Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN Kondisi hiperglikemia juga

Diabetes Mellitus merupakan menyebabkan terjadinya gangguan


suatu kelompok penyakit metabolik mekanisme sistem imunoregulasi.
dengan karakteristik hiperglikemia Hal ini menyebabkan menurunnya
yang terjadi karena kelainan sekresi daya kemotaksis, fagositosis dan
insulin, kerja insulin, atau kedua- kemampuan bakterisidal sel leukosit
duanya.10 sehingga kulit lebih rentan terkena
Hiperglikemia kronik pada infeksi12.
diabetes mellitus berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, Macam Kelainan Kulit pada
disfungsi atau kegagalan beberapa Diabetes Mellitus
organ tubuh, terutama mata, ginjal, 1. Ulkus Diabetika
saraf, jantung dan pembuluh darah. Ulkus diabetika tersering
Selain organ-organ tersebut , kulit menyerang kaki. Kaki diabetik
menjadi salah satu organ yang sering terinfeksi (KDT) meliputi
terkena dampak dari diabetes selulitis sampai dengan kronik
mellitus. Tingginya kadar glukosa osteomyelitis dan pada
darah menyebabkan meningginya umumnya merupakan penyebab
kadar glukosa kulit pada pasien tersering infeksi pada otot dan
diabetes mellitus sehingga jaringan lunak pada penderita
mempermudah timbulnya kelainan diabetes 4,8.
kulit berupa dermatitis, infeksi 2. Bula Diabetika
bakterial , infeksi jamur, dan lain- Bula diabetika atau nama
lain5. Kelainan kulit dijumpai pada lainnya Bullosis Diabeticorum
30-71% penderita diabetes mellitus adalah kelainan berupa luka
baik tipe 1 maupun tipe 2, dan jenis yang menonjol berisi cairan
kelainan kulit terbanyak pada pasien bening atau cairan serosa, tanpa
diabetes di Department of tanda inflamasi di sekitar bula,
Dermatology, Al-Farwaniya dan tidak disertai gejala nyeri
Hospital, Kuwait adalah infeksi kulit atau gatal. Bula dapat membesar
oleh jamur dan bakteri2. dan bila terkena trauma mudah
Patofisiologi dari timbulnya pecah, meninggalkan area erosi
kelainan kulit pada penderita tertutup krusta. Bula diabetika
diabetes mellitus belum sepenuhnya ini muncul spontan, mendadak
diketahui. Kadar gula kulit (glukosa dan tidak disertai tanda
kulit) merupakan 55% kadar gula inflamasi, lebih sering terjadi di
darah (glukosa darah) pada orang akral dan sering terjadi pada
biasa. Pada penderita diabetes, rasio penderita DM yang kronik
meningkat sampai 69-71% dari dengan neuropati perifer6.
glukosa darah yang sudah meninggi5. 3. Kandidiasis Kutis
Gula kulit berkonsentrasi tinggi Kandidosis adalah penyakit
mempermudah timbulnya dermatitis, infeksi jamur yang bersifat
infeksi bakterial (terutama furunkel), primer atau sekunder yang
dan infeksi jamur (terutama disebabkan oleh jamur genus
kandidosis). Candida terutama Candida
albicans. Sinonim dari

1
kandidosis adalah kandidiasis METODE PENELITIAN
dan moniliasis. Penyakit yang Desain penelitian ini adalah
disebabkan oleh spesies Candida penelitian deskriptif observasional
yang menyerang kulit disebut untuk melihat kelainan kulit apa saja
sebagai kandidosis kutis. Rata- yang muncul pada pasien penderita
rata pasien dengan diabetes Diabetes Mellitus di Rumah Sakit
melitus mempunyai resiko 3,26 Ibnu Sina Kabupaten Gresik.
kali lebih sering dari pada yang Pengambilan sampel pada penelitian
tidak ada riwayat diabetes ini menggunakan tekhnik simple
melitus11. random sampling
4. Tinea Kruris et Korporis Populasi pada penelitian ini
Tinea kruris adalah adalah pasien diabetes mellitus tipe 2
dermatofitosis yang umum rawat jalan dengan kelainan kulit di
terjadi pada kulit bagian lipat Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu
paha / selangkangan, genital, Sina Kabupaten Gresik dengan
pubis, perineum, dan perianal. jumlah pasien 300 orang
Temuan klinis yang dijumpai perbulannya dengan jumlah sampel
biasanya muncul sebagai pada penelitian ini ada 75 orang.
papulovesikel eritema yang Penelitian dilakukan di Rumah
multiple dengan batas yang jelas Sakit Umum Daerah Ibnu Sina
dan semakin melebar. Rasa gatal Kabupaten Gresik.
adalah hal biasa, bahkan bisa pada bulan Juni Juli 2015
terasa nyeri dengan infeksi
sekunder13.

