Anda di halaman 1dari 33

Baitul Ikmal

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Abad keemasan peradaban muslim dimulai dengan bangkitnya Dinasti Abbasiyah pada tahun 132
H/750 M. Masa lima abad kekhalifahan Abbasiyah merupakan masa perkembangannya Islam. Pada
Dinasti ini kurang berminat penaklukan sebagaimana pada Dinasti Ummayah, tetapi pada Dinasti
Abbasiyah ini lebih berminat besar pada pengetahuan dan masalah dalam negeri. Hal tersebut terlihat
pada upaya besar penerjemahan dan menyerap ilmu pengetahuan dari peradaban lain. Dalam waktu tiga
fase pada masa dinasti Abbasiyah buku-buku dalam bahasa Yunani, Syiria, Sanskerta, Cina dan Persia
diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Fase pertama (132 H/750 M 132 H/847 M), pada khalifah al-
Mansyur hingga Harun al-Rasyid yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang
astronomi. Fase kedua (232 H/847 M 334 H/ 945 M), pada masa khalifah al-Makmun buku-buku yang
banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga (334 H/ 945 M 347 H/
1005 M), terutama setelah bidang-bidang ilmu yang telah diterjemahkan semakin meluas, dimulailah
untuk menyaring, menganalisis dan menerima ataupun menolak pengetahuan dari peradaban lain. Seiring
dengan perkembangan berbagai ilmu pengetahuan dan munculnya karya-karya para ilmuan dan
berkembangnya produksi kertas yang sersebar luas, hal ini memberikan dorongan besar pada gerakan
pengumpulan naskah-naskah. Keadaan ini berlangsung ketika peradaban muslim dilanda perdebatan, dan
buku-uku yang bersangkutan menjadi kunci utama untuk menyampaikan gagasan. Kebutuhan akan buku
menyebabkan merebaknya perpustakaan diberbagai penjuru dunia Islam.[1]
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ilmu Pengetahuan di Dunia Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah


Dinasti abbasiyah terutama pada fase pertama yang dipimpin oleh Khalifah Abu Jafar al-
Mansyur, Khalifah Harun al-Rasyid dan Abdullah al-Makmun, merupakan khalifah-khalifah yang sangat
cinta pada ilmu pengetahuan, yang dengan kecintaannya khalifah-khalifah sangat menjaga dan
memelihara buku-buku baik yang bernuansa agama maupun umum, baik karya ilmuan muslim maupun
non muslim, baik karya-karya ilmuan yang semasanya maupun pendahulunya. Hal ini terlihat jelas dari
sikap-sikap khalifah seperti pesannya Harun al-Rasyid kepada para tentaranya untuk tidah merusak kitab
apapun yang ditemukan dalam medan perang. Begitu juga khalifah al-Makmun yang menggaji
penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan lainnya untuk menerjemahkan buku-buku Yunani,
sampai pada akhirnya masih dilalukan pada masa khalifah al-Makmun Baghdad menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.[2]

B. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Islam Pertama di Baghdad (Baitul Hikmah)


Baitul Hikmah di Baghdad didirikan tahun 832 M pada masa Harun al-Rasyid menjadi khalifah,
kemudian diteruskan dan diperbesar oleh khalifah al-Makmun. Pada perpustakaan ini bukan hanya berisi
ilmu-ilmu dan buku-buku agama Islam dan Bahasa Arab saja, bahkan juga bermacam-macam ilmu-ilmu
dan buku-buku umum lainnya dan juga dalam bahasa lainnya yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu
pengetahuan. Pada masa Abbasiyah institusi ini diperluas penggunaannya. Baitul Hikmah, sudah dirintis
oleh khalifah Harun al-Rasyid, menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Pada masa Harun al-Rasyid
institusi ini bernama khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai sebagai
perpustakaan dan pusat penelitian. Di lembaga ini baik muslim maupun non muslim bekerja mengalih
bahasakan sebagai naskah kuno dan menyusun berbagai penjelasan.[3] Tujuan utama didirikannya Baitul
Hikmah adalah untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan asing ke dalam bahasa Arab.
Inilah yang menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam, yaitu menggenggam dunia dengan ilmu
pengetahuan dan peradaban. Pada waktu itu pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan
peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan dan
peradaban terbesar pada masanya. Lembaga pendidikan ini didirikan berkat adanya usaha dan bantuan
dari orang-orang yang memegang kepemimpinan dalam pemerintahan.
Sejak 815 M al-Makmun mengembangkan lembaga ini dan diubah namanya menjadi Baitul
Hikmah. Pada masa Makmun inilah ilmu pengetahuan dan intelektual mencapai puncaknya. Pada masa
ini Baitul Hikmah digunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang
didapat dari Persia, Bizantium, bahkan Etiopia dan India. Di institusi ini al-Makmun memperkerjakan
Muhammad ibn Musa al-Hawarizmi yang ahli di bidang al-jabar dan astronomi dan juga Beliau adalah
salah satu guru besar di Baitul Hikmah. Orang-orang Persia lain juga diperkerjakan di Baitul Hikmah.
Pada masa itu direktur Baitul Hikmah adalah Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan al-Makmun, Baitul
Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan tetapi juga sebagai pusat kegiatan studi dan riset
astronomi dan matematika. Pada 832 M, al-Makmun menjadikan Baitul Hikmah di baghdad sebagai
akademi pertama, lengkap dengan teropong bintang, perpustakan, dan lembaga penerjemahan. Kepala
akademi ini yang pertama adalah Yahya ibn Musawaih (777-857), murid Gibril ibn Bakhtisyu, kemudian
diangkat Hunain ibn Ishaq, murid Yahya sebagai ketua ke dua.[4]
C. Faktor-faktor Yang Menyebabkab Berdirinya Lembaga Baitul Hikmah
Yang memotivasi berdirinya lembaga Baitul Hikmah yaitu didorong oleh keinginan meniru
lembaga hebat yang didirikan oleh orang-orang kristen Nestorians; yakni gondhesaphur yang salah satu
tokohnya georgius Gabriel pernah ditunjuk menjadi kepala sebuah rumah sakit pada jaman khalifah al-
Mansur. Tokoh ini juga aktif menerjemahkan karya-karya yunani.[5]
Dan juga yang menjadi motivasi lainnya dalam pembentukan lembaga Baitul Hikmah adalah
disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Melimpahnya kekayaan negara dan tingginya apresiasi khalifah al-Makmun terhadap ilmu
pengetahuan dan kebudayaan, seperti ilmu filsafat, kedokteran, astronomi, dan lain-lain, dan juga
kecintaannya terhadap seni musik. Bersatunya dana dengan keinginan ini melahirkan sebuah pemikiran
yang positif yaitu mengembangkan pendidikan lebih maju lagi yang ternyata pemikiran ini mendapat
sambutan yang positif dari para pembantunya dan dari masyarakat.
Adanya apresiasi yang tinggi dari kebanyakan anggota masyarakat (dari berbagai lapisan sosial)
terhadap kegiatan keilmuan,yang menyebabkan mereka bisa bekerja bahu-membahu satu sama lain tanpa
mengalami beban psikologis yang disebabkan oleh perbedaan etnis, agama, status sosial dan lain
sebagainya. Disini profesionalitas dijunjung tinggi dengan sikap terbuka, sehingga tidak mengherankan
jika waktu itu orang-orang etnis non arab dan non muslim banyak sekali peranannya dan saling
bekerjasama. Mereka bisa menjalankan tugas dengan tenang meskipun yang memerintahkan adalah
khalifah orang muslim.[6]

