Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP MEDIK

A. Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.(betz &
Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal
diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi otak
akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan renjatan
berupa kejang.

B. Etiologi

Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis, termasuk tumor otak,
trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, dan gejala
putus alkohol dan obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksik subcutan dan
anoksia serebral. Sebagian kejang merupakan idiopati (tidak diketahui etiologinya).

1. Intrakranial

Asfiksia : Ensefolopati hipoksik - iskemik

Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular

Infeksi : Bakteri, virus, parasit

Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith


-Lemli - Opitz.

2. Ekstra kranial

Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan


elektrolit (Na dan K)

Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.

Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan


kekurangan produksi kernikterus.
3. Idiopatik

Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)

C. Patofisiologi

Peningkatan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu singkat terjadi difusi ion kalium dan natrium melalui membran
tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan
bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadi kejang. Kejang demam yang
terjadi singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat yang disebabkan oleh metabolisme
anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
makin meningkat yang disebabkan oleh makin meningkatnya aktivitas otot, dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Faktor terpenting adalah
gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mngakibatkan kerusakan sel neuron
otak. Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang
yang berlangsung lama dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi spontan, karena itu kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis diotak hingga terjadi epilepsi.

D. Manifestasi Klinik

a. Kejang parsial ( fokal, lokal )


i. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
1. Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh;
umumnya gerakan setiap kejang sama.
2. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi
pupil.
3. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa
seakan jatuh dari udara, parestesia.
4. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
ii. Kejang parsial kompleks
1. Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang
parsial simpleks
2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik :
Mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, gerakan menongkel yang berulang
- ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

b. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )


i. Kejang absens
1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15
detik
3. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kembali waspada dan konsentrasi
penuh
ii. Kejang mioklonik
1. Kedutan - kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
2. Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
3. Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadidalam kelompok
4. Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
iii. Kejang tonik klonik
1. Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
2. Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
3. Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
iv. Kejang atonik
1. Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata
turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2. Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

E. Komplikasi
1. Aspirasi
2. Asfiksia
3. Retardasi mental

F. UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah
-daerah otak yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang yang
membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau aliran
darah dalam otak

5. Uji laboratorium
Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
Panel elektrolit
Skrining toksik dari serum dan urin
GDA
Kadar kalsium darah
Kadar natrium darah
Kadar magnesium darah

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan anti konvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua
dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih
kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler,
diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.

2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan penunjang

Semua pakaian ketat dibuka


Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan
Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipiretik. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak
mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.

Profilaksis jangka panjang


Diberikan pada keadaan
Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
Kejang demam yang mempunyai ciri :
- Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
- Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikiuti
kelainan saraf yang sementara atau menetap
- Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
- Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
4. Mencari dan mengobati penyebab

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian neurologik :
1. Tanda tanda vital
Suhu
Pernapasan
Denyut jantung
Tekanan darah
Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
Fontanel : menonjol, rata, cekung
Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
Ukuran
Reaksi terhadap cahaya
Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
Iritabilitas
Letargi dan rasa mengantuk
Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
Alam perasaan
Labilitas
6. Aktivitas kejang
Jenis
Lamanya
7. Fungsi sensoris
Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
Refleks tendo superfisial
Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
Kemampuan menulis dan menggambar
Kemampuan membaca

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan keletihan otot pernafasan.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
4. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
6. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan hospitalisasi.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan

Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil

1. Pola nafas tidak 1. Kaji pola nafas klien


Pasien tidak Menentukan intervensi selanjutnya
efektif berhubungan
2.Tanggalkan pakaian pada
mengalami
dengan keletihan otot
daerah leher/dada, Memfasilitasi usaha bernapas/ekspansi
gangguan pola
pernafasan.
abdomen. dada.
napas dengan
3.Masukkan spatel lidah/jalan
kriteria hasil :
napas buatan
- RR dalam batas
Dapat mencegah tergigitnya lidah, dan
normal sesuai umur
memfasilitasi saat melakukan
- Nadi dalam batas
4.Lakukan penghisapan sesuai penghisapan lendir, atau memberi
normal sesuai umur sokongan pernapasan jika diperlukan.
sesuai indikasi
5.Berikan tambahan oksigen Menurunkan risiko aspirasi atau asfiksia