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristiak Menurut Jenis Kelamin Responden


Jenis Kelamin Frek. %
Laki-laki 48 64.0
Perempuan 27 36.0
Total 75 100.0

5.2 Karakteristik Menurut Usia Responden


Usia Frek. %
25-35 tahun 5 6.7
36-45 tahun 35 46.7
46-55 tahun 30 40.0
> 55 tahun 5 6.7
Total 75 100.0

2
Berdasarkan tabel 5.1 dapat Berdasarkan tabel 5.2 dapat
diketahui bahwa sebagian besar diketahui bahwa sebagian besar
responden yaitu sebanyak 48 orang responden dalam penelitian ini
(64%) adalah laki-laki dan sisanya berusia antara 36-45 tahun yaitu
sebanyak 27 orang (36%) adalah sebanyak 35 oarang (46,7%).
perempuan.
Tabel 5.3 Gambaran Usia dengan Jenis Kelainan Kulit pada penderita
Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina
Kabupaten Gresik
Jenis Kelainan Kulit Total
Usia Ulkus Bula Kandidiasis Tinea Kruris
Diabetika Diabetika Kutis et Korporis
3 0 0 2
25-35 tahun 5 (100.0%)
(60.0%) (0.0%) (0.0%) (40.0%)
3 0
36-45 tahun 11 (31.4%) 21 (60.0%) 35 (100.0%)
(8.6%) (0.0%)
9 1 1
46-55 tahun 19 (63.3%) 30 (100.0%)
(30.0%) (3.3%) (3.3%)
> 55 3 0 0 2
5 (100.0%)
Tahun (60.0%) (0.0%) (0.0%) (40.0%)
4 1
Total 26 (34.7%) 44 (58.7%) 75 (100.0%)
(5.3%) (1.3%)

Tabel 5.4 Karakteristik Menurut Jenis Kelainan Kulit


Jenis Kelainan Kulit Frek. %
Ulkus Diabetika 26 34.7
Bula Diabetika 4 5.3
Kandidiasis Kutis 1 1.3
Tinea Kruris et Korporis 44 58.7
Total 75 100.0

Tabel 5.5 Gambaran Lama Menderita dengan Jenis Kelainan Kulit pada
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah
Ibnu Sina Kabupaten Gresik

