Anda di halaman 1dari 19

PBL

KONJUNGTIVITIS

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengikuti Ujian


Stase Ilmu Penyakit Mata
Di RST Tk.II dr. Soepraoen Malang
Pembimbing :
dr. Nurhadhi Sutanto, Sp. M

Disusun Oleh :
Wicaksono Adi Suryo
NPM : 15710386
Panca Herdy Prasetya
NPM : 15710381

SMF BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


RST TK.II DR. SOEPRAOEN MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtiva merupakan membran yang tipis dan transparan melapisi

bagian anterior dari bola mata (konjungtiva bulbi), serta melapisi bagian posterior

dari palpebra (konjungtiva palpebrae). Karena letaknya paling luar itulah sehingga

konjungtiva sering terpapar terhadap banyak mikroorganisme dan faktor

lingkungan lain yang mengganggu. Salah satu penyakit konjungtiva yang paling

sering adalah konjungtivitis.1,2

Radang konjungtiva atau konjungtivitis adalah penyakit mata paling

umum di dunia. Orang awam sering menyebutnya dengan mata merah. Umumnya

keluhan pasien adalah mata merah, gatal, sering berair mata, kotoran mata yang

berlebihan yang lebih nyata pada pagi hati, merasa seperti ada benda asing di mata

dan fotofobia. Penyebab umumnya eksogen, namun dapat juga endogen.1,2,3,4

Berdasarkan agen penyebabnya maka konjungtivitis dapat dibedakan

konjungtivitis bakterial, konjungtivitis virus, konjungtivitis klamidia,

konjungtivitis rickettsia, konjungtivitis fungal, konjungtivitis parasit,

konjungtivitis alergika, konjungtivitis kimia atau iritatif, konjungtivitis yang

penyebabnya tidak diketahui, serta konjungtivitis yang berhubungan dengan


penyakit sistemik. Sedangkan berdasarkan gambaran klinis maka konjungtivitis

dapat dibedakan konjungtivitis kataral, konjungtivitis purulen, konjungtivitis

flikten, konjungtivitis membran/pseudomembran, konjungtivitis vernal,

konjungtivitis folikularis nontrakoma/trakoma. Kalau berdasarkan atas lamanya

penyakit maka konjungtivitis dapat dibedakan menjadi akut dan kronik.1,3,4

Konjungtivitis virus adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh agen virus.

Konjungtivitis virus ini dapat dibedakan menjadi konjungtivitis virus akut dan

konjungtivitis virus kronis. Konjungtivitis virus akut dapat dibedakan lagi menjadi

demam faringokonjungtivitis, keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis

hemoragik akut, new castle disease dan herpes simpleks keratitis. Gejala dan

tanda klinis yang khas pada infeksi oleh karena virus ini adalah pengeluaran

sekret air mata yang lebih banyak dibandingkan konjungtivitis tipe lain, adanya

folikel pada konjungtiva dan limfadenopati preaurikuler.1,3,4

Berikut ini dilaporkan kasus seorang penderita konjungtivitis virus akut

yang datang ke poliklinik penyakit mata RSUD Ulin Banjarmasin.


BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn.N

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wiraswasta (Bengkel Las)

Alamat : Mergan Lori

II. ANAMNESA

Keluhan Utama : Kedua mata merah dan gatal

Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak 2 hari sebelum pasien datang ke poliklinik penyakit mata RST dr.

Soepraoen, pasien mengeluh mata kanannya merah, keluhan ini dirasakan

ketika bangun tidur pagi, terasa ada benda yang mengganjal pada mata kanan,

gatal, serta apabila bangun pagi sering mengeluarkan kotoran mata tapi hanya

sedikit dan tidak terlalu lengket, selain itu pasien juga sering mengeluhkan

mata kanan tersebut sering berair banyak. Tidak ada nyeri pada mata dan nyeri

kepala. Tidak ada pandangan mata kabur mata mata kanan dan kiri. Pasien
mengaku ada demam dan nyeri tenggorokan 1 hari sebelum matanya merah.

