu maupun secara kolektif. Branding sebagai dimaksud
boleh jadi berupa branding memperkenalkan produk, memublikasikan diri maupun
memasyarakatkan ide dan gagasan tertentu. Salah satu ide atau gagasan yang biasa dibranding
dalam sosial media adalah gagasan seputar agama.

Ide seputar agama menjadi makanan empuk dalam kancah sosial media dimana apabila gagasan
tersebut diamini maka akan cepat mendapat respon yang positif, namun apabila gagasan tersebut
dinilai negatif maka respon penolakannya-pun akan sangat cepat dan bahkan tak jarang
memunculkan bullyan hingga cacian dalam berbagai tingkatan.

Psikolog dari University of Melbourne, Australia, Brent Coker yang juga pakar perilaku di dunia
maya mengatakan ada beberapa alasan mengapa berbagi dan menyukai postingan di Facebook.
Mengapa bisa menyebar dan menjalar, itu karena membangkitkan emosi yang kuat dan
menciptakan sesuatu yang kita sebut gairah kognitif yang memotivasi orang untuk bertindak,
kata Dr Coker. Dengan mendapatkan Likes atau ketika postingan kita di-share, ada ganjaran
psikologis yang besar. Sayangnya, tidak jarang ide yang beredar tersebut tidak sepenuhnya
benar. Beberapa di antaranya merupakan kabar palsu, atau gabungan antara berita fakta yang
tafsirkan sedemikian rupa sehingga memunculkan interpretasi sebagai berita palsu.
Melihat hal tersebut, bagaimana seorang muslim mampu memposisikan diri sebagai muslim
yang cerdas dalam ber-sosial media? Apakah hal tersebut sulit? Sebenarnya menjadi muslim
yang cerdas di sosial media bukanlah hal yang mustahil. Hal tersebut sangat mungkin dilakukan,
tentu dengan memenuhi beberapa persyaratan. Apa saja persyaratannya? simak beberapa hal
berikut :

1. Tidak membuat berita palsu. Sebagai seorang muslim, larangan untuk berbohong tentu telah
diajarkan semenjak kecil. Sifat Rasul Shiddiq ditanamkan semenjak dini untuk diamalkan
dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya dalam sosial media. Mutlak, membuat berita
palsu adalah haram jaddah bagi seorang muslim yang cerdas.

2. Selalu melakukan klarifikasi terhadap setiap informasi yang didapat, sebelum membagikan
kepada orang lain. Dalam islam, kita senantiasa diajarkan untuk tabayyun atau melakukan
klarifikasi atas setiap berita yang sampai kepada kita, sebelum kita mengedarkan berita tersebut.
Apabila ternyata berita tersebut benar maka tentu pahala yang diperoleh, namun apabila tidak
benar? memang reward dari niat berdakwah sudah didapat, namun tentu diimbangi dengan
ancaman punishment akibat menyebarkan berita yang tidak benar. Bagaimana jika terlanjur
menyebarkan berita dan setelah dilakukan klarifikasi ternyata berita tersebut palsu? Maka sudah
menjadi tanggungjawabnya untuk melakukan klarifikasi bila perlu ditambah permohonan maaf
karena telah menyebarkan info yang tidak benar tersebut.

3. Memahami isi berita secara menyeluruh. Sebagai seorang muslim, membaca merupakan
aktifitas yang tersurat dalam firman Allah yang pertama diturunkan. Tentu hal tersebut
mengindikasikan bahwa seorang muslim harus mampu membaca sebuah permasalahan dan
berita secara utuh, tidak secara parsial, apalagi hanya terjebak dengan judul atau headline saja.
Apabila masih ada seorang muslim yang hanya karena membaca judul atau berita secara parsial
kemudian menyimpulkan seolah-olah ia mengetahui berita tersebut secara penuh maka tentu ia
bukanlah seorang muslim yang baik dalam bersosial media.

4. Meggunakan sosial media untuk bersilaturrahim dan berbagi hal yang informatif dan
inspiratif, bukan hal yang provokatif. Isu yang memiliki nuansa provokatif termasuk hal yang
berbau SARA merupakan pembahasan yang mutlak perlu dihindari bersosial media. Daripada
mengisinya dengan hal yang dapat menyulut provokasi, maka lebih baik mengisinya dengan hal
yang dapat melahirkan inspirasi dan bermanfaat bagi sesama.