D. Aktivas dan Peran-peran Perpustakaan Baitul Hikmah


Motif utama berdirinya lembaga Baitul Hikmah dimaksudkan untuk menggalakkan dan
mengkoordinir kegiatan pencarian dan penerjemahan karya-karya klasik dari warisan intelektual Yunani,
Persia, Mesir dan lain-lain ke dalam bahasa Arab, khusunya umat islam. Salah seorang yang paling
berperan, Hunayn bin ishaq, mengadakan perjalanan ke Alexandria dan singgah pula di Syiria dan
Palestina untuk mencari karya-karya kuno tersebut. Faktor-faktor yang mendorong umat Islam melakukan
kegiatan penerjemah dan transfer ilmu-ilmu kuno adalah :
1. Suasana Persaingan (prestise) antara orang-orang Arab dengan lainnya.
2. Keinginan untuk menguasai ilmu-ilmu yang belum dimiliki.
3. Dorongan ayat-ayat Al-Quran (ajran Islam) tentang menuntut ilmu pengetahuan.
4. Kemajuan ilmu pengetahuan merupakan konsekuensi dari peningkatan kemakmuran dan
kemajuan ekonomi.
Dengan berdirinya Baitul Hikmah, kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan menjadi lebih maju.
Khalifah berhasil merekrut para sastrawan, sejarawan dan ilmuwan-ilmuwan terbaiknya. Kemudian
mereka dikirim ke kawasan-kawasan kuno kerajaan Bizantium dengan tugas mencari karya-karya
ilmuwan/filosof klasiknya. Melalui kegiatan-kegiatan inilah pada akhirnya umat islam bisa
mengembangkan karya-karya kuno seperti Hypokrates, Euclides , galen dan lain-lain.[7]
Pesatnya perkembangan lembaga Baitul Hikmah mendorong lembaga ini untuk memperluas
peranannya, bukan saja sebagai lembaga penerjemah, tetapi juga meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Sebagai pusat dokumentasi dan pelayanan informasi keilmuwan bagi masyarakat, yang
antara lain ditunjukkan dengan berdirinya perpustakaan di kota Baghdad.
2. Sebagai pusat dan forum kegiatan pengembangan keilmuan, sehingga semua perangkat
risetnya juga dilengkapi dengan observatorium astronomi.
3. Sebagai pusat kegiatan perencanaan dan pengembangan pelaksanaan pendidikan.
E. Gerakan Penerjemahan
Usaha penerjemahan karya-karya ilmiah dijalankan oleh akademi ini terjadi sewaktu dikepalai
oleh Hunain ibn Ishaq seorang Kristen yang pandai berbahasa Arab dan Yunani. Dia memperkenalkan
metode penerjemahan baru yaitu menterjemahkan kalimat, bukan menerjemahkan kata per kata, hal ini
agar dapat memperoleh keakuratan naskah, Hunain juga menggunakan metode penerjemahkan dengan
membandingkan beberapa naskah untuk diperbandingkan. Hunain berhasil menerjemahkan buku-buku ke
dalam bahasa Arab seperti buku kedokterann yang dikarang oleh Paulus al-Agani. Dengan bantuan para
penerjemah dari Baitul Hikmah, Ia juga menerjemahkan kitab Republik dari Plato, dan kitab Kategori,
Metafisika, Magna Moralia dari Aristoteles. Penerjemahan buku-buku ilmu kedokteran ,filsafat, dan lain-
lain dilakukan secara langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab. Selain kota baghadad, seperti
Merv (Persia Timur) , dan Jund-e-Shapur (Persia Barat), Biasanya naskah berbahasa Yunani
diterjemahkan ke dalam Bahsa Syiria kuno dulu sebelum ke dalam Bahsa Arab. Hal ini dikarenakan para
penerjemah biasannya adalah para pendeta Kristen Syiria yang hanya memahami Bahasa Yunani.[8]
Penerjemahan berjalan terus bahkan tidak hanya menjadi urusan istana, tetapi telah menjadi
usaha pribadi oleh orang yang gemar dan mencintai ilmu. Sebagian orang yang cinta akan ilmu
pengetahuan telah menafkahkan sebagian besar hartanya untuk penerjemahan buku-buku baik itu dalam
bahasa Yunani ataupun bahasa lainnya kedalam bahasa Arab. Kegiatan kaum muslimin bukan hanya
menerjemahkan, bahkan mulai memberikan penjelasan-penjelasan pada naskah-naskah atau buku-buku
yang mereka terjemahkan.
F. Hal-hal yang menyebabkan kemajuan intelektual
Kemajuan intelektual pada masa tersebut, ditentukan oleh dua hal, yaitu sebagai berikut :
Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non
Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa
itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia sangat
kuat di bidang pemerintah. Di samping itu Bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu,
filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi.
Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan di berbagai bidang ilmu, terutama
filsafat.
Gerakan penerjemahan berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama pada masa Khalifah al-Manshur hingga
Harun ar-Rasyid. Pada masa ini yang banyak diterjemhkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi
dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku
yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat, dan kedokteran. Pada fase ketiga berlangsung
setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-bidang ilmu yang
diterjemahkan semakin meluas.
Pada masa itu sejarah peradaban Islam tepatnya pada Bani Abbasiyah terutama pada masa
khalifah al-Makmun telah berkembang sangat pesat dibidang ilmu pengetahuan. Umat Islam
sesungguhnya telah dipacu untuk dapat mengembangkan dan memmberikan Inovasi serta kreativitas
dalam upaya membawa umat kepada keutuhan dan kesempurnaan hidup. Aktivitas ilmiah yang
berlangsung pada masa Dinasti Abbasiyah mengantarkan dinasti ini mencapai kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan. Seperti ilmu kimia, kedokteran, filsafat, matematika, astronomi, astrologi, geografi,
sejarah,ilmu-ilmu agam islam, dan sebagainya. Di samping itu, para sastrawan, penyair, musisi, dan lain-
lain menghiasi era Abbasiyah. Dalam perjalan sejarah Bani Abbasiyah telah mengubah dan menoreh
wajah dunia islam dalam pengembangan wawasan dan disiplin keilmuwan.[9]
G. Kejatuhan Kota Baghdad dan Kehancuran Pepustakaan Baitul Hikmah
Faktor-faktor yang membuat Baghdad menjadi lemah dan kemudian hancur dapat dikemukakan
menjadi dua faktor yaitu :
1. Faktor-faktor internal (dalam pemerintahan itu sendiri), yaitu :
a. Adanya persaingan tidak sehat antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah terutama
Arab, Persia dan Turki.
b. Adanya konflik aliran pemikiran dalam Islam yang sering menyebabkan timbulnya konflik berdarah.
c. Munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad.
d. Kemerosotan ekonomi akibat kemunduran politik.
2. Adapun faktor-faktor Eksternal (ancaman/serangan dari luar), yaitu :
a. perang salib yang terjadi dalam beberapa gelombang.
b. Hadirnya tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan,
Kehadiran dan serangan tentara Mongol inilah yang secara langsung menyebabkan kejatuhan
Daulah Abbasiyah dan kehancuran Baitul Hikmah di kota Baghdad, yaitu pada kekhalifahan al-
Mutashim yang menjadi penguasa terakhir bani Abbasiyah. Serangan tentara Mongol dibawah pimpinan
Hulagu Khan adalah peristiwa yang banyak menelan waktu dan pengorbanan, pusat-pusat ilmu
pengetahuan, baik yang berupa perpustakaan maupun lembaga-lembaga pendidikan mereka diporak-
porandakan dan dibakar. Dalam serangan tentara Mongol yang terjadi 40 hari dimulai dari bulan
Muharram sampai pertengahan Safar telah memakan korban sebanyak 2 juta jiwa, khalifah al-Mutashim
bersama anak-anaknya juga dibunuh oleh tentara Mongol. Semua kitab-kitab yang ada baik dalam
perpustakaan Baitul Hikmah maupun di tempat lainnya, guru-guru, imam-imam, pembaca-pembaca
semuanya disapu habis, sehingga berbulan-bulan lamanya kota Baghdad menjadi daerah yang kosong.
Khalifah al-Mutashim adalah khalifah Abbasiyah yang terakhir dan telah terbunuh oleh kaum Mongol
yang menyerang dunia Islam serta mengakhiri pemerintahan Abbasiyah.[10]
Dari berbagai permasalahan internal diiringi dengan serangan eksternal yang dihadapi Daulah
Abbasiyah hingga kehancuran perpustakaan Baitul Hikmah, ini mengakibatkan dampak yang sangat
negatif pada kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam.
Kesimpulan
Dalam rentangan sejarah panjang peradaban Islam, daulah Abbasiyah sebagai pemegang
kekhalifahan menggantikan Daulah Umayyah (132 H/750 M), ternyata membawa corak baru dalam
budaya Islam, terutama dalam bidang pendidikan. Dengan dipindahkannya ibu kota dari Damaskus ke
Baghdad merupakan awal dari perubahan yang terjadi pada masa dinasti Abbasiyah. Baghdad sebagai
pusat ibu kota pemerintahan saat itu yang didalamnya berdiri istana dan bangunan yang megah dan seni
bangunan Arab Persia masa itu. Pada saat itu Islam berada pada zama keemasan hal ini terbukti dengan
banyaknya bangunan-banguna, pengembangan ilmu pengetahuan dan Pembangunan perpustakaan seperti
Baitul Hikmah. Namun, Pasang surut sebuah dinasti merupakan bagian siklus dari sejarah yang bersifat
fakta. Sebagai sebuah pemerintahan atau kekuasaan Islam yang pernah jaya, juga tidak terlepas dari
kemunduran atau keruntuhan.
Dalam sejarah Islam, jatuhnya Daulah Abbasiyah pada tahun 1258 M, pada masa itu juga di
anggap berakhirnya zaman keemasan Islam. Serangan tentara Hulagu Khan, penguasa kerajaan Mongol
menjadi peristiwa bersejarah yang di anggap sebagai berakhirnya masa jaya kaum muslimin. Pada masa
kehancuran Daulah Abbasiyah tidaklah semata-mata hanya disebabkan oleh serangan bangsa Mongol
saja, akan tetapi juga terdapat beberapa faktor yang menjadi akar kemunduran dinasti Abbasiyah ini yaitu,
faktor internal dan faktor eksternal.[11]
Dengan kehancuran dan berakhirnya masa dinasti Abbasiyah maka pengembangan ilmu
pengetahuan dunia Islam saat itu terhenti dan perpustakaan Baitul Hikmah masa itu ikut hancur
bersamaan dengan dinasti Abbasiyah.

Kepimpinan Nabi Muhammad s.a.w dalam bidang ketenteraan

1. Kepimpinan ketenteraan

Rasulullah s.a.w merupakan ketua angkatan tentera yang sangat hebat dan
disegani oleh kawan dan lawan. Peperangan pada zaman Rasulullah s.a.w di
bahagi kepada dua iaitu peperangan yang disertai oleh Rasulullah s.a.w
(ghazwah) dan tidak disertai oleh Rasulullah (Sariyah). Setiap ekspedisi
tentera yang disertainya, bagindalah yang mengetuainya. Antara peperangan
yang disertai oleh Rasulullah s.a.w ialah Badar al-Kubra(2H), Uhud(3H), al-
Ahzab (5 H), Perang Hunain (8 H), Perang Taif (8 H) dan lain lain lagi.
Rasulullulah telah menunjukkan ciri kepimpinan yang cemerlang, adil dan
tidak secara autokratik. Perbincangan (syura) diutamakan dalam membuat
keputusan.

2. Pengurusan Jenis tentera

Zaman awal Islam, bilangan tentera Islam amatlah kecil berbanding tentera
musuh. Misalnya dalam Perang Badar tentera Islam hanyalah lebih kurang
324 orang (atau 313 orang). Tentera Islam terdiri daripada tentera pejalan
kaki (infantri), tentera berkuda (kavalri) dan pasukan pemanah. Bilangan
tentera sentiasa bertambah dari semasa ke semasa sehingga menjadi 30 ribu
orang dalam perang Tabuk. Bilangan ini kemudiannya semakin meningkat
kepada 300 ribu orang pada awal pemerintahan Abbasiah.

3. Pengurusan Gaji Tentera


Zaman Rasulullah s.a.w tentera Islam terdiri daripada sahabat baginda yang
berperang secara suka rela hanya kerana agama dan menuntut keredaan
Allah S.A.W. Mereka tidak menerima gaji atau bayaran yang tetap daripada
kerajaan Islam Madinah kerana tiada tentera bergaji tetap dibentuk pada
ketika itu. ( Elaun atau gaji tetap hanya dibayar pada zaman Khalifah Umar
al-Khattab yang dikuatkuasa mulai 20 H.) Tentera Islam pada zaman Nabi
Muhammmad hanya memperolehi harta rampasan perang yang dibahagi
secara adil dan setelah diberi sebahagiannya kepada perbendaharaan
Negara.

4. Pengurusan Peralatan Peperangan

Peralatan persenjataan peperangan pada Zaman Rasulullah s.a.w seperti


tombak, panah, manjaniq , pedang, dan juga menggunakan kelebihan alam
dengan cara meninjau keadaan cuaca dan angin. Penggunaan binatang
seperti kuda dan unta juga dilakukan dengan meluas.

5. Pengurusan taktik dan strategi peperangan

Pelbagai taktik dan strategi peperangan dalam Islam. Taktik ini disesuaikan
dengan situasi dan lokasi tempat peperangan itu berlaku. Contohnya taktik
menunggu dalam perang Badar, taktik bertahan dengan mengadakan
benteng pertahanan seperti menggali parit dalam perang Khandak, taktik
mengepung dan seterusnya menyerang bertubi-tubi, menubuhkan jabatan
perisikan, dan lain lain.

6. Peperangan sebagai satu ibadat

Nabi Muhammmad telah mendidik tentera Islam bahawa peperangan adalah


jihad sebagai jalan terakhir dalam usaha dakwah. Tentera Islam berjuang
dalam peperangan kerana menuntut keredaan Allah S.W.T. Perjuangan kerana
jalan Allah ini akan dijanjikan syurga. Oleh itu peperangan adalah satu ibadat
kepada umat Islam dalam usaha menyebarkan dakwah dan perkembangan
Islam

7. Pengurusan Hubungan Diplomatik

Dalam usaha mengukuhkan keamanan dan kekuasaan Islam, Rasulullah s.a.w


telah menjalinkan hubungan diplomatik dengan negara luar. Baginda telah
menghantar perwakilan ke luar seperti Habsyah, Mesir, Byzantine dan Parsi.
Kesan misi diplomatik ini, semua negara berkenaan telah tunduk di bawah
pemerintahan Islam. Dengan demikian misi ketenteraan tidak perlu
digerakkan dan peperangan dapat dielakkan.

