Anda di halaman 1dari 23

KONSEP ETIK DAN KODE ETIK KEPERAWATAN

HAK, PERAN DAN FUNGSI PERAWAT DAN UNDANG UNDANG


KEPERAAWATAN

A. KONSEP ETIK KEPERAWATAN


1. PENGERTIAN
Etik adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perilaku
seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan oleh seseorang
dan merupakan suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.
Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaan, perilaku
atau karakter. Sedangkan menurut kamus Webster, etik adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang apa yang baik dan buruk secara moral. Dari pengertian diatas, etika adalah ilmu tentang
kesusilaan yang menentukan bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang
menyangkut aturan- aturan atau prinsip- prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu
baik dan buruk, kewajiban dan tanggung jawab. (Ismani: 2000)
Kode etik profesi merupakan pernyataan yang komprehensif dari bentuk tugas dan
pelayanan dari profesi yang memberi tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan praktek
dibidang profesinya, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga, masyarakat dan teman
sejawat, profesi dan diri sendiri. Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan daftar prilaku
atau bentuk pedoman/panduan etik prilaku profesi keperawatan secara professional (Aiken,
2003). dengan tujuan utama adanya kode etik keperawatan adalah memberikan perlindungan
bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan.
Kode etik profesi disusun dan disyahkan oleh organisasi profesinya sendiri yang akan
membina anggota profesinya baik secara nasional maupun internasional. (Rejeki, 2005). Konsep
etik yang merupakan panduan profesi merupakan tanggung jawab dari anggota untuk
melaksanakannya. Profesi keperawatan sebagai salah satu profesi yang professional dan
mempunyai nilai-nilai/prinsip moral dalam melakukan prakteknya maka kode etik sangatlah
diperlukan. Perawat sebagai anggota profesi keperawatan hendaknya dapat menjalankan kode

Page 1
etik keperawatan yang telah dibuat dengan sebaik-baiknya dengan tetap memegang teguh dan
selalu dilandasi oleh nilai-nilai moral profesionalnya.(Misparsih, 2005)
2. KODE ETIK KEPERAWATAN
Kode etik keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan nilai etika
terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat. Kode etik keperawatan di
Indonesia telah disusun oleh dewan pimpinan pusat Perasatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI) melalui musyawarah nasional PPNI di Jakarta pada tanggal 29 November 1989.
Kode etik keperawatan Indonesia tersebut terdiri dari 4 bab dan 16 pasal. a. Bab 1 terdiri
dari 4 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan
masyarakat.
b. Bab 2 terdiri dari 5 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap tugasnya.
sesama perawat dan profesi kesehatan lain.
d. Bab 4 terdiri dari 4 pasal, menjelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadapa profesi
keperawatan.
e. Bab 5 terdiri dari 2 pasal, menejelaskan tentang tanggung jawab perawat terhadap pemerintah,
bangsa dan tanah air. (Ismani: 2000)
3. TANGGUNG JAWAB PERAWAT DALAM KODE ETIK
KEPERAWATAN
1. Tanggung jawab perawat terhadap klien
a. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa berpedoman pada tanggung jawab
yang bersumber pada adanya kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga dan
masyarakat.
b. Perawat dalam melaksanakan pengabdian dibidang keperawatan, memelihara suasana
lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup
beragama dari individu, keluarga dan masyarakat.
c. Perawat dalam melaksanakan kewajibannyaterhadap individu, keluarga dan masyarakat,
senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.
d. Perawat menjalin hubungan kerjasama dengan individu, keluarga dan masyarakat, khususnya
dalam mengambil prakarsa dan mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada
umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi kepentingan masyarakat.
4. TANGGUNG JAWAB PERAWAT TERHADAP TUGAS

Page 2
a. Perawat memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional
dalam menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
individu, keluarga dan masyarakat.

b. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenangsesuai dengan
ketentuan yang belaku.

c. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang dimilikinya
dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.

d. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya, senantiasa berusaha dengan penuh kesadaran
agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, aliran
politik, agama yang

e. Perawat mengutamakan perlindungan dan keselamatan pasien/klien dalam melaksanakan tugas


keperawatannya, serta matang dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau
mengalihtugaskan tanggung jawab yang ada hubungannya dengan keperawatan.

