Anda di halaman 1dari 34

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pemicu
Seorang mahasiswa FK Untan sedang duduk di Mega Mal Ayani. Ia
mengamati kulit dan rambut orang yang lalu lalang. Tampak perbedaan warna
kulit dan rambut pada berbagai suku dan ras yang berbeda. Selain itu tampak
perbedaan tekstur kulit pada pria dan wanita, maupun pada anak dan dewasa,
ada yang berkulit kering, normal, dan lembab.

1.2 Klarifikasi dan Definisi Masalah


1.3 Kata Kunci
1. Warna kulit dan rambut
2. Tekstur Kulit
3. Jenis kelamin
4. Kulit normal, kering dan lembab
1.4 Rumusan Masalah
Apa yang menyebabkan perbedaan warna kulit dan rambut pada suku dan
ras yang berbeda serta tekstur kulit yang berbeda antara pria dan wanita ?
1.5 Analisis Masalah

Kulit Dan Rambut

Ekstrinsik
Intrinsik

Tekstur dan warna

1.6 Hipotesis

Perbedaan tekstur dan warna pada kulit dan rambut disebabkan oleh faktor
ekstrinsik seperti paparan sinar UV dan paparan zat kimia serta faktor intrinsik
seperti genetik ,ras, suku, jenis kelamin, dan usia.
1.7 Pertanyaan Diskusi
1. Embriologi Kulit
2. Struktur lapisan kulit dan rambut
3. Fungsi kulit dan rambut
4. Tipe - tipe Kulit
5. Proses pigmentasi
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tekstur , warna kulit dan
rambut
7. Asupan nutrisi terhadap kulit dan rambut
8. Penuaan pada kulit
9. Proteksi terhadap kulit dan rambut
10. Berapa lama paparan UV
11. Proses hormonal didalam kulit atau rambut
12. SPF ? alami dan buatan
13. Protein penyusun kulit dan rambut

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Embriologi kulit dan rambut


a. KULIT

Kulit adalah organ tunggal terberat di tubuh dengan berat sekitar 15% dari
berat badan total dengan luas permukaan sekitar 1,2 - 2,3 m2 pada orang dewasa.
Kulit terdiri atas lapisan epidermis yang berasal dari ektoderm permukaan dan
lapisan dermis yang berasal dari mesoderm. Berdasarkan ketebalan epidermis
kulit dapat dibedakan menjadi kulit tebal dan kulit tipis. Turunan epidermis
meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat.
EPIDERMIS
Epidermis terdiri dari 5 lapisan dan tidak mempunyai pemubuluh darah
maupun limpa sehingga semua nutrisi dan oksigen di dapat dari pembuluh kapiler
pada lapisan dermis yang berdifusi melalui cairan jaringan serta membran basal
untuk mencapai epidermis.
Sel-sel epidermis
a. Keratinosit
Sel terbanyak dengan jumlah mencapai 85%-95% pada epidermis. Berasal
dari ektoderm permukaan. Sel berbentuk gepeng ini memiliki sitoplasma yang
dipenuhi oleh skleroprotein birefringen, yakni keratin. Keratin ini mengandung
sedikitnya 6 macam polipeptida dengan berat molekul 40kDa sampai 70 kDa. Sel
basal mengandung berat molekul yang lebih rendah. Proses keratinisasi
berlangsung selama 2-3 minggu yang dimulai dari proses proliferasi, diferensiasi,
kematian sel dan pengelupasan. Pada tahap akhir diferensiasi diikuti penebalan
membran sel, kehilangan inti dan organel lain di dalam sel. Selama proses
keratinisasi berlangsung enzim hidrolitik lisosom berperan pada penghancuran
organel sitoplasma.

b. Melanosit
Warna kulit ditentukan oleh berbagai faktor penting seperti kandungan
melanin dan karoten, jumlah pembuluh darah dalam dermis, dan warna darah
yang mengalir di dalamnya. Eumelanin adalah pigmen coklat tua yang dihasilkan
oleh melanosit. Sel ini berjumlah 7%-10% dan berasal dari neuroektoderm.
Melanosit memiliki badan sel yang bulat dengan cabang dendritik yang panjang
dan tipis. Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis.
Melanosit paling banyak terdapat pada kulit muka dan genitalia eksterna.
Jumlah melanosit tiap individu hampir sama, hanya jumlah produksi melanin
berbeda. Sintesis melanin berlangsung di dalam melanosit dengan tirosinase
berperan penting. Tirosin mula-mula diubah menjadi 3,4-dihidroksifenilalanin
(dopa) dan kemudian menjadi dopaquinon yang kemudian bertransformasi dan
dikonversi menjadi melanin. Dalam melanosit, melanin berkumpul dalam vesikel
yang disebut premelanosom. Vesikel kemudian matang menjadi melanosom yang
disebarkan melalui cabang sitoplasma melanosit ke keratinosit di sekitarnya
terutama yang berada di stratum basale. Setelah granula melanin bermigrasi di
dalam juluran sitoplasma, granula melanin akan berkumpul di daerah
supranuklear sehingga inti sel terlindungi dari radiasi matahari yang merusak.
Menggelapnya kulit karena sinar uv adalah hasil proses dua tahap yakni reaksi
fisikokimia menghitamkan melanin dan melepaskannya dengan cepat ke
keratinosit. Pada tahap kedua kecepatan sintesis melanin menjadi meningkat dan
mengakibatkan peningkatan jumlah pigmen.

c. Sel langerhans
Merupakan sel dendritik yang berbentuk bintang, ditemukan terutama di
antara keratinosit dalam lapisan atas stratum spinosum. Sel ini mempunyai
reseptor penanda imunologis yang mirip makrofag. Sel ini mengikat antigen asing
di permukaannya dan merupakan sel pembawa antigen yang menyebabkan
limfosit T dapat bereaksi terhadap antigen yang dibawanya. Sel ini berasal dari
sekelompok sel prekursor dalam sumsum tulang.

d. Sel Merkel
Sel ini memiliki jumlah paling sedikit dan berasal dari krista neuralis. Sel
ini terdapat pada lapisan basal kulit tebal, terutama banyak ditemukan di ujung
jari, folikel rambut dan mukosa mulut. Sel ini memiliki peranan sebagai
mekanoreseptor.1,8

Lapisan epidermis kulit


1. Stratum korneum
Lapisan kulit yang terluar dan terdiri dari beberapa sel-sel gepeng yang
mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Selama
proses keratinisasi berlangsung enzim-enzim hidrolitik lisosom berperan dalam
penghancuran sitoplasma.

2. Stratum lusidum
Stratum lusidum ini terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang
sangat gepeng. Sel-sel gepeng tanpa inti ini memiliki protoplasma yang telah
berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Desmosom masih tampak di antara
sel-sel yang bersebelahan

3. Stratum granulosum
Stratum granulosum ini terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul basofilik kasar yang disebut granul keratohialin.
Protein granul ini kaya akan histidin berfosfor selain protein yang mengandung
sistin. Struktur khas lainnya adalah granul lamela, yakni suatu struktur lonjong
yang mengandung cakram berlamel yang dibentuk oleh lapisan lipid ganda.
Granula lamela ini mengeluarkan suatu materi ke dalam ruang antar sel di stratum
granulosum. Materi ini berfungsi sebagai sawar terhadap materi asing dan
menyediakan suatu efek pelindung bagi kulit.

