Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

Malaria

Oleh:

M Agung Yudistira Permana, S.Ked

Pembimbing:

dr. Rina Kriswiatiny, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RSUD H. ABDOEL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2017
BAB I
IDENTIFIKASI KASUS

IDENTIFIKASI PASIEN
MR : 00.49.93.06
Nama : Ny. A
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : 21/09/1981
Umur : 36 tahun
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMP
Alamat : Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung.
Masuk IGD RSAM : Senin, 27 Maret 2017, pukul : 17.00 WIB
Masuk Rawat Inap : Senin, 27 Maret 2017, pukul : 17.35 WIB

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 29 Maret 2017.

Keluhan utama
Demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan Tambahan
Demam sebelum keluhan utama muncul, mual tidak muntah, pusing, dan badan
terasa lemas, sempat dirawat di RS kota karena Malaria namun badan lemas tidak
kunjung membaik.
Riwayat perjalanan penyakit
Pasien mengaku demam sejak hari selasa, 21 Maret 2017 disertai dengan perasaan
menggigil pada malam hari setiap malam, sehingga sangat mengganggu tidur pasien.
Keluhan disertai dengan mual, nyeri perut bagian kanan atas, dan badan lemas
sehingga tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Demam dirasakan naik
turun, setiap hari demam tapi mencapai puncaknya pada malam hari, pasien tidak
muntah, buang air kecil dan buang air besar normal, tidak ada batuk ataupun sesak
nafas, tidak ada perdarahan pada lubang hidung dan gusi, nafsu makan baik, dan tidak
ada keluhan nyeri saat menelan. Selama 2 hari pasien hanya meminum obat yang
dibeli diwarung untuk meredakan penyakitnya, sebelumnya pasien pernah mengalami
penyakit seperti ini 3 tahun yang lalu, pasien juga memiliki riwayat penyakit kuning
namun sembuh dengan sendirinya. Pasien tidak memilki riwayat darah tinggi atau
kencing manis.

Pada tanggal 24 Maret 2017 pasien datang ke IGD RS. Kota Bandar Lampung, lalu
direkomendasikan untuk rawat inap. Di RS Kota didiagnosis dengan Malaria
Falciparum. Selama dirawat pasien mengkonsumsi makanan dari RS, tidak membeli
makanan atau minuman dari luar RS, pasien menkonsumsi obat Paracetamol dan
Dihidroartemisin piperakuin (DHP). Pasien dirawat di RS Kota selama 4 hari. Setelah
dirawat di RS Kota dan konsumsi obat selama 3 hari, mata pasien berubah warna
menjadi warna kuning dan BAK menjadi warna merah seperti teh. Kemudian
besoknya pasien dirujuk ke RSUD AM untuk penanganan lebih lanjut.

Pasien datang ke IGD RSUD AM dengan keluhan lemas dan mata berwarna kuning.
Keluhan demam sudah tidak dirasakan lagi, mual dan muntah masih ada. Muntah dari
makanan yang dikonsumsi, tidak ada darah. BAK merah seperti teh berukuang.
Setelah menunjukan surat rujukan pasien masuk ke rawat inap di ruang Anyelir.
Pada tanggal 29 Maret 2017 pasien mengeluh badannya lemas, kepala pusing
berputar. Lemas ketika berjalan dan kekamar mandi. Demam disangkal, BAK tidak
seperti teh, jumlahnya normal, dan tidak berbusa. BAB tidak cair, dan tidak hitam.
keluhan nyeri pada perut sudah tidak ada. Batuk atau sesak nafas disangkal, edem
ekstremitas disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Batu ginjal/saluran
Cacar Malaria -
kemih
- Grave disease - Disentri - Hernia
- Difteri Hepatitis - Penyakit prostat
- Batuk rejan - Tifus abdomen - Wasir
- Campak - Hipotensi - Diabetes
Influenza - Sifilis - Alergi
- Tonsilitis - Gonore - Stroke
Penyakit Jantung
- Kholera - Hipertensi -
Koroner
Demam rematik Ulkus
- - - Asma Bronkhial
akut ventrikulus
- Pneumonia - Ulkus duodeni - Gagal Ginjal Kronik
- Pleuritis - Gastritis - Serosis Hepatis
- Tuberkulosis - Batu empedu - Lain-lain