5. TANGGUNG JAWAB PERAWAT TERHADAP SEJAWAT


a. Perawat memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan tenaga kesehatan lainnya, baik
dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secaramenyeluruh.
b. Perawat menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya kepada sesama
perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan
kemampuan dalam bidang keperawatan.
6. TANGGUNG JAWAB PERAWAT TERHADAP PROFESI
a. Perawat berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-sendiri dan atau
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman yang
bermanfaat bagi perkembangan keperawatan.
b. Perawat menjungjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan menunjukkan perilaku dan
sifat-sifat pribadi yang luhur.
c. Perawat berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelayanan keperawatan, serta
menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
d. Perawat secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi keperawatan
sebagai sarana pengabdiannya.
7. TANGGUNG JAWAB PERAWAT TERHADAP NEGARA

Page 3
a. Perawat melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang telah digariskan oleh
pemerintah dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
b. Perawat berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat. (Ismani: 2000)
8. TUJUAN KODE ETIK KEPERAWATAN
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman sebaya,
masyarakat dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan sendiri maupun hubungannya dengan
profesi lain diluar profesi keperawatan.

2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan yang tidak
mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.

3. Untuk memepertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan secara tidak
adil oleh institusi ataupun masyarakat.

4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat menghasilkan
lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.

5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai atau pengguna tenaga keperawatan akan
pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktik keperawatan. (Ismani: 2000)

9. Hak-hak perawat, menurut Claire dan Fagin (1975), bahwa perawat


berhak:
a. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya
b. Mengembangkan diri melalui kemampuan kompetensinya sesuai dengan latar pendidikannya
c. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundangundangan serta standard
an kode etik profesi
d. Mendapatkan informasi lengkap dari pasien atau keluaregannya tentang keluhan kesehatan dan
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan
e. Mendapatkan ilmu pengetahuannya berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.
f. Diperlakukan secara adil dan jujur baik oleh institusi pelayanan maupun oleh pasien

Page 4
g. Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat menimbulkan bahaya baik
secara fisik maupun emosional
h. Diikutsertakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan pelayanan kesehatan.
i. Privasi dan berhak menuntut apabila nama baiknya dicemarkan oleh pasien dan atau keluargannya
serta tenaga kesehatan lainnya.
j. Menolak dipindahkan ke tempat tugas lain, baik melalui anjuran maupun pengumuman tertulis
karena diperlukan, untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan standar profesi atau kode
etik keperawatan atau aturan perundang-undangan lainnya.
k. Mendapatkan penghargaan dan imbalan yang layak atas jasa profesi yang diberikannya berdasarkan
perjanjian atau ketentuan yang berlaku di institusi pelayanan yang bersangkutan
l. Memperoleh kesempatan mengembangkan karier sesuai dengan bidang profesinya.

10. HAK- HAK PASIEN

Pasal 25 The United nations Universal Declaration Of Human Rights 1948; pasal 1 The United
Nations International Convention Civil and Political Rights 1966 yaitu:

1. Hak memperoleh pemeliharaan kesehatan (the right to health care)

2. Hak menentukan nasib sendiri (the right to self determination)

3. Hak untuk memperoleh informasi (the right to information)

Pernyataan hak- hak pasien (patients bill of rights) dikeluarkan oleh The American Hospital
Association (AHA) pada tahun 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya pemahaman hak- hak pasien yang akan dirawat di rumah sakit.

1. Pasien mempunyai hak untuk mempertimbangkan dan menghargai asuhan keperawatan yang
akan diterimanya.

2. Pasien berhak memperoleh informasi lengkap dari dokter yang memeriksanya berkaitan dengan
diagnosis, pengobatan, prognosis dalam arti pasien layak untuk mengerti masalah yang
dihadapinya.

Page 5
3. Pasien berhak untuk menerima informasi penting dan memberikan suatu persetujuan tentang
dimulainya suatu prosedur pengobatan, serta resiko penting yang kemungkinan akan
dialaminya kecuali dalam situasi darurat.

4. Pasien berhak menolak pengobatan sejauh diizinkan oleh hukum dan diinformasikan tentang
konsekuensi tindakan yang akan diterimanya.