3
Jenis Kelainan Kulit Total
Lama Menderita Ulkus Bula Kandidia- Tinea Kruris
Diabetika Diabetika sis Kutis et Korporis
< 5 tahun 19 (34.5%) 2 (3.6%) 1 (1.8%) 33 (60.0%) 55 (100.0%)
5 0
5-10 tahun 0 (0.0%) 11 (68.8%) 16 (100.0%)
(31.2%) (0%)
2
> 10 tahun 2 (50.0%) 0 (0.0%) 0 (0.0%) 4 (100.0%)
(50.0%)
Total 26 (34.7%) 4 (5.3%) 1 (1.3%) 44 (58.7%) 75 (100.0%)
Berdasarkan tabel 5.3 dapat Dari hasil penelitian terhadap
diketahui bahwa sebagian besar 75 sampel, pada tabel 5.1. diketahui
responden penderita Diabetes bahwa jumlah pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 di Rumah Sakit Mellitus tipe 2 yang juga mengalami
Umum Daerah Ibnu Sina Kabupaten kelainan kuit lebih banyak terjadi
Gresik dalam penelitian ini terkena pada pasien laki laki dibandingkan
kelainan kulit jenis Tinea Kruris et dengan pasien perempuan, yaitu
Korporis berusia antara 46-55 tahun sejumlah 48 sampel (64%)
dan usia 36-45 tahun. berbanding dengan 27 sampel (36%).
Berdasarkan tabel 5.4 dapat Hal ini sesuai dengan penelitian yang
diketahui bahwa sebagian besar dilakukan oleh Al-Mutairi dkk
responden dalam penelitian ini yaitu (2006) di Kuwait, dijumpai bahwa
sebanyak 44 orang (58,7%) terkena kejadian timbulnya kelainan kulit
kelainan kulit jenis Tinea Kruris et pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2
Korporis, responden yang terkena lebih banyak dijumpai pada laki-laki
kelainan kulit jenis Ulkus Diabetika daripada perempuan dengan
yaitu sebanyak 26 orang (34,7%), perbandingan 68 sampel (64,1%)
responden yang terkena kelainan berbanding dengan 38 sampel
kulit jenis Bula Diabetikayaitu (35,9%).
sebanyak 4 orang (5,3%) dan hanya Hasil penelitian menunjukkan
1 orang (1,3%) yang terkena bahwa seluruh responden dalam
kelainan kulit jenis Kandidiasis penelitian ini terkena penyakit
Kutis. Diabetes Mellitus tipe 2.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat Berdasarkan hasil pengamatan
diketahui bahwa sebagian besar selama penelitian, sebagian besar
responden yang sudah menderita responden baru mengetahui atau baru
Diabetes Mellitus tipe 2 selama <5 terdiagnosa Diabetes Mellitus tipe 2
tahun dan antara 5-10 tahun terkena dalam hitungan bulan. Karena
kelainan kulit jenis Tinea Kruris et mereka tidak merasakan gejala
Korporis. Sedangkan untuk apapun sehingga mereka tidak
responden yang menderita Diabetes pernah melakukan konsultasi dengan
Mellitus tipe 2 selama > 10 tahun dokter tentang penyakitnya, tidak
kebanyakan menderita penyakit kulit pernah melakukan tes darah secara
ulkus diabetik dan bula diabetik.. rutin maupun mengkonsumsi obat
Diabetes Mellitus secara rutin dan
PEMBAHASAN tidak pernah mendapat pengobatan

4
atau terapi akan penyakit Diabetes Keadaan keadaan ini dinamakan
Mellitus tipe 2. Dengan demikian, diabetes kulit5.
baik langsung ataupun tidak, hal Kondisi hiperglikemia juga
tersebut akan mempengaruhi menyebabkan terjadinya gangguan
kelainan kulit yang responden alami. mekanisme sistem imunoregulasi.
Berdasarkan tabel 5.2. untuk Hal ini menyebabkan menurunnya
usia, frekuensi tertinggi kejadian daya kemotaksis, fagositosis dan
Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi pada kemampuan bakterisidal sel leukosit
kelompok usia 36-45 tahun sebanyak sehingga kulit lebih rentan terkena
35 sampel (46,7%) dan kelompok infeksi. Pada penderita DM juga
usia 46-55 tahun sebanyak 30 sampel terjadi disregulasi metabolisme lipid
(40%). Untuk kelompok usia 25-35 sehingga terjadi hipertrigliserida
tahun dan diatas 55 tahun memiliki yang memberikan manifestasi kulit
frekuensi yang sama yaitu 5 sampel berupa Xantoma Eruptif. Pada DM
(6,7%). tipe 2 terjadi resistensi insulin
Pada tabel 5.3. diketahui sehingga sering terjadi
bahwa kelompok usia yang paling hiperinsulinemia yang menyebabkan
banyak mengalami kelainan kulit abnormalitas pada proliferasi
akibat Diabetes Mellitus adalah epidermal dan bermanifestasi sebagai
kelompok 36-45 tahun sebanyak 35 Akantosis nigrikan12.
sampel. Untuk kelainan kulit yang Berdasarkan tabel 5.4. dapat
diderita pada kelompok usia tersebut diketahui bahwa dari 75 sampel yang
paling banyak adalah Tinea Kruris et diteliti sebagian besar mengalami
Korporis sebanyak 21 sampel (60%), kelainan kulit jenis Tinea Kruris et
selanjutnya Ulkus Diabetika Korporis yaitu sebanyak 44 sampe
sebanyak 11 sampel (31,4%) dan (58,7%) selanjutnya adalah Ulkus
Bula Diabetika 3 sampel (8,6%), Diabetika sebanyak 26 sampel
untuk Kandidiasis Kutis 0 sampel. (34,7%) lalu ada Bula Diabetika
Timbulnya kelainan kulit pada sebanya 4 sampel (5,3%) dan yang
penderita Diabetes Mellitus tipe 2 paling sedikit kejadiannya adalah
belum sepenuhnya diketahui. Kadar Kandidiasis Kutis yaitu 1 sampel
gula kulit (glukosa kulit) merupakan (1,3%). Sebagian besar mengalami
55% dari kadar gula darah (glukosa kelainan kulit jenis Tinea Kruris et
darah) pada orang biasa. Pada Korporis, karena sebagian besar
penderita diabetes, rasio meningkat responden kurang mengerti
sampai 69-71% dari glukosa darah kebersihan dan banyak bekerja
yang sudah meninggi. Pada penderita ditempat panas, banyak berkeringat
yang sudah diobati pun rasio serta memiliki kelembaban kulit
melebihi 55 %. Gula kulit yang lebih tinggi. Akibatnya mereka
berkonsentrasi tinggi di daerah terserang penyakit kulit yang
intertriginosa dan interdigitalis. Hal disebabkan oleh jamur pada kulit
tersebut mempermudah timbulnya halus tanpa rambut seperti pada
dermatitis, infeksi bakterial muka, badan, lengan dan
(terutama furunkel), dan infeksi gluteal.Tinea korporis memiliki
jamur (terutama kandidosis). bentuk dengan tanda radang lebih
nyata, lebih sering dijumpai pada