SUMBANGAN KHALIFAH ABU BAKAR AL-SIDDIQ

1. PENDAHULUAN
Abu Bakar adalah putera Abu Quhafah yang nama aslinya adalah Utsman,Abu
Quhafah bin Amir bin Amr bin Kab bin Sad bin Taim bin Murrah bin Kab bin Luwai
bin Ghalib bin Fihr. Panggilan Abu Bakar ini sebenarnya gelaran bagi beliau,bukan
nama sebenar beliau. Abu bermaksud bapa manakala Bakar bererti dengan segera.
Beliau digelar demikian kerana beliau memeluk Islam dengan segera mendahului
orang lain. Nama beliau sebelum memeluk Islam ialah Abdulkabah manakala
sesudah memeluk Islam digantikan oleh Nabi dengan nama Abdullah. Abu Bakar
berketurunan Bani Tamim. Sejak kecil, Abu Bakar terkenal dengan kejujurannya,
berbudi pekerti mulia dan bersifat terpuji. Beliau digelar al-Siddiq kerana telah
membenarkan setiap percakapan dan perbuatan Nabi. Beliau juga telah bersama-
sama Rasulullah s.a.w. berhijrah ke Madinah dan tinggal bersama di dalam Gua
Thur. Antara sahabat-sahabat Nabi, Abu Bakar adalah orang yang paling rapat
dengan Nabi Muhammad s.a.w. Jadi, beliau menjadi lelaki dewasa pertama yang
memeluk agama Islam. Abu Bakar bekerja dalam bidang perniagaan. Usia beliau
juga hampir sama dengan usia Nabi Muhammad. Disebabkan oleh usia dan
pekerjaan yang hampir sama itulah yang kemudiannya dapat mengikat kedua-
duanya sehingga menjadi sahabat karib. Abu Bakar mempunyai lima orang cahaya
mata. Putera-puterinya adalah Abdullah, Asma, Aisyah, Muhammad, Ummu
Kalsom. Abu Bakar wafat pada 23 Jamadil Akhir tahun 13 Hijrah. Makam Abu Bakar
al-Siddiq berhampiran dengan makam Rasululullah SAW di Madinah.

2. SUMBANGAN KHALIFAH ABU BAKAR

Di antara sumbangan-sumbangan Khalifah Abu Bakar al-Siddiq dalam siri


pemerintahannya ialah:

2.1. Dalam Medan Dakwah

Selepas Abu Bakar As-Siddiq memeluk Islam, beliau mula berdakwah. Peribadi Abu
Bakar telah dikenali oleh kaumnya sebagai seorang yang mulia dan selalu
menolong orang lain. Oleh sebab itu, banyak orang yang selalu datang kepadanya
untuk meminta tolong dan disebabkan oleh keperluan perdagangan. Dalam
kesempatan baik seperti ini, beliau selalu mengajak teman akrabnya untuk masuk
Islam. Antara teman akrabnya yang memeluk Islam dari dakwahnya adalah Zubair
bin Awwam, Usman bin Affan, Talha bin Ubaidah, Saad bin Abi Wakas dan
Abdurahman bin Auf r.a.

2.2. Memerangi Tentera Rom

Abu bakar menjadi khalifah pertama dalam kerajaan Khulafa al-Rasyidin. Beliau
memerintah selama dua tahun iaitu dari 11 hingga 13 Hijrah atau 632 hingga 634
Masihi. Perintah pertama yang dikeluarkan sesudah Abu Bakar diangkat menjadi
khalifah ialah mengerahkan dan meneruskan perjalanan tentera Usamah bin Zaid.
Pasukan Usamah ialah pasukan yang telah disiapkan Rasulullah untuk menggempur
barisan tentera Rom di Perbatasan Utara.

2.3. Membebaskan Dari Cengkaman Rom Dan Parsi

Sumbangan lain ialah membebaskan negeri-negeri yang berada di bawah


cengkaman Rom dan Parsi. Beliau telah berjaya membebaskan negeri-negeri di
bawah naungan Rom dan Parsi. Tentera Islam yang diketuai panglima Khalid bin al-
Walid turut berjaya mempertahankan Madinah daripada ancaman kuasa luar seperti
Parsi di sebelah Timur dan serangan kerajaan Byzantine (Rom Timur) di sebelah
Barat.

2.4. Memerangi Golongan Murtad

Selain itu, Abu Bakar juga menghapuskan golongan murtad dan nabi palsu
sekaligus mendaulatkan kerajaan Islam Madinah. Saidina Abu Bakar menegaskan
bahawa mereka bukan sahaja menyatakan taat sembah kepada seorang
pemimpin,malah ada di antara mereka mendakwa bahawa mereka ialah nabi dan
rasul. Bagi menumpaskan penghinaan dan perbuatan murtad ini maka Saidina Abu
Bakar melancarkan perang terhadap golongan yang digelar golongan Riddah. Hal ini
merupakan permulaan siri Peperangan Islam-Riddah. Antara orang yang mengaku
menjadi nabi ialah Musailamah al-Kazzab. Khalid Al-Walid berjaya menumpaskan
Musailimah dalam suatu pertempuran.

2.5. Memerangi Golongan Yang Enggan Membayar Zakat

Abu Bakar dalam dakwahnya ialah menghapuskan kaum yang enggan membayar
zakat. Pemberontakan dan kekacauan itu sangat hebat sehingga mengakibatkan
terdapat kabilah-kabilah Arab yang hampir murtad habis-habisan, melepaskan
kepercayaan Islam seluruhnya manakala ada di antaranya yang masih tetap di
dalam Islam tetapi enggan memenuhi salah satu daripada rukun Islam yang kelima
iaitu zakat.

2.6. Membahagikan Tanah Arab Kepada Sepuluh Wilayah

Di samping itu, beliau turut berusaha untuk melicinkan lagi pentadbiran kerajaan
Islam dengan membahagikan lagi Tanah Arab kepada sepuluh wilayah iaitu Mekah,
Taif, Yaman, al-Jund, Khalwan, Bahrin, Jarsh, Zabid, Hadhramaut dan Nijran. Dalam
dasar pemerintahannya, beliau turut melantik seorang amir atau ketua untuk
mentadbir wilayah-wilayah tersebut.
2.7. Memperkenalkan Sistem Bayaran Gaji Kepada Tentera

Saidina Abu Bakar as-Siddiq turut memperkenalkan bayaran gaji untuk tentera
melalui Ghanimah atau harta rampasan perang. Malah undang-undang tanah
seperti bayaran cukai al-Kharaj atau cukai tanah dan Jizyah atau cukai perlindungan
bagi orang kafir dan melindungi golongan mawali iaitu orang bukan Arab yang
memeluk Islam.

2.8. Pengumpulan al-Quran

Sumbangan terbesar Saidina Abu Bakar als-Siddiq ialah beliau telah mengumpul
semula semua naskah al-Quran dan mengkitab mukjizat Rasullullah itu menjadi
panduan umat Islam sehingga kini. Hal ini kerana beliau telah mula runsing dengan
kemunculan golongan murtad dan nabi palsu, maka beliau telah mengarahkan Zaid
bin Thabit supaya mengumpulkan semua tulisan ayat al-Quran serta menyalinnya
semula. Salinan tersebut telah disimpan olehnya dan telah diamanahkan kepada
Saidina Umar bin al-Khattab, Hafsah (isteri kepada Nabi Muhammad) dan Saidina
Uthman bin Affan. Sebagai pengiktirafan kepada jasanya itu, beliau telah digelar
sebagai Penyelamat Umat Islam.

2.9. Sistem Pengurusan Jamaah Haji

Selain itu,beliau juga merupakan sahabat awal yang mendapat gelaran Amirul Hajj.
Ini berlaku pada tahun ke-9Hijrah. Tugas Amirul Hajj adalah memimpin jemaah haji
ke Mekah sehingga kepulangan mereka di samping memberikan pengawalan dan
menjaga keamanan mereka. Tugas sebagai Amirul Hajj juga adalah sebagai
pembimbing pelaksanaan syiar ibadah haji di Mekah, Arafah dan di pelbagai
daerah-daerah tanah suci.

3. KESIMPULAN

Saidina Abu Bakar al-Siddiq boleh diumpakan sebagai seorang yang amat penting
dalam hidup Nabi Muhammad s.a.w. Beliau merupakan seorang yang sanggup
berjihad dan mengorbankan nyawa serta harta demi memperoleh keredaan Allah.
Oleh yang demikian, kita sebagai umat Islam seharusnya hidup berlandaskan
syariat Islam. Kita perlu berusaha dalam membebaskan manusia daripada belenggu
syirik. Pembangunan ekonomi juga patut dilaksanakan untuk perluasan dakwah dan
kemajuan negara kita sendiri. Selain itu,pihak kerajaan juga perlu sama-sama
berganding bahu dengan rakyat untuk menyebarkan dakwah Islamiah. Pengaruh
Islam semakin tersebar apabila Khalifah Abu Bakar berjaya memerangi golongan
murtad dan nabi-nabi palsu dalam kalangan kabilah-kabilah. Kebijaksanaan politik
Abu Bakar itu membawa perkembangan masyarakat Arab ke arah kesatuan politik
dan menjadikan mereka melihat Madinah sebagai ibu kota negara mereka dan
sumber segala kebijakan mereka.
erangkan peranan yang telah dimainkan oleh orang-orang Muhajirin dan
Ansar dalam menyebarkan dan mempertahankan agama Islam pada zaman
Nabi.

Pendahuluan :

o Umat Islam yang dipimpin oleh Nabi Muhammad di Madinah terdiri daripada
2 golongan iaitu golongan Muhajirin dan golongan Ansar. Merekalah yang
sentiasa menyokong perjuangan Nabi dan membantu baginda untuk
mempertahankan dan mengembangkan ajaran Islam sepanjang zaman
baginda.

o Golongan Muhajirin atau penghijrah adalah kaum Quraisy yang memeluk


Islam dan mengikut Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah manakala
golongan Ansar atau pembantu terdiri daripada Suku Aus dan Khazraj.

o Golongan Muhajirin merupakan golongan awal memeluk Islam dan mereka


layak menjadi pemimpin kerana telah sanggup berkorban demi Nabi dan
Islam.

Isi :

Peranan Golongan Muhajirin :

Peranan mereka di Mekah :

o Semasa berada di Mekah merekalah golongan umat Islam yang


mempertahankan keutuhan agama Islam yang baru disampaikan oleh Nabi
melalui kekuatan iman. Merekalah yang mula-mula melafazkan kesetiaan
terhadap Islam dan bersama-sama berjuang dengan Nabi Muhammad.

o Mereka sanggup menghadapi segala rintangan dan penentangan oleh kaum


Musyrikin Mekah keimanan mereka sukar digugat dan tetap tabah bagi
memastikan Islam terus berkembang contohnya keluarga Ammar b Yassir dan
Bilal b Rabah. Mereka banyak menyumbang harta benda dalam membantu
perjuangan Nabi seperti sahabat-sahabat Nabi yang kaya contohnya Abu
Bakar, Umar dan Uthman. Dimana mereka banyak membeli hamba-hamba
Islam yang diseksa supaya dapat dibebaskan. Arqam sanggup menyediakan
rumahnya sebagai markas dakwah.

o Sahabat-sahabat Nabi turut membantu mengembangkan Islam secara


sembunyi dan terbuka sepanjang zaman makkiah.

o Mereka menyeru kepada kaum keluarga, sahabat handai dan penduduk


Mekah yang lain kearah agama yang benar.
o Pada peringkat awal seruan Islam Abu Bakar berjaya mengislamkan Abdul
Rahman, Uthman, Talhah, Zubair, Saad Abi Waqas, Abu Ubaidah dan Arqam b
Abi Arqam.

o Mereka sanggup meninggalkan Mekah dan segala kekayaan yang dimiliki


semata-mata mengikut Nabi berhijrah ke Madinah. Ini ternyata satu
pengorbanan yang amat besar keatas nilai keamanan umat Islam di Mekah.