5. Tidak mudah terpancing emosi. Dalam bersosial media, kita akan bertemu dengan berbagai
macam manusia dengan sifat dan karakter yang berbeda. Apabila terdapat pembahasan yang
kurang disetujui, maka hendaklah menyampaikan ketidaksetujuan tersebut secara santun, tenang
dan tidak memunculkan amarah. Apabila sudah disampaikan semaksimal mungkin namun tetap
tidak ada perubahan maka di media sosial tentu terdapat fitur blokir. Ini yang menjadi
representasi dari ungkapan berkatalah yang baik, atau diamlah.

6. Tidak menjadikan media sosial sebagai ajang ghibah, fitnah, namimah dan kejelekan lainnya.
Tidak sedikit masyarakat yang menjadikan media sosial sebagai ajang rasan-rasan atau
berghibah. Biasanya mereka bergibah di dalam sebuah grup tertutup. Tentu hal tersebut bukanlah
hal yang baik dilakukan oleh seorang muslim pengguna sosial media. Tidak jarang pula
masyarakat yang menjadikan media sosial sebagai tameng untuk menghina atau melecehkan
orang lain. Misalnya, ia sakit hati dengan seseorang namun tidak berani mengungkapkan
langsung di depan mata, akan tetapi di media sosial dia berbuat ganas dengan memaki lawannya
secara terang-terangan. Hal tersebut tentu bukan perilaku muslim yang cerdas dalam bersosial
media.

7. think before you tweet. Sosial media biasanya berbasis karakter (kata), gambar, video dan
audio. Sebelum anda menggunakan sosial media dan membagikan konten tersebut kepada rekan
sosial media anda, maka berfikirlah sebelum mengklik enter. Salah satu hal yang difikirkan
adalah bagaimana perasaan anda apabila anda dikirimi konten tersebut oleh rekan anda. Apabila
anda merasa tidak suka, maka bisa jadi itu pula yang akan dirasakan oleh orang lain, maka
sebaiknya urungkanlah niat anda untuk membagikan konten tersebut.

Sobat, barangkali ada banyak tips lain untuk menjadi muslim yang cerdas dalam bersosial media.
Apabila berkenan, mari turut serta berbagi tentang apa sih tips dari anda untuk menjadi muslim
yang cerdas dalam bersosial media?

gaulislam edisi 421/tahun ke-9 (4 Safar 1437 H/ 16 November 2015)

Saya sih merasa yakin, kalo remaja zaman sekarang hampir tak ada yang nggak
punya akun sosmed. Entah itu Facebook, Twitter, Instagram, BBM, WhatsApp,
Telegram, dan banyak lagi lainnya. Tak jarang, banyak di antara mereka yang
seolah tak bisa hidup tanpa sosmed. Bangun tidur, update status dulu di salah
satu sosmed di atas. Sarapan, habis mandi, siap-siap berangkat sekolah, tiba di
sekolah, ganti pelajaran, apapun dilaporkan di medsos. Biasanya di akhir tiap
status ada tulisan begini like ya. Ihh ternyata haus like, gitukah? (ada juga
yang saking galaunya nge-like status sendiri, hehehe)

Belum lagi kalau ternyata orang yang disuka ikut nge-like atau kasih komen,
langsung berasa GR nggak habis-habis. Tidur tak enak makan pun tak nyenyak,
upzkebalik ya? Bahkan bisa jadi orang yang disuka itu tak dikenalnya dengan
baik alias sebatas foto profil yang cantik atau ganteng. Terus gitu deh, jatuh hati
pada gambar yang bisa saja itu hasil nyomot dari google.

Maraknya sosmed di zaman sekarang, apalagi disertai dengan smartphone yang


harganya makin terjangkau, seharusnya sikap para pengguna juga kudu paham
etikanya dong ya. Gimana sih etika berinteraksi di sosmed itu? Pantengin aja
terus tulisan ini sampai habis agar kamu makin up to date dan bisa menentukan
sikap terbaik saat ber-sosmed.

Interaksi di sosmed

Sobat gaulislam, hakikatnya, interaksi di sosmed miriplah dengan di dunia


nyata. Di sana ada hal-hal positif yang bisa kamu ambil manfaatnya seperti
berbagi tautan tentang motivasi dan dakwah, misalnya. Berkumpul di grup hobi
atau kegiatan sosial lainnya. Tapi pada saat yang sama, hal negatif juga
mengintai di sosmed. Mulai dari bullying, bercanda melewati batas, saling
memaki bahkan pacaran dan ajakan kemaksiatan lainnya.

Mereka yang pemalu, tak jarang menjadikan sosmed sebagai pelampiasan.