4. Stratum spinosum
Stratum spinosum terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di
tengah-tengah. Sel-sel spinosum saling terikat erat melalui spina sitoplasma yang
berisi filamen dan desmosom sehingga memberi corak berduri pada permukaan
sel ini. Berkas keratin tersebut disebut tonofilamen. Filamen ini penting untuk
mempertahankan kohesi antar sel dan melawan efek abrasi. Epidermis di daerah-
daerah yang terkena gesekan secara terus menerus memiliki stratum spinosum
yang tebal dengan lebih banyak tonofilamen dan desmosom.
5. Stratum basale
Stratum basale terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal
pada perbatasan dermo-epidermal. Sel-sel basal ini berfungsi reproduktif. Lapisan
ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel yang berbentuk kolumnar dengan
protoplasma basofilik inti lonjong dan besar dan sel pembentuk melanin yang
berwarna muda, inti gelap, dan memiliki butir pigmen. Sejumlah besar desmosom
saling mengikat sel-sel pada lapisan ini pada permukaan lateral dan atas
sedangkan hemidesmosom membantu mengikat sel ini pada lamina basalis.
Epidermis manusia diperbaharui setiap 15-30 hari bergantung pada usia, bagian
tubuh dan faktor lain. Semua sel dalam stratum basale mengandung filamen
keratin intermediet. Sewaktu sel berpindah ke atas, jumlah filamen juga
bertambah sehingga mencapai setengah jumlah protein total begitu sel berada di
stratum korneum.1,9

DERMIS
Dermis berasal dari lapisan mesoderm embrional. Terdiri dari jaringan
penyambung dengan beberapa lapisan serat kolagen dan serat elatis. Epidermis
dilekatkan pada dermis melalui lamina basal dan ikatan ini diperkuat oleh adanya
tonjolan-tonjolan dermis ke epidermis yang disebut papila. Epidermis
dipermukaan tonjolan dermis ini membentuk rigi (pematang) dengan alur
diantaranya. Pola rigi dan alur ini yang terbentuk pada bulan ketiga dan keempat
kehidupan janin, gambarannya khas pada tiap individu. Gambaran khas pada
telapak tangan, kaki, dan jemari ini disebut sidik jari. Dermis bagian permukaan
yang membentuk papila atau tonjolan ke epidermis, lapisan ini disebut stratum
papilare. Stratum pailare tersusun lebih longgar ditandai oleh banyak papila
dermis yang berjumlah 50-250 per mm2. Jumlah papila terbanyak dan lebih dalam
pada daerah yang menerima tekan dan gesekan paling besar misalkan pada telapak
kaki. Sebagian besar papila mengandung pembuluh kapiler yang memberi nutrisi
pada epitel diatasnya. Papila lainnya mengandung badan akhir saraf sensorik
untuk reseptor perabaan yang disebut badan meissner.
Lapisan dermis dibawah strtum papilare disebut stratum retikulare.
Lapisan ini lebih padat, tebal dan dalam. Terdiri atas berkas-berkas kolagen kasar
tersusun rapat. Rongga-rongga diantara berkas serat terisi jaringan lemak, kelenjar
keringat, dan kelenjar sebasea serta folikel rambut. Serat otot polos juga
ditemukan pada tempat-tenpat tertentu seperti m.arector pili yang menempel pada
folikel rambut membentuk lapisan tipis pada scrotum, prepusium, dan puting
payudara. Otot ini turut berperan dalam ekspresi fasial. Lapisan retikular dibagian
yang lebih dalam menyatu dengan hipodermis atau fasia superfisialis dibawahnya
yang terdiri atas jaringan ikat longgar yang banyak mengandung jaringan lemak.
Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit. Merupakan sel-sel jaringan ikat seperti
fibroblas, fibrosit, sel lemak, sedikit makrofag dan sel mast. Pada daerah yang
berpigmen ditemukan melanosit.1,8

b. RAMBUT

Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel


rambut yang merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan dermis
dibawahnya. Pertumbuhan rambut berlangsung dalam bagian pangkal folikel yang
menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri atas sel-sel epitelial yang
aktif membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang banyak
mengandung pembuluh darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup
folikel rambut. Papila dermis dalam bulbus pili ini disebut papila pili. Batang
rambut dibentuk oleh sel folikel yang paling dalam yang membatasi papila yang
disebut sel matriks. Sel-sel folikel rambut merupakan lanjutan dari startum basal
dan spinosum epidermis kulit. Pada permulaan perkembangan semua sel pada
folikel aktif bermitosis akan tetapi seltelah folikel terdiferensiassi sempurna hanya
tinggal sel-sel matriks yang aktif bermitosis dan menghasilkan berbagai bagian
rambut yaitu, medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen melanin ditemukan
terjepit diantara dan di dalam sel tersebut sehingga mewarnai rambut. M. arector
pili melekat ke sarung folikel dan berinsersi di daerah papila dermis pada
epidermis. Kontraksi ini menyebabkan rambut menegak dan menarik ke dalam
daerah tempat insersinya pada papila sehingga terjadi keadaan yang tampak pada
kulit yang merinding. Muskulus arektor pili dipersarafi oleh sistem saraf simpatis
dan penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau ketakutan.1,8
2.2 Struktur lapisan kulit dan rambut

Kulit atau integumen terdiri atas Epidermis di sebelah luar dan Dermis di
sebelah dalam. Epidermis adalah lapisan nonvaskular yang dilapisi epitel berlapis
gepeng dengan lapisan tanduk dengan jenis dan lapisan sel berbeda-beda. Dermis
terletak tepat di bawah epidermis dan ditandai oleh jaringan ikat padat tidak
teratur. Di bawah dermis terdapat hipodermis atau lapisan subkutis, jaringan ikat
dan jaringan adiposa.

Berdasarkan ketebalan lapisan epidermisnya, dibedakan antara kulit tebal


(glabrosa, atau licin dan tidak berambut) yang terdapat pada telapak tangan dan
telapak kaki, tebalnya kira-kira 75 sampai 150 mili mikron; dan kulit tipis
(berambut), yang terdapat pada bagian tubuh lainnya, dengan tebal kira-kira 400
sampai 600 mili mikron.

Terdapat 4 jenis sel di epidermis, yakni keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan
sel Merkel.

