Urin
Urin
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, terutama
masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme.
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi
mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001). Faktor resiko yang
umum pada UTI mencakup ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk
mengosongkan isisnya secara lengkap, penurunan mekanisme pertahanan alamiah dari pejamu,
peralatan yang dipasang pada traktus urinarius, seperti kateter dan prosedur sistokopi.
Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik
pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin
ternyata
wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umur, kurang lebih 515%.Infeksi traktus
urinarius adalah satu dari masalah paling umum yang ditemui oleh tenaga kesehatan, terhitung 6-
7 juta dari kunjungan klinik pertahun. Mayoritas kasus di dominasi oleh wanita. seperti infeksi
selama kehamilan harus di tangani dengan tepat. Meskipun gejala tidak tampak, karena terdapat
peningkatan resiko untuk terjadinya pielonefritis akut dan kelahiran frematur angka kejadian
bakteriuri pada wanita meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan aktifitas seksual.
Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif
seksual. Ini dibuktikan dengan banyaknya temuan yang menunjukkan kelompok wanita yang
tidak menikah angka kejadian ISK lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang sudah
menikah (Sukandar, 2006). Menurut Journal of Oxford prevalens infeksi saluran kemih
meningkat dari 0,47% pada tahun 2000 menjadi 1,7% pada tahun 2003 (Calbo, 2006). Prevalensi
ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 4060 tahun
mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira
mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-
laki maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.
Infeksi saluran kemih terjadi pada wanita dibandingkan dengan rasio 10 : 1 sampai 50 : 1.
Insiden tahunan UTI diantara wanita yang masih aktif secara seksual adalah 3 10% .
Satu dari setiap lima wanita di Amerika Serikat mengalami UTI selama kehidupan
mereka.meskipun kebanyakan episode UTI pada wanita adalah sederhana, infeksi non
komplikasi (90%),
Berdasarkan data dari medical record RSU Mokopido Tolitoli jumlah penderita ISK pada tahun
2011 adalah 132(14,7%) lebih banyak terjadi pada umur 21 30 tahun sebanyak 37 (28%) dan
yang terendah pada umut 71 80 tahun dengan jumlah penderita 4 (3%), tahun 2012 periode
bulan Januari Juli berjumlah 79 (8,8%) lebih banyak terjadi pada umur 41- 50 tahun sebanyak
21(26,6%) dan yang terendah umur 7180 berjumlah 4(5%)
Meningkatnya penderita ISK seperti yang dijelaskan diatas maka diperlukan asuhan
keperawatan untuk mencegah infeksi yang lebih berat yang dapat menimbulkan kerusakan pada
berbagai macam organ, mencegah atau menghentikan deseminasi kuman dan produk yang
dihasilkan oleh kuman pada sirkulasi sistemik .
1. B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :Asuhan Keperawatan Pada Kasus Dengan Diagnosa Medis Infeksi Saluran
Kemih(ISK). Di Ruang Teratai Interna RSUD Mokopido Tolitoli
1. Tujuan umum
1. Tujuan khusus
2. D. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan study kasus
yaitu dengan menggunakan proses keperawatan dengan tahapan pengambilan data :
2. Observasi yaitu dengan cara mengamati langsung pada saat melakukan asuhan
keperawatan
5. Study Pustaka melalui literature buku-buku keperawatan, kedokteran dan media internet.
1. E. Manfaat Penulisan
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada penderita dengan gangguan sistim urogenital khususnya ISK, sehingga dapat
mengurangi tingkat kejadian penderita ISK dan meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan
kesehatan.
1. Bagi pasien/masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan
tentang penyakit ISK di masyarakat sehingga dapat mengurangi/menekan angka kejadian
penderita ISK.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. 1. Pengertian
2. ISK merupakan reaksi inflamasi sel sel urotelium melapisi saluran kemih
(Purnomo B. Basuki,2003)
3. Infeksi saluran kencing (ISK) adalah inflamasi kandung kemih yang dapat
bersifat akut/kronis. Keadaan ini paling sering disebabkan oleh infeksi E.
Coli(Depkes, 2000)
4. Infeksi saluran kencing (ISK) sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada
mukosa kandung kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh
penyebaran infeksi dari bakteri (Nursalam,2006)
5. Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu
keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih(Agus Tessy, 2001)
6. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada
saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998)
7. Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
terutama masuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme (Corwin,
2001)
1. 2. Etiologi
2. Factor predisposisi
c) Kateterisasai /instrumentasi
d) Infeksi ginjal
a) Fistula Vesikoureter
b) Obstruksi (misalnya, batu, striktur)
1. Mikrobiologis
1. 1. Neisseria gonorhoe
(Depkes,1995)
1. 3. Manifestasi klinik
1. Cystitis akut
2) Disuria karena epithelium yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah suprapubik atau
perineal.
4) Hematuria
a) Pada wanita, biasanya timbul setelah adanya infeksi saluran pernafasan atau setelah diare
1. Cystitis kronis
Sama dengan sistitis akut tetapi berlangsung lama dan sering tidak begitu menonjol.
(Depkes,1995) (Reeves J. Charlinr,2001)
1. 4. Pemeriksaan
1. Pada wanita
Urine porsi tengah (mid strim) untuk mikroskopik, kultur dan sensivitas
a) Kultur darah
b) Hitung darah lengkap, hitung jenis leukosit, dan laju endapan darah (LED)
e) Cystoscopy
f) IVP.
1. Pada pria
1) Swab uretra : untuk pewarnaan gram dan kultur pada media khusus untuk gonokokus.
Menurut Purnomo B. Basuki pemeriksaan klinik untuk Infeksi Saluran Kemih adalah sebagai
berikut :
1. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine merupakan salah satu pemeriksaan yang sangat penting pada infeksi saluran
kemih. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan urinalisis dan pemeriksaan kultur urine.
1. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah lengkap diperlukan untuk mengungkap adanya proses inflamasi atau infeksi.
Didapatkan leukositosis, peningkatan laju endapan darah, atau didapatkannya sel sel mudah
pada sediaan hapusan darah menandakan adanya inflamasi akut.
1. Pencitraan
1. Foto polos abdomen. Pembuatan foto polos berguna untuk mengetahui adanya
batu radio opak pada saluran kemih atau adanya distribusi gas yang abnormal
pada pielonefritis akuta.
2. Piv adalah pemeriksaan rutin untuk mengevaluasi pasien yang menderita ISK
complicated. Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya piolenefritis akuta
dan adanya obstruksi saluran kemih.