5. Pasien berhak mengetahui setiap perkembangan dari privasinya yang menyangkut program
asuhan medis, konsultasi dan pengobatan yang dilakukan dengan cermat dan dirahasiakan.

6. Pasien berhak atas kerahasiaan semua bentuk komunikasi dan catatan tentang asuhan kesehatan

7. Pasien berhak untuk mengerti bila diperlukan rujukan ketempat lain yang lebih lengkap dan
memperoleh informasi yang lengkap tentang alasan rujukan tersebut dan RS yang ditunjuk
dapat menerimanya.

8. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hubungan RS dengan instansi lain seperti
instansi pendidikan atau instansi terkait lainnya sehubungan dengan asuhan yang diterimanya.

9. Pasien berhak untuk memberi pendapat atau menolak bila diikutsertakan sebagai suatu
eksperimen yang berhubungan dengan asuhan atau pengobatannya.

10. Pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang pemberian delegasi dari dokternya ke
dokter lain bila dibutuhkan dalam rangka asuhannya.

11. Pasien berhak untuk mengetahui dan menerima penjelasan tentang biaya yang diperlukan
untuk asuhan kesehatannya.

12. Pasien berhak untuk mengetahui peraturan atau ketentuan RS yang harus dipatuhinya sebagai
pasien dirawat. (Ismani: 2000)

Pendapat lain tentang beberapa hak pasien yaitu:

1. Hak memberikan consent (persetujuan)


Consent mengandung arti suatu tindakan atau aksi beralasan yang diberikan tanpa paksaan
oleh sesorang yang memiliki pengatahuan yang cukup tentang keputusan yang ia berikan, dimana
secara hukum orang tersebut mampu memberikan consent. Consent diterapkan pada prinsip bahwa
setiap manusia dewasa mempunyai hak untuk menentukan apa yang harus dilakukan terhadapnya.
Kriteria consent yang sah :

Page 6
a. Tertulis
b. Ditandatangani oleh pasien atau orang lain yang bertanggung jawab terhadapnya
c. Hanya ada salah satu prosedur yang tepat dilakukan
d. Memenuhi beberapa elemen penting mengenai penjelasan kondisi, prosedur dan
konsekuensinya, penanganan atau prosedur alternatif, manfaat yang diharapkan, tawaran
diberikan oleh pasien dewasa yang secara fisik dan mental mampu membuat keputusan.

2. Hak untuk memilih mati

Dibuat berdasarkan standar medis oleh dokter. Hak untuk memilih mati sering bertolak
belakang dengan hak untuk hidup.

2. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya


Yang dimasukkan dalam golongan ini adalah orang dengan gangguan mental dan anak- anak
dibawah umur serta remaja dimana secara hukum mereka tidak dapat membuat keputusan tentang
nasibnya sendiri.
3. Hak pasien dalam penelitian
Sering dilakukan dengan melibatkan pasien. Penggunaan obat atau cara penanganan baru
yang melibatkan pasien harus memperhatikan aspek hak pasien.
Hak- hak yang dinyatakan dalam fasilitas asuhan keperawatan (Annas dan Healey) terdiri
dari 4 kategori:
1. Hak kebenaran secara menyeluruh
2. Hak privasi dan martabat pribadi (kerhasiaan dan keamanannya)
3. Hak untuk memelihara pengambilan keputusan untuk diri sendiri sehubungan dengan
kesehatan
4. Hak untuk memperoleh catatan medis baik selama dan sesudah perawatan di rumah sakit.
(Priharjo: 2008)

11. Faktor Yang Mempengaruhi Hak Pasien


1. Meningkatnya kesadaran para konsumen terhadap asuhan kesehatan dan lebih besar partisipasi
meraka dalam perencanaan asuhan

2. Meningkatnya jumlah malpraktek yang terjadi di masyarakat

3. Adanya legislasi (pengesahan) yang diterapkan untuk melindungi hak- hak asasi pasien.

4. Konsumen menyadari tentanga peningkatan jumlah pendidikan dalam bidang kesehatan dan
penggunaan pasien sebagai objek atau tujuan pendidikan dan bila pasien tidak berpartisipasi apakah
akan mempengaruhi mutu asuhan kesehatan atau tidak. (Ismani: 2000)