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keadaan
Hubungan Diagnosa
Kesehatan
Kakek - -
Nenek - -
Ayah - Baik
Alergi, darah
Ibu Baik
rendah
Saudara - Baik
Anak-anak - Baik

ANAMNESIS SISTEM
Kulit
- Bisul - Rambut - Keringat malam
- Kuku - Kuning/ikterus - Ptekie/bintikmerah
- Lain-lain

Kepala
- Trauma Sakit kepala
- Pingsan - Nyeri sinus

Mata
- Nyeri - Mata merah
- Sekret - Gangguan penglihatan
Ikterus/kuning - Ketajaman penglihatan

Telinga
- Nyeri - Telinga berdenging
- Sekret - Gangguan pendengaran
- Kehilangan pendengaran

Hidung
- Trauma - Gejala penyumbatan
- Nyeri - Gangguan penciuman
- Sekret - Pilek
- Mimisan

Mulut
- Bibir (sariawan) - Lidah
- Gusi - Gangguan pengecapan
- Selaput - Sariawan
Tenggorokan
- Nyeri tenggorokan - Perubahan suara

Leher
- Benjolan kanan - Nyeri leher

Dada (Jantung/Paru)
- Nyeri dada - Sesak nafas
- Berdebar - Batuk darah
- Ortopnoe - Batuk

Abdomen (Lambung/Usus)
- Rasa kembung - Perut membesar/asites
Mual - Wasir
Muntah - Mencret
- Muntah darah - Tinja berdarah
- Sukar menelan - Tinja berwarna dempul
Nyeri perut - Tinja berwarna hitam

Saluran kemih/ Alamat kelamin


- Disuria - Kencing nanah
- Stranguri - Kolik
- Poliuri/kencing banyak - Oliguria/kencing sedikit
- Polaksuria - Anuria/tidak kencing
- Hematuria/kencing darah - Retensi urin
- Kencing batu - Kencing menetes
- Ngompol - Penyakit prostat

Saraf dan Otot


- Anestesi (hilang sensasi) - Sukar menggigit
- Parastesi (kesemutani) - Ataksia
- Otot lemah - Hipo/ hiper-esthesia
- Kejang - Pingsan
- Afasia - Kedutan (tiek)
- Amnesia - Pusing (vertigo)
Ekstremitas
- Bengkak - Deformitas
Nyeri sendi - Sianosis
- Ptekie (bintik merah)

RIWAYAT MAKANAN

Frekuensi/ hari : 3x/ hari

Jumlah/ hari : satu porsi

Variasi/ hari : bervariasi

Nafsu makan : normal

RIWAYAT KEBIASAAN

Konsumsi Alkohol (-)

Suka mengkonsumsi obat-obatan warung ketika lelah atau sakit

Penggunaan obat narkotika (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 100/80 mmHg

Nadi : 70 x/menit, reguler, volume cukup

Suhu : 36,5C

Pernapasan : 24 x/menit, reguler


Berat Badan : 53 kg

Tinggi badan (cm) : 155 cm

Keadaan gizi : Normal (IMT = 22,0)

Sianosis : Tidak sianosis

Aspek Kejiwaan

Tingkah laku : wajar

Alam perasaan : Biasa

Proses pikir : wajar

Status generalisata
Kulit
Warna : Sawo matang Efloresensi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Normal Pembuluh darah : Normal
Suhu raba : Hangat Lembab/kering : Kering
Keringat, umum : Normal Turgor : Normal