4. CT scan. Pemeriksaan ini lebih sensitive dalam mendeteksi penyebab ISK dari
pada PIV atau ultrasonografi.
5. 5. Patofisiologi
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui. Dua jalur utama terjadinya
ISK ialah hematogen dan escending, tetapi darai kedua cara ini acendinglah yang paling sering
terjadi.
1. Infeksi hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada psien dengan daya tahan tubuh yang rendah, karena
menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapatkan pengobatan
imunosupresi. Penyebaran hematogen bisa juga timbul akibat adanya focus infeksi di tulang,
kulit, endotel atau ditempat lain. Salmonella, pseudomonas, kandida, dan proteus termasuk jenis
bakteri yang dapat menyebar secara hematogen.
E.Coli, akan mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen. Hal iini dapat terjadi pada keadaan sebagai
berikut :
2) Adanya bendungan intrarenal baik karena jaringan parut maupun terdapatnya presipitasi
obat intralubular misalnya sulfonamide
5) Pijat ginjal
7) Penyandang DM
1. Infeksi asending
Saluran kemih umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra
yang baiasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid, streptokokus.
Disamping bakteri normal flora kulit, pada wanita daerah 1/3 bagian distal uretra disertai
jaringan periurettral dan vestibula vaginalis juga banyak dihuni oleh bakteri dari usus karena
letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Pada wanita kuman penghuni pada daerah tersebut
E.coli disamping golongan enterobacter dan S.fecalis.
Beberapa factor yang mempengaruhi masuknya organism kedalam kandung kemih adalah :
a) Factor anatomi
c) Manipulasi urettra
d) Factor lain, misanya :Perubahan hormonal pada menstruasi, Kebersihan alat kelamin bagian
luar, Adanya bahan antibakteri dalam urin, Pemakaian obat kontrasepsi oral
1. 6. Penatalaksanaan
1) Amoksisilin
3) Sulfamoksasol 2 gram
4) Trimetropin 400 mg
Pengobatan dilakukan bilaman pada biakan bakteri ditemukan bakteriuria bermakna, yaitu
dengan pemberian antibiotic yang sesuai.
Pada wanita hamil bakteriuri tak bergejala diobati dengan entimokroba dosis tunggal, kemudian
dipantau selama dua sampai empat minggu. Bilamana masih ditemukan bakteri uri diberikan
antimikroba dua minggu, kemudian dipantau lagi setelah pengobatan dihentikan.
Bilaman masih terjadi rekurensi, antimokroba dianjurkan sampai enam minggu atau sampai
partus. Setelah partus tiga sampai enam bulan dilakukan pemantauan saluran kemih dengan
piolografi intravena. Antimikroba yang diberikan biasanya sebaiknya yang tidak toksik
terhadap janin seperti ampisilin atau nifofurantion.
1) Trimetripin-sulfametaksasol 40 200 mg
2) Trimetropin obat tunggal 59 100 mg
3) Nitrofuration 100 mg
5) Penisilin G 500 mg
Pada pria dilakukan pengobatan dengan pemberian profilaksis selama enam bulan . dan setelah
penghentian obat obatan dan ternyata masih timbul rekurens . maka diberikan profilaksis dua
sampai tiga tahun atau lebih. Pasien dengan obstrukasi saluran kemih sering terjadi relaps,
pemberian antimikroba dilanjutkan sampai enam minggu. Bilaman belum terjadi eradikasi
kuman, sedangkan tindakan untuk menghilangkan obstruksi belum dapat dilakukan, diberikan
pengobatan supresi.
Dosis untuk pengobatan untuk supresi ini sama dengan dosis pengobatan biasa. farrar
memberikan obat obat untuk pengobatan supresi sebagai berikut :
(FKUI, 2002)
1. 7. Komplikasi
1. Epididimo-orkitis
2. Sindrom reiter
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian yang dilaksanakan pada pasien dengan gangguan / penyakit urogenital meliputi :
1. Identitas pasien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
5) Pekerjaan
6) Pendidikan
7) Status perkawinan
8) Alamat
1. Riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan / penyakit yang lalu, berhubungan
dengan atau yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang
a) Poliuri
b) Oliguri
d) Urgency
e) Nocturi
i) Incontinentia urine
a) Disuri
c) Hematuri
d) Piuri
e) lithuri
3) Apakah rasa sakit terdapat pada daerah setempat atau secara umum :
d) Bagaimana keadaan urinenya ( volume, warna, bau, berat jenis, jumlah urine selama 24
jam )
i) Riwayat persalinan
j) Riwaya perdarahan
1. Data fisik
Inspeksi :
Palpasi :
Pada daerah abdomen, buli-buli, lipat paha
1) Tingkat kesadaran
1. Data psikologis
Penanggulangan masalah
1) Umum
Hubungan dengan orang lain, kepercayaan yang dianut dan keaktifannya, kegiatan dan
kebutuhan sehari hari
a) Nutrisi ( kebiasaan makan, jenis makanan, makanan pantangan, kebiasaan minum, jenis
minuman )
e) Personal hygiene, ( mandi, gosok gigi, cuci rambut, ganti pakaian, kebersihan kuku,
kebersihan genetalia )
2) Khusus
Hal-hal yang berhubungan dengan panyakit yang diderita oleh pasien ( keluarga dan
lingkungannya ).
1. 2. Diagnose Keperawatan
1. Gangguan rasa nyama : nyeri pada daerah uterus dan sekitarnya, sehubungan
dengan akibat adanya peradangan.
8. 3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
2) Pasien tenang
Rasional :Penjelasan tentang penyebab rasa nyeri dapat memberikan informasi positif kepada
klien dan keluarga sehingga dapat menurunkan kecemasan dan turut aktif dalam tindakan
pengobatan
3) Mengajarkan cara mengurangi rasa nyeri (relaksasi ) dan memberikan kegiatan positif
Rasional :Tehnik relaksasi dapat megalihkan perhatian pasien dari perasaan nyeri sehingga klien
merasa nyaman
4) Memberikan kompres hangat pada daerah yang terasa nyeri dan Menganjurkan untuk
meminum air hangat
Rasional :Untuk mengurangi impuls nyeri melalui medulla spinalis sehingga nyeri yang
dirasakan berkurang.