Page 7
12. Peran Perawat
a. Care Giver (Pelaksana)
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang
dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan
yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.
Pada peran ini perawat diharapkan mampu:
1. Memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
sesuai diagnosis masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai
pada masalah yang kompleks.
2. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan
klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien. Perawat menggunakan proses
keperawatan untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan mulai dari masalah fisik sampai
pada masalah psikologis.
b. Teacher (Pendidik)
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi perubahan perilaku
dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
c. Counselor
Peran perawat disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap
informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
d. Coordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan
kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien. Tujuan Perawat sebagai coordinator adalah :
1) Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.
2) Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.
3) Menggunakan keterampilan perawat untuk : Merencanakan - Mengorganisasikan -
Mengarahkan - Mengontrol
e. Leader (Pemimpin)

Page 8
Kepemimpinan dalam keperawatan menuntut seorang perawat agar memiliki peran sebagai
pemimpin formal atau informal dimana ia dikenal memiliki keahlian dalam praktik keperawatan,
memberikan asuhan keperawatan prima, dipercaya oleh rekan sejawat dan memberikan harapan
bagi yang lainnya, serta dapat menjelaskan visi dan misinya sebagai tenaga keperawatan.
Perawat yang memiliki kepemimpinan juga harus dapat mengkondisikan lingkungan kerja
yang kondusif dan dinamis serta merencanakan pengembangan karier perawat yang jelas dengan
cara aktif memberikan dukungan untuk pengembangan diri perawat. Seorang pemimpin juga harus
dapat memotivasi perawat menjadi pekerja yang ulet, dan mempunyai pandangan ke depan
sehingga meningkatkan profesionalisme mereka. Dalam perkembangan sistem kesehatan yang
progresif, investasi pada pengembangan kepemimpinan akan memberikan hasil (return) yang
signifikan pada pengembangan organisasi yang efektif. (Palestin: 2006).
f. Role Model (Contoh)
Peran perawat sebagai role model adalah segala perilaku yang ditampilkan perawat semestinya
dapat dijadikan panutan, panutan ini digunakan pada semua tingkat pencegahan terutama perilaku
hidup bersih dn sehat, menampilkan profesionalisme dalam bekerja.
g. Administrator
Perawat sebagai administrator berfungsi untuk pengaturan dana, tenaga kerja, program
perencanaan strategi dan pelayanan, evaluasi pegawai dan pengembangan pegawai (Joe: 2009)
h. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Peran perawat sebagai pembuat keputusan adalah untuk memberikan perawatan yang efektif,
perawat menggunakan keahliannya berpikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil
tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi pasien, pemberian perawatan dan
mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik
bagi tiap klien. Perawat membuat keputusan itu sendiri atau berkolaborasi dengan klien, keluarga
dan berkonsultasi dengan profesi kesehatan yang lainnya (Palestin: 2006)
i. Protector
Pada peran ini perawat lebih terfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin
agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh asuhan keperawatan.
j. Client Advocate
Peran perawat sebagai client advocat yaitu:
1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk

Page 9
mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya.
2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus dilakukan karena klien yang sakit dan
dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah
anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat
harus mampu membela hak-hak klien.
Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk didalamnya
peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan
melindungi hak-hak klien (Disparty, 1998 :140).
a. Hak-Hak Klien antara lain :
1. Hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya
2. Hak atas informasi tentang penyakitnya
3. Hak atas privacy
4. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
5. Hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
b. Hak-Hak Tenaga Kesehatan antara lain :
1. Hak atas informasi yang benar
2. Hak untuk bekerja sesuai standart
3. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan klien
4. Hak untuk menolak tindakan yang kurang cocok
5. Hak atas rahasia pribadi
6. Hak atas balas jasa
k. Manager
Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh. Dalam
hal ini perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayanan maupun
pendidikan keperawatan yang berada di bawah tanggung jawabnya sesuai dengan konsep yaitu :
1. Tingkat atas / top manajer
2. Tingkat menengah / middle manajer
3. Tingkat dasar / Supper pacial manajer