Peranan mereka di Madinah :

o Setelah berhijrah ke Madinah golongan Muhajirin telah membekalkan


sebahagian besar daripada tokoh-tokoh pahlawan terbilang yang menjadi
tunggak kekuatan tentera Islam dalam menghadapi serangan musuh. Tokoh-
tokoh tersebut seperti Umar al Khattab, Hamzah b Abdul Muttalib, Ali b Abi
Talib dan lain-lain.

o Golongan ini merupakan pembantu Nabi dalam usaha baginda memimpin


umat Islam Madinah dalam soal-soal keagamaan dan pemerintahan
contohnya selepas peristiwa Aqabah Nabi mengutus Musab b Umair untuk
membantu penduduk Madinah untuk mendalami Islam.

Peranan Golongan Ansar

Peranan mereka di Mekah :

o Hanya terhad dalam peristiwa Aqabah 1 dan 2. Mereka sanggup menerima


Islam dalam keadaan dimana orang-orang Mekah menentangnya dengan
hebat. Mereka berikrar untuk berjuang bersama-sama Nabi dan mengajak
Nabi meninggalkan Kota Mekah yang penuh penentangan untuk menuju
Madinah.

o Mereka sanggup mengangkat baginda menjadi pemimpin mereka di Madinah


kelak. Sesungguhnya ikrar Aqabah 1 dan 2 merintis jalan kepada peristiwa
Hijrah yang amat bersejarah.

Peranan mereka di Madinah :

o Mereka sanggup menerima dan membantu golongan Muhajirin yang datang


ke Madinah dari Mekah dalam keadaan sehelai sepinggang sahaja. Mereka
menyumbang pelbagai bantuan sosioekonomi seperti menyediakan tempat
tinggal, makanan, keselamatan, modal untuk berniaga malah ada yang
sanggup menceraikan isterinya untuk golongan Muhajirin ini.

o Sebagai penduduk tempatan mereka turut menyumbangkan harta benda dan


buah fikiran dalam menjayakan perjuangan dan perkembangan Islam
terutama semasa menghadapi peperangan contohnya Salman b al Farisi.

o Golongan Ansar juga menyumbangkan banyak harta benda dalam


menghadapi serangan musuh Islam dalam perang Badar, Uhud dan Khandak.
o Golongan Ansar juga bertanggungjawab membawa masuk dan menyebarkan
Islam di Madinah. Proses ini bermula selepas peristiwa ikrar Aqabah 1 dan 2.

o Nabi Muhammad telah melantik para nuqabak ( 9 Khazraj dan 3 Aus ) untuk
membimbing umat Islam di Madinah bagi membantu menyebarkan agama
Islam dengan lebih meluas di Madinah.

Kesimpulan :

Kedua-dua golongan Ansar dan Muhajirin mempunyai peranan yang tersendiri


dalam membantu mempertahankan dan mengembangkan Islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad s.a.w. Masing-masing mempunyai peranan yang berbeza yang
menjadi gabungan bagi mamastikan kejayaan perjuangan Nabi Muhammad di
Mekah dan Madinah.

Terangkan reaksi masyarakat tempatan di Algeria pada abad ke-


19.

Pengenalan

Sebelum penjajahan Perancis, Algeria merupakan sebahagian daripada empayar


Turki uthmaniyah. Kelemahan pemerintahan Kerajaan Turki Uthmaniyah memberi
ruang kepada kuasa Perancis campur tangan di Algeria. Kuasa-kuasa Barat mula
membahagi-bahagikan wilayah dunia Islam. Penjajahan Perancis di Algeria bermula
kerana isu kewangan.

Pada akhir abad ke-18, Perancis terlibat secara aktif dalam ekonomi Algeria.
Campur tangan Perancis dalam politik bermula apabila pemerintah Algeria, Husain
Dey menuntut hutang dari tentera Perancis yang masih tertunggak untuk
pembelian gandum.

Isi-Isi :

Penentangan Pada Zaman Husain Dey

Husain Dey ialah pemerintah Algeria yang dilantik oleh Khalifah Turki
Uthmaniyah. Beliau ingin mengutip hutang dari Perancis, tetapi ditolak.

Tindakan Husain Dey yang tidak mahu memberikan penghormatan kepada


bendera Perancis telah menimbulkan krisis. Keadaan ini menggiatkan lagi usaha
penjajahan Perancis ke Algeria.
Penentangan Semasa Betrand Clausel

Ketua tentera Perancis, Bertrand Clausel mempergiatkan lagi penjajahan Perancis


yang mendorong kemasukan ramai peneroka Eropah ke Algeria. Mereka
menceroboh masjid dan tanah perkuburan orang Islam.

Keadaan ini mendorong penentangan kuat daripada masyarakat tempatan.


Penentangan paling hebat berlaku pada tahun 1830-an dan 1840-an.

Penentangan Oleh Amir Abdul Qadir

Pada tahun 1832, penentangan terhadap Perancis yang sangat hebat dipimpin
oleh Amir Abdul Qadir. Beliau ialah seorang tokoh ulama, pemimpin politik dan
tentera.

Pengalaman yang diperolehnya di Makkah, Damsyik dan Baghdad menanamkan


semangat kepimpinan dalam dirinya. Sebagai seorang amir, beliau telah
menyatupadukan pelbagai puak untuk menentang Perancis.

Peranan Dan Aktiviti Amir Abdul Qadir Dalam Penentangan

Amir Abdul Qadir ialah seorang yang mempunyai semangat cinta akan tanah air.
Penentangan beliau berterusan sehingga tahun 1842. Kejayaan beliau adalah
kerana menggunakan taktik perang gerila. Beliau bergabung dengan Abu Mazi
untuk menentang Perancis di wilayah Oran.

Beliau berjaya menggerakkan pendudukan Algeria dan menewaskan Perancis


dalam pertempuran Sidi Ibrahim. Sepanjang penentangan selama 10 tahun, beribu-
ribu umat Islam terkorban.

Kekejaman Thomas Robert Bugeaud

Gabenor Jeneral Perancis yang baharu, iaitu Thomas Robert Bugeaud menyerang
Algeria secara berterusan dari tahun 1841 hingga 1847. Beliau merebut banyak
tanah Algeria dan peneroka Perancis di Algeria menuntut supaya Algeria
digabungkan dengan negara Perancis. Tindakan Bugeaud sangat ganas dan
penduduk Algeria sangat menderita.

Banyak kawasan pertempatan, pertanian dan binatang ternakan dimusnahkan.


Tentera Islam yang dibawa oleh Amir Abdul Qadir tidak dapat bertahan dan
terpaksa menyerah diri.

Undang-Undang 1848

Undang-undang 1848 membahagikan Algeria kepada dua kumpulan masyarakat,


iaitu masyarakat Eropah yang hidup mewah dan masyarakat Islam yang hidup
menderita.Penduduk Eropah menyokong dasar perluasan.

Selepas tahun 1851, Raja Napoleon III memberikan tanah dirampas daripada
penduduk Algeria kepada syarikat-syarikat Perancis. Syarikat-syarikat ini
mengupah penduduk tempat untuk bekerja di ladang-ladang mereka.

Pemberontakan Kabylia

Penjajahan Perancis banyak menindas masyarakat tempatan sehingga penduduk


di kawasanKabylia melancarkan pemberontakan. Pemberontakan ini kemudian
merebak ke kawasan-kawasan lain. Lebih kurang satu pertiga penduduk Algeria
terlibat dalam pemberontakan ini.

Pemberontakan ini akhirnya ditumpaskan oleh Perancis pada tahun 1872. Selepas
pemberontakan berakhir, masyarakat Algeria menjadi lebih miskin.

Kesan Pemberontakan

Pihak Perancis memaksa penduduk tempatan untuk membayar cukai yang lebih
banyak untuk menampung perbelanjaan Perancis. Masyarakat Algeria juga tidak
dibenarkan berhubung dengan masyarakat Islam lain.

Perancis telah bekerjasama dengan golongan ulama dengan melantik mereka


sebagai pegawai kerajaan untuk mengelakkan penentangan peribumi. Perancis juga
mengehadkan pendidikan orang Islam, mengenakan cukai yang tinggi dan
mengadakan undang-undang khas untuk mengawal masyarakat tempatan.
Gerakan Algeria Muda

Pada tahun 1900, golongan modenis Islam Algeria (Algeria Muda) menghantar
satu memorandum kepada pemerintah Perancis bagi mendapatkan hak mengundi
dan melantik perwakilan. Mereka juga cuba bekerjasama dengan pendukung
modenis Islam di timur tengah untuk membebaskan diri daripada Imperialisme
Eropah secara politik, ekonomi, dan kebudayaan.

Selepas Perang Dunia Pertama, golongan Algeria Muda yang memperkenalkan diri
mereka sebagai orang Islam Perancis berusaha menuntut kemajuan dalam
pendidikan dan hak politik.

Selain daripada golongan Algeria Muda, terdapat juga rakyat Algeria yang bangkit
menentang penjajah Perancis dengan menjadikan dasar Pan-Islamisme sebagai
penyesalesaian kepada masalah di Negara mereka. Gerakan ini berjaya menyekat
kegiatan Kristianiti di Algeria dan Afrika Utara.

Kesimpulan

Kesimpulannya, Perancis telah menyekat kegiatan golongan peribumi, namun


menjelang tahun 1900-an muncul golongan modenis Islam Algeria. Mereka berjuang
dengan cara yang berhemah untuk mendapatkan kebebasan daripada penjajahan
Perancis.

Jihad yang berterusan telah berlaku di Algeria, menelan korban sejuta syuhada
sehingga negara ini juga digelar negara sejuta syuhada. Perjuangan panjang
masyarakat tempat Alegeria yang dipimpin oleh para ulama telah menghasilkan
kejayaan apabila Algeria memperoleh kemerdekaan dari Perancis pada tahun 1962,
iaitu setelah dijajah selama 132 tahun.

Terangkan kemunculan dan perkembangan Gerakan Uthmani Muda dan


Turki Muda.

Pendahuluan ~ Uthmani Muda atau Yeni Osmanlilar - mengkritik dasar dan polisi
kerajaan yang dirasakan mengabaikan hak rakyat dan bertentangan dengan Islam.
Turki Muda merupakan titik tolak perubahan dalam kerajaan Turki Uthmaniyah pada
abad ke 19M. Kebangkitan mereka adalah bertujuan memperbaiki kelemahan
kerajaan Turki Uthmaniyah.