Kepala
Ekspresi wajah : Normal Simetris muka : Simetris
Rambut : Normal
Mata
Eksolftalmus : Tidak ada Enoftalmus : Tidak ada
Kelopak : Normal Lensa : Normal
Konjungtiva : Anemis Visus : Normal
Sklera : Ikhterik Gerakan mata : Normal
Lap.penglihatan : Normal Tekanan bola mata : Normal
Deviatio konjungtiva : Tidak ada Nistagmus : Tidak ada
Telinga
Tuli : (-) Selaput pendengaran : Normal
Lubang : Normal Penyumbatan : Tidak ada
Serumen : Tidak ada Perdarahan : Tidak ada
Hidung
Trauma : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
Mulut
Bibir : Pucat Tonsil : Normal
Langit-langit : Normal Bau nafas : Tidak berbau
Trismus : Normal Lidah : Normal
Faring : Tidak hiperemis
Leher
Tekanan vena jugularis : JVP 5+2 cm H2O
Kelenjar tiroid : Normal, tidak ada pembesaran
Kelenjar limfe : Normal, tidak ada pembesaran
Kelenjar getah bening
Submandibula : Tidak teraba Leher : Tidak teraba
Supraklavikula : Tidak teraba Ketiak : Tidak teraba
Lipat paha : Tidak teraba
Thorax
Bentuk : Normochest
Sela iga : Normal
Paru Depan Belakang
Inspeksi : Bentuk dada normal, simetris dalam keadaan statis dan
dinamis
Palpasi : Nyeri tekan (-) Massa (-), krepitasi (-), vokal fremitus normal
Tidak ada yang tertinggal
Perkusi : Kanan : sonor
Kiri : sonor
Auskultasi : Vesikuler paru kanan dan kiri normal
Jantung

- Inspeksi : Iktus cordis tidak


tampak
- Palpasi : Iktus cordis teraba di
ICS
- Perkusi : Batas jantung kanan : Parastrernal
dekstra ICS IV
Batas kiri : 1 jadi medial dari Midclavicula sinistra ICS V
- Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 normal, reguler. Murmur (-)
Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, ascites (-), venektasi (-), caput medusa (-),
ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal, bruit hepar (-), bruit epigastrium (-)
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+)
Hati : Nyeri tekan (-) Teraba 2 JBAC
Limpa : Tidak teraba
Ginjal : Nyeri ketok CVA (-) kanan/kiri.
Perkusi : Timpani

Anggota Gerak
Lengan
Kanan Kiri
Otot
Tonus Normotonus Normotonus
Massa Eutrofi Eutrofi
Sendi Normal Normal
Gerakan Aktif Aktif
Kekuatan 5 5

Tungkai dan Kaki


Luka : Tidak
Varises : Tidak
Otot (tonus, massa) : Normotonus, eutrofi
Sendi : Normal
Gerakan : Aktif
Kekuatan : 5
Edema : -/-

Refleks
Kanan Kiri
Bisep N N
Trisep N (Kontraksi trisep) N (Kontraksi trisep)
Patela N N
Achiles N (Plantar fleksi ) N (Plantar fleksi)
Kremaster - -
Refleks kulit N N
Refleks patologis Tidak ada Tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium, Tanggal 25 Maret 2017

HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

Hemoglobin 9,4 12-16 gr/dl

Leukosit 7.700 4500-11.000 ul

Hitung jenis leukosit

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 0 2-4%

Neutrophil 78 50-70 %
Limfosit 16 25-40 %

Monosit 6 2-8 %

Eritrosit 3,7 3,8-5,8jt

Hematokrit 30,4 37-47%

Trombosit 38.000 150-450rb ul

MCV - 76-96

MCH - 27-32 pg

MCHC - 30-35 g/dl

Malaria Malaria Falciparum Negatif

Laboratorium, Tanggal 28 Maret 2017

HEMATOLOGI

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

Hemoglobin 7,3 12-16 gr/dl

Leukosit 5.400 4500-11.000 ul

Hitung jenis leukosit

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 0 2-4%

Neutrophil 53 50-70 %
Limfosit 35 25-40 %

Monosit 12 2-8 %

Eritrosit 2,7 3,8-5,8jt

Hematokrit 20% 37-47%

Trombosit 236.000 150-450rb ul

MCV 75 76-96

MCH 27 27-32 pg

MCHC 36 30-35 g/dl

Malaria NEGATIF Negatif

KIMIA DARAH

PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

SGOT 35 <31 U/L

SGPT 29 <31 U/L

GDS 97 <140 MG/DL

DIAGNOSIS KERJA
Malaria Falciparum

DIAGNOSIS DIFERENSIAL
Dengue Fever
Thypoid Fever
Cikungunya
Hepatitis Drug Induced
PENATALAKSANAAN
Non Operatif
Non Farmakologi
- Tirah baring dan kurangi aktivitas yang
tidak perlu
- Imbalance cairan +
Farmakologi
- IVFD RL XX gtt/m (micro)
- Transfusi PRC 400cc
- Paracetamol Tab 500 mg 3x1
- Curcuma Tab 3 x 1
- Ranitidin Tab 2 x 1
- DHP Tab 3 x 1

ANJURAN PEMERIKSAAN
- Pemeriksaan DL post transfusi
- Pemeriksaan kimia darah (SGPT/OT)
- Balance Cairan + 500
- USG Abdomen (Jika nilai SGPT/OT
abnormal)
- HBsAg, Anti HCV

PROGNOSIS
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad malam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
Tanggal/Waktu Catatan Instruksi
29-3-2017 S/ Mata kuning sejak 2 hari yang IVFD RL/6 jam
17.00 WIB lalu, kepala pusing, mual tidak Transfusi PRC 400cc
muntah.
Bak tidak merah seperti teh lagi,
Bab normal.
Tidak demam

O/ KU : Tampak Sakit Sedang;


Kesadaran : Compos Mentis;
Tekanan Darah : 110/80 mmHg;
Nadi : 70 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 35,70C
Konjungtiva Anemis +/+
Sklera Ikhterik +/+
Leher : JVP & KGB normal
Thoraks : retraksi (-)
Cor : BJ 1 & 2 reguler; murmur
(-); gallop (-)
Pulmo : vesikuler +/+; rhonki
-/-; wheezing -/-
Abdomen : datar, BU (+), NT (-)
Hepar teraba 3Jbac.
Ekstremitas : akral hangat (+)

A/ Malaria Falciparum
30-3-2017 S/ Lemas berkurang, sudah bisa Lanjutkan Transfusi
07.00 WIB DL Post Transfusi
berjalan, pusing dirasakan
HBsAg, AntiHCV
minimal, BAK tidak merah
seperti teh, BAB normal.

O/ KU : Tampak Sakit ringan;


Kesadaran : Compos Mentis;
Tekanan Darah : 100/70 mmHg;
Nadi: 70 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36.10C
Mata : ca +/+; si -/-
Leher : JVP & KGB normal
Cor : BJ 1 & 2 reguler
Pulmo : vesikuler +/+; rhonki
-/-; wheezing -/-
Abdomen : datar, BU (+), NT (-)
Ekstremitas : DBN
A/ Anemia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini secara alami
ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Spesies Plasmodium pada
manusia adalah, Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale dan P. malariae. Jenis
Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah P. falciparum dan P. vivax,
sedangkan P. malariae dapat ditemukan di beberapa provinsi antara lain : Lampung,
Nusa Tenggara Timur dan Papua. P. Ovale pernah ditemukan di Nusa Tenggara Timur
dan Papua.

I. Siklus Hidup Plasmodium

Siklus pada manusia.

Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang
berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah selama lebih
kurang 1/2 jam. Setelah itu sporozoit akan masuk kedalam sel hati dan menjadi
tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10,000-
30,000 merozoit hati

Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2
minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung
berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut
hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan
sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi
aktif sehingga dapat menimbulkan relaps

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah
dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut
berkembang dari stadium tropozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung
spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya
eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksi
sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.Setelah 2-3 siklus
skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan
membentuk stadium seksual

Siklus pada nyamuk Anopheles

Apabila nyamuk anophelea betina menghisap darah yang mengandung gametosil. di


dalam tubuh nyamuk, garnet jantan dan betina melakukan oernbuahan menjadi zigot.
Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding tambung nyamuk.
Pada dinding luar lambung nyamuk eokinet akan me11jadi ookista dan selanjutnya
menjadi sporozoit. Sporozoit inj bersifat infektif dan slap ditularkan ke manusia.
Masa Inkubasi Plasmodium yang ada di Indonesia :

Plasmodium Masa Inkubasi


Plasmodium Falciparum 9-14 Hari
Plasmodium Vivax 12-17 Hari
Plasmodium Ovale 16-18 Hari
Plasmodium Malariae 18-40 Hari

II. Patogenesis
Demam mulai timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan
bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang selsel makrofag, monosit
atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain TNF (tumor
nekrosis factor). TNF akan dibawa aliran darah ke hipotalamus yang merupakan
pusat pengatur suhu tubuh dan terjadi demam. Proses skizogoni pada ke empat
plasmodium memerlukan waktu yang bebeda-beda, P. falciparum memerlukan waktu
36-48 jam, P. vivax dan P. Ovale 48 jam, dan P. malariae 72 jam. Demam pada P.
falciparum dapat terjadi setiap hari, P vivax/ovale selang waktu satu hari, dan P
malariae demam timbul selang waktu 2 hari.

Anemia terjadi karena pecahnya sel darah merah yang terinfeksi maupun yang tidak
terinfeksi. Plasmodium falciparum menginfeksi semua jenis sel darah merah,
sehingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis. Plasmodium vivax dan P.
ovate hanya menginfeksi sel darah merah muda yang jumlahnya hanya 2% dari
seluruh jumlah sel darah merah, sedangkan Plasmodium malariae menginfeksi sel
darah merah tua yang jumlahnya hanya 1 % dari jumlah sel darah merah. Sehingga
anemia yang disebabkan oleh P. vivax , P. ovate dan P. malariae umumnya terjadi
pada keadaan kronis.

Limpa merupakan organ retikuloendothelial, dimana Plasmodium dihancurkan oleh


sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini akan menyebabkan
limpa membesar.

Malaria Falciparum
Malaria akibat Plasmodium fatciparum mempunyai patogenesis yang khusus.
Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi yaitu
tersebarnya eritrosit yang berparasit tersebut ke pembuluh kapiler alat dalam tubuh.
Selain itu pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi
berbagai antigen Plasmodium falciparum Pada saat terjadi proses sitoadherensi, knob
tersebut akan berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler. Akibat dari proses ini
terjadilah obstruksi dalam pembuluh kapiler yang menyebabkan terjadinya iskemia
jaringan. Terjadinya sumbatan ini juga didukung oleh proses terbentuknya rosette
yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah merah
lainnya. Pada proses sitoaderensi ini diduga juga terjadi proses imunologik yaitu
terbentuknya mediator-mediator antara lain sitokin (TNF, interleukin), di mana
mediator tersebut mempunyai peranan dalam gangguan fungsi pada jaringan tertentu.

Demam pada malaria mempunyai interval tertentu, ditentukan oleh waktu yang
diperlukan oleh siklus aseksual/sizogoni darah untuk menghasilkan sizon yang
matang, yang sangat dipengaruhi oleh spesies Plasmodium yang menginfeksi.
Demam terjadi menyusul pecahnya sizon-sizon darah yang telah matang dengan
akibat masuknya merozoit-merozoit, toksin, pigmen, dan kotoran/ debris sel ke
peredaran darah. Masuknya toksin-toksin, termasuk pigmen, ke darah memicu
dihasilkannya tumor necrosis factor(TNF) oleh sel-sel makrofag yang teraktifkan.