l. Rehabilitator

Page
10
Peran perawat sebagai rehabilitator yaitu mengajar dan melaksanakan keperawatan bila
tindakan peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan dan pengobatan tidak berhasil.
Perawat mengembangkan fungsi organ/bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.
m. Comforter
Peran perawat sebagai comforter yaitu berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada
klien.
n. Communicator
Menciptakan komunikasi yang efektif baik dengan tim keperawatan maupun dengan tim
kesehatan lainnya. Perawat bertindak sebagai mediator antara klien dengan tim kesehatan
lainnya. Perawat berperan dalam memberikan penjelasan dengan komunikasi kepada pasien
dalam upaya meningkatkan kesehatannya. Sehingga keluhan pasien terhadap kebutuhan fisik,
jasmani, emosional dan spiritual dapat segera terpenuhi yang secara langsung akan mempercepat
kesembuhan pasein.
13. Fungsi Perawat
a. Fungsi Independen
Dalam fungsi ini, tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat
bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung
jawab terhadap akibat yang timbul dari tindakan yang diambil. Contoh tindakan perawat dalam
menjalankan fungsi independen adalah:
1) Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasien/keluarganya dan menguji secara fisik
untuk menentukan status kesehatan.
2) Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk memelihara
atau memperbaiki kesehatan.
3) Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
4) Mendorong untuk berperilaku secara wajar.
b. Fungsi Dependen
Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang
menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus,
pemberian obat, dan melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis
menjadi tanggung jawab dokter. Setiap tindakan perawat yang berdasarkan perintah dokter,
dengan menghormati hak pasien tidak termasuk dalam tanggung jawab perawat.
c. Fungsi Interdependen

Page
11
Tindakan perawat berdasarkan pada kerjasama dengan tim perawatan atau tim
kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lainnya berkolaborasi
mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin
oleh seorang dokter. Sebagai sesama tenaga kesehatan, masing-masing tenaga kesehatan
mempunyai kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan
bidang ilmunya. Dalam kolaborasi ini, pasien menjadi fokus upaya pelayanan kesehatan.
Contohnya, untuk menangani ibu hamil yang menderita diabetes, perawat bersama tenaga gizi
berkolaborasi membuat rencana untuk menentukan kebutuhan makanan yang diperlukan bagi ibu
dan perkembangan janin. Ahli gizi memberikan kontribusi dalam perencanaan makanan dan
perawat mengajarkan pasien memilih makan sehari-hari. Dalam fungsi ini, perawat bertanggung
jawab secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan lain terhadap kegagalan pelayanan
kesehatan terutama untuk bidang keperawatannya.
14. Nilai-nilai professional yang harus diterapkan oleh perawat
1) JUSTICE (Keadilan) :
Menjaga prinsip-prinsip etik dan legal, sikap yang dapat dilihat dari Justice,adalah: Courage
(keberanian/Semangat, Integrity, Morality, Objectivity), dan beberapa kegiatan yang
berhubungan dengan justice perawat: Bertindak sebagai pembela klien, Mengalokasikan sumber-
sumber secara adil, Melaporkan tindakan yang tidak kompeten, tidak etis, dan tidak legal secara
obyektif dan berdasarkan fakta.
2) TRUTH (kebenaran):
Kesesuaian dengan fakta dan realitas, sikap yang berhubungan denganperawt yang dapat
dilihat, yaitu: Akontabilitas, Honesty, Rationality, Inquisitiveness (ingin tahu), kegiatan yang
beruhubungan dengan sikap ini adalah: Mendokumentasikan asuhan keperawatan secara akurat
dan jujur, Mendapatkan data secara lengkap sebelum membuat suatu keputusan, Berpartisipasi
dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi masyarakat dari informasi yang salah tentang
asuhan keperawatan.
3) AESTHETICS :
Kualitas obyek, kejadian, manusia yang mengarah pada pemberian kepuasan dengan
prilaku/ sikap yang tunjukan dengan Appreciation, Creativity, Imagination, Sensitivity, kegiatan
perawat yang berhubungan dengan aesthetics: Berikan lingkungan yang menyenangkan bagi

Page
12
klien, Ciptakan lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain,
Penampilan diri yang dapat meningkatkan image perawat yang positif