Rasional :Lingkungan terapeutik yang tenang dan nyaman dapat mengurangi stress sehingga
hormone cortisol tidak disekresikan yang mana jika cortisol tersekresi maka akan
meningkatkannyeri
Rasional :Analgetik dapat mengurangi nyeri dan antibiotic mengurangi dan menghilangkan
factor penyebab
Tujuan :
2) Pasien tenang
Intervensi dan Rasional :
Rasional :Penjelasan tentang penyebab rasa nyeri dapat memberikan informasi positif kepada
klien dan keluarga sehingga dapat menurunkan kecemasan dan turut aktif dalam tindakan
pengobatan
Rasional :Untuk mengetahui factor penyebab peningkatan suhu tubuh dan untuk menetapkan
program terapi selanjutnya
4) Beri pasien banyak minum 3 -4 liter sehari, tidak ada kontra indikasi
Rasional :Minum bayak akan merangsang peningkatan sekresi urin sehingga pada saat BAK
bakteri akan terbawa oleh urin.
5) Lakukan kompres dingin atau hangan pada tubuh sampai suhu normal
Rasional :Intake dan out put yang kurang dapat merangsang perkembangan bakteri dalam vesica
urinaria
Tujuan :
Rasional :Untuk menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit, perawatan dan
pengobatan sehingga dapat berpartisipasi dalam pengobatan
1. Potensial terjadinya infeksi sekunder sehubungan dengan keluarnya cairan terus menerus
dari kemaluan
Tujuan :
Rasional :Untuk mengetahu adanya infeksi serta mempermudah dalam pemberian tindakan
selanjutnya
Tujuan :
1) Kebutuhan sehari hari (nutrisi, eliminasi, personal hygiene baik, bab dan bak) terpenuhi
Rasional :Untuk memberikan rasa nyaman dan meningkatkan perhatian kepada klien sehingga
klien merasa nyaman
Rasional :Untuk mengurangi kontraksi kandung kemih sehingga dapat meningkatkan nyeri
Tujuan :
Rasional :Mengetahui jumlah kebutuhan tidur klien sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan
daya tahan tubuh
Rasional :Untuk menambah pegetahuan klien mengenai penyakit dan berpartisipasi dalm
tindakan pengobatan
Rasional :Mengurangi gangguan pada saat tidur, sehingga kebutuhan tidur terpenuhi
1. Perubahan pola eliminasi urine ; disuria, sehubungan dengan adanya akibat peradangan .
Tujuan :
Rasional :Untuk mengetahui masalah eliminasi dan menentukan tindakan yang tepat
3) Anjurkan pasien untuk minum cukup bila tidak ada kontra indikasi
Rasional :Untuk rehidrasi cairan dan untuk pengeluaran bakteri dan mikroorganisme lainnya
5) Tampung urine 24 jam untuk pemeriksaan dan kaji pengeluaran urine ( jmulah, waran, bau)
1. 4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan ketrampilan
interpersonal, intelektual dan tehnikal.
1. 5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didasarkan pada rencana yang telah di laksanakan dalam upaya memodifikasi tindakan
selanjutnya, berdasrkan tujuan umum dan tujuan khusus.
Evaluasi merupakan kegiatan yang membendingkan antara hasil implementasi dengan criteria
dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau
berhasil sebahagian, perlu disusun rencana keparawatan yang baru. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian S adalah ungkapan perasaan dan
keluhan yang dirasakan secara subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi
keparawatan. O adalah keadaan objektif yang dapat didefinisikan oleh perawat menggunakan
pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan. A merupakan
analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objekstif keluarga yang dibandingkan
dengan criteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada pada tujuan pada rencana
keperawatan keluarga. P adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
1. 6. Catatan Perkembangan
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif
yang bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan secara kontrak. Dan pada tahapan catatan perkembangan dilakukan secara evaluasi
sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosis keperawatan
apakah rencana diteruskan, diteruskan sebahagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau
dihentikan.
BAB III
1. Data Umum
2. Identitas klien
Nama : Tn. H
Umur : 57 thn
Agama : Islam
Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SD
Nama : Tn.A
Umur : 30 thn
Agama : islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
1. 2. Riwayat Keperawatan
2. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : Nyeri pada daerah perut bagian bawah
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 27 juli 2011 pukul 16.00 dengan keluhan nyeri pada
daerah perut bawah. Dirasakan seperti tertusuk-tusuk jarum, susah untuk BAK. Klien
mengatakan bahwa klien sebelum di bawah ke Rumah Sakit, klien di rawat di Puskesmas Bilo
selama satu minggu, oleh karena tidak ada perubahan sehingga klien di rujuk ke Rumah Sakit
keluhan ini dirasakan sejak 2 hari yang lalu sebelum klien di rawat di Puskesmas Bilo. Klien
juga mengatakan bahwa klien pernah mminum obat yang dijual di warung dan apotik, namun
setelah minum obat tersebut klien merasakan tidak ada perubahan sehingga keluarga klien
membawah klien ke Puskesmas Bilo.
Klien mengatakan susah saat BAK dialami sejak 2 hari yang lalu sebelum klien masuk Rumah
Sakit. Sering BAK tapi sedikit-sedikit, BAK berdarah 1 minggu yang lalu. Nyeri perut bagian
bawah tembus ke bagian belakang, nyeri terus menerus, dengan skala nyeri 9, saat dikaji klien
menangis dan meringis kesakitan, memegang perut bagian bawah. Klien menanyakan tentang
penyakit yang dideritanya, oleh karena klien sudah tidak tahan dengan nyeri yang dirasakannya
dan pada saat palpasi dirasakan adanya akumulasi cairan pada vesica urinarian, vesiva urinaria
teraba keras. klien nampak gelisah klien dan keluarga menanyakan tentang penyakitnya, klien
tegang serta klien menanyakan sudah pernah berobat tetapi tidak ada perubahan.
Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami penyakit seperti yang diderita saat ini tapi
hanya berobat ke Puskesmas tetapi belum pernah di rawat di Rumah Sakit.
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien
6) Riwayat alergi
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
1. Data Demografi
Genogram 3 generasi
Ket: = laki-laki
= perempuan
= penderita
=bersaudara
-= tinggal serumah
x = meninggal
No
Kegiatan Di rumah Dirumah sakit
1 Nutrisi
2 Cairan ( minum )
3 Eliminasi
1. BAB
Frekuensi 2 x sehari
Konsisten Lunak
Warna Kuning
1. BAK
Bau Pesing
Hanya dilap
11.00 -12.00
1. System integument
Palpasi Tidak teraba adanya nyeri tekan, tidak teraba adanya massa/benjolan
1. Kepala dan rambut
1. Wajah
Inspeksi Bentuk wajah oval,simetris kiri dan kanan,tidak ada edema, wajah meringis
pada saat dilakukan palpasi di bagian abdomen, klen gelisah dan tegang
Palpasi Tidak terba adanya nyeri tekan,tidak teraba adanya massa atau benjolan.