Demam yang tinggi dan beratnya gejala klinis lainnya, misalnya pada malaria
falciparum yang berat, mempunyai hubungan dengan tingginya kadar TNF dalam
darah. Pada malaria oleh P.Vivax dan P.ovale sizon-sizon pecah tiap 48 jam sekali
sehingga demam timbul setiap hari ketiga, yang terhitung dari serangan demam
sebelumnya (malaria tertiana). Pada malaria karena P.malariae pecahnya sizon
(sporulasi) terjadi setiap 72 jam sekali. Oleh karena itu, serangan panas terjadi setiap
hari keempat (malaria kuartana). Pada P.falciparum kejadiannya mirip dengan infeksi
oleh P.vivax, hanya interval demamnya tidak jelas, biasanya panas badan di atas
normal tiap hari, dengan puncak panas cenderung mengikuti pola malaria tertiana
(disebut malaria subtertiana atau malaria quotidian).
Suatu serangan demam biasanya mempunyai tiga stadium yang berurutan, yaitu:
1. Stadium frigoris (mengigil)
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi penderita
cepat, tetapi lemah. Bibir dan jari-jari pucat kebiruan (sianotik). Kulitnya kering dan
pucat, penderita mungkin muntah dan pada penderita anak sering terjadi kejang.
Stadium ini berlangsung selama 15 menit 1 jam.
2. Stadium akme (puncak demam)
Setelah menggigil/merasa dingin, pada stadium ini penderita mengalami serangan
demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas
seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual
atau muntah-muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita
merasa sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 C. Stadium ini
berlangsung selama 2 4 jam.
3. Stadium sudoris (berkeringat banyak, suhu turun)
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali, sampai membasahi tempat
tidur. Namun suhu badan pada fase ini turun dengan cepat, kadang-kadang sampai di
bawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga, ia merasa
lemah, tetapi tanpa gejala lain. Stadium ini berlangsung selama 2 4 jam.

Malaria Berat
Malaria berat biasanya disebabkan oleh Plasmodium Falsiparum. Perubahan malaria
menjadi malaria berat tergantung dari faktor host dana gen. Patogenesis malaria berat
hamper sama seperti malaria biasa, akan masuk kedalam sel hati dan terjadi skizogoni
ektsra eritrosit. Skizon hati yang matang akan pecah dan selanjutnya merozoit akan
menginvasi sel eritrosit dan terjadi skizogoni intra eritrosit, menyebabkan eritrosit
mengalami perubahan seperti pembentukan knob, sitoadherens, sekuestrasi dan
rosseting.

Eritrosit yang telah diinfeksi akan melalui proses patologi dari infeksi dari malaria
falciparum, kemudian akan melakukan kemampuannya yaitu melakukan Adhesi pada
sel lain, misalnya endotel vaskuilar, menyebabkan sel ini akan sangat sulit untuk
melewati kapiler dan di buang ke limpa. Sehingga akan berpengaruh terjadinya
sitoadherens dan sekuestrasi.
Sitoadherens adalah melekatnya eritosit yang telah diinfeksi oleh plasmodium ke
permukaan endotel vascular. Gangguan ini akan menyebabkan gangguan aliran di
mikrovaskular sehingga terjadi anoksia pada jaringan.
Sekuestrasi adalah salah satu yang khas pada Plasmodium Falciparum, karena hanya
Plasmodium ini yang mengalami sekuestrasi. Sekuestrasi adalah parasit yang tinggal
pada eritrosit di suatu pembuluh darah mikrovaskular di organ vital, misalnya otak,
ginjal.
Rosseting adalah 1 buat eritrosit yang terinfeksi diselubungi oleh 10 atau lebih
eritrosit non-infektif sehingga dapat menyebabkan terjadinya obstruksi pada
mikrovaskular.
Manifestasi klinis dan hasil laboratorium malaria berat:
III. Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria ditegakkan seperti diagnosis penyakit lainnya berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria
harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes
diagnostik cepat (RDT - Rapid Diagnostik Test).