5
orang dewasa.Lesi biasanya sangat terjadi defisiensi sekresi insulin
gatal terutama waktu berkeringat7. karena gangguan pada sel beta
Tinea Kruris et Korporis prankreas dan resistensi insulin.
disebabkan oleh infeksi jamur Sedangkan menurut Perkumpulan
golongan dermatofita. Dermatofita Endokrinologi Indonesia (Perkeni)
adalah golongan jamur yang salah satu faktor risiko Diabetes
menyebabkan dermatofitosis. Mellitus adalah orang yang berumur
Golongan jamur ini mempunyai sifat > 45 tahun. Berdasarkan penelitian
mencernakan keratin (Budimulja, Sri (2003) diketahui bahwa pada
1999). Dimana penyakit ini umur < 45 tahun berisiko tujuh kali
merupakan penyakit dermatofitosis lebih besar untuk terkena Diabetes
(penyakit pada jaringan yang Mellitus. Penderita Diabetes Mellitus
mengandung zat tanduk) yang tipe 2 mengalami peningkatan
disebabkan infeksi golongan jamur jumlah kasusnya pada umur di atas
dermatofita pada daerah kruris (sela 40 tahun.
paha, perineum, perianal, gluteus,
pubis) dan dapat meluas ke daerah PENUTUP
sekitarnya. Kesimpulan
Berdasarkan pada tabel 5.5. Berdasarkan pada analisis dan
diperoleh bahwa pasien yang pembahasan pada bab sebelumnya
menderita Diabetes Mellitus tipe 2 maka dapat disimpulkan sebagai
kurang dari 5 tahun adalah kelompok berikut:
yang paling banyak mengalami 1. Hasil penelitian menunjukkan
kelainan kulit yaitu 55 sampel. Dan bahwa dari empat kelainan kulit
kelainan kulit terbanyak yang yang diteliti, sebagian besar
dialami oleh kelompok tersebut responden sebesar 58,7% dalam
adalah Tine Kruris et Korporis yaitu penelitian ini terkena kelainan
sebanyak 33 sampel (60%). Hal ini kulit jenis Tinea Kruris et
berbeda dengan hasil penelitian oleh Korporis.
Al-Mutairi (2006), dimana kelainan 2. Berdasarkan jenis kelamin,
kulit paling banyak terjadi pada jumlah penderita laki-laki lebih
pasien yang telah menderita Diabetes besar dibandingkan penderita
Mellitus tipe 2 lebih dari 10 tahun perempuan yaitu untuk laki-laki
yaitu sebesar 59 sampel (55,7%). 48 sampel (64%) sedangkan
Perbedaan ini mungkin terjadi karena untuk perempuan 27 sampel
pada penelitian ini sebagian pasien (36%).
datang berobat pertama kali setelah 3. Berdasarkan usia, kelompok usia
timbul manifestasi kulit. 36-45 tahun adalah kelompok
Diabetes Mellitus tipe 2 yang paling banyak mengalami
biasanya disebut Diabetes Mellitus kelainan kulit yaitu sebanyak 35
yang terjadi pada usia dewasa. sampel.
Kebanyakan kasus Diabetes Mellitus 4. Kelainan kulit paling sering
tipe 2 terjadi sesudah umur 40 tahun. terjadi pada pasien yang telah
Pada usia ini umumnya manusia menderita Diabetes Mellitus
mengalami penurunan fungsi kurang dari 5 tahun.
fisiologis dengan cepat, sehingga

