Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

1. Konsep Penyakit
1.1 Definisi bayi berat lahir rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Sugeng dan Weni, 2010).

Menurut Ayurai (2009), bayi dengan berat badan lahir rendah dapat dibagi
menjadi dua golongan :

1.1.1 Premunitas murni


Prematuritas murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamilan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR / SMK(sesuai
masa kehamilan).
1.1.2 Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

1.2 Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu (Sugeng dan Weni,
2010) :
1.2.1 Faktor ibu
1.2.1.1 Penyakit
1) Toksemia gravidarum
2) Peradarahan antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
1.2.1.2 Usia ibu
1) Usia < 16 tahun atau Usia > 35 tahun
2) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
1.2.1.3 Keadaan sosial
1) Golongan sosial ekonomi rendah
2) Perkawinan tidak sah
1.2.1.4 Sebab lain seperti Ibu yang merokok, Ibu peminum alkohol,
Ibu pecandu narkotik
1.2.2 Faktor janin
1.2.2.1 Hidramniom
1.2.2.2 Kehamilan ganda
1.2.2.3 Kelainan kromosom
1.2.2.4 Aplasia pancreas
1.2.2.5 Infeksi janin kronik
1.2.3 Faktor lingkungan
1.2.3.1 Tempat tinggal dataran tinggi

1
2

1.2.3.2 Radiasi
1.2.3.3 Zat-zat beracun

1.3 Tanda gejala


1.3.1 Prematuritas
1.3.1.1 Berat badan kurang dari 2500 gram, PB 45 cm, lingkar
kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm
1.3.1.2 Masa gestasi kurang dari 37 minggu
1.3.1.3 Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin
1.3.1.4 Kepala lebih besar daripada badan
1.3.1.5 Lanugo banyak terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga,
dan lengan
1.3.1.6 Lemak subkutan kurang
1.3.1.7 Ubun-ubun dan sutura lebar
1.3.1.8 Rambut tipis, halus
1.3.1.9 Tulang rawan dan daun telinga immature
1.3.1.10 Puting susu belum terbentuk dengan baik
1.3.1.11 Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus
dapat terlihat
1.3.1.12 Genitalia belum sempurna
1.3.1.13 Bayi masih posisi fetal
1.3.1.14 Pergerakan kurang dan lemah
1.3.1.15 Otot masih hipotonik
1.3.1.16 Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering mengalami serangan apnea
1.3.1.17 Refleks tonic neck lemah
1.3.1.18 Refleks menghisap dan menelan belum sempurna

1.3.2 Dismaturitas
1.3.2.1 Pre term: sama dengan bayi prematuritas murni
1.3.2.2 Post term
1) Kulit pucat/bernoda, kering keriput, tipis
2) Verniks caseosa tipis/tidak ada
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesit, aktif, dan kuat
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan

1.4 Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas.
Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan
(BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilanya, yaitu tidak mencapai
2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
3

1.5 Pemeriksaan penunjang


1.5.1 Radiologi
1.5.1.1 foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia
kehamilan kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam.
Gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit membran
hialin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada
kondisi berat hanya tampak gambaran white lung
1.5.1.2 USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya
hidrosefalus atau perdarahan intrakranial dengan
memvisualisasi ventrikrel dan struktur otak garis tengah
dengan fontanel anterior yang terbuka (Merenstein, 2002
dalam Titik, 2016)
1.5.1.3 Laboratorium
1) Darah rutin
a) Hematokrit
b) Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14, 5-22,5
g/dl
c) Hb A . 95% dari total o,95 fraksi Hb
d) Hb F
e) Jumlah leukosit
2) Bilirubin
a) Total (serum)
a. Tali pusat <2,0 mg/dl
b. 0-1 hari 8,0 mg/dl
c. 1-2 hari 12,0 mg/dl
d. 2-5 hari 16,0 mg/dl
e. Kemudian 2,0 mg/dl
b) Direk (terkonjugasi)
a. 0,0-0,2 mg/dl
c) Glukosa (8-12 jam post natal) disebut hipoglikemia
bila konsentrasi glukosa plasma < 50 mg/dl.
d) Analisa gas darah
a. Tekanan parsial CO2(PCO2) bayi baru lahir 27-40
mmHg
b. Tekanan parsial O2(PO2)
Lahir 8-24 mmHg
5-10 menit 33-75 mmHg
30 menit 31-85 mmHg
>1 jam 55-80 mmHg
1 hari 54-95 mmHg
Kemuudian (menurun sesuai usia) 83-108
mmHg
c. Saturasi oksigen (SaO2)
4