Remaja dengan segenap hormon perkembangan seksual yang sedang mekar-
mekarnya, gampang banget jatuh hati terhadap lawan jenis meskipun sebatas
dunia maya alias di sosmed. Di status ada juga yang dengan berani menuliskan
tunangan, pacaran bahkan menikah padahal ketemu muka saja belum.
Panggilan mama papa, ayah bunda, dan sok yayang-yayangan lainnya
bertebaran di seluruh penjuru dinding sosmed. Dengan dalih bahwa secara fisik
tidak bertemu, mereka menganggap bahwa hal tersebut sah-sah saja dilakukan.

Perbedaan pendapat mudah sekali tersulut di medsos karena salah paham.


Namanya saja bahasa tulisan, kalau tak bijak menyikapi banyak sekali hal yang
bisa mengarah pada permusuhan. Orang akan lebih ekspresif karena toh yang
dihadapi cuma layar datar tanpa ada pihak lain yang diajak bicara langsung.
Biasanya fenomena seperti ini cocok bagi mereka yang karakternya pemalu,
penakut atau pengecut.

Pendapat yang berbeda itu biasa. Menjadi tidak biasa kalau sudah disertai aura
permusuhan dan bullying terhadap pihak lain. Jangan sampai deh kamu menjadi
pihak yang suka mem-bully atau menyebarkan semangat permusuhan. Bilapun
ada salah satu komentator yang nyolot di status sosmed kamu, maka hadapi
dengan kepala dingin. Kalau dia tetap nyolot juga maka tinggalkan dia. Sayang
waktu dan energimu habis untuk menghadapi orang yang memang tujuannya
sekadar mendebatmu tanpa ilmu.

Bila sikapnya masih berlanjut, seolah-olah memancingmu untuk hilang


kesabaran dan ikut nyolot balik maka ambil tindakan tegas. Delete dia dari
jajaran pertemanan sosmed, kalau perlu blokir. Tenang saja, delete dan blokir
tak lantas membuat kamu memutuskan silaturahim dengannya di dunia nyata.
Apalagi kalau ternyata si tukang nyolot adalah sebatas teman di sosmed yang
tak ada kepentingan berurusan dengannya dalam kehidupan sehari-hari. Udah,
buang saja. Pilihlah tipe teman di sosmed yang mengajakmu terus
meningkatkan keimanan dan memperbaiki diri.

Ingat, ada hisab di balik sosmed

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Jelas, perbuatan apapun


meskipun sebesar debu tetap ada hisab di hari pembalasan kelak. Jangan dikira
karena ini dunia maya, kamu jadi bebas mau berbuat apa saja. Akidah seorang
muslim terus dibawa sampai kapan pun dan di mana pun termasuk ketika kamu
ber-sosmed.

Saya banyak mendapat pertanyaan dari para remaja tentang pacaran sebatas
sosmed. Mereka menganggap itu boleh karena kan tidak bertemu secara
langsung, sekadar ngobrol lewat tulisan dan memotivasi supaya makin rajin
belajar.

Heybalik lagi ke definisi pacaran. Selalu ada komitmen kan bagi pasangan
kekasih yang sama-sama menyukai dan mencintai? Padahal di dalam Islam,
komitmen yang halal antara laki-laki dan perempuan itu cuma
khitbah/meminang dan menikah. Memangnya kamu mau menikah selepas SMP?
Nggak kan? Jadi nggak usah bermain api deh.

Setan itu masuk dari celah sekecil apapun termasuk via sosmed. Tak ada
jaminan meskipun pacaran via sosmed, kamu nggak akan terbayang dan
kangen si dia. Bila rasa ini sudah meraja, pasti bakal mencari cara untuk
dilampiaskan. Banyak kok kisah nyata remaja yang lari dengan pacar yang
dikenal sebatas di Facebook, Twitter atau Instagram. Kalau sudah begini, yakin
deh pergaulan bebas yang ujungnya hamil di luar nikah karena perzinaan bakal
terjadi. Naudzubillah.

Lalu ada lagi alasan agar makin rajin belajar dengan pacaran via sosmed. Tahu
nggak sih kamu bahwa dengan meniatkan hal seperti ini, itu artinya kamu sudah
menduakan Allah? Yang namanya belajar itu seharusnya karena Allah Taala,
bukan karena si pacar. Di poin ini saja kamu itu sudah salah besar, Bro and Sis.
Udah deh, nggak usah cari alasan untuk aktivitas kemaksiatan yang terencana.
Bila bisa berteman saja, kenapa harus pacaran? Jangan dibalik ya!

Bijak dalam ber-sosmed

Sobat gaulislam, sosmed itu ibarat pisau bermata dua. Teknologi ini bisa
digunakan untuk kebaikan, bisa juga untuk kejahatan bin kemaksiatan.
Tergantung manusianya mau memakainya untuk apa. Nah, karena kamu adalah
remaja muslim yang cerdas dan bertanggung jawab, tentu sosmed digunakan
untuk hal yang baik-baik saja. Iya kan?