Anamnesis
1. Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:
a. Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
b. Riwayat berkunjung dan bermalam 1 - 4 minggu yang lalu ke daerah
endemik malaria.
c. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
d. Riwayat sakit malaria
e. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir
f. Riwayat mendapat transfusi darah
2. Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan
keadaan dibawah ini:
a. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat
b. Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
c. Kejang-kejang
d. Panas sangat tinggi
e. Mata atau tubuh kuning
f. Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
g. Nafas cepat dan atau sesak nafas
h. Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
i. Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman
j. Jumlah air seni kurang (oliguria) sampai tidak ada (anuria)
k. Telapak tangan sangat pucat

Pemeriksaan fisik
1. Demam (pengukuran dengan termometer 37 ,5 C)
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
3. Pembesaran limpa (splenomegali)
4. Pembesaran hati (hepatomegali)

Pada tersangka malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis sebagai berikut:


1 . Temperatur rektal 34,0 C
2. Nadi cepat dan lemah/kecil
3. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan pada anak-anak
<50 mmHg.
4. Frekuensi nafas > 35 x per menit pada orang dewasa atau > 40 x per menit
pada balita, anak di bawah 1 tahun > 50 x per menit.
5. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow coma scale (GCS) < 11

7. Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir
kering, produksi air seni berkurang).
8. Tanda-tanda anemia berat (konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, lidah
pucat dan lain-lain)
9. Terlihat mata kuning/ikterik.
10. Adanya ronki pada kedua paru
11. Pembesaran limpa dan atau hepar.
12. Gagal ginjal ditandai dengan oliguria sampai dengan anuria.
13. Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologik)

Pengobatan Malaria Tanpa Komplikasi.

Malaria Falsiparum
Lini pertama pengobatan malaria falsiparum adalah seperti yang tertera dibawah ini:
Lini pertama pengobatan malaria falciparum adalah Artemisinin Combination
Therapy (ACT), Pada saat ini pada program pengendalian malaria mempunyai 2
sediaan yaitu :
1. Artesunate - Amodiaquin
2. Dihydroartemisinin - Piperaquin ( saat ini khusus digunakan untuk
Papua dan wilayah tertentu)

Lini pertama :

Artesunat + amodiakuin + primakuin


Kemasan Artesunat + Amodiakuin terdiri dari 3 blister (setiap hari 1 blister untuk
dosis dewasa), setiap blester terdiri dari :
4 tablet artesunate @ 50 mg
4 tablet amodiaquin @ 150 mg

Dosis Amodiakuin 10 mg/kgBB


Dosis Artesunat 4 mg/kgBB
Primakuin 0,75mg/kgBB

Primakuin yang beredar di Indonesia dalam bentuk tablet berwarna coklat kecoklatan
yang mengandung 25 mg garam yang setara 15 mg basa. Primakuin diberikan per-
oral dengan dosis tunggal 0,75 mg basal kgbb yang diberikan pada hari pertama.
Primakuin tidak boleh diberikan kepada:
lbu hamil
Bayi < 1 tahun

Lini kedua

Kina+ Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin

Kina diberikan per-oral, 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgbb/kali selama 7


hari.
Doksisiklin diberikan 2 kali per-hari selama 7 hari, dengan dosis orang
dewasa adalah 4 mg/Kgbbari, sedangkan untuk anak usia 8 -14 tahun adalah 2
mg/kgbb/hari.
Tetrasiklin diberikan 4 kali perhari selama 7 hari, dengan dosis 4 - 5
mg/kgBB/kali

Pengobatan lini pertama pada Malaria Falciparum


Hari Jenis obat Jumlah tablet per hari menurut
kelompok umur
0-2 2-11 14 59 10 > 15
bln bln th th 14 th th
1 1
H1 Artesunate /4 /2 1 2 3 4
1 1
Amodiaquine /4 /2 1 2 3 4

Primaquin *) *) 1 2 23
1 1
H2 Artesunate /4 /2 1 2 3 4
1 1
Amodiaquine /4 /2 1 2 3 4
1 1
H3 Artesunate /4 /2 1 2 3 4
1 1
Amodiaquine /4 /2 1 2 3 4