1. Mata
Inspeksi Mata kiri dan kana simetris,gerak bola mata normal,konjungtiva tidak anemis
1. Telinga
Inspeksi Bentuk telinga kira dan kanan simetris,tidak ada serumen, fungsi pendengaran
baik, bersih
Palpasi Tidak teraba adanya nyeri tekan,tidak teraba adanya massa atau benjolan
1. Hidung
Inspeksi Hidung simetris kira dan kanan, tidak ada peradangan, fungsi penciuman baik,
septum deviasi (-), pasase udara kuat
Inspeksi Mukosa bibir kering dan kotor,warna lidah merah, tidak ada peradangan pada
gusi, terdapat banyak karang gigi
1. Leher
Inspeksi Tidak ada pembengkakan pada vena jungularis, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
Palpasi Tidak teraba nyeri tekan,teraba denyut nadi arteri carotis
1. Dada
Inspeksi Bentuk dada simetri kiri dan kanan,tidak ada pembesaran pada dinding dada,tidak
ada lesi,frekuensi pernapasan teratur 20 x /mnt.
1. Jantung
1. Abdomen
Palpasi Teraba nyeri tekan dengan skala 9, nyeri yang dirasakan seprti tertusuk-tusuk
jarum di daerah supra pubis tembus kebagian belakang, teraba adanya cairan divesica urinaria,
tidak ada lesi
1. Ekstermitas
Superior
Inspeksi Kulit kering, tangan kiri terpasang infuse RL 28tts/tpm,tidak ada lesi, tangan kana
memegang abdomen yang sakit
Palpasi Tidak ada nyeri tekan,kekuatan oto skala 5 yaitu dapat melakukan gerakan
kesegala arah
Inferior
Inspeksi Simetris kiri dan kanan,kulit kering,tidak ada lesi
Palpasi Kekuatan tonus otot skala 5,yaitu dapat melakukan gerakan kesegala arah
1. 4. Pemeriksaan Diagnostik :
Table 3.2 :Pemeriksaan laboratorium Ny. A Di Ruang Teratai Interna RSUD Mokopido
Tolitoli Tanggal 28 Juli 2012
Jenis
Hasil Satuan Nilai normal
pemeriksaan
1. 5. Data pengobatan
RL 28 tetes/menit
Cotrimokcacol 2 x 2
Asam Mefenamat 3 x 1
1. 6. Klasifikasi Data
1. Data Subjektif :
4) Klien mengatakan jika BAK terasa nyeri dirasakan sejak satu minggu yang lalu
5) Klien mengatakan 2 hari sebelum masuk RS pada saat klien BAK keluar darah campur urin
1. Data Objektif :
1) Klien meringis
3) Klien lemah
4) Klien gelisah
5) Klien tegang
7) Pada palpasi daerah abdomen : Teraba adanya akulumulasi cairan di bagian vesica urinaria
8) Pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Juli 2012 : HCT = 38,3%; MPV = 4,5 PL, PLT = 2,2
103/ml, WBC=8,3 103/ml, RBC=3,95 106/ml, HGB=13,1 g/dl, HCT = 38,3, MCV = 37,0 FI,
MCH d/g, MCHC= 34,2 gr/dl, PLT=2,2 103/ml
1. 7. Analisa Data
Tabel 3. 3 :Analisa Data Keperawatan Tanggal 26 Juli 2012 Pada Tn.H Di Ruang Teratai
Interna RSU Mokopido Tolitoli
1 2 3 4
1. Data Subjektif
26/07/2012 Peradangan Nyeri pada
a. klien mengatakan sakit di perut daerah uterus
09.00 bagian bawah dan sekitarnya
2. Data Objektif
a.Klien meringis
c.Klien lemah
ND = 88 x/mnt
RR = 20 x/mnt
SB = 37oc
1. Data Subjektif :
26/07/2012 Peradangan Perubahan
a.Klien mengatakan jika BAK terasa pola eliminasi
09.10 nyeri dirasakan sejak satu minggu urine disuria &
yang lalu hematuria
2. Data Objektif :
a. Hematuri (+)
2.Data Objektif :
1. Hematuria
2. Pada palpasi daerah abdomen :
Teraba adanya akulumulasi
cairan di bagian vesica urinaria
3. Klien meringis
4. Pemeriksaan laboratorium
tanggal 26 Juli 2012 : HCT =
38,3%; MPV = 4,5 PL, PLT =
2,2 103/ml, WBC=8,3 103/ml,
RBC=3,95 106/ml, HGB=13,1
g/dl, HCT = 38,3, MCV = 37,0
FI, MCH d/g, MCHC= 34,2
gr/dl, PLT=2,2 103/ml
ND = 88 x/mnt
RR = 20 x/mnt
S = 37oc
3. Data Objektif
1. Klien nampak
gelisah
2. Klien tegang
1. 8. Diagnosa Keperawatan Prioritas
Setelah melakukan analisis terhadap data subjektif dan data objektif, dan dampak masalah
keperawatan klien terhadap kesehatan pasien, maka penulis melakukan prioritas terhadap
masalah actual dan mengancam kehidupan klien serta masalah yang nanti akan mengancam
kesehatan klien (resiko tinggi).
1. 9. Rencana Tindakan
Tabel 3.5 : Rencana Tindakan Pada Tn. H,Tanggal 26 Juli 2012 di Ruang Teratai Interna
RSU Mokopido Tolitoli
Diagnose
Keperawata Tujuan Intervensi Rasional
n
1 2 3 4
Nyeri pada Rasa nyaman pasien
daerah uterus meningkat ditandai 1. Penjelasan tentang
dan dengan : penyebab rasa
sekitarnya nyeri dapat
berhubungan Rasa nyeri berkurang memberikan
dengan informasi positif
Inflamasi. 1. Pasien tenang kepada klien dan
keluarga sehingga
. 2. Ekspresi wajah dapat menurunkan
cerah kecemasan dan
. turut aktif dalam
3. Pasien dapat tindakan
menyebutkan pengobatan
penyebab dan cara
mengatasi nyeri 2. Akan mengurangi
nyeri dan
4. Nilai laboratorium meningkatkan
normal : keinginan tidur
pasien.