Riwayat trauma (-). Pasien belum pernah mengobati mata yang sakit tersebut

dan pasien memutuskan datang ke dokter spesialis mata di poli mata

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien menyangkal adanya riwayat alergi pada dirinya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama

dengan pasien. Tetapi teman kerja pasien ada yang menderita sakit yang sama

beberapa hari sebelumnya.

III.PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg

N : 84 x/menit

RR : 18 x/menit

T : 36,30C

Kepala : limfadenopati preaurikuler dextra (+) nyeri tekan (-)

Mata : Lihat status lokalis

Leher : Dalam batas normal

Thoraks : Dalam batas normal

Pulmo : Dalam batas normal

Jantung : Dalam batas normal


Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Lokalis :

Pemeriksaan Mata

OD OS
6/6 Visus 6/6

Sentral Kedudukan Sentral

Ke segala arah Pergerakan Ke segala arah

TIO normal Bulbus Oculi TIO normal

Hitam Supercilia Hitam

Hiperemis (+) Edema (+) Palpebra superior Edema (-)

Hiperemis (+) Edema(+) Palpebra inferior Edema(-)

Hiperemi (+), Folikel (+) Konjungtiva palpebrae Hiperemi (-), Folikel (-)

Hiperemi (+), Folikel (+) Konjungtiva forniks Hiperemi (-), Folikel (-)

Hiperemi konjungtiva Konjungtiva bulbi Hiperemi (-)

Injeksi konjungtiva Sklera putih

Jernih Kornea Jernih

Dalam COA Dalam

Regular Iris Regular

Refleks Cahaya (+) Pupil Refleks Cahaya (+)

Jernih Lensa Jernih

Serous Sekret (-)

IV. DIAGNOSIS KERJA


Konjungtivitis Virus Akut Ocular Dextra

V. DIAGNOSA BANDING

1. Konjungtivitis oleh karena bakteri, klamidia, atau alergi.

2. Keratitis

3. Galukoma Kongestif Akut

4. Uveitis anterior

VI. PENATALAKSANAAN

1. Cendoxitrol ED 6x1 tetes OD

VII.PROGNOSIS

Dubia ad bonam

VII. USULAN PEMERIKSAAN

- Pemeriksaan Giemsa dan Gram dari sekret konjungtiva


BAB III

DISKUSI

Konjungtiva ialah suatu membran yang menutupi sklera dan kelopak mata

bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva

ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.

Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva

divaskularisasi oleh arteri konjungtiva posterior dan arteri siliaris anterior, serta ia

dipersarafi oleh nervus trigeminus (n.Optalmikus).1,4

Konjungtiva terdiri dari tiga bagian, yaitu:1,4

Konjungtiva palpebra, hubungannya dengan tarsus sangat erat. Gambaran dari

glandula Meibom yang ada di dalamnya tampak membayang sebagai garis

sejajar berwarna putih. Permukaan licin, dicelah konjungtiva terdapat kelenjar

Henle. Histologis: terdiri dari sel epitel silindris. Di bawahnya stroma dengan

bentuk adenoid dengan banyak pembuluh darah.

Konjungtiva forniks, strukturnya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi

hubungan dengan jaringan di bawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-

lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu,

pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi, bila terdapat peradangan mata.

Dengan berkelok-keloknya konjungtiva ini pergerakan mata menjadi lebih


mudah. Di bawah konjungtiva forniks superior terdapat glandula lakrimal dari

Kraus. Melalui konjungtiva forniks superior juga terdapat muara saluran air

mata.

Konjungtiva bulbi, tipis dan tembus pandang meliputi bagian anterior bulbus

okuli. Di bawah konjungtiva bulbi terdapat kapsula tenon. Strukturnya sama

dengan konjungtiva palpebra, tetapi tak mempunyai kelenjar. Dari limbus,

epitel konjungtiva meneruskan diri sebagai epitel kornea. Di dekat kantus

internus, konjungtiva bulbi membentuk plika semilunaris yang mengelilingi

suatu pulau kecil terdiri dari kulit yang mengandung rambut dan kelenjar yang

disebut caruncle.