Saya menyebutnya dunia ada di ujung jari. Bagaimana tidak? Kamu bisa
mencari informasi apapun hanya dengan menggerakkan jarimu di layar datar
smartphone. Mbah Google siap menjawab apapun pertanyaanmu, asal kamu
nggak minta jawaban surga atau neraka sebagai tempat kembalimu. Hehejust
kidding. Maksudnya selama pertanyaan kamu itu untuk mendukung prestasi
belajar sekolahmu, do it!

Sayangnya, banyak remaja yang aktif ber-sosmed itu hanya untuk haha-hihi
nggak penting dan gaje (nggak jelas). Padahal kalau mau, kamu bisa
meningkatkan kualitas dirimu dari sini. Bagaimana caranya? Banyak. Kamu bisa
gabung grup sesuai hobimu. Bisa grup bahasa inggris, fisika, kimia, pecinta
novel, penulis, info lomba-lomba, belajar islam, ilmu hadist, dan lain-lain. Kamu
juga bisa menjalin pertemanan dengan remaja seluruh dunia sambil melatih
kemampuanmu berbahasa asing. Ingat, berteman ya, bukan pacaran!

Solidaritas sesama umat Islam juga bisa dijalin di sosmed. Info tentang Palestina
yang dijajah Israel tapi jarang dimuat media mainstraim bisa kamu dapatkan via
sosmed. Kabar tentang mujahidin yang banyak mendapat fitnah dari orang-
orang yang membenci jihad, juga bisa kamu dapatkan via sosmed. Hati-hati
dengan informasi hoax atau tidak benar. Karena itu pilihlah teman-teman yang
baik yang akan memberimu informasi terpercaya.

Ingat, memilih teman di sosmed tak ubahnya seperti memilih teman di dunia
nyata. Apabila status dan isi dinding sosmed-nya banyak berisi hal-hal nggak
benar seperti pornografi, hujatan, makian dan hal-hal buruk lainnya, mending
kamu unfriend orang-orang jenis ini.

Finally

Milikilah semangat kebaikan dalam ber-sosmed. Buang jauh-jauh keinginan


untuk bermaksiat sekecil apapun itu. Maksiat sosmed biasanya dalam bentuk
mencaci, menghujat, menyebarkan berita bohong dan foto porno, dan
sebagainya.

Banyak sekali hal di sosmed yang dalam tataran nilai keislaman sungguh tak
layak, tak pantas, tak sopan untuk disebar. Daripada kamu susah hati dan itu
menghabiskan energi, lebih baik kamu tidak me-like, atau cuekin saja. Bila
keterlaluan membikin panas hati, maka delete kalau perlu blokir. Habis perkara.
Memang sih kalau bisa diusahakan untuk menasehatinya, silakan saja. Tapi toh
keputusan akhir dia yg menentukan terhadap nasehat itu: ambil atau
tinggalkan. Bila sudah benar-benar bebal, maka berikan doa saja untuk tipe-tipe
seperti ini. Doa yang tak terucap dan tertulis tapi ada untuk mereka yang
menjengkelkan. Doanya yang baik-baik. Supaya dapat hidayah, misalnya.

Sosmed adalah dunia untuk berbagi kebaikan, bukan mencari musuh. Itu saja
sih prinsip yang harus kamu pegang. Bila terlalu lelah dengan hiruk-pikuknya,
ambil jaga jarak. Nikmati damainya dunia nyata yang dengan segala warnanya
yang mampu menceriakan hari-harimu. Bila kondisi hati telah siap, kembali ke
sosmed dengan segala karakter manusia di balik tulisan, postingan, dan video
yang beraneka macam. Siap di sini maksudnya dengan segala konsekuensinya.
Niatnya juga kudu lurus. Bukan sekadar iseng atau ngisi waktu luang. Tapi di
sosmed bisa dakwah.

Dewasalah dalam ber-sosmed. Yuk menebar kebaikan dan manfaat dalam erat
persahabatan, bukan sebaliknya. Sayang bila kemajuan teknologi yang ada
tidak malah membaguskan amalmu di hadapanNya. Jangan sampai kita menjadi
orang-orang yang merugi hanya karena terlena dengan urusan sosmed
sehingga banyak waktu terbuang sia-sia apalagi sampai menambah dosa. Jadi,
yuk ber-sosmed dengan bijak dengan tetap mematuhi rambu-rambu syari yang
ada! [Ria Fariana | riafariana@gmail.com]

Anda mungkin juga menyukai