1. a. HCT =
80,0 3. Tehnik relaksasi
95,0% dapat megalihkan
perhatian pasien
b. MPV = 5,0 10,0 PL dari perasaan nyeri
sehingga klien
c. PLT = 150 400 103/ml merasa nyaman
1. Mengatur
1. Observasi vital posisi tidur 4. Kompres hangat
sign : yang dapat
menyenangka meningkatkan
1. TD = 110 / n vasodilatasi
90 mmHg pembuluh darah
2. ND = 80
x/mnt
1. Untuk mengurangi
3. RR = impuls nyeri
16 x/mnt melalui medulla
spinalis sehingga
4. SB = nyeri yang
36oc 1. Mengajarkan dirasakan
cara berkurang.
mengurangi
5. Beri rasa nyeri 2. Lingkungan
penjelasan (relaksasi ) terapeutik yang
tentang dan tenang dan
penyebab memberikan nyaman dapat
rasa nyeri. kegiatan mengurangi stress
positif. sehingga hormone
cortisol tidak
disekresikan yang
mana jika cortisol
tersekresi maka
akan
meningkatkannyer
i
3. Analgetik dapat
1. Memberikan mengurangi nyeri
kompres dan antibiotic
hangat pada mengurangi dan
daerah yang menghilangkan
terasa nyeri factor penyebab
dan
Menganjurkan
untuk
meminum air
hangat
2. Massage
daerah
pinggang
untuk
mengurangi
nyeri
1. Ciptakan
lingkungan
terapiutik yang
nyaman
1. Melaksanakn
program terapi
: Analgetik
dan antibiotic:
2. Asam
mefenamat 3 x
1
b. Cotrimokcacol 2 x
3
Perubahan Pola eliminasi urine kembali
pola eliminasi normal, dengan criteria : 1. Kaji keluhan
urine disuria buang air 1. Untuk
& hematuria 1. Disuria (-) kacil rehidrasi
berhubungan cairan dan
dengan 2. Hematuria (-) untuk
Inflamasi pengeluaran
3. Pada palpasi daerah bakteri dan
abdomen : Tidak teraba mikroorganis
adanya akulumulasi me lainnya
cairan di bagian vesica
urinaria 2. Mencegah
perkembangan
4. Frekuensi BAK 4 5 bakteri
kali sehari
3. Untuk
5. Nilai laboratorium mengetahui
normal : 1. Jelaskan agen
penyebab penyebab
1. HCT = 80,0 perubahan gangguan ISK
95,0% pola
eliminasi
2. MPV = 5,0
10,0 PL 1. Mencegah
terjadinya
3. PLT = 150 komplikasi
400 103/ml
1. Anjurkan
pasien untuk
minum
cukup bila
tidak ada
kontra
indikasi
1. Kosongkan
kandung
kemih tiap 2-
3 jam
1. Tampung
urine 24 jam
untuk
pemeriksaan
dan kaji
pengeluaran
urine
( jmulah,
waran, bau)
1. Observasi
sedini
mungkun
tanda-tanda
gagal ginjal
2. Untuk
mengetahui
masalah
eliminasi dan
menentukan
tindakan
yang tepat
3. Mengurangi
kecemasan
klien
1. Jelaskan 1. Pengetahuan
penatalsanaa yang cukup
n obat : dapat
dosis, membantu
frekuensi, pasien dalam
tindakan dan tindakan
perlunya pengobatan
terapi dalam serta
jangka waktu meningkatkan
lama. kesehatan
klien
1. Anjurkan
keluarga
untuk
berpartisipasi
aktif dalam
proses
pemberian
informasi
yang actual
bagi kien
1. Review
pengetahuan
pasien &
keluarga
tentang
penyakit
ISK.
2. Kemampuan
belajar
berkaitan
dengan
keadaan
emosi dan
kesiapan
fisik,
keberhasilan
tergantung
pada
kemampuan
pasien.
5. HGB=1
2,0
15,0
g/dl
1. Bekerjalah
6. HCT = dengan
40,0 prinsip
48,0 aseptic dan
antiseptic
7. MCV =
80,0
95,0FI
8. MCH =
25,0
34,0 d/g
1. Laksanakan
9. MCHC= program
32,0 pengobatan :
36,0 Antibiotik
gr/dl, Kotrimokcac
ol 2 x 3
10. PLT=15
0 400
103/ml
11. Kaji
tanda
tanda
radang
1. 10. mplementasi
Tabel 3.6 : Implementasi Keperawatan Tn.M tanggal 26 Juli 2012 di Ruang Teratai
Interna RSUD Mokopido Tolitoli
No Diagnose
Tgl/Jam Tindakan
Dx Keperawatan
1 2 3 4
Nyeri pada
1 daerah uterus 26/07/2012 1. Menjelasan tentang penyebab rasa
dan sekitarnya
berhubungan
dengan 09.00 09.15 nyeri.
Inflamasi. wita
09,15 09.17
wita 1. Mengatur posisi tidur yang
menyenangkan : posisi semi fowler
09,17 10.00
wita 2. Mengajarkan cara mengurangi rasa
nyeri (relaksasi ) dengan: Tarik nafas
dalam 3 kali kemudian dihembuskan
secara langsung
10,00 11.00 wita
3. Memberikan kompres hangat pada
daerah yang terasa nyeri dan
menganjurkan untuk meminum air
11.00 11. 30 hangat
wita
4. Melakukan massage daerah pinggang
11.30 11.35 wita untuk mengurangi nyeri
Perubahan pola
2 eliminasi urine 26/07/12 1. Mengkaji keluhan buang air kacil :
disuria & Klien mengeluh disuria & hematuria
hematuria 09.00 09.15
berhubungan wita
dengan
Inflamasi 09,15 09.17 1. Menjelaskan penyebab perubahan
wita pola eliminasi
Kurang
3 pengetahuan 26/07/12 1. Mengkaji kemampuan belajar pasien
tentang misalnya : tingkat kecemasan :
penyakit, 09.00 09.15 Kecemasan ringan, perhatian : Klien
perawatan dan wita perhatian terhadap lingkungan &
pengobatannya terhadap penyakitnya, kelelahan (+),
berhubungan 09,15 09.17 tingkat partisipasi : Klien & keluarga
dengan wita bertnya kepada perawat tentang
kuranganya penyakit yang di derita, lingkungan
onformasi 09,17 10.00 belajar : tenang, tingkat
wita pengetahuan : Cukup, media : (-),
orang yang dipercaya : Keluarga/
10,00 11.00 wita anak & suami klien.
Resiko tinggi
4 terjadinya 26/07/12 1. Mengkaji tanda tanda radang :
infeksi Color, Dolor, Rubor, Tumor &
sekunder 09.00 09.15 Fungsio laesa
berhubungan wita
dengan
Penggunaan
kateter dalam 1. Memonitoring suhu tubuh : 360 C
waktu yang 09,15 09.17
lama & wita
keluarnya
cairan terus 09,17 10.00 1. Memberi penjelasan tentang
menerus dari wita kebersihan diri / genetalia
kemaluan
Tabel 3.7 : Evaluasi Keperawatan Tn.M Tanggal 26 Juli 2012 di Ruang Rawat Teratai
Interna RSUD Mokopido Tolitoli
No Diagnose
Tgl/Jam Evaluasi
Dx Keperawatan
1 2 3 4
Nyeri pada S:
1 daerah uterus 26/07/2012
dan sekitarnya 1. klien mengatakan sakit di perut
berhubungan 09.00 wita bagian bawah
dengan
Inflamasi. 2. Klien mengatakan nyerinya seperti
tertusuk-tusuk dan tembus kebagian
belakang
O:
1. Klien meringis
3. Klien lemah
A:
P:
Resiko tinggi S:
2 pola eliminasi 26/07/12
urine disuria & 1. Klien mengatakan jika BAK terasa
hematuria 09.0 wita nyeri dirasakan sejak satu minggu
berhubungan yang lalu
dengan
Inflamasi 2. Klien mengatakan 2 hari sebelum
masuk RS pada saat klien BAK
keluar darah campur urin
O:
1. Hematuri (+)
A:
P:
Kurang S:
3 pengetahuan 26/07/12
tentang 1. Klien dan keluarga menanyakan
penyakit, 09.20 10.00 penyakit yang diderita
perawatan dan Wita
pengobatannya b. Klien mengatakan sudah pernah berobat
berhubungan tetapi tidak ada perubahan
dengan
kuranganya O:
onformasi
1. Klien nampak gelisah
3. Klien tegang
A:
P:
Resiko tinggi S:
4 terjadinya 26/07/12
infeksi 1. Klien mengatakan jika BAK terasa
sekunder 09.20 10.00 nyeri di rasakan sejak 1 minggu yang
berhubungan Wita lalu.
dengan
Penggunaan 2. Klien mengatakan 2 hari sebelum
kateter dalam masuk RS pada saat BAK keluar darah
waktu yang campur urin.
lama &
keluarnya 3. Klien mengatakan sakit perut bagian
cairan terus bawah
menerus dari
kemaluan O:
1. Hematuria
3. Klien meringis
S = 37oc
A:
Potensial terjadinya infeksi sekunder
P:
Tabel 3.8 : Catatan Perkembangan Tn.M Tanggal 26 Juli 2012 di Ruang Rawat Teratai
Interna RSUD Mokopido Tolitoli
No Diagnose
Tgl/Jam Evaluasi
Dx Keperawatan
1 2 3 4
Nyeri pada S:
1 daerah uterus 26/07/2012
dan sekitarnya 1. Klien mengatakan sakit di perut
berhubungan 10,00 11.00 wita bagian bawah
dengan
Inflamasi. 2. Klien mengatakan nyerinya seperti
tertusuk-tusuk dan tembus kebagian
09.00 09.15wita belakang
1. Klien meringis
3. Klien lemah
A:
P:
E:
R:
Perubahan pola S:
2 eliminasi urine 26/07/12
disuria & 1. Klien mengatakan jika BAK terasa
hematuria 10,00 11.00 wita nyeri dirasakan sejak satu minggu
berhubungan
dengan
Inflamasi yang lalu
O:
1. Hematuri (+)
A:
I:
R:
Kurang S:
3 pengetahuan 26/07/12
tentang a. Klien dan keluarga menanyakan penyakit
penyakit, 10,00 11.00 wita yang diderita
perawatan dan
pengobatannya 09.00 09.15 wita b. Klien mengatakan sudah pernah berobat
berhubungan tetapi tidak ada perubahan
dengan 09,15 09.17 wita
kuranganya O:
onformasi 09,17 10.00 wita
1. Klien nampak gelisah
10,00 11.00 wita
2. Klien tegang
A:
P:
I:
E:
R:
Resiko tinggi S:
4 terjadinya 26/07/12
infeksi 1. Klien mengatakan jika BAK terasa
sekunder 10,00 11.00 wita nyeri di rasakan sejak 1 minggu yang
berhubungan lalu.
dengan
Penggunaan 2. Klien mengatakan sejak 2 hari
kateter dalam sebelum masuk RS pada saat klien
waktu yang BAK kelur darah campur urin.
lama &
keluarnya 3. Klien mengatakan sakit perut bagian
cairan terus bawah.
menerus dari
kemaluan
O:
1. Hematuria
3. Klien meringis
S = 37oc
A:
Potensial terjadinya infeksi sekunder
P:
I:
E:
R:
Tabel 3.8 : Catatan Perkembangan Tn.M Tanggal 26 Juli 2012 di Ruang Teratai Interna
Teratai Interna RSUD Mokopido Tolitoli
No Diagnose
Tgl/Jam Evaluasi
Dx Keperawatan
1 2 3 4
Nyeri pada S:
1 daerah uterus 27/07/2012
dan sekitarnya 1. Klien mengatakan sakit di perut
berhubungan 10,00 11.00 bagian bawah
dengan wita
Inflamasi. 2. Klien mengatakan nyerinya seperti
tertusuk-tusuk dan tembus kebagian
belakang
O:
1. Klien meringis
3. Klien lemah
I:
E:
R:
Perubahan pola S:
2 eliminasi urine 27/07/12
disuria & 1. Klien mengatakan jika BAK terasa
hematuria 10,00 11.00 nyeri dirasakan sejak satu minggu
berhubungan wita yang lalu
dengan
Inflamasi 2. Klien mengatakan 2 hari sebelum
masuk RS pada saat klien BAK
keluar darah campur urin
O:
1. Hematuri (+)
A:
14.00 wita P:
I:
E:
R:
Kurang S:
3 pengetahuan 26/07/12
tentang 1. Klien dan keluarga mengatakan
penyakit, 10,00 11.00 mengerti tentang penyakit yang
perawatan dan wita diderita anaknya
pengobatannya
berhubungan 2. Klien mengatakan sudah menerima
dengan keadaanya
kuranganya 09.00 09.15
onformasi wita O:
1. Klien rileks
P:
I:
E:
Masalah teratasi
R:
Resiko tinggi S:
4 terjadinya 27/07/12
infeksi 1. klien mengatakan 2 hari sebelum
sekunder 10,00 11.00 masuk RS pad saat BAK keluar darah
berhubungan wita campur urin
dengan
Penggunaan 2. klien mengatakan sakit di perut
kateter dalam bagian bawah.