Isi-isi penting:

GERAKAN UTHMANI MUDA


1. Terdiri daripada golongan intelektual yang berpendidikan Barat yang bekerja
sebagai wartawan dan penterjemah di Biro Terjemahan di Jabatan Perdana
Menteri.

2. Tokoh-tokohnya ; Nemik Kemal, Ali Suavi, Nuri Bey, Ziya Pasha dan Mustafa
fazil Pasha.

3. Terpengaruh dengan gerakan di Eropah seperti Young Spain, Young Italy,


Young France.

4. Muncul pada 1860an lantaran ketidakpuasan hati terhadap sistem


pemerintahan yang memperuntukkan kuasa yang lebih kepada perdana
menteri serta dasar dalam era Tanzimat yang pro-barat.

5. Jati diri masyarakat Uthmaniyah mula terhakis lantaran pembaharuan ala


Barat yang semakin meluas.

6. Penguasaan Barat terhadap pemerintahan dan pentadbiran kerajaan


Uthmaniyah mula mencengkam dan mengancam kestabilan politik dalaman
dan luaran disebabkan kebergantungan yang melampau golongan pentadbir
dan bangsawan kepada kuasa Eropah.

7. Antara pembaharuan yang dipelopori golongan ini ialah menukar sistem


politik yang sedia ada kepada "sistem khalifah berpelembagaan" yang
berasaskan sistem Syura. Mereka berkeyakinan bahawa dapat
mengembalikan kegemilangan kerajaan Uthmaniyah.

8. Mereka melihat bahawa ajaran Islam sudah tidak diendahkan dan


pengambilan budaya Barat secara berleluasa sehingga mengancam ajaran
Islam.

9. Gerakan ini berkembang luas semasa pemerintahan Sultan Abd Al Aziz


kerana baginda bersifat otokratik serta keadaan kewangan Turki yang goyah
dan muflis.

Gerakan Turki Muda

1. Gerakan awal ditubuhkan di Akademi Perubatan Tentera di Istanbul pada


bulan Mei 1887 apabila Kazim Nami Duru menubuhkan Ittihat ve Terakki
Cemiyeti ( Persatuan Perpaduan dan Kemajuan)

2. Pada tahun 1889 pula, sekumpulan pelajar dari akademi tersebut telah
membentuk sebuah pertubuhan rahsia yang bertujuan untuk menjatuhkan
Sultan 'Abd al Hamid II.

3. Idea pergerakan ini telah diteruskan oleh Ibrahim temo yang merupakan
Muslim Albania. Beliau pernah menjadi tenaga pengajar di Akademi
Perubatan Tentera selama beberapa tahun.
4. Pada Mei 1889M, Ibrahim Temo bersama beberapa orang rakan iaitu Ishak
Sukuti, Cerkez Mehmed Resad dan Abdullah Cevdez telah mencadangkan
supaya satu pertubuhan rahsia duwujudkan di kalangan pelajar.

5. Pertubuhan ini telah menerima keanggotaan daripada beberapa orang pelajar


seperti Sarafuddin Magmumi, Giritli, Cevdet Othman, Karim Sebati, Mekkeli
Sabri dan Selanikli.

6. Pertubuhan ini dikenali sebagai Ittihat Osmani Cemiyetti (Ottoman Union


Comittee). Kemudian ditukarkan kepada nama Ittihat ve Terraki ( Union and
Progress) dan menjadi terkenal dengan nama tersebut.

7. Perjuangan mereka adalah ke arah "constitutionalism, Ottomanism dan


kebebasan, untuk menggulingkan Sultan 'Abd al Hamid II dan menggantikan
dengan Murad V atau Mehmed Resad.

8. Gerakan ini berkembang sehingga ke sekolah-sekolah tinggi kerajaan yang


lain di Istanbul seperti Akademi Tentera, Sekolah Pertanian, Kolej Awam,
Akademi Tentera Laut, dan Akademi Arteleri dan kejuruteraan.

9. Gerakan Turki Muda ini juga berkembang di kalangan rakyat Uthmaniyah


yang berada di luar negara, di antaranya perlarian politik.

10.Di Paris, golongan yang berfaham liberal telah telah bergabung untuk
menggerakkan idea revolusi.

11.Pada tahun 1889, kumpulan tersebut dipimpin oleh Ahmad Riza, yang
terkenal dalam gerakan Turki Muda di Eropah. Mereka telah menerbitkan
akhbar bernamaMesveret dan ia telah menjadi pemankin kepada
kebangkitan dan perkembangan pemikiran rakyat. Pada tahun 1896, Ahmad
Riza telah dilantik sebagai Presiden gerakan tersebut.

12.Di samping itu Mehmed Murad Afendi juga seorang lagi tokoh gerakan Turki
Muda di luar negara. Beliau telah pergi ke Mesir dan menerbitkan
akhbar Mizan.Ishak Sukuti pula menggerakkan gerakan Turki Muda dari
Geneva.

Kesimpulan:

Kemunculan Gerakan Uthmani Muda dan Turki Muda berkait rapat dengan
pembaharuan yang dilakukan oleh kerajaan Uthmaniyah. Era Tanzimat yang banyak
mengikut acuan Barat menjadi pendorong gerakan ini. Reaksi yang diberikan ialah
supaya kerajaan melaksanakan sistem kerajaan berpelembagaan.

Huraikan bentuk seni bina Islam pada zaman kerajaan Moghul di India
sehingga abad ke-17 Masihi.

Pengenalan
maksud seni bina: bidang seni untuk mendirikan bangunan, reka bentuk dan reka
letak yang dibina oleh manusia. seni bina islam merupakan satu daripada cabang
kebudayaan dan kesenian Islam

merupakan hasil usaha serta kreativiti orang Islam untuk memenuhi keperluan
jasmani dan rohani. zaman kekuasaan kerajaan Mughul di India memperlihatkan
perkembangan seni bina yang menggabungkan seni bina Islam dengan seni bina
tempatan dan Parsi

Isi-Isi

1. Istana

istana yang terkenal ialah Taj Mahal yang dibina oleh Syah Jehan sebagai tanda
cinta terhadap isterinya iaitu Mumtaz Mahal didirikan di Agra dihujung sebuah
taman yang luas dengan pintu masuk berbentuk lengkuk awan. binaan bangunan
ini terdiri daripada batu mamar merah, batu mamar biru dan putih sebagai bahan
binaannya di sekeliling bangunan tersebut terdapat tembok yang dihiasi dengan
takukan-takukan

di bangunan tersebut juga didirikan masjid yang mempunyai seolah-olah tiga


hingga tujuh buah mihrab yang dibina bersebelahan. terdapat juga masjid-masjid
lain yang berdinding tebal tanpa jendela serta memmpunyai kubah yang runcing.
istana lain ialah terletak di Fathpur Sikri yang diperbuat daripada batu merah dan
dihiasi dengan pintu gerbang. istana ini dikelilingi dengan tembok batu yang
mempunyai tempat bersemayam pemerintah

2. Masjid

masjid penting sebagai tapak kemunculan kerajaan dan tamadun Islam.


dilengkapi dengan menara dan kubah serta mihrab. menara yang dibina dihiasi
indah dengan kaligrafi Arab (seni khat). binaan kubah menggabungkan gaya Parsi
dan tempatan

contoh, Masjid Lapan Mutiara di Agra yang didirikan di dalam kompleks. contoh,
Masjid Lama di Delhi yang mempunyai ruang solat yang luas, dinding dan
mihrabnya dihiasi dengan ayat-ayat al-Quran

3. Makam Diraja

merupakan lambing kemegahan seni bina yang dihasilkan oleh kerajaan Moghul
di India. diturap dengan menggunakan bahan-bahan merah yang kekal lama
dilengkapi dengan menara yang didirikan secara khusus yang terpisah daripada
bangunan induknya

contoh, makam Humayun (pemerintah kedua kerajaan Moghul) dibina hasil


gabungan seni bina India-Parsi, terdiri daripada batuan merah, bata putih, mamar
hitam dan putih, tamannya dihiasi pancutan air, dikelilingi oleh tembok

4. Kubu
kubu yang terkenal dikenali sebagai Kota Merah yang merupakan istana dan
pusat pentadbiran kerajaan Moghul. terdiri daripada kubu sepanjang 2 kilometer
yang berfungsi sebagai tembok pertahanan Kota Delhi

merupakan campuran seni bina Parsi dan India dibina menggunakan batu mamar
yang dihiasi corak flora dan dilengkapi pembinaan dua buah kubah

5. Taman bunga

didirikan pada zaman pemerintahan Syah Jehan seperti Taman Bunga Shalamah
di Lahore, Taman Dara Shikoh di Kashmir dan Taman Shalamar Bagh di Delhi terdiri
daripada hiasan flora yang berwarna-warni serta pohon-pohon yang menghijau

Kesimpulan

seni bina yang terdapat pada zaman kerajaan Moghul banyak mengadunkan seni
bina tempatan dan Parsi yang mementingkan keindahan

kewujudan seni bina tersebut membuktikan bahawa agama Islam tidak menolah
bidang kesenian

Huraikan penyelesaian Perang Dunia Pertama yang melibatkan kerajaan


Turki Uthmaniyah.

Pendahuluan

Perang Dunia Pertama tamat pada tahun 1981 M dan Kuasa Pusat mengalami
kekalahan. Penglibatan kerajaan Uthmaniyah dalam Perang Dunia ini telah
mendedahkan wilayah kekuasaan mereka di Timur Tengah kepada Kuasa Bersekutu.
Kuasa Bersekutu telah memeterai perjanjian sulit semasa perang. Menurut
perjanjian tersebut seluruh wilayah kekuasaan kerajaan Uthmaniyah akan dibahagi-
bahagikan termasuk wilayah yang didiam ole bangsa Arab.

Hal ini disedari oleh pemimpin Uthmaniyah setelah Rejim Bolshevik mendedahkan
isi kandunan perjanjian tersebut. Hal ini telah meninmbulkan rasa tidak puas hati
kerajaan Uthmaniyah .

Isi isi penting:

Perjanjian Sykes- Picot

Perjanjian ini telah ditandatangani secara sulit antara British dan Perancis. Dalam
perjanjian ini, Timur Tengah dibahagikan kepan zon-zon yang menjadi wilayah
mereka selepas perang. Contohnya , kawansan Teluk dan utara Syria dikuasai oleh
Perancis. Manakala Iraq, Haifa, Arced an Transjordan dikuasai oleh British. Palestin di
bawah pengaruh international administration.

Sebarang keputusan yang dibuat dalam perjanjian ini turut dibincangkan bersama
Rusia sebagai sekutu dalam perang ini. Pada awalnya Rusia bersetuju. Namun
kemudiannya menolak berikutan tercetusnya Revolusi Bolshevik pada tahun 1917
M.

Rusia telah bertindak mendedahkan isi kandungan perjanjian Sykes- Picot kepada
kerajaan Uthmaniyah. Hal ini menimbulkan kemarahan orang Arab kerana pihak
British dan Perancis telah menunjukkan ketamakan melampau dengan penguasaan
wilayah umat islam.

