I. IDENTITAS PASIEN
Nama :Nn. Apriliana
Nomor register : 05.17.72
Umur :18 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SLTA
Status perkawinan :Belum menikah
Alamat : Perumahan Graha Indah Blok W No.19
Lamongan
Diagnosa : Skizofrenia Hebefrenik Berkelanjutan (F20.10)
1
Pasien tinggal bersama neneknya sejak kecil.
Pasien tinggal berdua bersama ibunya sejak 2013.
Dua saudara tirinya tinggal bersama keluarga lain dari ibunya.
Dan satu saudara tirinya yang terakhir ikut tinggal bersama ayahnya pasca
perceraian tahun 2013.
Pasien sangat sayang pada ibunya. Saat ini pasien merasa takut membebani
ibunya karena pasien merasa sakit sehingga pasien ingin masuk ke pondok
pesantren.
C. Masa Post-natal
2
Tumbuh kembang pasien seperti menyangga leher, tengkurap, merangkak,
berdiri, berjalan, dan berbicara dalam batas normal dan tidak ada kelainan.
Saat bayi, balita, dan anak-anak pasien tidak pernah mengalami kejang,
panas, maupun penyakit serius.
Pasien tidak pernah mengalami cedera dan trauma kepala.
D. Riwayat Pendidikan
Pasiensekolah sampai tamat SLTA tahun 2016.
E. Riwayat Sakit
Sebelum di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Menur pada tanggal 16 Oktober
2016, pasien sering keluyuran keluar rumah sendiridengan tidak ada
tujuannya ke mana, tetapi pasien masih bisa pulang kembali ke rumahnya.
Sejak tahun 2013 pasien lebih banyak diam, tidak mau bergaul dengan
tetangga ataupun teman sekolahnya. Pasien bercerita kepada ibunya kalau
dia mencintai teman laki-lakinya di sekolah, tetapi teman laki-lakinya itu
lebih memilih temannya pasien. Pasien sudah mulai menarik diri dari
teman-teman disekolahnya karena merasa tidak cantik, tidak modis dan
tidak kaya seperti teman-temannya.
Sejak itu pasien tertekan dan pasien mulai tersenyum-senyum sendiri,
bicara-bicara sendiri tanpa ada lawan yang diajak bicara oleh pasien. Ketika
ditanya oleh orang tuanya pasien bicara dengan siapa, pasien hanya
menjawab saya tidak bicara dengan siapa-siapa.
4 bulan yang lalu (bulan Juli 2016) setelah kelulusan pasien pergi keluar
rumah jam 5 pagi, tidak ada keluarga ataupun tetangga yang tau. Pasien
mengaku kepada ibunya kalau ada suara laki-laki yang manggil namanya
dan mengajaknya pergi. Pasien pergi tanpa tujuan sampai ke Banyuwangi.
Saat ditanya keluarganya ada orang yang mengajaknya pergi ke
Banyuwangi buat berobat tapi pasien tidak mengenalinya.
Ibu pasien sudah mencarinya kemana saja selama 3 bulan tanpa laporan ke
kantor polisi.
3
Setelah ibunya putus asa mencari pasien, bulan Oktober 2016 ibu pasien
menerima telepon dari kakaknya yang di Pasuruan. Keluarganya itu
mengatakan anaknya ada di rumah Pasuruan, datang sendiri tanpa ada yang
mengantar dan terlihat tidak rapi. Pasien mengaku kepada keluarganya yang
di Pasuruan itu kalau dia habis berobat ke kyai di Banyuwangi. Dan pasien
menyatakan kalau dirinya sudah sembuh.
Keluarga pasien yang di Pasuruan melarang pasien untuk keluar rumah,
ternyata pasien kabur dari rumah tanpa ada keluarga ataupun tetangga yang
melihatnya. Setelah dikonfirmasi kepada ibu kandungnya ternyata pasien
pulang ke rumah ibunya.
Ibunya tidak merasa anaknya ada gangguan kejiwaan jadinya ibu pasien
tidak membawanya ke dokter. Karena ibu pasien merasa pasien sudah
kembali seperti biasanya.
Tetapi 1 bulan yang lalu sebelum pasien dirawat di RSJ Menur Surabaya
pasien bicaranya tidak nyambungseperti ngelantur, tidak mau makan sendiri
harus disuruh, tidak mau mandi, lebih memilih diam di dalam kamar,
sesekali pasien bicara sendiri dan terlihat gelisah tidak bisa tidur terutama
saat malam hari.
Sejak sakit pasien tidak mau membantu ibunya. Sholat pasien mulai malas
kalau tidak disuruh, padahal dulu sholatnya teratur sekali, tidak pernah
terlambat satu kalipun.
V. FAKTOR HEREDITER
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti pasien.
4
Pasien di rumah lebih dekat dengan neneknya.
Pasien tidak pernah melakukan kontak dengan ayah kandungnya ataupun ayah
tirinya.
Saudara tiri pasien memperlakukan pasien selayaknya saudara kandung mereka.
Pasien tidak dibedakan dengan saudara lainnya.
Karena pasien hidup terpisah dengan keluarga tirinya pasien jarang bertemu
dengan pasien (minimal 1 minggu sekali)
VIII. SOSIAL EKONOMI
Keluarga pasien termasuk keluarga menengah ke bawah, ibu pasien memiliki
warung makan yang dikelola bersama temannya yang letaknya jauh dari rumahnya.
Ibu pasien juga memiliki modal untuk mengkreditkan barang-barang (elektronik)
yang dijualnya kepada tetangga ataupun temannya. Gaji bersih yang dimiliki ibunya
tiap bulan berkisar 3 juta rupiah dan bulanan dibantu mantan suaminya yang kedua
berkisar 1 juta. Itu untuk membiayai ketiga anaknya, karena anak terakhirnya ikut
bapaknya pasca perceraian.
Untuk biaya pengobatan dan perawatan pasien di RS Jiwa Menur Surabaya,
pasien menggunakan BPJS kelas III.
5
Di bagian kanan depan rumah difungsikan sebagai tempat menjemur
pakaian.
Ruang tamu dilengkapi dengan tiker, tv, almari baju, dua kursi dan satu
meja.
Rumah tampak bersih dantertata dengan rapi.
Ventilasi dan pencahayaan kurang.
E. Keadaan lingkungan :
Rumah pasien terletak di dalam perumahan yang cukup bersih dan padat
penduduk.
Lingkungan ramai oleh anak-anak dan pedagang makanan yang sering
berhenti untuk berjualan di dekat rumah pasien. Rumah yang satu dengan
yang lain sangat berdekatan.
6
Memberikan obat sesuai dengan dosis dan petunjuk dokter, mengawasi pasien
dalam meminumnya, dan mentaati jangka waktu pemakaian obat.
Memperhatikan efek samping obat yang terlihat pada pasien.
Kontrol rutin ke dokter bila obat habis atau terlihat efek samping obat yang tidak
biasa pada pasien, ataupun jika tidak terlihat perkembangan yang bermakna
dalam kejiwaan pasien.
7
XI. DENAH RUMAH
WC
gudang
dapur
kamar
ruang
tamu 12m
kamar
jemuran
7m
8
LAMPIRAN
9
10
11
12
DapurKamar yang digunakan
Ruang tamuuntuk menyimpan
Kamar mandi
barang-barang.
Rumah pasien tampak depan
Kamar pasien
Gudangdan ibupasien
Teras depan rumah
13