Gambar 1. Anatomi Eksternal Mata1

Karena lokasinya, konjungtiva dapat terpajan oleh banyak mikroorganisme

dan faktor faktor lingkungan lain yang mengganggu. Beberapa mekanisme

melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, komponen

akuosa mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris, dan aktivitas

pompa palpebrae membilas air mata ke duktus air mata secara konstan. Air mata
mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan

IgA).1

Konjungtivitis sendiri merupakan radang konjungtiva atau radang selaput

lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata dimana biasanya

ditemukan keluhan berupa iritasi, gatal, terasa benda asing, keluar air mata

ataupun sekret.4,5,8

Konjungtivitis yang merupakan radang pada konjungtiva mata, terdiri

dari4:

1. Konjungtivitis alergi (keratokonjungtivits atopik, simple alergik konjungtivitis,

konjungtivitis seasonal, konjungtivitis vernal, giant papillary conjunctivitis)

2. Konjungtivitis bakterial (hiperakut, akut, kronik)

3. Konjungtivitis virus (adenovirus, herpetik)

4. Konjungtivitis klamidia

5. Bentuk konjungtivitis lain (Contact lens-related, mekanik, trauma, toksik,

neonatal, sekunder).
Gambar 2. Konjungtivitis versus mata normal. Mata yang
konjungtivitis ditemukan warna yang kemerahan pada
konjungtiva.2

Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, maka pasien ini di diagnosa

dengan konjungtivitis virus akut. Pada anamnesa didapatkan keluhan mata merah,

gatal, terasa ada benda yang mengganjal sering keluar air mata dan keluar kotoran

mata setelah bangun tidur mata tapi hanya sedikit dan tidak terlalu lengket, selain

itu mata kanan tersebut sering berair banyak. Tidak ada pandangan mata kabur

mata mata kanan dan kiri. Terdapat demam dan nyeri tenggorokan 1 hari sebelum

matanya merah,ada teman kerja yang menderita penyakit yang sama beberapa hari

sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan limfadenopati preaurikuler dextra,

Pada oculi dextra ditemukan palpebra superior dan inferior hiperemis dan edem,

konjungtiva hiperemi dan ditemukan folikel pada konjungtiva palpebra dan

konjungtiva forniks, di sklera ada injeksi konjungtiva.

Mata merah disebabkan adanya inflamasi di konjungtiva menyebabkan

dilatasi pembuluh darah disana (disebut dengan injeksi) dan pada beberapa kasus,

timbul kemosis (edem konjungtiva). Hiperemi paling nyata pada forniks dan

mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh konjungtiva

posterior. Sekret dapat terlihat pada konjungtivitis bakterial, virus, dan alergi.

Pada konjungtivitis virus, sekret lebih sedikit dibandingkan sekret pada

konjungtivitis bakterialis. Kelenjar meibom mensekresi sekret di kantus medial

yang mana sekret tersebut akan terkumpul pada saat tidur. Keluhan muncul saat

bangun pagi, hal ini dikarenakan pengeluaran secret lebih banyak pada saat tidur

malam yang memakan waktu 7-8 jam. Sehingga kuman yang masuk ke mata
berkembang karena suhu tubuh kita saat tidur merupakan suhu tubuh yang cocok

untuk beberapa kuman berkembang biak.7

Sumber penularan konjungtivitis adalah cairan yang keluar dari mata yang

sakit yang mengandung bakteri atau virus. Tangan yang terkontaminasi cairan

infeksi dapat menjadi media penularan, misal melalui jabatan tangan. Bisa pula

melalui cara tidak langsung, misal tangan yang terkontaminasi memegang benda

yang kemudian terpegang oleh orang lain Tidak ditemukannya gangguan pada

penglihatannya, dikarenakan pasien memang tidak memiliki gangguan pada

matanya, dan juga dikarenakan infeksi yang terjadi tidak mengenai jaras

penglihatan atau media refraksi yang membantu menghantarkan cahaya,

misalnya:kornea, lensa, retina. Sehingga keluhan ini tidak mengakibatkan adanya

penurunan pada visus atau ketajaman penglihatannya.7

Pengeluaran air mata yang berlebih pada kasus ini karena adanya

rangsangan yang disebabkan adanya sensasi benda asing yang terdapat pada

konjungtiva, sehingga merangsang pengeluaran air mata.3

Diagnosa pasti ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis dari

sekret atau kerokan konjungtiva untuk mengetahui penyebabnya supaya

pengobatan tepat. Apabila pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan monosit di