Perjanjian Mudros

Telah ditandatangani pada30 oktober 1981 M antara kerajaan Uthmaniyah


dengan Kuasa Bersekutu yang diwakili oleh Rauf Bey dan Admiral Arthur Gouh-
Cathrope. Timur Tengah dilepaskan dan membuka Selat Dardanelles dan Bosphorus
kepada Kuasa Bersekutu.

Di samping itu, tentera kerajaan Uthmaniyah dibubarkan. Malahan penguasaan


ke atas Istanbul dan kejatuhan empayar Uthmaniyah.

Perjanjian Versailles

Telah ditandatangani pada 12 Januari 1919 M semasa Paris Peace Conference


yang diketuai oleh Kuasa Bersekutu. Wakil mereka iaitu Georges Clemenceau
(Perancis), David Lloyd George (British), Vittorio Orlando (Itali) dan Woodrow Wilson
(AS).

Kuasa Bersekutu bersetuju menghukum Jerman iaitu dengan penyerahan semua


tanah jajahan, wilayah Alsace-Lorrainutane dipulangkan, penyerahan wilaya Eupen-
Malmedy kepada Belgium dan pungutan suara diadakan di sebelah utara Schleswig.

Pengharaman penggabungan Jerman dan Austria.

Sekatan dalam bidang ketenteraan dikenakan ke atas Jerman. Rhineland sebagai


kawasan bebas tentera selama 15 tahun, Jerman membayar hutang perang
sebanyak $6600 juta, Jerman mengakui menjadi punca kepada Perang Dunia
Pertama, Menghadkan tentera Jerman kepada 100 000 sahaja dan Tentera laut
Jerman hanya boleh memiliki kapal di bawah 10 000 tan dan tidak boleh memiliki
kapal airship.

Penutup

Perjanjian Versailles merupakan tamparan besar kepada Jerman dan kerajaan


Uthmaniyah. Di samping itu, keruntuhan kerajaan Uthmaniyah memperluaskan
jurang antara Islam dengan kuasa Eropah. Hal ini juga membawa kepada Perang
Dunia Kedua

Perihalkan penentangan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad s.a.w


sewaktu berada di kota Makkah dan nyatakan langkah-langkah yang
diambil oleh baginda bagi mengatasinya.
Pendahuluan

Setelah tiga tahun Rasulullah s.a.w. menyampaikan ajaran Allah secara sulit,
akhirnya Allah menyeru Rasulullah menyampaikan ajaran secara terbuka dengan
bukti turunnya ayat 94 surah Al-Hijr. Rasulullah s.a.w. menghadapi penentangan
kemudian setelah mula menegaskan kesesatan golongan masyarakat Makkah
menyembah berhala yang menjadi anutan turun temurun.

Terdapat beberapa sebab masyarakat Makkah menentang ajaran Nabi


Muhammad s.a.w.

Isi-isi penting:

Sebab-sebab Penentangan Rasulullah Semasa di Kota Makkah

1.1 Faktor Agama

Ajaran Rasulullah s.a.w. menegaskan kepada keesaan Allah, akidah, dan tauhid.
Perkara-perkara dalam rukun iman seperti percaya hari kiamat sukar untuk diterima
oleh masyarakat Makkah Sukar menerima hakikat seperti adanya hari pembalasan,
pahala dan dosa, syurga dan neraka yang dianggap oleh mereka bertentangan
dengan ajaran nenek moyang

Apatah lagi menyembah berhala adalah dilarang dalam Islam dan dianggap
perbuatan syirik. Menganggap Rasulullah s.a.w. cuba menghapuskan ajaran nenek
moyang yang diwarisi

1.2 Faktor Politik

Suku-suku lain di Makkah berasa bimbang Rasulullah s.a.w. akan mengambil alih
kuasa di Makkah. Kebimbangan diperkuat oleh Bani Hasyim yang melindungi
baginda dalam menyampaikan ajaran Islam. Sebab itulah Bani Hasyim dikenakan
pemulauan social oleh suku lain di Makkah selama hampir tiga tahun untuk
melemahkan kegiatan Rasulullah s.a.w.

Usaha penyampaian ajaran Allah oleh Rasulullah s.a.w. ditentang dan dituduh
cuba mendapatkan pengaruh dengan menyampaikan ajaran baru.

1.3 Faktor Sosial

Islam menganggap manusia adalah sama taraf melainkan yang bertakwa dengan
Allah. Begitu juga dengan prinsip keadilan, persaudaraan sesama manusia

Sedangkan golongan masyarakat Makkah telah biasa dengan fahaman asabiyah


yang kuat dan menyanjungi keturunan serta wujudnya golongan hamba. Sekali lagi
ajaran Islam dianggap sangat bertentangan dengan fahaman sosial yang telah
diwarisi
1.4 Faktor Ekonomi

Ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah s.a.w. amat menentang keras


penyembahan berhala yang dianggap menyekutukan Allah. Sedangkan tumpuan
golongan pedagang ke Kota Makkah antara lainnya disebabkan berkembangnya
perusahan peralatan berhala

Mereka beranggapan sekiranya ajaran Rasulullah s.a.w. berkembang akan


menghapuskan kegiatan penyembahan berhala dan seterusnya akan menyakat
sumber pendapatan penduduk Makkah yang mengusahakan berhala

2. Bentuk Penentangan yang Dilakukan oleh Masyarakat Makkah

2.1 Propaganda penghinaan terhadap Rasulullah s.a.w

Mereka menuduh Rasulullah s.a.w. seorang yang gilakan pangkat, kedudukan dan
status. Penghinaan juga diteruskan dengan menghasut kabilah pedagang luar yang
datang ke Makkah akan keburukan Rasulullah s.a.w.

Penghinaan dilakukan melalui perkataan, perbuatan, dan memperolok-olokkan


baginda. Antaranya, halaman rumah Rasulullah s.a.w. pernah ditaburi dengan najis
dan Rasulullah pernah mengalami luka akibat dilempar dengan batu.

2.2 Melakukan Penyiksaan

Melakukan penyeksaan terhadap pengikut Islam terutamanya golongan yang


lemah dan hambah dengan harapan Rasulullah s.a.w. akan menghentikan ajaran
Islam

Contohnya Bilal bin Rabah dijemur di tengah panas mata hari di padang pasir dan
ditindih dengan batu besar. Begitu juga dengan keluarga Ammar bin Yasir yang
diseksa oleh Bani Makhzum hingga kedua ibu bapanya meninggal dunia

2.3 Melakukan Diplomasi

Setelah kekerasan gagal, mereka menawarkan Rasulullah s.a.w. dengan pangkat,


wanita, dan harta agar Rasulullah s.a.w. menghentikan ajaran Islam

Rasulullah pernah ditawarkan sebagai pemerintah Kota Makkah dengan syarat


baginda menghentikan ajaran Islam, tetapi semuanya ditolak oleh Rasulullah s.a.w.

2.4 Usaha Membunuh Rasulullah s.a.w.

Keputusan ini diambil setelah semua keputusan di atas masih menemuai


kegagalan. Mereka pernah meminta agar Abu Talib menyerahkan Rasulullah s.a.w.
kepada mereka untuk dibunuh dan sebagai ganjarannya Abu Talib akan diberikan
seorang pemuda Quraisy yang kaya

Setelah Abu Talib menolak maka masyarakat Makkah mengambil keputusan


untuk membunuh Rasulullah s.a.w. melalui wakil setiap suku yang terdapat di Kota
Makkah. Usaha ini masih gagal kerana Rasulullah s.a.w. mendapat wahyu daripada
Allah untuk segerah berhijrah ke Madinah

2.5 Peperangan

Tindakan ini dilakukan setelah Rasulullah s.a.w. berhijrah ke Kota


Madinah. Beberapa siri peperangan berlaku antara Islam dengan musyrikin Makkah
antaranya seperti Perang Badar, Uhud, dan Perang Khandak

Tujuannya adalah untuk melenyapkan ajaran Islam bersama-sama dengan


Rasululah s.a.w. dan pengikutnya

3. Cara Rasulullah S.A.W. Mengatasi Penentangan

3.1 Penebusan Pengikut Islam

Pengikut Islam yang terdiri daripada golongan yang lemah dan hamba telah
ditebus oleh Abu Bakar, Uthman dan Khadijah serta golongan Islam yang
berkemampuan, walaupun dikenakan harga yang tinggi

Contohnya Bilal telah dimerdekakan oleh Abu Bakar

3.2 Melakukan hijrah ke Habsyah

Untuk meringankan baban dan tekanan ke atas pengikut Islam, Rasululllah s.a.w.
telah menganjurkan pengikutnya berhijrah ke Habsyah yang dilakukan sebanyak
dua kali dalam sejarah

Pertama kali pada tahun ke 5 perlantikan baginda Rasulullah s.a.w. yang disertai
seramai 10 lelaki dan 5 perempuan dan keduanya pada tahun ke-7 setelah baginda
dilantik sebagai Rasulullah s.a.w. yang disertai seramai 83 lelaki 18 perempuan

3.3 Dengan Perlindungan

Pengikut Islam yang dimerdekakan berlindung di bawah suku yang mempunyai


kedudukan. Rasulullah s.a.w. sendiri berlindung di bawah jagaan bapa saudaranya
iaitu Abu Talib di samping kedudukan Bani Hasyim yang dihormati oleh masyarakat
Makkah

Kedudukan mereka terjamin kerana masyarakat Kota Makah masih menghormati


Qanun al-Jiran (menghormati tetamu dan jiran)

Kesimpulan

Pada tahap awal penyebaran Islam, Rasulullah s.a.w. telah mendapat


penentangan daripada masyarakat Kota Makkah dan diatasi dengan pasif. Berkat
daripada kesabaran Rasulullah s.a.w. setelah berhijrah ke Madinah, baginda berjaya
mewujudkan sebuah negara Islam dan mengatasi penentangan inidengan lebih
agresif sehingga berjaya menegakkan syiar Islam.

Akhirnya, sebuah negara Islam Madinah telah ditubuhkan dan akhirnya Kota
Makkah dapat ditawan tampa pertumpahan darah pada tahun 8 H.
Terangkan perlaksanaan Cukai Kharaj pada zaman Khalifah Abbasiyah
abad ke-7 hingga ke-11 Masihi

Pendahuluan

Perkataan Kharaj dipinjam daripada bahasa Byzantine bermaksud ufti. Dalam


konteks sejarah Islam, Kharaj bukan bermaksud ufti tetapi bermaksud cukai tanah.
kharaj ialah cukai tanah yang diperoleh sewaktu penaklukan, sama ada secara
berperang atau secara damai. Kharaj dikenakan ke atas pemilik-pemilik tanah
tersebut sama ada orang Islam atau bukan Islam.

kharaj merupakan satu daripada sumber kewangan negara yang penting dan
dimulakan secara sistematik pada zaman Khalifah Umar Bin Al-Khattab (13-23H /
634-644M).

Isi-isi penting

1) Pada zaman Khalifah Abu Jaafar al-Mansur

Khalifah Abu Jaafar telah mengadakan beberapa perubahan untuk meningkatkan


ekonomi negara dan melengkapkan pusat pentadbiran Baghdad. Bagi menjayakan
rancangannya, Khalifah Abu Jaafar telah mengenakan cukai tanah atau kharaj
kepada para petani.