4) ALTRUISM :
Peduli bagi kesejahteraan orang lain (keiklasan) dengan sikap yang ditunjukan yaitu: Caring,
Commitment, Compassion (kasih), Generosity (murah hati), Perseverance (tekun, tabah (sabar),
kegiatan perawat yang berhubungan dengan Altruism:Memberikan perhatian penuh saat merawat
klien, Membantu orang lain/perawat lain dalam memberikan asuhan keperawatan bila mereka
tidak dapat melakukannya, Tunjukan kepedulian terhadap isu dan kecenderungan social yang
berdampak terhadap asuhan kesehatan.
5) EQUALITY (Persamaan):
Mempunyai hak, dan status yang sama, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat yaitu:
Acceptance (menerima), Fairness (adil/tidak diskriminatif), Tolerance, Assertiveness, kegiatan
perawat yang berhubungan dengan equality: Memberikan nursing care berdasarkan kebutuhan
klien, tanpa membeda-bedakan klien, Berinteraksi dengan tenaga kesehatan/teman sejawat
dengan cara yang tidak diskriminatif
6) FREEDOM (Kebebasan):
Kapasitas untuk menentukan pilihan, sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat yaitu:
Confidence, Hope, Independence, Openness, Self direction, Self Disciplin, kegiatan yang
berhubungan dengan Freedom: Hargai hak klien untuk menolak terapi, Mendukung hak teman
sejawat untuk memberikan saran perbaikan rencana asuhan keperawatan, Mendukung diskusi
terbuka bila terdapat isu controversial terkait profesi keperawatan
7) HUMAN DIGNITY (Menghargai martabat manusia):
menghargai martabat manusia dan keunikan martabat manusia dan keunikan individu,
sikap yang dapat ditunjukan oleh perawat, yaitu: Empathy, Kindness, Respect full, Trust,
Consideration, kegiatan yang berhubungan dengan sikap Human dignity: Melindungi hak
individu untuk privacy, Menyapa/memperlakukan orang lain sesuai dengan keinginan mereka
untuk diperlakukan, Menjaga kerahasiaan klien dan teman sejawat
15. PENGERTIAN HUKUM
Page
13
Hukum adalah himpunan petunjuk atas kaidah/norma yang mengatur tata tertib di dalam suatu
masyarakat, oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat yang bersangkutan. Hukum adalah
aturan didalam masyarakat tertentu. Hukum dilihat dari sisinya terdiri dari norma atau kaidah
tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak, dilarang atau diperbolehkan. Hubungan hukum
perundang-undangan dan hukum yang berlaku dengan tenaga kesehatan:
Klien sebagai penerima jasa kesehatan mempunyai hubungan timbal balik dengan tenaga
kesehatan yang dalam hal ini adalah pemberi jasa. Hubungan timbal balik ini mempunyai dasar
hukum yang merupakan peraturan pemerintah. Klien sebagai penerima jasa kesehatan dan tenaga
kesehatan sebagai pemberi jasa sama-sama mempunyai hak dan kewajiban.