Bayi baru lahir 85-90%


Kemudian 95-99%
d. pH bayi prematur (48 jam) 7,35-7,50
e) elektrolit darah (k/p)
a. Natrium
b. Kalium
c. Klorida
1.5.2 Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan
mengambil cairan amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum
diberikan makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah dengan garam
fasi 0,5 cc, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur dalam
tabung kemudian di kocok selama 15 detik, setelah itu didiamkan 15
menit dengan tabung tetap berdiri, interpretasi hasil:
1.5.2.1 (+) : Bila terdapat gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
1.5.2.2 (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak
setengah permukaan artinya paru-paru belum matang/tidak
ada surfaktan
1.5.2.3 Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin. Jika
hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang. (Abdullah,
2012)

1.6 Komplikasi
1.6.1 Komplikasi BBLR yang berhubungan dengan penyakit-penyakit yang
sering diderita BBLR
1.6.1.1 Sindrom distress respirasi idiopatik
1.6.1.2 Takipnea selintas pada bayi baru lahir
1.6.1.3 Fibroplasia retrolental
1.6.1.4 Serangan apnea
1.6.1.5 Enterokolitis nekrotik (necrotic enterocolitis/NEC)
1.6.2 Komplikasi BBLR yang berhubungan dengan gejala-gejala umum
atau tanda klinis yang biasa terjadi pada BBLR
1.6.2.1 Hipotermia
1.6.2.2 Sindroma gawat nafas
1.6.2.3 Hipoglikemia
1.6.2.4 Perdarahan intrakranial
1.6.2.5 Rentan terhadap infeksi
1.6.2.6 Hiperbilirubinemia
1.6.2.7 Kerusakan integritas kulit

1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup
hangat. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk bayi
dengan BB 2 kg adalah 34oC. Bila tidak ada inkubator pemanasan
5

dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-


botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk. Bayi dalam
inkubator hanya dipakaikan popok untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan , kejang, dan
sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
1.7.2 Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit
demi sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makan
dini berupa glukosa, Asi atau PASI atau mengurangi hipoglikemia,
dehidrasi atau hiperbilirubinia. Bayi yang daya isapnya baik dan
tanpa sakit berta dapat di coba minum melalui mulut. Umunya bayi
dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama
dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan
menghisap dengan menelan.
1.7.3 Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena
daya tahan tubuh bayi terhadap infeksi kurang, antibodi relatif belum
terbentuk dan daya fagositosis serta reaksi terhadap preradangan
belum baik.

1.8 Pathway

Prematurius Dismaturius

Faktor gangguan:
pertukaran zat
Faktor ibu: umur (<20 Faktor placenta: Faktor janin: kelainan
v
tahun), paritas, ras, penyakit vaskuler, kromosom, antara ibu dan janin
infertilitas, riwayat kehamilan ganda, malformasi, TORCH,
Retardasi pertumbuhan
kehamilan tak baik, malformasi, kehamilan ganda
intra uterin
rahim abnormal, dll
Dinding otot rahim Bayi lahir prematur Berat badan < 2500
bagian bawah lemah (BBLR/BBSLR) gram
Fungsi organ-organ
Permukaan tubuh Jaringan lemak prematuritas belum baik
relatif lebih luas subkutan lebih tipis
Penurunan daya
Pemaparan Kehilangan Kekurangan
Penguapan dengan suhu luar panas melalui cadangan energi Resiko infeksi
berlebihan
Kehilanga Kehilanga Malnutrisi Diskontinuitas
n cairan n panas pemberian ASI
6

Hipoglikemia
Dehidrasi Resiko
ketidakseimbangan
suhu tubuh

Hiperbilirubin Konjugasi bilirubin Hati


Resiko/ikterus belum baik
neonatus
Resiko infeksi Halus mudah lecet Kulit
Sepsis piodermal
Retinopaty Retrolentral fibroplasia Gangguan lensa mata Mata
sekunder efek O2
Sekunder terapi Imaturitas ginjal Ginjal
Penyakit membran Insuf pernafasan Pertumbuhan dinding Paru
hialin dada belum sempurna
Imaturitas otot pernafasan dan penurunan vaskuler dada
Imaturitas imatur
sentrum2 Otak
ekspansi paru vital
Refleks menelan
Ketidakefektifan pola belum sempurna
nafas
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Sumber : Nurarif.H.A, Kusuma.H. (2015) kebutuhan tubuh