waktu yang
lama & 3. Klien mengatakan nyeri seperti
keluarnya tertusuk-tusuk tembus belakang
cairan terus
menerus dari O:
kemaluan
1. Hematuria
09,15 09.17
wita SB = 37oc
09,17 10.00 A :
wita
Potensial terjadinya infeksi sekunder
12.00 12.15
wita P:
I:
E:
R:
Tabel 3.8 : Catatan Perkembangan Tn.M Tanggal 28 Juli 2012 di Ruang Rawat Teratai
Interna RSUD Mokopido Tolitoli
No Diagnose
Tgl/Jam Evaluasi
Dx Keperawatan
1 2 3 4
Nyeri pada S:
1 daerah uterus 28/07/2012
dan sekitarnya 1. Klien mengatakan sakit di perut
berhubungan 09.00 wita bagian bawah berkurang
dengan
Inflamasi. 2. Klien mengatakan nyerinya seperti
tertusuk-tusuk dan tembus kebagian
09.00 belakang masih ada tetapi tidak terus
09.15wita menerus
1. Klien meringis
12.00 12.15
wita 2. Klien memegang bagian bawah perut
yang sakit
3. Klien lemah
A:
P:
I:
E:
R:
Perubahan pola S:
2 eliminasi urine 28/07/12
disuria & 1. Klien mengatakan nyeri nerkurang
hematuria
berhubungan 10,00 11.00 jika BAK
dengan wita
Inflamasi 2. Klien mengatakan pada saat klien
BAK darah campur urin (-)
09.00 09.15 O :
wita
1. Hematuri (-)
09,15 09.17
wita 2. Pada palpasi daerah abdomen : Tidak
teraba adanya akulumulasi cairan di
14.00 wita bagian vesica urinaria
A:
P:
I:
R:
Resiko tinggi S:
3 terjadinya 28/07/12
infeksi 1. 1.
sekunder 10,00 11.00
berhubungan wita O:
dengan
Penggunaan 1. Hematuria (-)
kateter dalam
waktu yang 2. Pada palpasi daerah abdomen : Tidak
lama & teraba adanya akulumulasi cairan di
keluarnya bagian vesica urinaria
cairan terus
menerus dari 3. Klien meringis
kemaluan
4. Observasi vital sign :ND = 84
x/mnt, RR = 22 x/mnt
S = 36oc
09.00
09.15wita A:
I:
R:
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang kesenjangan antara tinjauan kasus nyata pada
Tn. H kasus Infeksi Saluran Kencing (ISK) yang dirawat diruang Teratai Interna RSU Mokopido
Tolitoli. Dibawah ini dijelaskan sesuai tahapan proses keperawatan:
1. A. Pengkajian
Secara teori pengkajian dimulai dengan pengumpulan data, pengelompokan, atau analisa data,
dan perumusan diagnosa, pengkajian juga merupakan tahap pertama dari proses keperawatan
Pada tahap pengkajian, penulis banyak menemukan hambatan dalam melakukan pengkajian.
Oleh karena untuk melakukan pengkajian nyeri dan pengkajian tentang sistim perkemihan tidak
terdapat dalam format pengkajian yang digunakan oleh penulis pada saat melakukan pengkajian.
Keadaan ini menyulitkan saya sebagai penulis dalam menempatkan keluhan pasien maupun
keluarga kedalam format pengkajian.
1. Gejala
5. Klien mengatakan jika BAK terasa nyeri dirasakan sejak satu minggu yang lalu
6. Klien mengatakan 2 hari sebelum masuk RS pada saat klien BAK keluar darah campur
urin
1. Tanda :
2. Klien meringis
4. Klien lemah
6. Pada palpasi daerah abdomen : Teraba adanya akulumulasi cairan di bagian vesica
urinaria
7. Pemeriksaan laboratorium tanggal 26 Juli 2012 : HCT = 38,3%; MPV = 4,5 PL,
PLT = 2,2 103/ml, WBC=8,3 103/ml, RBC=3,95 106/ml, HGB=13,1 g/dl, HCT =
38,3, MCV = 37,0 FI, MCH d/g, MCHC= 34,2 gr/dl, PLT=2,2 103/ml
9. Hematuri (+)
Dari data yang penulis dapatkan tidak ada kesenjangan melalui hasil pengkajian dengan teori
tentang gejala dan tanda pada klien dengan infeksi saluran kemih (ISK) ,
1. B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan analisa data yang penulis lakukan pada kasus Tn.H didapatkan diagnosa
keperawatan :
1. Nyeri pada daerah uterus dan sekitarnya berhubungan dengan Inflamasi.
2. Perubahan pola eliminasi urine disuria & hematuria berhubungan dengan Inflamasi
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi sekunder berhubungan dengan Penggunaan kateter dalam
waktu yang lama & keluarnya cairan terus menerus dari kemaluan
Secara teori diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada kasus infeksi saluran kemih
adalah :
1. Gangguan rasa nyama : nyeri pada daerah uterus dan sekitarnya, sehubungan dengan
akibat adanya peradangan.
4. Potensial terjadinya infeksi sekunder sehubungan dengan keluarnya cairan terus menerus
dari kemaluan
7. Perubahan pola eliminasi urine ; disuria, sehubungan dengan adanya akibat peradangan .
Dari empat diagnosis keperawatan yang didapatkan peneliti setelah peneliti melakukan analisa
terhadap data objektif dan data subjektif yang didapatkan oleh peneliti dari hasil pengkajian,
ketiga diagnose tersebut sesuai dengan teori yang telah dipaparkan oleh penulis di BAB II dari
rangkaian Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang penulis lakukan.