Pengobatan lini ke 2
Hari Jenis obat JUmlah tablet per hari menurut
kelompok umur
0-11 14 59 10 > 15
bln th th 14 th th
1 Kina *) 3x 3x1 3 x 1 3 x 2

Tetrasiklin / - - - - 4x1
doksisiklin
Primaquin - 1 2 23

2-7 Kina *) 3x 3x1 3 x 1 3x2


-
Tetrasiklin / - - - 4x1
doksisiklin

Malaria Vivax, Ovale, Malariae


Pengobatan lini pertama untuk Malaria selain falciparum adalah Artemisinin
Combination Therapy (ACT) yaitu Artesunate + Amodiaquin atau
Dihydroartemisinin Piperaquin (DHP) yang saat ini digunakan untuk wilayan
khusus di Indonesia.
Untuk dosis sama dengan pengobatan Malaria Falciparum, yang membedakan
hanya dosis dari Primaquin, dosis Primaquin untuk Malaria Ovale, Malaria Vivax,
adalah 0,25 mg/kgbb

BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini pasien didiagnosis Malaria, berdasarkan hasil laboratorium terdapat
Plasmodium Falciparum di sediaan apusan darah. Berdasarkan anamnesis pasien
merasa badan demam <1 minggu sebelum masuk rumah sakit, disertai keluhan
menggigil pada malam hari. Keluhan disertai pusing, lemas, nyeri tekan pada perut
kanan atas dan mual muntah. Pasien sudah pernah menderita penyakit malaria
sebelumnya. Pasien tingga didaerah sekitar pantai di pesawaran, dan masuk ke RS
Kota untuk mendapatkan penanganan awal. Ketika penanganan di RS Kota, pasien
mengalami jaundice, dan kencing berwarna merah seperti teh.

Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan TD 110/80 dengan frekuensi nadi


70x/menit dan frekuensi nafas 20x/menit. Pada saat masuk ke RSAM pasien tidak
demam dan tidak menggigil. Konjungtiva pasien anemis, dengan sklera ikhterik, bibir
pucat. Tidak ditemukan kelainan pada thoraks, hati teraba 3cm BAC, nyeri tekan (-).

Pemeriksaan penunjang dilakukan di RS Kota adalah pemeriksaan darah lengkap,


terdapat kelainan yaitu HT yang rendah, dengan trombositopenia, dan ditemukan
Plasmodium Falciparum di sediaan apusan darah. Ketika dirujuk ke RSAM pasien di
lakukan pemeriksaan darah lagi, didapatkan HB yang rendah, HT rendah, dan
Plasmodium Falciparum negative setelah pemberian DHP selama 3 hari.

Pasien mengalami jaundice dan kencing berwarna seperti teh dikarenakan adanya
Skizon yang berkembang di hati pasien, skizon ini adalah skizon yang telah dorman
selama infeksi pertama plasmodium falciparum. ketika pasien mengalami penurunan
sistem imun atau kondisi tubuh, maka skizon ini akan pecah dan skizon pecah
menjadi merozoit yang akan menginfeksi sel darah merah. Pecahnya hipnozoid yang
selama ini dorman pada hati menyebabkan kerusakan pada struktur hati, hipnozoid
yang pecah akan menjadi merozoid dan sebagian akan menjadi hipnozoid yang akan
kembali ke hati untuk dorman.
Sel darah merah yang diinfeksi oleh plasmodium falciparum akan lisis dan mati,
sehingga semakin banyak plasmodium falciparum yang menginfeksi, maka akan
semakin banyak sel darah merah yang lisis, maka anemia yang terjadi pada pasien
dikarenakan hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2008. Pedoman
Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Depaetemen Kesehatan
RI

Longo D, Fauci A, Kasper D, Hauser D, Jameson J L, Loscalzo. 2013. Harrisons


Manual of Medicine 18th Edition. New York: McGraw Hill.

Prince, Silvya A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6.


Jakarta: EGC

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009

WHO. 2010. Guidelines Fot The Treatment Of Malaria 2 nd Edition. Geneva: World
Health Organization.

Anda mungkin juga menyukai