2. Rencana Asuhan Keperawatan BBLR


2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat keperawatan
2.1.1.1 Riwayat antenatal
1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok, ketergantungan obat-obatan, penyakit
kardiovaskulaer dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya
kelahiran multiple, kelainan konginetal
3) Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan bayi baru lahir.
4) Kala I : perdarahan antepatum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa
5) Kala II : persalinan dengan tindakan pembedahan, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
sistem pusat pernafasan.
2.1.1.2 Riwayat post natal
1) APGAR Score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5
menit kedua asfiksia berat (0-3), asfiksia sedang (4-6),
dan asfiksia ringan (7-9).
2) Berat badan lahir: preterm atau BBLR < 2500 gram,
untuk aterm 2500 gram, LK kurang atau lebih dari normal
(34-36 cm)
3) Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR
gangguan absorbsi gastrointestinal, muntah, aspirasi,
kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan
7

parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi


untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori, dan
juga untuk mengoreksi dehidrasi, aasidosi metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
4) Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonatus adalah
BAB: konsentrasi, jumlah, konsistensi. BAK: frekuensi
dan jumlah
5) Latar belakang sosial budaya yang berpengaruh terhadap
BBLR adalah kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis
psikotropika, kebiasaan ibu mengkonsumsi alkohol, dan
kebiasan ibu melakukan diet ketat atau pantanagn
makanan tertentu.

2.1.2 Pemeriksaan fisik: data fokus


2.1.2.1 Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya
merintih. Kesadaran neonatus dapat diliat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2.1.2.2 Tanda-tanda vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat, dan cepat. Suhu normal
pada tubuh bayi (36,5-37,5oC), nadi normal antara 120-140
kali/menit, untuk respirasi normal pada bayi 40-60
kali/menit, sering apada bayi post asfiksia berat respirasi
sering tidak teratur.
2.1.2.3 Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna
biru, pada bayi pre term terdapat lanugo dan vekniks.
2.1.2.4 Kepala
Kemungkinan ditemukan capu seccedanum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau kemungkinan
adanya peningkatan intrakranial
2.1.2.5 Mata
Warna konjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding konjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
2.1.2.6 Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lendir.
8

2.1.2.7 Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak
2.1.2.8 Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
2.1.2.9 Leher
Perhatikan kebersihan karena leher neonatus pendek
2.1.2.10 Thoraks
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatiakn
suara wheezing dan ronkhi, frekuensi bunyi jantung > 100
kali/menit
2.1.2.11 Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus
costae pada garis papilla mammae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti ada asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus tibul 1-2 jam setelah masa
kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena
gastrointestinal tract belum sempurna
2.1.2.12 Umbilicus
Tali puast layu, perhatikan adanya perdarahan atau tidak,
adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
2.1.2.13 Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretara pada neonatus laki-laki,
nenatus perempuan lihat labia mayora dan minora, adanya
sekresi mukus keputihan , kadang perdarahan.
2.1.2.14 Anus
Perhatikan adanya darah dalam feces, frekuensi BAB serta
warna dari feces
2.1.2.15 Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatiakn adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan
jari-jari tangan dan kaki serta jumlahnya
2.1.2.16 Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksis berat refleks moro dan
sucking lemah. Refleks moro dapat memberi keterangan
mengenai keteranagn susunan saraf pusat atau adanya patah
tulang.

2.1.3 Pemeriksaan penunjang


2.1.3.1 Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat
sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir
(menurun bila ada sepsis)
9

2.1.3.2 Hematokrit (Ht) : 43-61% (peninngkatan sampai 65% atau


lebih menandakan polisitemia, penurunan kadar
menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal)
2.1.3.3 Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah
berhubungan dengan anemia atau hemolisis berlebihan)
2.1.3.4 Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8
mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
2.1.3.5 Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama
setelah kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70
mg/dl pada hari ketiga
2.1.3.6 Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas
normal pada awalnya
2.1.3.7 Pemeriksaan analisa gas darah.