Keratinosit membelah, tumbuh, bergerak ke atas, dan mengalami keratinisasi


atau kornifikasi, dan membentuk lapisan epidermis protektif bagi kulit.
Melanosit berasal dari sel krista saraf. Sel ini memiliki juluran sitoplasma
yang tidak teratur dan bercabang ke dalam epidermis. Melanosit terletak
antara stratum basal dan stratum spinosum dan menyintesis pigmen coklat tua
melanin. Melanin dibentuk dari asam amino tirosin oleh melanosit. Melanin
memberi warna gelap pada kulit, dan pemaparan kulit terhadap sinar matahari
merangsang pembentukan melanin. Fungsi melanin adalah melindungi kulit
dari efek radiasi ultraviolet yang merusak.
Sel Langerhans terutama ditemukan di stratum spinosum. Sel ini berperan
dalam respons imun tubuh. Sel Langerhans mengenal, memfagosit, dan
memproses antigen asing dan menyajikannya pada limfosit T untuk memicu
respons imun. Karena itu, sel ini berfungsi sebagai sel penyaji-antigen kulit.
Sel Merkel ditemukan di lapisan basal epidermis dan paling banyak di ujung
jari. Karena sel ini berhubungan erat dengan akson eferen (sensorik) tidak
bermielin, sel ini diduga berfungsi sebagai mekanoreseptor untuk mendeteksi
tekanan.1,3

Lapisan Epidermis :

a. Stratum Basal (Germinativum)


Lapisan paling dalam atau dasar di epidermis. Lapisan ini terdiri dari satu
lapis sel kolumnar hingga kuboid yang terletak pada membran basalis yang
memisahkan dermis dari epidermis. Sel di stratum basal berfungsi sebagai sel
induk bagi epidermis, karena itu, di lapisan ini banyak ditemukan aktivitas
mitosis. Sel membelah dan mengalami pematangan sewaktu bermigrasi ke
atas menuju lapisan superfisial. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30
hari, bergantung pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain.
b. Stratum Spinosum
Lapisan kedua dari dasar. Lapisan ini terdiri dari empat sampai enam
tumpukan sel kuboid, atau agak gepeng dengan initi di tengah dan sitoplasma
yang bercabang-cabang yang terisi berkas filamen. Pada sediaan histologik
rutin, sel di lapisan ini menciut. Akibatnya, ruang interselular memperlihatkan
banyak tonjolan sitoplasma, atau spina (duri), yang keluar dari
permukaannya.
a. Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri dari 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul basofilik kasar yang disebut granul keratohialin. Granula
tidak dibungkus oleh membran dan berkaitan dengan berkas tonofilamen
keratin. Kombinasi tonofilamen keratin dan keratohialin di sel ini
menghasilkan keratin. Keratin yang dibentuk dengan cara ini adalah keratin
lunak kulit. Selain itu, sitoplasma sel mengandung granula lamellosum
terbungkus membran yang dibentuk oleh lapis ganda lemak. Granula
lamellosum dikeluarkan ke dalam ruang intraselular stratum granulosum
sebagai lapisan lemak dan menutupi kulit. Proses ini menyebabkan kulit
relatif impermeabel terhadap air.

b. Stratum Lusidum
Lapisan ini bersifat translusens dan terdiri atas lapisan tipis sel epidermis
eosinofilik yang sangat gepeng, hanya dapat ditemukan pada kulit tebal. Sel-
selnya tersusun rapat, organel dan inti tidak tampak lagi, serta sitoplasma
terutama terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam matriks
padat-elektron.

c. Stratum Korneum
Lapisan ini terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng berkeratin tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi filamen keratin lunak. Sel superfisial berkeratin di
lapisan ini secara terus-menerus dilepaskan atau mengalami deskuamasi serta
diganti oleh sel baru yang muncul dari stratum basal di sebelah dalam.
Selama proses keratinisasi, enzim-enzim hidrolitik lisosom merusak nukleus
dan organel sitoplasma, yang kemudian lenyap ketika sel terisi oleh keratin.
Setelah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas protein amorf dan
fibrilar dan membran plasma yang menebal disebut sel tanduk.

Lapisan Dermis :

a. Stratum Papillare
Lapisan ini tipis, terdiri dari jaringan ikat longgar. Terdapat fibroblast dan sel
jaringan ikat yang lain seperti sel mast dan makrofag. Leukosit yang keluar
dari pembuluh (ekstravasasi) juga dijumpai.

b. Stratum Retikulare
Lapisan ini lebih tebal, terdiri dari jaringan ikat padat tak teratur. Memiliki
lebih banyak serat dan lebih sedikit sel daripada stratum papilare.
Lapisan Hipodermis (subkutan) :

Lapisan ini terdiri atas jaringan kulit longgar yang megikat kulit secara
longgar pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan kulit bergeser di
atasnya. Hipodermis sering mengandung sel-sel lemak yang jumlahnya bervariasi
sesuai daerah tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi
seseorang.1,3

Struktur rambut

Selubung akar luar

Mengandung filament protein epitel keratin intermediet.


Selubung akar dalam

Kutikula

Terdiri atas lapisan keratin dan protein tinggi sulfur. berfungsi untuk
menjaga integritas serat, melindungi terhadap kekeringan dan pengaruh
lain dari luar.

Korteks

Terdiri atas serabut polipeptida yang memanjang dan saling berdekatan.


Lapisan yang mengandung pigmen

Medulla


3-4 lapis sel kubus yang berisi keratohialin, badan lemak, dan rongga
udara. Vellus tidak mempunyai medula

2.3 Fungsi Kulit dan Rambut

Bagian epidermis inilah yang mempunyai mekanisme proteksi yang


sangat penting (Elias, Feingold & Fluhr, 2003) antara lain:
Mensintesis mediator inflamasi seperti prostaglandins, eocosanoids,
leucotriene, histamin, sitokin.
Sintesis antioksidan termasuk glutation, oksidase, katalase, sitokron P450,
vitamin C dan E.
Heat-shock protein.
Molekul-molekul yang mengabsorbsi radiasi sinar ultra violet, seperti :
melanin, trans urocanic acid.
Molekul pengikat air sebagai natural moisturizing factors.
Enzim-enzim untuk glukoronidasi, mekanisme hidroksilasi dan sulfation.
Sistem anti mikrobial seperrti lemak permukaan kulit, lapisan asam kulit
(surface acidification), ironbinding proteins, komplemen dan peptida anti
microbial.

Dermis terdiri dari jaringan ikat yang ada dibawah epidermis, berfungsi :

Sebagai penopang struktur dan nutrisi melalui pembuluh darah yang ada
didalam jonjot-jonjot yang menjorok ke atas, disebut papila dermis.
Didalam dermis terdapat serabut-serabut kolagen , serat-serat elastin, serabut
serabut otot dan substansia dasar dari mukopolisakarida. Ini semua membantu
kelenturan kulit yang pada proses penuaan akan mulai berkurang.

Fungsi proteksi kulit penting lain adalah pertahanan terhadap bahaya sinar
matahari. Rangsangan sinar matahari ini dapat diatasi dengan fungsi barrier kulit.
Proteksi terhadap sinar matahari selain oleh epidermis, diperankan pula oleh
melanin.
Fungsi utama kulit :
Perlindungan
Epitel berlapis dengan lapisan tanduk melindungi permukaan tubuh terhadap
abrasi mekanik dan membentuk sawar fisik terhadap patogen atau
mikroorganisme asing. Karena adanya lapisan glikolipid di antara sel-sel
stratum granulosum, epidermis juga tidak permeabel terhadap air. Lapisan ini
juga mencegah hilangnya cairan tubuh melalui dehidrasi. Peningkatan sintesis
pigmen melanin melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.
Regulasi suhu
Latihan fisik atau lingkungan yang panas meningkatkan proses berkeringat.
Mekanisme ini memungkinkan hilangnya sebagian panas tubuh melalui
penguapan keringat dari permukaan kulit. Selain berkeringat, termoregulasi
juga melibatkan dilatasi pembuluh darah untuk memungkinkan aliran darah
maksimum ke kulit. Fungsi ini juga meningkatkan pengeluaran panas.
Sebaliknya, di daerah dingin, panas tubuh dipertahankan dengan konstriksi
pembuluh darah dan penurunan aliran darah ke kulit.

Persepsi sensorik
Kulit adalah organ sensorik bagi lingkungan luar. Banyak ujung saraf
terbungkus dan bebas di dalam kulit berespons terhadap suhu (panas dan
dingin), sentuhan, nyeri, dan tekanan. Organ sensoris :
Badan Ruffini di dermis dan subkutis : peka rangsangan panas
Badan Krause di dermis : peka rangsangan dingin
Badan Traktik Meissner di papila dermis : peka rangsangan rabaan
Badan Merkel Ranvier di epidermis : peka rangsangan rabaan
Badan Paccini di epidermis : peka rangsangan tekanan
Ekskresi
Melalui mpembentukan keringat oleh kelenjar keringat, eir, larutan garam,
urea dan produk sisa bernitrogen dapat diekskresikan melalui permukaan kulit.1,4

2.4 Tipe-tipe kulit


Setiap orang tidak sama sensitifitasnya terhadap paparan sinar matahari
demikian juga perwarnaannya pada kulit. Oleh karena itu, pada paparan sinar UV
kulit manusia dibagi menjadi 6 tipe:
Tipe I:
- Sangat sensitif terhadap sinar UV
- Mudah terbakar
- Tidak pernah terjadi hiperpigmentasi
- Diperlukan SPF 15
Tipe II:
- Sangat sensitif terhadap sinar UV
- Mudah terbakar
- Terjadi hiperpigmentasi ringan
- Diperlukan SPF 15
Tipe III:
- Sensitif terhadap sinar UV
- Dapat terbakar tetapi ringan
- Terjadi hiperpigmentasi ringan
- Diperlukan SPF 10-15
Tipe IV:
- Kurang sensitif terhadap sinar UV
- Dapat terbakar tetapi ringan
- Selalu terjadi hiperpigmentasi
- Diperlukan SPF 6-10
Tipe V:
- Sensitifitasnya terhadap sinar UV sedikit sekali
- Jarang terbakar
- Terjadi hiperpigmentasi yang jelas
- Diperlukan SPF 4-6
Tipe VI:
- Tidak sensitif terhadap sinar UV
- Tidak pernah terbakar
- Terjadi hiperpigmentasi (sangat hitam)
- Tidak diperlukan tabir surya

Kepekaan kulit seseorang terhadap sinar UV sehingga timbul kerusakan yang akut
atau kronik ada hubungannya dengan tipe kulit, kekuatan radiasi sinar UV
lamanya paparan, kebiasaan seseorang pada paparan sinar matahari, dan faktor
keturunan. 12

2.5 Proses Melanogenesis


Warna kulit manusia ditentukan oleh campuran beberapa kromofore yaitu
oxyhemoglobin (memberikan warna merah), deoxygenated hemoglobin (biru),
carotene suatu pigmen eksogen (kuning-oranye), melanin (coklat). Melanin
merupakan komponen utama pada pembentukan warna kulit, baik epidermal
pigmentation maupun dermal pigmentation. Spektrum warna kulit manusia
berdasar respons terhadap sinar matahari ada 6 tipe yang disebut Skin Phototypes
(SPT). Respons kulit terhadap paparan sinar matahari dapat terjadi akut, seperti
timbulnya reaksi terbakar (sunburn) dan pigmentasi, maupun kronis yang dapat
menyebablan penuaan dini dan pertumbuhan tumor. Reaksi terbakar biasanya
diikuti dengan warna kemerahan sampai coklat atau dikenal dengan Tanning
(=gosong, bahasa Jawa)
5

Sintesis melanin :

Pembentukan melanin terjadi didalam melanosit, suatu sel berdendrit yang


terletak pada lapisan basal epidermis dan memproyeksikan dendrit-dendritnya ke
epidermis. Dendrit adalah semacam tangan yang dapat mencapai keratinosit
dalam jarak yang cukup jauh untuk mentransfer melanosomes, yaitu organela
yang berisi melanin. Diperkirakan satu melanosit dapat mencapai 36 keratinosit
dan mengadakan kontak didalam satu kesatuan yang disebut epidermal melanin
unit. Proses pembentukan melanin dan transfernya melalui pengaturan yang
sangat kompleks pada tingkat sel, sub sel, molekul dan genetik. Produk melanin
yang dihasilkan akan menentukan warna kulit, rambut dan mata, karena selain
epidermis melanin juga terdapat di folikel rambut, retina, leptomeningal, telinga
bagian dalam dan lain-lain jaringan.

Densitas melanosit pada bagian bagian tubuh bervariasi tergantung lokasi,


seperti di kulit kepala dan lengan bawah terdapat kurang lebih 2000 melanosit
setiap millimeter kubik, sedangkan selain kedua tempat itu hanya kurang lebih
1000 melanosit. Jumlah melanosit tidak dipengaruhi oleh perbedaan ras, tetapi
warna kulit manusia lebih ditentukan oleh aktivitas melanogenik didalam
melanosit seperti sintesis melanin, produksi melanosomes, besar, bentuk, warna
dan tipe melanosomes serta model transfer dan distribusinya ke keratinosit.
Sebagai contoh pada kulit Kaukasia didapatkan 3-8 melanosomes menjadi satu
didalam keratinosit sedangkan pada kulit hitam jumlahnya lebih banyak dan
didistribusikan merata ke seluruh sitoplasma keratinosit.

Dengan semakin bertambah usia jumlah melanosit epidermis akan


menurun terutama di tempat yang tidak terpapar sinar matahari, 8-10%
densitasnya berkurang setiap dekade usia, kecuali pada daerah genetalia. Diduga
pengaruh hormone seks yang mempertahankan warna kulit dan rambut genital
sehingga relativ konstan. Biosintesis melanin terjadi didalam melanosomes,
dibawah pengaruh genetik dan dapat dipengaruhi pula oleh stimulus dari luar
seperti sinar matahari. Ada dua bentuk melanin yaitu eumelanin yang memberikan
warna gelap (hitam-coklat) dan pheomelanin memberi warna cerah (kuning-
kemerahan). Keduanya di sintesis dari oksidasi tirosin oleh ensim tirosinase,
melalui jalur yang dikenal sebagai Raper Mason Pathway. Tirosin dirubah
menjadi DOPA dan DOPA quinon lebih dahulu sebelum menjadi eumelanin (via
indole quinon) atau pheomelanin (via cysteinyl DOPA).

Apabila sintesis berkurang atau terjadi penurunan rate transfer


melanosomes dari melanosit ke keratinosit serta peningkatan deskuamasi stratum
korneum menyebabkan keadaan hipopigmentasi kulit atau sebaliknya. Peran
reseptor membrane sel penting dalam pengenalan dan interaksi pada proses
transfer melanosomes, demikian pula kecepatan gerakan sel sel basal ke
permukaan untuk menjadi sel sel stratum korneum serta kohesivitas antar
korneosit akan menentukan konsentrasi melanin di epidermis. Pengaruh hormon
Melanocyte stimulating Hormon (MSH), estrogen dan progresteron juga ikut
berperan pada proses melanogenesis walaupun mekanisme kerja nya belum jelas.

Faktor-faktor penting dalam interaksi antara keratinosit dan melanosit yang


menyebabkan pigmentasi pada kulit: (1) kecepatan pembentukan granul melanin
dalam melanosit, (2) perpindahan granul ke dalam keratinosit, dan (3)
penempatan terakhirnya dalam keratinosit.5
2.6 Faktor yang mempengaruhi perbedaan tekstur dan warna pada kulit dan
rambut

Warna kulit dapat dipengaruhi oleh dua hal:

Fisiologis

Genetik
Warna kulit manusia dipengaruhi oleh jumlah melanin yang terkandung
pada lapisan. Tidak terdapat perbedaan jumlah melanosit diantara ras di
dunia. Yang membedakan adalah aktifitas dari tirosinase.
Lingkungan
Warna kulit dapat dipengaruhi oleh lingkungan seperti paparan sinar
matahari. Aktifitas melanosit dipengaruhi oleh sinar matahari. Apabila
seseorang sering terpapar sinar matahari maka akan meningkatkan aktifitas
melanosit yang berdampak pada peningkatan produksi dari melanin.
Sirkulasi darah
Pembuluh darah yang terdapat dibawah kulit dapat mempengaruhi warna
kulit seseorang. Aliran darah dibawah kulit yang normal akan
menyebabkan warna kulit seseorang menjadi cerah dan terang. Namun
apabila sirkulasi terganggu maka warna kulit akan menjadi lebih pucat.
Hal ini dapat terjadi pada seseorang dengan anemia.

Patologis

Genetik
Kelainan genetik dapat mempengaruhi warna kulit seseorang seperti pada
penderita albino. Pada seseorang dengan penyakit albino hormone
tirosinase tidak bekerja sehingga pigmen melanin tidak diproduksi.
Sistemik
Penyakit sistemik dapat menyebabkan perubahan warna kulit baik secara
lokal ataupun generalisata. Pada seseorang yang kekurangan hormon
kortisol dari korteks adrenal menyebabkan produksi ACTH yang
berlebihan, yang meningkatkan pigmentasi kulit, seperti pada penyakit
Addison.
Lokal
Penyakit kulit yang bersifat lokal dapat menyebabkan perubahan warna
kulit. Hal ini dapat terjadi pada seseorang dengan penyakit kusta. Pada
penyakit ini terjadi hipopigmentasi pada kulit akibat dari infeksi bakteri
mikobakterium leprae.

2.7 Asupan nutrisi pada kulit dan rambut

NUTRISI PADA KULIT

Kulit merupakan indikator gaya hidup sehat seseorang yang paling


kuat. Kulit bagaikan cermin kesehatan seseorang. Kerutan, kulit kering, kulit
berminyak, kulit berjerawat, dan flek hitam mencerminkan gaya hidup yang
tidak sehat, seringkali disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat, sering
mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan mengabaikan kebutuhan kulit
akan nutrisi.
Kebanyakan orang menggunakan cara-cara instan seperti menggunakan
kosmetik, lotion, sabun, scrub, toner dan krim yang mengandung bahan kimia.
Akan tetapi tindakan seperti itu justru dapat menyebabkan masalah baru untuk
kulit yaitu kulit akan kekurangan nutrisi yang dibutuhkan kulit. Semua konidisi
kulit seperti kerutan, kulit kering, kulit berminyak, kulit berjerawat, dan flek
hitam merupakan cerminan dari kebutuhan internal tubuh kita, salah satunya
yaitu kebutuhan nutrisional. Penelitian membuktikan bahwa kulit bereaksi
dengan baik terhadap vitamin tertentu, mineral, dan anti oksidan yang
menutrisi kulit dan membuat kulit tampak lebih muda dan sehat.
Secara garis besar ada 3 kelompok nutrisi penting untuk kesehatan kulit, yaitu:
A. Air
B. Trace mineral (Silika, Zink, dan Sulfur)
C. Anti-oksidan (Vitamin A, C, dan E)

1. Air
Tidak diragukan lagi, air merupakan hal terpenting yang dikonsumsi
setiap hari. Air menjadi medium perantara bagi semua reaksi kimia yang
berlangsung di dalam tubuh. Air juga membantu membersihkan dan membilas
debris-debris, minyak maupun toksin dari kulit.
2. Silika
Merupakan salah satu nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Silika
mampu menguatkan jaringan penghubung pembuluh darah, rambut, ikatan
persendian, kuku, dan tulanag rawan. Jika tubuh kekurangan nutrisi yang satu
ini, akan memnyebabkan elastisitas kulit menurun dan dapat menurunkan
kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka. Sumber bahan makanan yang
mengandung silika diantaranya yaitu: bawang bombay, strawbery, mangga,
ketimun dan asparagus.

3. Zink
Merupakan komponen penting untuk kesehatan kulit terutama bagi
orang dengan kulit berjerawat. Jerawat itu sendiri merupakan gejala
kekurangan zinc. Zinc berperan sebagai pengontrol produksi minyak pada
kulit dan mengontrol beberapa hormon yang menyebabkan jerawat. Zinc juga
mampu mempertahankan kemampuan indera manusia meliputi indera
penglihatan, indera perasa, dan indera penciuman. Sumber bahan makanan
yang kaya akan zinc meliputi jahe, kacang brazil, gandum dan telur.

4. Sulfur
Sulfur diketahui dapat membantu terjadinya detoksifikasi di dalam
tubuh. Asam aminonya, sistein dan metionin dapat meningkatkan produksi
protein untuk pembentukan sel kulit baru dan pembentukan rambut serta
turunan kulit lainnya.

5. Vitamin A, C, dan E
Vitamin C sangat besar peranannya dalam mengurangi dampak radikal
bebas, seperti yang disebabkan oleh kontak dengan sinar matahari yang terlalu
lama. Radikal bebas memakan kolagen dan elastin. Vitamin C yang
dikombinasikan dengan vitamin E sangat efektif dalam melindungi kulit dari
radiasi yang berlebih-lebihan. Vitamin C sangat mudah kita peroleh dari buah-
buahan seperti jambu biji merah, tomat, brokoli,dan lobak cina.
Vitamin E merupakan antioksidan yang sangat bermanfaat dalam mengurangi
dampak radiasi sinar matahari pada saat dikombinasikan dengan vitamin A.
Vitamin E juga efektif dalam mencegah penyakit kanker kulit. Vitamin E juga
dapat mengurangi kerutan pada kulit dan kulit kering. Vitamin E dapat
diperoleh dari biji bunga matahari, bayam, tomat, buah persik, alpukat, kubis,
asparagus.
Vitamin A dapat memperbaiki kulit. Kekurangan vitamin yang satu ini
dapat menyebabkan kulit menjadi kering dan kulit menjadi mengeripik.
Vitamin A biasanya digunakan dalam mengobati jerawat dan penyakit kulit
lainnya. Sumber makanan yang mengandung vitamin A tinggi yaitu hati,
wortel, kentang, semangka, sayur hijau, bayam, dll. Vitamin A yang diperoleh
secara alami lebih baik daripada vitamin A yang diperoleh dari suplemen.
Konsumsi viatamin A yang berlebihan sangat buruk untuk kesehatan karena
vitamin A merupakan fat-soluble vitamin (vitamin berlemak yang dapat larut).
Jadi konsumsi vitamin harus seimbang.

6. Asam Lemak Omega-3


Merupakan komponen yang bertanggungjawab dalam memperbaiki
kulit. Karena tubuh tidak dapat memproduksi sendiri Asam lemak omega-3,
maka harus diperoleh dengan cara diet. Konsumsi asam lemak omega-3 harus
seimbang dengan asam lemak omega-6 yang dapat diperoleh dari ikan salmon.
Keseimbangan tersebut akan menghasilkan kulit lebih lembut dan kelihatan
lebih muda. Asam lemak omega-3 juga dapat diperoleh dari minyak ikan.
Minyak ikan juga dapat mencegah beberapa penyakit diantaranya depresi dan
penyakit jantung. 6

NUTRISI PADA RAMBUT

Protein
Protein harus dipenuhi dengan cukup. Suplai protein dan asam amino
sulfur (metionin dan sistein) akan mengganggu reaksi metabolisme folikel rambut,
sehingga akan berperngaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan
rambut. Disamping itu asam amino L-lisin juga berperan pada kesehatan rambut,
melalui perannya dalam pengambilan besi (Fe) dan seng (Zn) ke rambut.
Vitamin
Vitamin sangat penting bagi rambut. Kekurangan vitamin yang larut air,
dalam hal ini asam pantotenat, riboflavin, dan biotin akan menyebabkan
kerontokan rambut.
Mineral
Beberapa mineral mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan
rambut. Besi misalnya, apabila simpanan besi di tubuh tidak cukup, yang
direfleksikan dengan kadar ferritin serum, akan menyebabkan kerontokan
rambut. Hal ini sudah lama diteliti dengan pemberian suplemen besi pada wanita
yang mengalami kekurangan besi dan mengalami kerontokan rambut. Seng (Zn)
juga berperan dalam menjaga kesehatan rambut. Mineral lain adalah
silikon. Silikon yang diberikan dalam bentuk choline-stabilized orthosilicic
acid dapat memperbaiki daya rentang rambut, termasuk elastisitas dan keretakan,
dan menhasilkan rambut yang lebih tebal.18,19

2.8 Penuaan pada kulit


1. Proses penuaan pada kulit

Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang secara langsung akan
memperlihatkan terjadinya proses penuaan pada seseorang. Perubahan-perubahan
yang terlihat pada penuaan kulit seperti kulit menjadi kering, kasar, kendor, dan
keriput disertai garis-garis ekspresi wajah yang nyata dan sebagainya, akan sangat
mempengaruhi penampilan seseorang dan secara langsung akan memperlihatkan
gambaran bahwa seseorang telah memasuki usia.12
Penuaan kulit merupakan suatu fenomena yang berkelanjutan dan
multifaktorial yaitu terjadinya pengurangan baik dalam ukuran maupun jumlah
dari sel-sel dan pengurangan kecepatan berbagai fungsi organik baik pada tingkat
seluler ataupun molekuler5. Saat mulai terjadinya proses penuaan kulit tidak sama
pada setiap orang. Pada orang tertentu dapat terjadi sesuai dengan usianya, tetapi
pada sebagian orang proses penuaan kulit datang lebih awal (proses penuaan dini)
dan dapat pula terjadi lebih lambat dibandingkan dengan usianya. Hal ini
menunjukkan bahwa proses penuaan pada setiap individu sangat bergantung pada
berbagai faktor yang mempengaruhi proses penuaan tersebut.
Ada dua proses penuaan kulit, yaitu proses penuaan yang disebabkan oleh
faktor intrinsik (intrinsic aging). Proses ini disebut juga proses penuaan sejati,
yaitu proses penuaan yang berlangsung secara alamiah yang disebabkan oleh
berbagai faktor fisiologik dari dalam tubuh sendiri, seperti genetik, hormonal, dan
ras (Yaar & Gilchrest, 2008; Baumann & Saghari, 2009). Perubahan kulit terjadi
secara menyeluruh dan perlahan-lahan sejalan dengan bertambahnya usia serta
dapat menyebabkan degenerasi yang ireversibel (Leijden, 1990; Yaar & Gilchrest,
2008; Baumann & Saghari, 2009).
Proses kedua adalah proses penuaan ekstrinsik (extrinsic aging,
photoaging, premature aging), yaitu proses penuaan yang terjadi akibat berbagai
faktor dari luar tubuh, seperti sinar UV (Wlascheck, et al., 2001;Baumann &
Saghari, 2009), kelembaban udara (Cunnningham, 2003; Yaar & Gilchrest, 2008),
suhu (Leijden, 1990; Baumann & Saghari, 2009),polusi (Baumann & Saghari,
2009), dan lain-lain. Perubahan kulit yang terjadi tidak menyeluruh dan tidak
sesuai dengan usia sebenarnya. Proses penuaan dini dapat dihambat atau dicegah
dengan menghindari faktor yang mempercepat proses ini (Cunnningham, 2003;
Yaar & Gilchrest, 2007; Baumann & Saghari, 2009).
Kulit sendiri memiliki kemampuan untuk membatasi kerusakan yang
disebabkan oleh pajanan sinar UV misalnya melalui penghamburan cahaya oleh
stratum korneum, penyerapan cahaya oleh melanin dan perbaikan DNA (DNA
repair), dan melalui sistem antioksidan yangberfungsi mempertahankan
keseimbangan antara prooksidan dan antioksidan (Pillai, et al., 2005; Dong, et al.,
2008).
Sistem antioksidan kulit meliputi komponen enzimatik dan nonenzimatik.
Komponen enzimatik berupa SOD, katalase, glutation peroksidase, dan glutation
reduktase, sedangkan komponen nonenzimatik berupa flavonoid, vitamin A,
vitamin C, vitamin E, selenium, seng, dan glutation. Antioksidan enzimatik yang
terpenting dalam melindungi sel dari sinar ultraviolet B (UVB) adalah SOD.
Aktivitas SOD akan meningkat guna melawan ROS yang terbentuk akibat pajanan
sinar UV. Sistem yang kompleks ini merupakan mekanisme pertahanan pertama
kulit untuk melawan serangan radikal bebas (Pillai, etal., 2005; Baumann &
Allemann, 2009).12,13,14,15,16,17

2.9 Proteksi kulit


Kulit dan rambut merupakan selah satu organ tubuh kita yang
memerankan fungsi special dalam menunjang kehidupan kita. Kulit berperan
melindungi organ dalam tubuh kita dari jejas, infeksi bakteri, virus. Kulit,
rambut dan kelenjar keringat membantu dalam mengontrol temperature tubuh.
Kesehatan kulit dan rambut dapat dicapai dengan cara menjalankan pola hidup
sehat, seperti mengkonsumsi makanan yang sehat, yang mengandung berbagai
vitamin dan zat gizi lainnya. melakukan aktivitas fisik secara teratur,
menangani stress, memberikan perlindungan terhadap radiasi matahari,
membatasi konsumsi alcohol, tidak merokok, dan minum cukup cairan. Pola
hidup yang tidak sehat dapat menimbulkan efek tidak baik pada kulit dan
rambut, seperti kulit yang menjadi kering, kasar, pecah-pecah dan masalah
kulit lainnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan kulit dan rambut:

1. Menjaga kelembaban kulit dengan menggunakan lotions, krim atau


pelembab kulit. Dan jika hendak menggunakan lotions, krim dan
pelembab kulit, hendaknya dipilih yang kandungannya tidak menyebabkan
iritasi pada kulit.

2. Mengurangi paparan radiasi matahari, khususnya pada jam-jam tertensu


(10 pagi- 4 sore), pada saat keluar rumah hendaknya menggunakan
pakaian lengan panjang, atau menggunakan pakaian yang dapat
memberikan perlindungan terhadap paparan sinar matahari.
3. Menggunakan sunscreen yang mengandung Sun Protection Factor (SPF)
Minimal 15 atau lebih. 6

2.10 Paparan UV
Kulit adalah pelindung tubuh dari pengaruh luar terutama dari
sengatan sinar matahari. Sinar matahari mempunyai 2 efek, baik yang
merugikan maupun yang menguntungkan, tergantung dari frekuensi dan
lamanya sinar mengenai kulit, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas
seseorang.
Walaupun berguna untuk pembentukan vitamin D yang sangat
berguna bagi tubuh, sinar matahari dianggap faktor utama dari berbagai
masalah kulit, mulai dari sunburn, pigmentasi kulit, penuaan kulit, hingga
kanker kulit. Kulit yang terkena radiasi sinar UV akan berwarna lebih
gelap, berkeriput, kusam, kering, timbul bercak-bercak coklat kehitaman
(melasma), hingga kanker kulit. Bahkan jauh sebelum efek radiasi itu
terlihat oleh mata telanjang, kulit sebenarnya sudah mengalami kerusakan.
Efek sinar matahari yang merugikan berupa:
Penyinaran matahari yang singkat pada kulit dapat menyebabkan
kerusakan epidermis semetara, gejalanya disebut sengatan surya. Sinar
matahari dapat menyebabkan eritema ringan hingga luka bakar yang
nyeri pada kasus yang lebih parah.
Penyinaran langsung dan lama Sengatan surya yang berlebihan dapat
menyebabkan kelainan kulit mulai dari dermatritis ringan hingga
kanker kulit. Sengatan matahari berlebihan adalah karsinogenik, sinar
ultraviolet dapat menyebabkan kanker kulit. Orang kulit putih lebih
mudah terserang kanker kulit dibandingkan dengan orang kulit hitam.
Penyinaran matahari terdiri dari berbagai spektrum dengan panjang
gelombang yang berbeda, dari inframerah yang terlihat hingga spektrum
ultraviolet. Sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 400 280 nm
dapat menyebabkan sengatan surya dan perubahan warna kulit (Ditjen
POM, 1985).
Panjang gelombang sinar ultraviolet dapat dibagi menjadi 3 bagian:
1. Ultraviolet A ialah sinar dengan panjang gelombang antara 400
315 nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm, dapat
menyebabkan warna coklat pada kulit tanpa menimbulkan
kemerahan sebelumnya disebabkan oleh adanya oksidasi melanin
dalam bentuk leuko yang terdapat pada lapisan kulit.
2. Ultraviolet B ialah sinar dengan panjang gelombang antara 315
280 nm dengan efektivitas tertinggi pada 297,6nm, merupakan
daerah eritomogenik, dapat menimbulkan sengatan surya dan
terjadi reaksi pembentukan melanin awal.
3. Ultraviolet C ialah sinar dengan panjang gelombang di bawah 280
nm, dapat merusak jaringan kulit, tetapi sebagian besar telah
tersaring oleh lapisan ozon dalam atmosfer.8

2.11 SPF alami dan buatan

SPF (Sun Protecting Factor)

Meskipun pajanan matahari berguna bagi kehidupan, pajanan


matahari yang terlalu berlebih juga dapat menimbulkan masalah kesehatan
termasuk diantaranya adalah kanker kulit. Lebih dari 1 juta orang Amerika
didiagnosis menderita kanker kulit per tahun. Diperkirakan 90% menderita
kanker kulit non- melanoma dan 65% menderita kanker kulit jenis
melanoma yang berkaitan dengan pajanan radiasi sinar ultraviolet (UV).
Sinar UV
a. UVA
Sinar UVA tidak diabsorpsi di lapisan ozon. Penetrasinya ke dalam kulit
dapat menyebabkan penuaan dini. Hingga 90% dari permukaan luar kulit
dapat mengalami penuaan karena pajanan sinar matahari.
b. UVB
Sinar UVB sebagian diserap oleh lapisan ozon. Penetrasinya ke dalan kulit
dapat menyebabkan sunburn.
c. UVC
Dua tipe dari jenis sinar UV, yakni UVA dan UVB dapat menyebabkan
kanker kulit dan melemahkan sistem imun kulit. Kedua jenis sinar tersebut juga
berkontribusi dalam mempercepat proses penuaan dini dan katarak karena
perubahan warna kulit.

Gambar 1: Penetrasi Sinar UV di Kulit


Tipe kulit
Tipe kulit mempengaruhi derajat terbakarnya kulit seseorang. Food and
Drug Administration(FDA) mengklasifikasikan tipe kulit berdasarkan skala: tipe 1
dan 2: jenis kulit terang dan mudah terbakar, tipe % dan 6 : tipe kulit gelap dan
tidak mudah terbakar.