Kaum pendatang dikenakan cukai perdagangan atau Usyur dengan kadar yang
berpatutan mengikut hasil pendapatan mereka. Pengutipan cukai-cukai tersebut
telah menambah pendapatan perbendaharaan Negara.

2) Pada zaman pemerintahan Khalifah Al-Makmun (813-833M)

Amalan kharaj ini diteruskan pada era pemerintahan Khalifah Al-Makmun (813-
833M) hingga Khalifah Al-Muktamid (870-892M) dan kerajaan Tahiriyah yang
diasaskan oleh Tahir Bin Hussain, panglima Khalifah Al Makmun.

Jasa Tahir Bin Hussain dalam membantu Khalifah Al-Makmun menewaskan


saudaranya, Al-Amin menyebabkan Khalifah Al-Makmun memberi kemerdekaan
kepada Khurasan dan mengiktiraf pemerintahan Tahir Bin Hussain. Kerajaan
Tahiriyah telah menghantar Ufti atau Kharaj setiap tahun ke Baghdad.

3) Pada zaman pemerintahan Al-Muqtadir (908-932M)

Pendapatan utama ialah dari hasil cukai daripada wilayah-wilayah yang ditakluki.
Wilayah-wilayah ini perlu membayar cukai tahunan dalam bentuk wang perak atau
emas. Hasil cukai tanah atau kharaj, cukai pendapatan, cukai air, cukai tol dan cukai
pasir di Iraq berjumlah 1 547 734 dinar.

Hasil dari wilayah Adharbayyah dan Armania ialah 226 370 dinar dan pendapatan
lain ialah 1 768 015 dinar. Kesemua ini disimpan di dalam Baitulmal dan dapat
menampung perbelanjaan negara pada zaman Al-Muqtadir.
4) Pada zaman pemerintahan Khalifah Al-Radni (934-940M)

Kerajaan Bani Abbasiyah mengalami zaman kemerosotan. Orang Turki mula


menguasai hampir seluruh pentadbiran. Wilayah terpencil tidak lagi menaruh
kepercayaan kepada pemerintahan pusat dan mengisytiharkan kemerdekaan dan
bebas daripada pentadbiran Bani Abbasiyah. Misalnya, kerajaan Touloniyah (868-
905M) mengisytiharkan kemerdekaan dan segala hasil negeri tidak lagi dihantar ke
Baghdad.

Pada masa ini perbendaharaan negara merosot dan tidak lagi dapat mengutip
Kharaj sehingga Khalifah sendiri tidak mempunyai sumber pendapatan dan tidak
mampu membayar gaji tentera.

Penutup

Hasil yang diperoleh daripada sumber Kharaj ini akan disimpan di dalam
Baitulmal dan akan dimanfaatkan untuk memperbaiki infrastruktur, prasarana,
rancangan memajukan kegiatan pertanian, mewujudkan keamanan, memperbaiki
sistem perhubungan, mengadakan rancangan pengairan dan memperbaiki saliran
sedia ada.

Huraikan konsep dan struktur masyarakat Jahiliah

Pengenalan

Zaman jahiliah ialah zaman sebelum Islam. Zaman jahiliah wujud selepas
keruntuhan kerajaan Saba. Pada masa itu, tiada nabi yang di utus dan tiada kitab
suci daripada Allah SWT untuk dijadikan petunjuk. Pada masa yang sama, tiada ciri-
ciri ketamadunan atau pembangunan fizikal yang melambangkan peradapan yang
tinggi.

Lebih tepat, zaman jahiliah muncul selepas kejatuhan kerajaan Saba peringkat
ketiga dan peringkat terakhir pemerintahan Himyar pada tahun 300 dan berakhir
setelah turunnya kitab suci al-Quran dan kerasulan Nabi Muhammad s.a.w pada
tahun 610. Dalam tempoh 3 abad itu, masyarakat arab jahiliah dikatakan
mengalami keruntuhan akhlak, agama, politik, ekonomi, sosial dan ilmu
pengetahuan.

Isi-Isi Penting:

Konsep Jahiliah
Jahiliah berasal dari kata akar Jahala dan kata terbitan Jahlun atau Jahlatun yang
bermaksud bodoh dan sesat. Berdasarkan al-Quran, ciri-ciri Jahiliah dapat
dirumuskan kepada empat, iaitu: Zaman yang tidak mempunyai Nabi dan kitab suci
sebagai petunjuk, Masyarakatnya tidak mempunyai peradapan dan tamadun,
Masyarakatnya tidak berakhlak, angkuh dan bongkak serta masyarakatnya jahil
kerana tidak boleh membaca dan menulis.

Pendapat P.K Hitti bahawa masyarakat arab jahiliah hanya jahil dari segi
kepercayaan dan agama tetapi maju dari segi ilmu pengetahuan dan tamadun.

Pendapat orientalis barat P.K Hitti mengenai makna Jahiliah dapat disangkal dan
dipersoal.Ini kerana kerajaan Saba pada zaman kegemilanganya (pada zaman
pemerintahan Ratu Balqis) telah menerima ajaran Nabi Sulaiman a.s dan Allah SWT
menganugerahkan kerajaan Saba sebagai negeri yang makmur dan mendapat
pengampunan Tuhan (surah Saba, ayat 15)

Setelah kerajaan ini ingkar kepada Allah SWT, maka kerajaan ini diturunkan bala
oleh Allah SWT dan mengalami kejatuhan.

Struktur Masyarakat Arab Jahiliah

Masyarakat Arab jahiliah mengamalkan sistem susun lapis masyarakat yang jelas.
Masyarakat arab jahiliah mengamalkan sistem berkabilah. Kabilah merupakan unit
sosial yang mengawal sistem pentadbiran masyarakat pada zaman Jahiliah.
Penyatuan masyarakat berkabilah adalah berdasarkan pertalian darah atau
keturunan. Setiap kabilah mempunyai nama dan kemegahan dan dipertahankan
melalui semangat asabiyyah yang tinggi.

Oleh kerana semangat asabiyyah yang tinggi, kabilah telah berperang sesama
kabilah dan peperangan ini berlanjutan pada masa yang singkat mahupun pada
masa yang panjang seperti perang al-Basus di antara Kabilah Bakar dan Kabilah
Taghlib. Sekiranya kabilah lain dapat menewaskan kabilah lain, maka anggota
kabilah yang tewas akan dijadikan hamba abdi atau tebusan untuk keluarga
mereka.

Ketua kabilah dikenali sebagai Syeikh dan haruslah mempunyai ciri-ciri


kepimpinan dari segi kepintaran,berani pemurah dan berupaya mempengaruhi
anggota-anggota kabilahnya. Seorang syeikh sangat dihormati oleh anggota
kabilahnya. Walau bagaimanapun, tabiat masyarakat jahiliah pada umumnya lebih
suka hidup bebas tanpa kekangan mana-mana pihak dan peraturan.

Umumnya, masyarakat Jahiliah yang mengamalkan semangat asabiyyah yang


tinggi menyebabkan peperangan dan perbalahan berlaku dan seterusnya membawa
kepada perpecahan dan kemunduran. Kesannya masih dirasai sehingga hari ini.

Kesimpulan:
Secara umumnya, zaman jahiliah merupakan zaman kegelapan dalam
masyarakat di Semenanjung Tanah Arab. Hal ini ditandai kemunduran yang dialami
oleh masyarakat Arab sama ada dari segi sosial, politik, agama, ekonomi dan ilmu
pengetahuan.

Huraikan ciri-ciri masyarakat Arab Jahiliah

Pendahuluan

Pengertian Jahiliah berasal dari perkataan Jahala terbitan daripada perkataan


Jahlatun yang bermaksud sesat dan bodoh. Zaman jahiliah berlangsung selama
kira-kira 300 tahun di Semenanjung Tanah Arab. Zaman ini bermula setelah
runtuhnya Empangan Maarib dalam kerajaan Saba pada sekitar tahun 300M dan
berakhir setelah turunnya al Quran serta Allah SWT mengutuskan Nabi Muhammad
s.a.w. sebagai Rasul pada tahun 610M.

Menurut Islam, masyarakat ini merupakan Masyarakat Yang Tidak Bertamadun


manakala menurut pandangan Barat masyarakat ini adalah bertamadun
berdasarkan hujah-hujah yang dinyatakan.

Isi-Isi Penting:

1. Dari aspek sosial masyarakat jahiliah adalah berasaskan sistem kabilah.


Masyarakat jahiliah sangat rendah moralnya. Kaum wanita dipandang rendah
sehingga amalan menanam bayi perempuan hidup-hidup menjadi kebiasaan. Kaum
wanita dianggap sebagai pembawa sial dan hanya dijadikan sebagai pemuas nafsu.
Golongan hamba pula dianggap golongan bawahan dan dijadikan sebagai barang
dagangan.

2. Dari aspek politik pula, masyarakat jahiliah tidak mempunyai struktur politik
yang sistematik. Masyarakat jahiliah hidup berasaskan kabilah. Setiap kabilah
diketuai oleh seorang syeikh iaitu individu yang sangat dihormati. Walaupun
mempunyai ketua tetapi setiap keputusan bergantung kepada ketetapan bersama.
Kabilah-kabilah ini kental dengan semangat asabiyah iaitu sikap kesukuan dan
bermegah dengan kabilahnya. Semangat asabiyah ini kerap menimbulkan
persengketaan dan peperangan antara kabilah.

3. Dalam bidang ekonomi pula, kegiatan pertanian, penternakan dan


perdagangan menjadi sumber utama. Kegiatan pertanian dan penternakan biasanya
dijalankan oleh masyarakat Arab Badwi yang kebanyakannya tinggal di kawasan
luar bandar. Walau bagaimanapun, kegiatan pertanian dan penternakan ini sukar
berkembang pesat kerana cara hidup berpindah-randah yang diamalkan oleh
masyarakat Arab Badwi. Perdagangan dijalankan secara sistem barter. Amalan riba
dan penipuan berlaku secara meluas.

4. Dari aspek agama dan kepercayaan, masyarakat jahiliah mengamalkan


pelbagai jenis agama dan kepercayaan. Sebahagian besar daripada masyarakat
jahiliah mengamalkan agama Wathani iaitu menyembah berhala. Antara berhala
yang terkenal ialah al-Uzza, al-Lata dan al-Manat yang dianggap mempunyai kuasa.
Masyarakat jahiliah turut menganut agama seperti Majusi, Hanif sereta
mengamalkan kepercayaan karut atau khurafat seperti memuja kubur, pokok bukit
dan sebagainya.

5. Dari aspek ilmu pengetahuan pula, masyarakat jahiliah dianggap


masyarakat yang tidak memiliki ilmu pengetahuan tinggi.

Kesimpulan:

Secara umumnya, zaman jahiliah merupakan zaman kegelapan dalam


masyarakat di Semenanjung Tanah Arab. Hal ini ditandai kemunduran yang dialami
oleh masyarakat Arab sama ada dari segi sosial, politik, agama, ekonomi dan ilmu
pengetahuan.

Huraikan Latar Belakang Masyarakat Makkah Dan Kota Madinah (Yatrib)


Sebelum Kedatangan Islam.