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola nafas
2.2.1 Definisi
Inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi
2.2.2 Batasan karakteristik
2.2.2.1 Perubahan kedalaman pernafasan
2.2.2.2 Perubahan ekskursi dada
2.2.2.3 Bradipneu
2.2.2.4 Penurunan tekanan ekspirasi
2.2.2.5 Penurunan ventilasi semenit
2.2.2.6 Penurunan kapasitas vital
2.2.2.7 Dispneu
2.2.2.8 Peningkatann diameter anterior-posterior
2.2.2.9 Pernapasan cuping hidung
2.2.2.10 Ortopneu
2.2.2.11 Fase ekspirasi memenjang
2.2.2.12 Pernapasan bibir
2.2.2.13 Takipneu
2.2.2.14 Penggunaan otot aksesorius untuk bernapas
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Imaturitas otot-otot pernafasan dan penurunan ekspansi paru

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


2.2.4 Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
2.2.5 Batasan karakteristik
2.2.5.1 Kram abdomen
2.2.5.2 Berat badan 20% atau lebih di bawah berat badan ideal
2.2.5.3 Kerapuhan kapiler
2.2.5.4 Diare
2.2.5.5 Kehilangan rambut berlebihan
2.2.5.6 Bising usus hiperaktif
2.2.5.7 Kurang makanan
2.2.5.8 Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
10

2.2.5.9 Kesalahan konsepsi


2.2.5.10 Membran mukosa pucat
2.2.5.11 Ketidakmampuan memakan makanan
2.2.5.12 Tonus otot menurun
2.2.6 Faktor yang berhubungan
Ketidakmampuan menerima nutrisi, imaturitas peristaltik
gastrointestinal

Diagnosa 3: Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh


2.2.7 Definisi
Beresiko mengalami kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam
kisaran normal
2.2.8 Faktor resiko
2.2.8.1 Perubahan laju metabolisme
2.2.8.2 Dehidrasi
2.2.8.3 Pemajanan suhu lingkungan yang ekstrem
2.2.8.4 Berat badan ekstrem
2.2.8.5 Penyakit yang mempengaruhi regulasi suhu
2.2.8.6 Tidak beraktivitas
2.2.8.7 Pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan
2.2.8.8 Trauma yang mempengaruhi pengaturan suhu

Diagnosa 4: Resiko infeksi


2.2.9 Definisi
Mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
2.2.10 Faktor resiko
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

Diagnosa 5: Ikterus neonatus


2.2.11 Definisi
Kulit dan membran mukosa neonatus berwarna kuning yang terjadi
setelah 24 jam kehidupan sebagai akibat bilirubin tak terkonjugasi
ada didalam sirkulasi
2.2.12 Batasan karakteristik
Kadar bilirubin serum total > 2 mg/dl
Membran mukosa kuning
Kulit kuning sampai orange
Sclera kuning
2.2.13 Faktor yang berhubungan
Bilirubin tak terkonjugasi ada didalam sirkulasi

Diagnosa 6: Diskontinuitas pemberian ASI


2.2.14 Definisi
Penghentian kontinuitas proses pemberian ASI akibat
ketidakmampuan atau kesalahan dalam mengubah posisi bayi pada
payudara untuk menyusui
2.2.15 Batasan karakteristik
Perpisahan bayi dan ibu akibat bayi dirawat
2.2.16 Faktor yang berhubungan
11

Prematuritas
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola nafas
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
2.3.1.1 Tujuan
1) Respiratory status: ventilation
2) Respiratory status: airway patency
3) Vital sign status
2.3.1.2 Kriteria hasil
1) Tidak ada sianosis dan dispneu
2) Menunjukkan jalan napas yang paten
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah,
nadi, pernapasan)
2.3.2 Intervensi keperawatan
2.3.2.1 Airway management
1) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust
bila perlu
2) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
3) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
4) Monitor pernafasan dan status oksigen yang sesuai
2.3.2.2 Oxygen therapy
1) Pertahankan jalan nafas yang paten
2) Kolaborasi dalam pemberian oksigen terapi
3) Monitor aliran oksigen
2.3.2.3 Vital sign monitoring
1) Monitor nadi, suhu, dan RR
2) Monitor kualitas dari nadi
3) Monitor frekuensi dan irama pernafasan
4) Monitor suara paru-paru
5) Monitor pola pernafasan abnormal
6) Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
7) Monitor sianosis perifer

Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


2.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
2.3.3.1 Tujuan
1) Nutritional status
2) Nutritional status : food and fluid
3) Intake
4) Nutritional status : nutrient intake
5) Weight control
2.3.3.2 Kriteria hasil
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuia dengan umur
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan pengecapan dan menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2.3.4 Intervensi keperawatan
2.3.4.1 Nutrition management
1) Kaji adanya alergi makanan.
12

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah


kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3) Ajarkan keluarga bagaimana membuat catatan makanan
harian
4) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan
2.3.4.2 Nutrition monitoring
1) BB pasien dalam batas normal.
2) Monitor mual dan muntah
3) Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
4) Monitor pertumbuhan dan perkembangan