16. UNDANG-UNDANG TENTANG KEPERAWATAN.


KETENTUAN UMUM
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 38 TAHUN 2014
TENTANG
KEPERAWATAN
I. UMUM
Kesehatan sebagai hak asasi manusia yang diakui secara konstitusional dalam Undang-Undang
DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai hak warga negara dan tanggung jawab negara.
Hak asasi bidang kesehatan ini harus diwujudkan melalui pembangunan kesehatan yang diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat dengan menanamkan
kebiasaan hidupsehat.
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan diwujudkan melalui pemberian pelayanan kesehatan
yang didukung oleh sumber daya kesehatan, baik tenaga kesehatan maupun tenaga non-kesehatan.
Perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan berperan sebagai penyelenggara Praktik
Keperawatan, pemberi Asuhan Keperawatan, penyuluh dan konselor bagi Klien, pengelola
Pelayanan Keperawatan, dan peneliti Keperawatan. Pelayanan Keperawatan yang diberikan oleh
Perawat didasarkan pada pengetahuan dan kompetensi di bidang ilmu keperawatan yang
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Klien, perkembangan ilmu pengetahuan, dan tuntutan
globalisasi. Pelayanan kesehatan tersebut termasuk Pelayanan Keperawatan yang dilakukan secara
bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman oleh Perawat yang telah mendapatkan registrasi
dan izin praktik. Praktik keperawatan sebagai wujud nyata dari Pelayanan Keperawatan
Page
14
dilaksanakan secara mandiri dengan berdasarkan pelimpahan wewenang, penugasan dalam keadaan
keterbatasan tertentu, penugasan dalam keadaan darurat, ataupun kolaborasi.
Untuk menjamin pelindungan terhadap masyarakat sebagai penerima Pelayanan Keperawatan dan
untuk menjamin pelindungan terhadap Perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan, diperlukan
pengaturan mengenai keperawatan secara komprehensif yang diatur dalam undang-undang. Selain
sebagai kebutuhan hukum bagi perawat, pengaturan ini juga merupakan pelaksanaan dari mutual
recognition agreement mengenai pelayanan jasa Keperawatan di kawasan Asia Tenggara. Ini
memberikan peluang bagi perawat warga negara asing masuk ke Indonesia dan perawat Indonesia
bekerja di luar negeri untuk ikut serta memberikan pelayanan kesehatan melalui Praktik
Keperawatan. Ini dilakukan sebagai pemenuhan kebutuhan Perawat tingkat dunia, sehingga sistem
keperawatan Indonesia dapat dikenal oleh negara tujuan dan kondisi ini sekaligus merupakan bagian
dari pencitraan dan dapat mengangkat harkat martabat bangsa Indonesia di bidang kesehatan.
Atas dasar itu, maka dibentuk Undang-Undang tentang Keperawatan untuk memberikan
kepastian hokum dan pelindungan hukum serta untuk meningkatkan, mengarahkan, dan menata
berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan Keperawatan dan Praktik Keperawatan
yang bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, dan aman sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Undang-Undang ini memuat pengaturan mengenai jenis perawat, pendidikan tinggi keperawatan,
registrasi, izin praktik, dan registrasi ulang, praktik keperawatan, hak dan kewajiban bagi perawat
dan klien, kelembagaan yang terkait dengan perawat (seperti organisasi profesi, kolegium, dan
konsil),
pengembangan, pembinaan, dan pengawasan bagi perawat, serta sanksi administratif.
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik di

dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

Page
15
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat

Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik

sehat maupun sakit.

4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat dalam

bentuk Asuhan Keperawatan.


5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan lingkungannya untuk
mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian Klien dalam merawat dirinya.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik
pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program studi Keperawatan.
7. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi Perawat yang telah lulus
Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik Keperawatan.
8. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik Keperawatan yang
diperoleh lulusan pendidikan profesi.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki Sertifikat Kompetensi atau
Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum
untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai pemberian kewenangan untuk
menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Pasal 2
Praktik Keperawatan berasaskan:
a. perikemanusiaan;
Page
16
b. nilai ilmiah;

c. etika dan profesionalitas;

d. manfaat;

e. keadilan;

f. pelindungan; dan

g. kesehatan dan keselamatan Klien.


Pasal 3
Pengaturan Keperawatan bertujuan:
a. meningkatkan mutu Perawat;

b. meningkatkan mutu Pelayanan Keperawatan;

c. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Perawat dan Klien; dan

d. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.


Pasal 4
Jenis Perawat
(1) Jenis Perawat terdiri atas:
a. Perawat profesi; dan
b. Perawat vokasi.
(2)Perawat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. ners; dan

b. ners spesialis.

(3)Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 5
Pendidikan Tinggi Keperawatan
Pendidikan tinggi Keperawatan terdiri atas:
a. pendidikan vokasi;
b. pendidikan akademik; dan
c. pendidikan profesi.
Pasal 6

Page
17
(1) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a merupakan program diploma
Keperawatan.

(2) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a paling rendah adalah program
Diploma Tiga Keperawatan.
Pasal 9
(1) Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki izin penyelenggaraan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.

(2) Perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk universitas, institut, sekolah
tinggi, politeknik, atau akademi.

(3) Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan Pendidikan Tinggi Keperawatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana Pendidikan serta
berkoordinasi dengan Organisasi Profesi Perawat.