Pendahuluan :

o Kota Makkah dan Madinah terletak di daerah Hijaz, Semenanjung Tanah Arab.
Masyarakat di kedua dua kota ini menjalani kehidupan berdasarkan adat
resam yang mereka warisi. Pada zaman sebelum kedatangan islam, kota
Makkah merupakan pusat ibadat dan perdagangan. Kedudukkannya yang
strategik dan terdapat sumber air dari telaga zam zam, menjadikannya
sebagai tempat tumpuan kegiatan ekonomi dan kebudayaan di kalangan
bangsa Arab. Kota Madinah yang dikenali sebagi Yathrib sebelumnya
merupakan pusat perdagangan yang dikelilingi oleh kawasan pertanian yang
subur. Kisah sebelum mereka menganuti agama Islam di kedua dua kota ini
dirakam oleh Allah swt di dalam Al Quran.

o Masyarakat di sini menjalani proses sejarah yang unik dalam sejarah


tamadun manusia. W.M. Watt yang membuat kajian yang mendalam tentang
masyarakt Madinah menyebut bahawa masyarakt bandar ini mengamalkan
ideologi kaum Badwi. Pada tahun 610 Masihi agama Islam diturunkan kepada
masyarakat Makkah dan tiga tahun kemudian berita ini tersebar luas ke kota
Madinah. Bermula dari saat itu, masyarakat kota kota tersebut mengubah
cara hidup kepada keadaan yang lebih sempurna.

Isi :

Latar Belakang :

Anggota Masyarakat :

o Sebelum kedatangan Islam, penduduk kota Makkah terdiri daripada Arab


Quraisy yang dikenali sebagai golongan Hadari. Qussay berjaya menguasai
kota Makkah pada tahun 440 Masihi. Walaupun mereka penduduk menetap,
tetapi amalan hidup bersuku suku dan berpuak puak merenggangkan
hubungan sesama mereka. Pauk Abd. Al Dar yang dianggotai oleh Bani
Umaiyyah dan puak Abd. Manaf yang dianggotai oleh Bani Hashim
merupakan dua kumpulan anggota masyarakat yang berpengaruh dan saling
bermusuhan kerana perebutan kuasa dan pengaruh di Kota Makkah. Amalan
permusuhan menjadi tradisi yang berlarutan membawa kepada peperangan.
Peperangan al Fijr adalah bukti permusuhan mereka.

o Penduduk Yatrib yang dianggarkan seramai 4000 5000 orang terdiri


separuhnya adalah berbangsa Yahudi yang datang ke Madinah ketika Baitul
Muqadis ditakluki oleh tentera Kristian. Bani bani Yahudi bersatu walaupun
mereka terdiri daripada beberapa bani. Kaum Arab pula adalah penduduk
tempatan yang bermusuhan di kalangan suku suku hasil daripada adu
dumba daripada puak yahudi. Permusuhan di antara suku ArabAus dengan
Khazraj berlarutan sehingga tercetusnya peperangan Buath yang didalangi
oleh orang Yahudi. Perang saudara ini berlarutan sekian lama.

Agama dan kepercayaan :

o Orang Arab Quraisy mempercayaai kuasa berhala. Amalan menyembah


berhala diamalkan dengan patuh. Kaabah dan 360 berhala yang diletakkan
disekitarnya dijadikan pusat penyembahan dan dikunjungi setiap hari.
Semasa musim haji suasana sekitar Kaabah sangat sibuk dan kota Makkah
menajdi tumpuan. Kepercayaan khurafat juga diamalkan oleh orang Quraisy
terutamanya yang berkaitan dengan nasib dan tuah dalam perniagaan.

o Di Madinah orang Yahudi amat taksub memelihara kesucian agama Yahudi.


Pada mereka agama Yahudi hanya untuk umat pilihan tuhan iiatu bangsa
Yahudi. Golongan Yahudi memandang rendah bangsa bangsa lain termasuk
orang Arab. Penganut kristian di Madinah memusuhi orang orang Yahudi
yang mereka dakwa membunuh Nabi Isa a. s Kedatangan orang Yahudi dan
Kristian di Madinah memberikan senario baru dalam hal keagamaan
dikalangan orang Arab. Mereka yang menyembah berhala turut mengetahui
adanya ajaran yang berasaskan ketuhanan.

Akhlak :

o Orang Arab Quraisy terkenal dengan sifat memuliakan tetamu, walaupun


yang datang itu musuh mereka. Mereka sentiasa menjaga maruah keluarga.
Kelahiran anak lelaki disanjung manakala anak perempuan dibunuh kerana
dikatakan membawa sial dan mala petaka. Sifat dengki dan dendam
terhadap suku kaum lain yang lebih kuat sering mencetuskan pergaduhan.
Sesiapa yang menang dalam apa apa pertaruhan termasuk perjudian dipuja
secar lisan dan tulisan pada kain dan digantung di dinding Kaabah.
Keuntungan yang diperolehi daripada perniagaan, diisytiharkan dengan cara
mengadakan majlis keramaian yang melampaui batas kesopanan dengan
melibatkan wanita dan sajian minuman keras.

o Di Madinah, moral orang Arab juga rendah apabila mereka dengan mudah
termakan hasutan orang Yahudi tanpa usul periksa. Orang Yahudi pula amat
tamak dan mementingkan diri sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam cara
mereka melayani pesakit atau pelanggan yang bukan sebangsa dengan
mereka. Terdapat juga orang Yahudi yang berakhlak sebagai mana yang
dituntut oleh agama. Begitu juga dengan penganut Kristian. Mereka lebih
mementingkan amalan kerohanian dan kehidupan.

Ekonomi :

o Masyarakat Arab Quraisy adalah masyarakat peniaga dan pedagang. Mereka


mengimport batu batu permata dan rempah dari luar melalui pelabuhan
Aden yang terletak di Laut Merah. Perniagaan dan perdagangan menjadi
penggerak kepada kehidupan masyarakatnya. Sistem perdagangan bebas
diamalkan secar riba di pasar yang dibina khas menjadikan Kota Makkah
sebagi pusat tumpuan para pedagang dari utara dan selatan Semenanjung
Tanah Arab. Perjanjian dagang dan damai diwujudkan dengan pedagang Rom
dan sesama Arab tempatan diadakan bagi memastikan perdagangan dikedua
pihak mendapat keuntungan. Pengishtiharan bulan bulan haram pada
musim haji juga menggalakkan kegiatan perdagangan kerana pengisytiharan
tersebut melarang segala bentuk pergaduhan atau peperangan. Orang Arab
Makkah juga mengamalkan cara berdagang bermusim yang mana musim
sejuk mereka berdagang ke Yaman dan pada musim panas mereka
berdagang ke utara ( Syam ). Kegiatan ekonomi tanpa sekatan memberi
peluang kepada ahli keluarga yang kaya untuk menjalani kehidupan yang
mewah.

o Keadaan yang sama berlaku di Madinah, Yahudi memonopoli kegiatan


ekonomi. Mereka sama ada tinggal di pusat bandar atau pinggir bandar,
bekerja sebagai peniaga, pedagang, tukang, tabib dan petani. Ajaran agama
yang melarang riba tidak dipatuhi. Mereka mewujudkan lapisan masyarakat
yang hidup mewah dan menjadikan orang Arab yang kebanyakannya petani
hidup dalam kemiskinan.

Politik :

o Masyarakat Makkah ditadbir secara langsung oleh peraturan adat dan suku
kaum masing-masing. Setiap suku kaum mempunyai ketua yang dikenali
sebagai Sheikh yang dipertanggungjawabkan untuk memastikan kabilah
masing-masing selamat daripada sebarang ancaman. Sheikh dilantik
berdasarkan kepada kekayaan, anak dan harta, kebenaranian dan
kebijaksanaan. Ramai di kalangan masyarakat Quraisy yang berkebolehan
dalam bidang kepimpinan menyebabkan mereka merebutkan jawatan dan
gila kuasa. Sesiapa yang telah menjawat sesuatu jawatan tidak akan
melepaskan jawatan dengan mudah. Mereka akan menolak pemimpin baru
yang cuba mencabar kepimpinan mereka. Golongan kaya Makkah
menubuhkan Mala iaitu majlis tertinggi yang dianggotai oleh ketua-ketua
suku. Keputusan majlis ini dipengaruhi oleh golongan kaya. Golongan ini
menggunakan Mala untuk menghukum pihak yang disyaki akan mencabar
kekuasaan mereka. Qussay telah menubuhkan Darul Naduah untuk tujuan
kebajikan dan pertahan Kota Makakh. Selepas kematian jabatan ini dikuasai
oleh golongan kaya menyebabkan suku-suku yang lemaah mengadakan Hilf
al-Fudul untuk memperjuangkan nasib mereka. Situasi ini menggambarkan
adanya pergolakkan di antara golongan kaya dan miskin.

o Di Madinah urusan pentadbiran dikuasai oleh Orang Yahudi. Mereka sentiasa


berusaha supaya orang Arab tidak bersatu. Mereka menyedari bahawa
perpaduan Arab bermakna ancaman kepada mereka. Walau bagaimanapun,
setelah berlakunya perang Buath orang Arab semakin lemah dan mereka
mula menyedari betapa perlunya mempunyai pemimpin yang boleh membela
masib mereka. Perebutan kuasa antara Auz dan Khazraj.

Ilmu Pengetahuan :

o Masyarakat Makkah kebanyakkannya tidak menguasai ilmu ilmu yang boeh


mensejahterakan hidup mereka. Pedagang pedagang asing yang berilmu
pun tidak menyumbangkan ilmu mereka. Mereka lebih cenderung untuk
berurusan niaga dan berhibur. Tidak ada penemuan bukti bertulis atau
monumen yang boleh mengukur kadar buta ilmu di kalangan mereka. Namun
sejarah ada merekodkan bahawa terdapat kira kira 17 orang yang boleh
membaca dan menulis.

o Berbeza dengan di Madinah. Golongan Yahudi terdiri daripada golongan


profesional. Mereka mempunyai kitab yang perlu dibaca. Ilmu pertanian dan
perubatan yang tidak tersebar kepada orang lain. Walaubagaimanapun, Arab
Madinah dilihat ada kecenderungan untuk mempelajari ilmu keagamaan
apabila mereka didapati cepat memahami konsep tauhid yang terkandung
dalam agama Islam yang mereka anuti. Kehadiran agama Yahudi dan Kristian
serta pergaulan mereka dengan penganut agama tersebut mendedahkan
mereka kepada konsep tersebut.

Kesimpulan :

Masyarakat kota Makkah dan Madinah menjalani kehidupan secara sempurna.


Mereka dalah solongan yang bijak, kuat, gigih dan sabar dalam mengharungi
cabaran dan rintangan. Keadaan persekitaran yang lebih jauh daripada tamadun
lain dan muka bumi yang panas dan berbatu menjadikan penduduk di kota kota ini
bersifat tegas dan sayang dengan apa jua bentuk bantuan yang boleh
mendatangkan kesejahteraan kepada mereka. Kedatangan agama Islam didapati
melengkapi ketidaksempurnaan kehidupan mereka.

Anda mungkin juga menyukai