Diagnosa 3: Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh


2.3.5 Tujuan dan kriteria hasil
2.3.5.1 Tujuan
1) Termoregulasi
2) Termoregulasi: newborn
2.3.5.2 Kriteria hasil
1) Suhu kulit normal
2) Suhu badan 36-37
3) Ttv dalam batas normal
4) Hidrasi adekuat
5) Tidak hanya menggigil
6) Gula darah, keseimbangan asam basa, bilirubin dalam
batas normal
2.3.6 Intervensi keperawatan
1) Pengaturan suhu: mencapai dan atau mempertahankan suhu tubuh
dalam range normal
2) Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil
3) Pantau TTV
4) Pantau warna dan suhu kulit
5) Pantau dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan hipertermi
6) Tingkatkan keadekuatan masukan cairan dan nutrisi
7) Tempatkan bayi baru lahir pada ruangan isolasi atau bawah
pemanas
8) Pertahankan panas tubuh bayi
9) Gunakan matras panas dan selimut hangat yang disesuaikan
dengan kebutuhan

Diagnosa 4: Resiko infeksi


2.3.7 Tujuan dan kriteria hasil
2.3.7.1 Tujuan
1) Immune status
2) Knowledge: infection control
3) Risk control
2.3.7.2 Kriteria hasil
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
13

2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang


mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
5) Menunjukkan prilaku hidup sehat

2.3.8 Intervensi keperawatan


1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2) Pertahankan teknik isolasi
3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung
5) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
6) Gunakan alat pelindung
7) Pertahankan lingkungan aseptik
8) Monitor tanda dan gejala infeksi
9) Monitor WBC
10) Dorong masukan nutrisi yang cukup
11) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
12) Ajarkan cara menghindari infeksi

Diagnosa 5: Ikterus neonatus


2.3.9 Tujuan dan kriteria hasil
2.3.9.1 Tujuan
1) Breasfeeding inefektif
2) Breasfeeding interupted
3) Liver function, risk of impaired
4) Blood glucose, risk of unstable
2.3.9.2 Kriteria hasil
1) Menyusui secara mandiri
2) Tetap mempertahankan laktasi
3) Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas
normal
4) Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan asi secara
aman
2.3.10 Intervensi keperawatan
1) Meninjau sejarah ibu dan bayi untuk faktor resiko untuk
hiperbilirubinemia
2) Amati tanda-tanda ikterus
3) Agar serum biliubin tingkat sebagai protokuler per yang sesuai
atau permintaan praktisi primer
4) Melaporkan nilai lab untuk praktisiprimer
5) Tempatkan bayi di isolette
6) Instruksikan keluarga pada prosedur fototerapi dan perawatan
7) Terapkan tambalan untuk menutup kedua mata
8) Hapus tambalan mata tiap 4 jam atau ketika lampu mati untuk
kontak orang tua dan makan
9) Monitor ttvamatai tanda-tanda dehidrasi
14

10) Timbang bb tiap hari


11) Dorong keluarga untuk partisipasi dalam terapi cahaya
12) Instruksikan keluarga pada fototerapi dirumah yang sesuai

Diagnosa 6: Diskontinuitas pemberian ASI


2.3.11 Tujuan dan kriteria hasil
2.3.11.1 Tujuan
1) Breastfeeding ineffective
2) Breathing pathern inefektive
3) Breastfeeding interupted
2.3.11.2 Kriteria hasil
1) Pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas
normal
2) Berat badan bayi=massa tubuh
3) Menyusui secara mandiri
4) Ibu mampu mengumpulkan dan menyimpan ASI secara
aman
5) TTV dalam batas normal
2.3.12 Intervensi keperawatan
1) Posisikan bayi semifowler
2) Monitor atauevaluasi reflek menelan sebelum memberikan susu
3) Pantau berat badan bayi
4) Fasilitasi proses bantuan interaktif untuk membantu
mempertahankan keberhasilan proses pemberian ASI
5) Sediakan informasi tentang laktasi dan teknik memompa ASI,
cara mengumpulkan dan menyimpan ASI

III. Daftar Pustaka


Heardman, T. Heater. (2016). Nanda Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan:
Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Lestari, Titik. (2015). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarka: Nuha Medika

Nurarif, Huda Amin Dan Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Dianosa Medis Dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction

Royyan, Abdullah. (2012). Asuhan Keperawatan Klien Anak. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Sugeng Djitowiyono, Weni Kristiyanasari. (2011). Asuhan Neonatus dan Anak.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Pelaihari , Februari 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik.


15

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai