Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU HUKUM PAJAK

PENGANTAR HUKUM PERPAJAKAN

Dosen Mata Kuliah:

Rizka Syafriana S.H, M.Kn

Disusun Oleh:
Nama : Winda Hafiza Ranti Lubis

NPM : 1506200277

Kelas : IV B2 SORE

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Ibu Dosen Rizka
Syafriana SH, MKn selaku Dosen mata kuliah Hukum Pajak yang telah memberikan tugas
individu ini.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan saya mengenai hukum perpajakan, saya juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Penulis,

Winda Hafiza Ranti Lubis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah. 1

Tujuan Makalah. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hukum Perpajakan 2

B. Asas-asas hukum perpajakan... 3

C. Dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia 4

D. Cara penghitungan pajak penghasilan. 5

BAB III PENUTUP

Kesimpulan. 8

Daftar Pustaka . iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, pemungutan pajak di Indonesia harus berdasarkan Undang-Undang, tidak boleh dilakukan
dengan sewenangwenang. Dasar pemungutan pajak ditetapkan dalam Pasal 23 Ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1946 yang berbunyi .Segala Pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-
Undang. Alinea keenam memori penjelasan menyatakan bahwa. Oleh karena penetapan belanja
mengenai hak Rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan
beban kepada Rakyat, sebagai pajak dan lain-lainnya, harus ditetapkan dengan Undang-Undang yaitu
dengan persetujuan DPR. Tanggung jawab atas kewajiban pelaksanaan pajak, sebagai pencerminan
kewajiban di bidang perpajakan berada pada masyarakat wajib pajak sendiri. Pemungutan pajak
merupakan perwujudan dari pengabdian kewajiban dan peran serta Wajib Pajak untuk secara
langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan
negara dan pembangunan nasional.

Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan tersebut, sudah sepantasnya apabila masyarakat


dan aparat perpajakan mengerti peraturan perundang-undangan perpajakan, sehingga masyarakat
Wajib Pajak mengerti dan sadar serta patuh melaksanakan kewajiban perpajakannya, aparat pajak
mampu membina, meneliti dan mengawasi pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Aparatur pajak sebagai pembina, peneliti dan pengawas dan penerap
sanksi perpajakan dituntut lebih mengerti dan memahami serta menguasai Hukum Pajak, agar dalam
pelaksanaan tugasnya berjalan dengan baik, menjamin kepastian hukum kepada para Wajib Pajak.

B. Rumusan Masalah
Apa yang di maksud dengan hukum perpajakan?
Apa saja asas-asas hukum perpajakan?
Apa dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia?
Bagaimana cara menghitung pajak penghasilan?

C. Tujuan Makalah
Untuk mengetahui tentang hukum perpajakan.
Untuk mengetahui asas-asas hukum perpajakan.
Untuk mengetahui dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia.
Untuk mengetahui cara penghitungan pajak penghasilan.
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Perpajakan

Hukum pajak, yang disebut juga hukum fiskal, adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan
yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya
kembali kepada masyarakat melalui kas negara, sehingga ia merupakan bagian dari hukum publik,
yang mengatur hubungan-hubungan antara negara dengan orang-orang atau badan-badan (hukum)
yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering disebut wajib pajak). (R. Santoso
Brotodihardho, 1993:1).

Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah
sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Dengan kata lain, hukum pajak
menerangkan: siapa-siapa pemerintah, hak-hak pemerintah, obyek-obyek apa yang dikenakan pajak,
timbul dan hapusnya hutang pajak, cara penagihan, cara mengajuka keberatan-keberatan dan
sebagainya. (Rochmat Soemitro,1979:24-25)

Kedudukan hukum pajak diatur dalam hukum publik yakni mengatur hubungan-hubungan pemerintah
dengan rakyat. Hukum pajak dibedakan atas hukum pajak materil dan hukum pajak formil, yakni:

1. Hukum materil memuat ketentuan-ketentuan tentang siapa yang dikenakan pajak, dan siapa-
siapa yang dikecualikan dengan pajak dan berapa harus membayar.
2. Hukum formil, memuat ketentuan-ketentuan bagaimana mewujudkan hukum pajak materil
menjadi kenyataan. Hukum formil memuat tata cara penyelenggaraan dan ketetapan utang
pajak, wewenang fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para WP mengenai
perbuatan, kewajiban membayar bayar, penagihan pajak, dan prosedur mengajukan keberatan
atau banding.

Selain itu hukum pajak juga memuat hubungan-hubungan dengan hukum lainnya yakni
hukum pidana dan hukum perdata. Hubungan hukum perdata dengan hukm pajak yakni mengatur
hubungan antar orang-orang pribadi. Hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemugnutannya atas
kejadian-kejadian atau perbuatan-perbuatan hukum yang bergerak di lingkungan hukum perdata,
seperti pendapatan, kekayaan, perjanjian, penyerahan dan pemindahan hak warisan. Pengaruh hukum
pajak terhadap hukum perdata sangat besar. Melainkan suatu ajaran disuatu hukum yang menyatakan
bahwa lex specialis derogate lex generale, yaitu hukum yang khusus menyimpangkan hukum yang
umum. (Santoso Brotodihardjo, 1993:11-12).

2
B. Asas-asas hukum perpajakan.

Menurut Rochmat Soemitro (1991:v-vi) Asas-Asas Hukum Perpajakan terdiri dari:

Asas sesuai dengan konsepsi negara


Asas sesuai falsafah (pancasila)
Asas keadilan
Asas daya pikul
Asas yuridis
Asas ekonomi
Asas pemungutan yang tepat
Asas kesesuaian dengan tujuan
Asas efisiensi atau finansial
Asas non-diskriminasi
Asas non-opportunitas
Asas non analogi
Asas-asas dalam peradilan pajak
Asas kebebasan mencari keadilan
Asas-asas dalam peradilan pajak
Asas kebebasan mencari keadilan
Asas kesamaan diatas pengadilan
Asas perlindungan para pihak
Asas netralitas
Asas masalah bersifat hukum
Asas kekeluargaan dan gotong royong dalam pemutusan sengketa
Asas objeksitas penilaian
Asas keterbukaan untuk umum (open baarheid)
Asas mengikat para pihak
Asas beban bukti
Asas motivasi atau beralasan putusan
Asas patuh putusan
Asas opportunitas atau non-opportunitas
Asas naik banding
3
Asas penerapan ordonansi kepatuhan (billijkheids Ordonnantie)
Asas arbitrase
Asas ne bis in idem
Asas kepastian hukum
Asas tertib hukum
Asas legalitas
Asas pengendalian
Asas tanggung jawab, kejujuran, kepercayaan
Asas daluwarsa
Asas tanggung jawab
Asas hierarki, kejenjangan
Asas jaminan, asas rahasia jabatan
Asas konsistensi, saling menghargai
Asas etika perpajakan
Asas kerakyatan atau asas demokrasi

C. Dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia


Dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia yakni Pasal 23 A UUD 1945: Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Pasal 23
A UUD 1945 merupakan sumber hukum formal dari pajak, tetapi sebenarnya dalam ketentuan itu
tersirat falsafah pajak yang lebih mendalam. Pajak peralihan kekayaan tersebut tidak dikatakan
sebagai perampokan, maka diisyaratkan bahwa pajak, sebelum diberlakukan harus mendapat
persetujuan daru rakyat terlebih dahulu. DPR anggotanya dipilih oleh rakyat, sehingga DPR
menyetujui RUU tentang pajak menjadi UU hak itu berarti pungutan pajak sudah disetujui oleh
rakyat. (Rochmat Soemitro, 1990:8).

Akan tetapi terjadi reformasi (pembaharuan) dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia
pada tahun 1983, yakini dasar hukumnya adalah:

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP), sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 tahun 2007, UU No. 16
tahun 2009 tebtang penetapan peraturan pemerintah pegganti UU No. 5 tahun 2008, tentang
perubahan keempat atas UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP menjadi UU.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh 1984), sebagaimana
telah diubah dengan UU No. 36 tahun 2008.

4
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN 1984), sebagaimana telah diubah dengan UU No.
42 tahun 2009.
Undang-undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi (UU PBB) dan Bangunan.
Undang-undang No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (UU BM).
Undang-undang No. 21 Tahun 1997 tentang Bea perolehan atas hak tanah dan bangunan
(BPHTB), sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 tahun 2000.
Undang-undang No. 18 Tahun 1987 tentang pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD),
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 34 tahun 2000.
Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD).
Undang-undang No. 19 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah (PDRD).
Undang-undang No. 28 Tahun 1997 tentang penagihan pajak dengan surat paksa (PPSP),
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 tahun 2000.
Undang-undang No. 14 Tahun 2002 tentang pengadilan pajak.

D. Cara penghitungan pajak penghasilan.

Dasar hukum Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh
1984), sebagaimana telah diubah dengan UU No. 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (dalam uraian selanjutnya disingkat
UU PPh). Berikut adalah cara penghitungan pajak penghasil berdasarkan UU No. 36 tahun2008
ialah:

Lapisan penghasilan kena pajak Tarif pajak

Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh 5% (lima persen)


juta rupiah)
Diatas Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta 15% (lima belas persen)
rupiah) sampai dengan Rp. 250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah)
Diatas Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima 25% (dua puluh lima persen)
puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
Diatas Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta 30% (tiga puluh persen)
rupiah)
5
1. Tarif Pajak Penghasilan WP Orang Pribadi

Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi: wajib pajak orang pribadi
dalam negeri adalah sebagai berikut:
Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk wajib pajak orang pribadi:
Jumlah penghasilan kena pajak Rp. 600.000.000,00
Pajak penghasilan yang terutang:
5% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
10% x Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
25% x Rp. 250.000.000,00 = Rp. 62.500.000,00
30 % x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00 +
Rp. 125.000.000,00
(Pasal 17 (1) huruf a UU No. 36 tahun 2008 dan penjelasannya)

Tarif PPh WP orang pribadi dapat dirubah dengan peraturan pemerintah. Tarif tertinggi
sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 (1) huruf a UU PPh dapat di turunkan paling rendah
25%
Tarif PPh WP orang pribadi atas penghasilan dividen. Paling tinggi 10% dan bersifat final
(Pasal 17 (2C) UU No. 36 tahun 2008)
Lapisan penghasilan kena pajak dapat diubah. Besarnya lapisan penghasilan kena pajak
sebagimana di maksud ayat (1) huruf a dapat diubah dengan keputusan mentri keuangan
(Pasal 17 (3) UU No. 36 tahun 2008)

2. Tarif pajak Penghasilan WP Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap.

Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sebesar 28%
Tarif sebagaimana dimaksud pada Pasal Pasal 17 (1) huruf b UU PPh menjadi 25% yang
mulai berlaku pada sejak tahun 2010, (Pasal 17 (2a) UU No. 36 tahun 2008)
Tarif PPh WP Badan Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka dapat memperoleh
tarif 5% lebih rendah wajib pajak Badan Dalam Negeri yang berbentuk perseroan terbuka
yang paling sedikit 40% dari keseluruhan saham yang disetor di Bursa Efek Indonesia
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf a dan ayat (2a) yang diatur dengan atau
berdasarkan peraturan pemerintah Pasal 17 (2b) UU No. 36 tahun 2008.

6
3. Penghasilan Kena Pajak Dibulatkan Ke Bawah Dalam Ribuan Rupiah Penuh.

Untuk keperluan penerapan tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) jumlah
penghasilan kena dibulatkan kebawah dalam ribuan rupiah penuh. Contoh: Penghasilan kena pajak
sebesar Rp. 5.050.900,00 dibulatkan menjadi Rp. 5.050.000,00.

Pajak Penghasilan Terutang Dalam Bagian Tahun Pajak

Besarnya pajak yang terutang bagi wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang terutang
pajak dalam bagian tahun pajak sebagaimana dalam Pasal 16 ayat (4) dihitung sebanyak
jumlah dari dalam bagian tahun pajak tersebut dibagi tahun pajak dibagi 360 dikalikan dengan
pajak yang terutang 1 tahun pajak (Pasal 17 (6) UU No. 36 tahun 2008).
Untuk keperluan penghitungan pajak sebagimana dimaksud pada ayat (5) tersebut diatas., tiap
bulan yang di hitung 30 hari (Pasal 17 (6) UU No. 36 tahun 2008).
Contoh penjelasan Pasal 17 (6) UU No. 36 tahun 2008 sebagai berikut:
Penghasilan kena pajak setahun (dihitung sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 16 ayat (4):
Rp. 584.160.000,00
5% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
10% x Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00
25% x Rp. 250.000.000,00 = Rp. 62.500.000,00
30 % x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.248.000,00 +
Rp. 120.248.000,00
Pajak pengasilan yang terutang dalam bagiantahun pajak (3 bulan)
(( 3 x 30) : 360) x Rp. 120.248.000,00 = Rp. 30.062.000,00

4. Tarif Tersendiri Untuk Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final

Tidak melebihi tarif pajak tertinggi Pasal 17 (1) UU PPh, Dengan peraturan pemenrintah
dapat ditetapkan tarif pajak tersendiri atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4
ayat (2), sepanjang tidak melebihi tarik pajak tertinggi sebagaimana tersebut pada Pasal 17
ayat (1) UU PPh.
Memberi wewenang kepada pemerintah. Ketentuan pada ayat ini memberi wewenang kepada
pemerintah untuk menentukan tarif pajak tersendiri yang dapat bersifat final atas jenis
penghasilan tertentu sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), sepanjang tidak lebih
tinggi dari tarif pajak tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

7
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan yang ditelah disampaikan oleh makalah ini dapat disimpulkan bahwa:

Hukum pajak, yang disebut juga hukum fiskal, adalah keseluruhan dari peratiran-peraturan
yang meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan
menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas negara, sehingga ia merupakan
bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan antara negara dengan orang-
orang atau badan-badan (hukum) yang berkewajiban membayar pajak (selanjutnya sering
disebut wajib pajak). (R. Santoso Brotodihardho, 1993:1).
Menurut Rochmat Soemitro (1991:v-vi) Asas-Asas Hukum Perpajakan terdiri dari: Asas
sesuai dengan konsepsi Negara, Asas sesuai falsafah (pancasila), Asas keadilan, Asas daya
pikul, Asas yuridis, Asas ekonomi, Asas pemungutan yang tepat, Asas kesesuaian dengan
tujuan, Asas efisiensi atau finansial, Asas efisiensi atau finansial, Asas non-diskriminasi, Asas
non-opportunitas, Asas non analogi, Asas-asas dalam peradilan pajak, Asas kebebasan
mencari keadilan, Asas-asas dalam peradilan pajak, Asas kebebasan mencari keadilan, Asas
kesamaan diatas pengadilan, Asas perlindungan para pihak, Asas netralitas, Asas masalah
bersifat hukum, Asas kekeluargaan dan gotong royong dalam pemutusan sengketa, Asas
obyeksitas penilaian, Asas keterbukaan untuk umum (open baarheid, Asas mengikat para
pihak, Asas beban bukti, Asas motivasi atau beralasan putusan, Asas patuh putusan,
Dasar hukum pemungutan pajak di Indonesia yakni Pasal 23 A UUD 1945: Pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang.
Pasal 23 A UUD 1945 merupakan sumber hukum formal dari pajak, tetapi sebenarnya dalam
ketentuan itu tersirat falsafah pajak yang lebih mendalam
Dasar hukum penghitungan pajak penhasilan diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh 1984), sebagaimana telah diubah dengan UU No.
36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan (dalam uraian selanjutnya disingkat UU PPh)

8
DAFTAR PUSTAKA

Soemitro, Rochmat. 1892. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung: Eresco


Soemitro, Rochmat. 1991 Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung: Eresco
Soemitro, Rochmat. 2004. Perpajakan Teori dan Kasus. Bandung:Eresco
Dr. Oyok Abuyamin Bin H Abas Z, Dasar-Dasar Perpajakan, (Bandung : Mega Rancage
Press, 2015).

iii

Anda mungkin juga menyukai