Sunscreens dan Sunblock


Sunscreens melindungi kulit dengan menyerap atau merefleksi sinar UVA
dan UVB. Sunblock bekerja melindungi kulit dengan memblok sinar UVA /UVB.
Nilai SPF yang ada pada label sunscreen dan sunblock menggambarkan lama
waktu kulit tidak terbakar matahari karena penggunaan sunscreen/sunblock
tersebut. Misalnya pajanan matahari menyebabkan kulit menjadi terbakar adalah
10 menit, dengan menggunakan sunscreen/sunblock SPF 15 artinya selama
10x15= 150 menit kulit tidak terbakar matahari.

Gambar 2: SPF dan UVB Protection

Beberapa bahan kimia dari sunscreen/sunblock diantaranya adalah


avobenzone dan benzophenone (contoh: dioksibenzone, oksibenzone, atau
sulisobenzone). Apda beberapa kasus bahan kimia dari sunscreen/sunblock dapat
menyebabkan reaksi alergi, jerawat, dan kulit kering. 9,10

2.13 Protein penyusun kulit

Protein penyusun kulit :


Kolagen memiliki efek luar biasa bagi kelembaban dan kecantikan kulit,
bahkan ada produk kosmetik yang menggunakan istilah ini sembari menyebutkan
bahwa produknya mampu menghaluskan kulit dan mengencangkan kulit serta
menghilangkan kerutan halus pada kulit wajah.

Kolagen adalah sebuah unsur protein yang tersusun dalam tubuh. Salah satu
fungsi kolagen ini adalah sebagai pelembab alami bagi kulit.

Sama seperti yang terdapat dalam tubuh manusia, kolagen pada produk kosmetik
merupakan unsur protein juga hanya saja ia berasal dari hewan. Kolagen pada
kosmetik jika digunakan pada kulit wajah akan mampu menahan air sehingga
membuat kulit wajah tetap dalam keadaan lembab. Selain itu juga memberi efek
positif bagi regenerasi sel kulit sehingga kulit wajah yang tadinya kusam dan
keriput dapat diperbaiki dengan bantuan kolagen.

Ada lagi manfaat kolagen bagi kecantikan kulit yaitu dihadirkan bagi mereka yang
memiliki bekas luka atau jerawat. Lubang-lubang pada kulit tersebut dapat
ditutupi dengan menggunakan kolagen, biasanya untuk kasus seperti ini dengan
menggunakan kolagen dalam bentuk serum. Kolagen disuntikkan pada bagian
yang tidak merata, kemudian cairan ini akan membuat jaringan kulit yang baru
sehingga bekas lubang tersebut menjadi tersamarkan.Bisa dibilang inilah cara
mudah menutup bekas luka pada kulit.

kolagen adalah salah satu protein paling melimpah di dalam tubuh kita.
Sekitar 25-30 persen dari semua protein di tubuh dibuat dari kolagen, yang
ditemukan pada jaringan konektif seperti tulang rawan dan tendon. Kolagen juga
memiliki peran yang sangat penting bagi kulit. Kolagen menjadi komponen
pembangun utama pada dermis, salah satu lapisan terendah pada kulit. Protein ini
penting untuk menjaga kulit tetap kencang dan lentur serta kerap disamakan
dengan kasur. Ketika masih baru, kasur masih kencang dan elastis. Lama-
kelamaan, kasur mulai kempes.

Dengan bertambahnya usia, kolagen pada kulit mulai memecah dan kaku.
Saat kulit kita masih muda dan sehat, helaian-helaian kolagen meluncur dengan
mudah satu sama lain sehingga kulit kembali normal setelah Anda meregangkan
wajah karena tersenyum atau mengerutkan dahi. Namun, ketika kolagen mulai
melebur, kulit kehilangan elastisitas dan tidak kembali normal.13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipotesis diterima
Perbedaan tekstur dan warna pada kulit dan rambut disebabkan oleh
faktor ekstrinsik seperti paparan sinar UV dan paparan zat kimia serta
faktor intrinsik seperti genetik ,ras, suku, jenis kelamin, dan usia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Junqueira, L. C, et Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta:
EGC.
2. Soepardiman, Lily.1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Kelainan
rambut. Edisi III, cetakan 1. Jakarta FKUI.hlm 3-6.
3. Eroschenko, V. P.. 2012. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta: EGC.
4. Elias, PM ; Feingold, KR and Fluhr JW, 2003. Skin as an organ of
protection in Freedberg et al (eds). Fitzpatricks Dermatology in General
Medicine, 6th ed. Mc.Graw-Hill Med Publ. Dev. Vol 1:107-127.
5. Klatz, R and Goldman,R. 1997. Theories of aging in Stopping the Cloch.
Keat Publishing, New Canaan, CT.
6. Gawkrodger, David J. Dermatology. Churchill Livingstone, Edinburg.
2003
7. The healthy women: a complete guide for all ages
8. Sadler TW. 2000. Embriologi Kedokteran Langman. Edisi Ke-7. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
9. IARC Working Group (2001) Sunscreens (IARC Handbooks of Cancer
Prevention, Vol. 5), Lyon, International Agency for Research on Cancer,
pp. 148-149. Diunduh pada 25 Oktober 2013.
10. WHO, 2003, Sun Protection: A Primary Teaching Resource. Diunduh pada
25 Oktober 2013.
11. Ekowati S. Harun. Peranan Tabir Surya di Negara Tropis Vol. 6. Lab Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran UNAIR, Surabaya. 2006
12. Cunningham, W. 2003, Aging and photo-aging. in: Baran R, Maibach HI,
(eds). Textbook of Cosmetic Dermatology, 2nd edn. London: Martin
dunitz, pp. 455-67.

13. Yaar, M & Gilchrest, BA 2008, Aging of skin. in: Wollf K, Goldsmith
LA,Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ (eds).
FitzpatricksDermatology in General Medicine. 7th edn. New York:
McGraw-Hill,pp. 963-73.

14. Leijden, J 1990, Clinical features of aging skin: Br J Dermatol. vol. 122,
pp.1-3.

15. Brenneisen, P, Sies, H, & Scharffetter-Kochanek, K 2002, Ultraviolet-B


irradiation and matrix metalloproteinase: from induction via signaling
to initial events. Ann N Y Acad Sci, vol. 973, pp. 31-43.

16. Baumann, L & Saghari, S 2009, Photoaging. in: Baumann L, Saghari, S,


Weisberg (eds). Cosmetic dermatology principles and practice. New
York: McGraw-Hill, pp. 2-19.

17. Pillai, S, Oresajo, C, & Hayward, J 2005, Ultraviolet radiation and skin
aging roles of reactive oxygen species, inflammation and protease
activation and strategies of prevention of inflammation induced matrix
degradation: Int. J. Cosmet.Sci, vol.27, no.1, pp.17-34.
18. Krutmann J and Humbert P (Editors). 2011. Nutrition for Healthy Skin :
Strategies for Clinical and Cosmetic Practice. London : Springer.
19. Pinnock D. 2012. The Clear Skin Cookbook : How the right food can
improve your skin. London : Right Way.

Anda mungkin juga menyukai