duga radang akibat virus, apabila lekosit PMN diduga akibat bakteri, apabila

eosinofil diduga akibat alergi, apabila ditemukan hifa berarti radang oleh karena

jamur dan apabila limfosit menunjukkan radang yang sudah kronis.3,8 Tetapi

untuk kasus ini tidak sempat dilakukan swab pada konjungtiva pasien, sehingga

diagnosa hanya ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.


Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik diagnosa lebih mengarah ke

konjungtivitis virus akut, dengan gejala khas serangan virus akut yang cepat sekali

menular, banyak keluar air mata dibandingkan dengan jenis konjungtivitis agen

penyebab yang lain. Selain itu yang khas dari konjungtivitis virus ini adalah

ditemukannya folikel pada konjungtiva palpebrae dan konjungtiva forniks. Tetapi

konjungtivitis virus akut itu sendiri dibagi lagi berdasarkan penyebabnya yaitu

demam faringokonjungtivitis, keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis

hemoragik akut, new castle disease dan herpes simpleks keratitis. Untuk

mengetahui virus apa yang menyebabkan konjungtivitis virus akut dengan cara

mengisolasi virus dalam biakan sel dan diidentifikasi dengan tes netralisasi.1

Konjungtivitis Virus Akut ini dapat di diagnosa banding dengan

Konjungtivitis oleh karena bakteri, klamidia, atau alergi; keratitis; glaukoma

kongestif akut; uveitis anterior, karena sama-sama memiliki gambaran klinis mata

merah. Untuk membedakan dengan konjungtivitis tipe lain dapat dilihat tabel

perbandingan berikut ini1,4 :

Temuan Klinik Virus Bakteri Klamidia Alergi


dan sitologi
- Gatal Minimal Minimal Minimal Hebat
- Hiperemia Umum Umum Umum Umum
- Berair mata Banyak Sedang Sedang Sedang
- Eksudasi Minimal Banyak Banyak Minimal
- Adenopati Sering Jarang Sering pada Tak ada
preaurikuler Konjungtivitis
Inklusi
- Hasil Kerokan Monosit Bakteri, pmn pmn, sel Eosinofil
plasma.
- Disertai sakit Kadang- Kadang- Tak pernah Tak pernah
tenggorokan kadang kadang
dan demam

Untuk membedakan konjungtivitis dengan keratitis, uveitis anterior, dan

glaukoma kongestif akut dapat dilihat tabel perbandingan berikut1,4 :

Konjungtivitis Keratitis Uveitis anterior GKA


Visus Normal Terganggu (m) (m) perlahan (m) mendadak
Hiperemia Injeksi Injeksi silier Injeksi silier Mix injeksi
konjungtiva
Sekret Banyak saat - - -
bangun tidur
Kornea Jernih Bercak infiltrat Gumpalan sel Edem
radang
H.aqueos Normal Normal Sel radang, flire Kental
(+), tidal efek
(+)
Iris Normal Normal Kripta Kadang-kadang
menghilang edem
karena edem
Pupil Normal Sentral : silau Miosis Midriasis
Lensa Normal Normal Normal Keruh
Sekarang ini belum ada terapi spesifik untuk konjungtivitis virus akut karena

merupakan self-limited disease yang dapat sembuh sendiri. Tetapi pengobatan

terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder (pemberian

antibiotika atau sulfat secara lokal). Kortikosteroid dapat diberikan bila terlihat

adanya membran dan infiltrat subepitel. 1,4,5 Pada kasus ini pasien diberi obat tetes

mata Cendoxitrol ED 6x1 tetes/hari pada mata kanan dan kiri. Cendoxitrol ED ini

mengandung dexametason 0,1% sebagai kortikostreoid untuk antiinflamasi,

neomisin sulfat 3,5 mg dan polimiksin bisulfat 6000 IU sebagai antibiotika untuk

mencegah infeksi sekunder.