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa infeksi saliran kemih (ISK) adalah reaksi
inflamasi sel sel urotelium melapisi saluran kemih (Purnomo B. Basuki,2003) atau inflamasi
kandung kemih yang dapat bersifat akut/kronis. Keadaan ini paling sering disebabkan oleh
infeksi E. Coli(Depkes, 2000) diman dapat disebabkan oleh antara lain Factor predisposisi yang
terdiri dari Infeksi saluran kemih bagian atas disebabkan oleh : Obstruksi (hipertropi) prostat,
katup (striktur uretra) , Gangguan pengosongan kandung kemih (neuropatik, divertikula),
Kateterisasai /instrumentasi, Infeksi ginjal. Untuk Infeksi saluran kemih bagian bawah
disebabkan oleh : Fistula Vesikoureter, Obstruksi (misalnya, batu, striktur) serta dapat
disebabkan juga oleh mikrobiologis antara lain Mikroorganisme penyebab E.Coli,Enterocoli,
Proteus spp, Stafilokokus aureus, klebsiela spp, koliform lainnya, Enterococcus faecalis, S.
Saprophyciccus, S. Epidermidis, Pseudumonas Aeruginosa,Mycobaterium tuberculosis
(Nursalam,2006), (B.K., Mandal dkk,2011)
Pada laki laki infeksi saluran kemih disebabkan oleh :Neisseria gonorhoe, Uretritis non-
gonokokal (NGU), Clamiydia menyebabkan 30 50% kasus, Ureplasma urealyticum,
Mycoplasma gentilium, Trchomonas Vaginalis, HSV, Candida, Neisseria meningtidis, striktur
uretra, dan benda asing berperan pada sebagian kecil kasus (Depkes,1995). Keadaan tersebut
dapat menyebabkan terjadinya inflamasi pada kandung kemih sehingga mengakibatkan
pelepasan pirogen endogen seperti bradikinin, serotonin, prostaglandin dan histamine. Akibat
pelepasan zat-zat kimia tersebut sehingga mengakibatkan terjadinya permiabilitas kapiler dan
mengakibatkan vasodilatasi dan vasokontriksi di daerah radang sehingga mengakibatkan
timbulnya nyeri.
Keadaan ini pula akan mengakibatkan keluhan nyeri pada saat BAK seperti disuria den
hematurian, dan yang paling membahayakan jika terjadi refluks (aliran balik) ke ureter makan
akan mengakibatkan gagal ginjal.
1. C. Perencanaan
Perencanaan tindakan keperawatan yang diberikan kepada Tn.H tidak jauh berbeda dengan
perencanaan tindakan menurut E. Doengoes, 1999, namun adapun perencanaan disusun
berdasarkan teori disesuaikan dengan kondisi klien dengan fasilitas yang tersedia di RSU
Mokopido Tolitoli.
1. Untuk rencana tindakan diagnosa keperawatan pertama(E. Doengoes, 1999) rencana yang
dilakukan peneliti adalah Beri penjelasan tentang penyebab rasa nyeri,mengatur posisi
tidur yang menyenangkan, mengajarkan cara mengurangi rasa nyeri (relaksasi ) dan
memberikan kegiatan positif. memberikan kompres hangat pada daerah yang terasa nyeri
dan menganjurkan untuk meminum air hangat, massage daerah pinggang untuk
mengurangi nyeri, ciptakan lingkungan terapiutik yang nyaman ,melaksanakn program
terapi : Analgetik dan antibiotic:Asam Mefenamat 3 x 1 dan Antibiotik Kotril 22
2. Untuk rencana tindakan diagnosa keperawatan kedua yaitu penulis menyusun intervensi :
Kaji keluhan buang air kacil, Jelaskan penyebab perubahan pola eliminasi, Anjurkan
pasien untuk minum cukup bila tidak ada kontra indikasi, Kosongkan kandung kemih tiap
2-3 jam, Tampung urine 24 jam untuk pemeriksaan dan kaji pengeluaran urine ( jmulah,
waran, bau), Observasi sedini mungkun tanda-tanda gagal ginjal. Perencanaan ini sesuai
dengan perencanaan yang ada di (E. Doengoes, 1999) dan disesuaikan dengan kondisi
pasien dan prosedur operasional diruang Teratai Interna RSU Mokopido Tolitoli. Hanya
saja intervensi terakhir yaitu Observasi sedini mungkun tanda-tanda gagal ginjal, tidak
dilakukan.
4. Untuk rencana tindakan diagnosa keperawatan keempat : Kaji tanda tanda radang,
monitor suhu tubuh , beri penjelasan tentang kebersihan diri / genetalia , bekerjalah
dengan prinsip aseptic dan antiseptic, laksanakan program pengobatan Antibiotik
Kotrimokcacol 2 x 3. Dalam teori pada kasus sesui dengan perencanaan di (E. Doengoes,
1999) sesuai dengan kondisi klien dengan kasus Infeksi Saluran Kencing (ISK) diruang
Teratai Interna RSU Mokopido Tolitoli.
5. D. Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan mengacu pada rencana yang telah ditetapkan dalam teori.
Namun penulis tidak dapat melaksanakan semua rencana yang ada dalam teori tapi dapat
melaksanakan semua rencana sesuai dengan diagnosa keperawatan pada Tn. H dengan kasus ISK
diruang Teratai Interna RSU Mokopido Tolitoli.
Pada tahap pelaksanaan ini dalam memberikan asuhan keperawatan penulis tidak sepenuhnya
berada diruangan selama 24 jam. Maka selama penulis tidak berada diruangan perawatan
dilanjutkan oleh perawat yang ada diruangan.
1. E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dalam melaksanakan evaluasi, penulis menggunakan evaluasi proses dan
evaluasi hasil.
Evaluasi proses dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan. Sedangkan evaluasi hasil
dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan.
Evaluasi yang penulis lakukan pada asuhan keperawatan Tn.H dengan kasus ISK dilakukan
dengan pendekatan SOAP.
1. F. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan merupakan bagian dari evaluasi atau disebut dengan evaluasi sumatif.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah dilakukan.
BAB V
PENUTUP
Setalah melakukan pembahasan bab per bab pada asuhan keperawatan pada Tn.H
dengan kasus ISK diruang Teratai Interna RSU Mokopido Tolitoli maka penulis menarik
berbagai kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
1. Data yang diperoleh pada klien merupakan langkah awal yang ditempuh oleh penulis
untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan agar asuhan keperawatan dapat ditegakkan.
Dan hasil dari data pengkajian keperawatan yang timbul pada klien kasus ISK dalam
teori tidak selamanya ditemukan pada Tn.H dengan kasus Infeksi Saluran Kemih (ISK)
diruang Teratai Interna RSU Mokopido Tolitoli.
Dari 7 diagnosa yang ada diteori, yang didapatkan klien pada Tn.H kasus ISK yaitu, Nyeri pada
daerah uterus dan sekitarnya berhubungan dengan Inflamasi, Perubahan pola eliminasi urine