Dapat menurunkan hipoksia serebra


2. Hipertermi Tidak terjadi 1. Berikan kompres dingin Hipertermi mengalami vasodilatasi
berhubungan dengan kenaikan suhu tubuh, sehingga harus diberi kompres air
dengan kriteria atau hangat
proses infeksi. dingin agar terjadi vasokontriksi
hasil :

- suhu tubuh
Hipertermi mengakibatkan penguapan
dalam batas
normal tubuh meningkat sehingga perlu
2. Berikan klien cairan RL
diimbangi dgn asupan cairan tubuh yg
banyak
Tanda-tanda vital merupakan acuan
untuk keadaan klien
3. Observasi TTV

4. Kolaborasi pemberian
Untuk membunuh kuman dan mencegah
analgetik
pertumbuhan
3. Gangguan mobilitas Klien dapat 1. Kaji kemampuan Sebagai indikator tindakan selanjutnya
fisik berhubungan mempertahankan mobilisasi
2. Ubah posisi pasien tiap 2
dengan kelemahan mobilitasnya secara Menghindari kerusakan kulit
jam
fisik. optimal dengan
3. Bantu klien dalam
kriteria : Untuk memudahkan dalam pemenuhan
melaku-kan aktifitas
kebutuhannya
sehari-hari, seperti :
Keluarga klien - Makan / minum
- Mandi
melaporkan klien
4. Bantu latihan rentan gerak
mampu mamenuhi
ditempat tidur
kebutuhannya 5. Bantu dan dorong Meningkatkan sirkulasi darah
perawatan diri klien
Meningkatkan kemampuan klien dalam
perawatan diri
4. Resiko cedera Cedera tidak terjadi 1. Kaji karakteristik kejang Untuk mengetahui seberapa besar
berhubungan dengan dengan kriteria tingkatan kejang yang dialami pasien
hasil :
penurunan kesadaran. sehingga pemberian intervensi berjalan
- klien lebih baik
2. Jauhkan pasien dari Benda tajam dapat melukai dan
benda benda tajam / mencederai fisik pasien
membahayakan bagi
pasien
3. Kolaborasi dalam
Obat anti kejang dapat mengurangi
pemberian obat anti
derajat kejang yang dialami pasien,
kejang
sehingga resiko untuk cidera pun
berkurang.
Keluarga klien akan 1.Kaji kesiapan klien & Efektivitas pembelajaran dipengaruhi
mengerti tentang keluarga klien mengikuti oleh kesiapan fisik dan mental serta
5. Kurang pengetahuan penyakit dan pembelajaran, termasuk latar belakang pengetahuan sebelumnya.
berhubungan dengan pengobatan
pengetahuan tentang
kurangnya informasi
penyakit dan
perawatannya. Pemahaman tentang masalah ini penting
2.Jelaskan tentang proses
untuk meningkatkan partisipasi keluarga
penyakit yang dialami,
klien dan keluarga dalam proses
penyebab dan akibatnya
perawatan klien.
terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan
sehari-hari aktivitas sehari-
hari.
Meningkatkan pemahaman dan
3.Jelaskan tentang tujuan
partisipasi keluarga klien dalam
pemberian obat, dosis,
pengobatan.
frekuensi dan cara
pemberian serta efek
samping yang mungkin
timbul.

Kecemasan klien Untuk menentukan intervensi


1. Kaji tingkat kecemasan
6. Kecemasan berkurang dengan orang tua klien. selanjutnya.
kriteria hasil : 2. Bantu orang tua klien
berhubungan dengan Untuk memperbaiki pola koping.
untuk mengungkapkan
kurangnya - memperlihatkan
tanda-tanda perasaannya.
pengetahuan dan
kenyamanan 3. Berikan dukungan
hospitalisasi Agar orang tua klien dapat menerima
spiritual
sesuai kenyataan yang menimpa dirinya
dan semangat menjalani pengobatan
untuk kesembuhannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.


Jakarta : EGC.
2. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya
baru
3. Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php

Anda mungkin juga menyukai