Komplikasi pada konjungtivitis virus dapat berupa4,8:


- Phlikten, merupakan tonjolan berupa sebukan sel-sel radang kronik

dibawah epitel konjungtiva atau kornea, berupa mikro-abses, dimana

permukaan epitel mengalami nekrosis. Warna flikten keputihan, padat

dengan permukaan yang tidak rata. Disekitarnya diikuti pembuluh-

pembuluh darah. Phlikten umumnya kecil, tetapi sering pula lebih besar

dari 1 mm. diatas phlikten tidak terdapat pembuluh darah, phlikten paling

sering didapatkan di limbus.

- Keratitis epithelial, merupakan salah satu bentuk keratitis superfisialis

(keratitis phlikten), berupa benjolan putih yang bermula di limbus tetapi

mempunyai kecendrungan untuk menyerang kornea. Apabila jaringan

kornea terkena, maka mata berair, silau dan dapat disertai rasa sakit dan

penglihatan kabur. Gambaran klinisnya dapat berupa infiltrate dan

neovaskularisasi, sedangkan gambaran khasnya terbentuk papula atau

pustul pada kornea atau konjungtiva. Penyembuhan yang terjadi akan

meninggalkan jaringan parut yang disertai neovaskularisasi.

- Ulkus kataralis, merupakan kelanjutan dari keratitis, sering pada anak-

anak dengan gizi buruk. Gambaran klinisnya dapat berupa injeksi siliar,

hilangnya sebagian jaringan kornea dan adanya infiltrat, dapat menjadi

iritis disertai hipopion.

Pada kasus ini tidak ditemukan komplikasi seperti diatas, maka penatalaksanaan

cukup pada konjungtivitisnya saja.


Prognosis penyakit ini adalah dubia ad bonam karena termasuk self limiting

disease. Tanpa pengobatan biasanya dapat sembuh dalam 10-14 hari, bila diobati

akan sembuh dalam waktu 1-3 hari.1,8


BAB IV

PENUTUP

Telah dilaporkan kasus konjungtivitis virus akut ocular dextra pada seorang

laki-laki berumur 43 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan fisik, yaitu mata merah,sensasi benda asing, sering berair mata

banyak dan sedikit kotoran mata setelah bangun tidur dan tidak lengket,

ditemukan limfadenopati preurikuler dextra, pada oculi dextra ditemukan

konjungtiva hiperemi, injeksi konjungtival dan ditemukan folikel pada

konjungtiva palpebra dan konjungtiva forniks serta visus normal. Pengobatan

pada pasien ini adalah pemberian obat tetes mata Cendoxitol, yang berfungsi

sebagai antiinflamasi dan mencegah infeksi sekunder.

DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Konjungtiva. Dalam : Oftalmologi Umum
Edisi 14. Jakarta : Widya Medika, 2000. p 99-127

2. Freeman J, Fong DS, Rapuano CJ, Brown LL, Roy H. Conjunctivitis Viral.
Emedicine.com. 2004. available from URL : http://www.emedicine.com

3. Wijana N., ed. Konjungtivitis. Dalam : Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke-3.
Jakarta, 1983. p37-52

4. Ilyas S, ed. Konjungtivitis. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI, 1998.
p124-151

5. Schwab IR, Dawason CR. Konjungtiva dalam Oftalmologi Umum. Edisi


14. Suyono YJ (Ed). Jakarta : Widya Medika, 2000; 99-105.

6. Chung CW, Cohen EJ. Eye Disorders : Bacterial Conjunctivitis. Clinc.


Evidence.,2000;3:305-310.

7. Tarabishy AB, Jeng BH. Bacterial Conjunctivitis : A Review for Internists.


Clev. Clinc. J.,2008;75(7):507-512

8. Konjungtivitis. Dalam : Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab/UPF Ilmu


Penyakit Mata FK UNAIR-RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994. p83-5

Anda mungkin juga menyukai