6
Saran Mochtar., Aisah, Siti., ed.
1. Pihak Rumah Sakit atau Dinas Ilmu Penyakit Kulit dan
Kesehatan perlu melakukan Kelamin. Jakarta : Fakultas
penyuluhan tentang penyakit Kedokteran Universitas
Diabetes Mellitus secara detail Indonesia, 318-326.
kepada masyarakat. 6. Fitzpatrick, TB., Johnson
2. Diharapkan untuk para penderita RA., Woff, K., Polano, MK.
Diabetes Mellitus tipe 2 agar 1997. Color Atlas and
selalu rutin melakukan Synopsis of Clinical
konsultasi dengan dokter, tes Dermatology. Newyork :
gula darah serta rutin McGraw-Hill, 967.
mengkonsumsi obat Diabetes 7. Harahap, M, 2000. Ilmu
Mellitus agar memiliki Penyakit Kulit. Cetakan
kesehatan yang tetap stabil dan Pertama, Penerbit Hipokrates,
terkontrol dengan baik. Jakarta
3. Untuk para penderita Diabetes 8. Hastuti RT. 2008. Faktor-
Mellitus hendaknya diberi Faktor Resiko Ulkus
edukasi untuk menjaga Diabetika pada Penderita
kebersihan kulit agar terhindar Diabetes Mellitus. Semarang,
dari infeksi. Universitas Diponegoro.
[Tesis]
DAFTAR PUSTAKA 9. Perkumpulan Endokrinologi
1. ADA. 2007. Clinical Practise Indonesia, 2011.Konsensus
Recommendation : Report of Pengelolaan Dan Pencegahan
the Expert Committee on the Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Diagnosis and Classifications Indonesia
of Diabetes Mellitus Diabetes 10. Purnamasari, D., 2009.
Care. USA : ADA, 2-24 Diagnosis dan Klasifikasi
2. Al-Mutairi HF, Mohsen AM, Diabetes
Al-Mazidi ZM.Genetics of Mellitus.In:Sudoyo,A.W.,
type I diabetes.Kuwait Med J. Setiyohadi, B., Alwi, I.,
2007;39:107115 Simadibrata, M., Setiati,
3. Budimulja, Unandar & S.,Buku Ajar Ilmu Penyakit
Wasitaatmadja, Sjarif, 1999. Dalam Jilid III Edisi V.
Ilmu Penyakit Kulit Kelamin Jakarta: Interna Publishing
Edisi 3. Jakarta: Balai Pusat Penerbitan Ilmu
Penerbit FK UI, h. 92-93. Penyakit Dalam, 1880-1883.
4. Cunha BA (2008). Diabetic 11. Suisan CY. Diabetes Sebagai
Foot Infections. Available at: Faktor Risiko Terjadi
http://emedicine.medscape.co Intertriginosa di RSU dr.
m/article/237378. Accessed Soetomo Surabaya Tahun
on 28 July 2009 2006-2007 (Abstark skripsi).
5. Djuanda, Suria. 2007. Surabaya: FK Universitas
Hubungan Kelainan Kulit dan Airlangga; 2010.
Penyakit Sistemik.Dalam : 12. Tin, Melok. 2009. Diagnosis
Djuanda, adhi., Hamzah, And Holistic Management

7
Diabetes Melitus, Manifestasi Onychomycosis, Tinea Nigra,
Kulit Pada Diabetes Melitus. Piedra. Dalam: Wolff, K.
Seminar Diagnosis and (eds). Fitzpatricks
Holistic Management Dermatology in General
Diabetes Melitus RSU PKU Medicine. Vol.II. Ed.7.
Muhammadiyah Delanggu, United States: McgrawHill,
17 januari 2009 1807-1821
13. Verma,S., Heffernan, M.P.,
2008. Superfisial Fungal
Infection: Dermatophytosis,

Anda mungkin juga menyukai