(4) Penyediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dapat dilakukan melalui:
a. kepemilikan; atau
b. kerja sama.
(5) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan rumah sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang memenuhi persyaratan, termasuk jejaring dan
komunitas di dalam wilayah binaannya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai Wahana
Pendidikan diatur dengan Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan setelah berkoordinasi dengan Menteri.

Pasal 18
(1) Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan wajib memiliki STR.

(2) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Konsil Keperawatan setelah memenuhi
persyaratan.
Page
18
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:

a. memiliki ijazah pendidikan tinggi Keperawatan;

b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;

c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

d. memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi; dan

e. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.

(4) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun.

(5) Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi:

a. memiliki STR lama;

b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;

c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental;

d. membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi;


e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya; dan

f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan,

dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)

huruf e dan huruf f diatur oleh Konsil Keperawatan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Registrasi dan Registrasi ulang diatur

dalam peraturan konsil keperawatan.

Pasal 28
PRAKTIK KEPERAWATAN
(1) Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat lainnya sesuai
dengan
Klien sasarannya.
(2) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

Page
19
a. Praktik Keperawatan mandiri; dan
b. Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(3) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada kode etik, standar
pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional.
(4) Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada prinsip kebutuhan
pelayanan
kesehatan dan/atau Keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau Keperawatan dalam
suatu
wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 29
Tugas dan Wewenang
(1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas sebagai:
a. pemberi Asuhan Keperawatan;
b. penyuluh dan konselor bagi Klien;
c. pengelola Pelayanan Keperawatan;
d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
f. pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
(2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara bersama ataupun sendiri-
sendiri.
(3) Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilaksanakan secara
bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 30
(1) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan
perorangan,
Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. merencanakan tindakan Keperawatan;
Page
20
d. melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. melakukan rujukan;
g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;
h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep tenaga medis atau
obat bebas dan obat bebas terbatas.
(2) Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan
masyarakat,
Perawat berwenang:
a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat keluarga dan kelompok
masyarakat;
b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;
c. membantu penemuan kasus penyakit;
d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
f. melakukan rujukan kasus;
g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;
h. melakukan pemberdayaan masyarakat;
i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;
j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;
k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;
Pasal 36
Hak Dan Kewajiban
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:
a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau keluarganya.
c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;
d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan,
standar profesi, standar prosedur operasional, atau ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
e. memperoleh fasilitas kerja sesuai dengan standar.

Page
21
Pasal 37
Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:
a. melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan standar Pelayanan
Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
b. memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan Keperawatan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
c. merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat
sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya;
d. mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
e. memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan
Keperawatan kepada Klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;

Pasal 38
Hak dan Kewajiban Klien

Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:


a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang tindakan Keperawatan yang akan
dilakukan;
b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya;
c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar Pelayanan Keperawatan,
standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan diterimanya;

Pasal 47
Konsil Keperawatan
(1) Untuk meningkatkan mutu Praktik Keperawatan dan untuk memberikan pelindungan serta
kepastian hukum kepada Perawat dan masyarakat, dibentuk Konsil Keperawatan.
(2) Konsil Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian dari Konsil Tenaga
Kesehatan Indonesia.
Pasal 48
Konsil Keperawatan sebagai mana dimaksud dalam Pasal 47 berkedudukan di ibukota negara Republik
Indonesia.
Pasal 49
(1) Konsil Keperawatan mempunyai fungsi pengaturan, penetapan, dan pembinaan Perawat dalam
menjalankan Praktik Keperawatan.
Page
22
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Konsil Keperawatan memiliki
tugas:
a. melakukan Registrasi Perawat;
b. melakukan pembinaan Perawat dalam menjalankan Praktik Keperawatan;
c. menyusun standar pendidikan tinggi Keperawatan;
d. menyusun standar praktik dan standar kompetensi Perawat; dan
e. menegakkan disiplin Praktik Keperawatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Konsil Keperawatan.
Pasal 50
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Konsil Keperawatan mempunyai
wewenang:
a. menyetujui atau menolak permohonan Registrasi Perawat, termasuk Perawat Warga Negara Asing;
b. menerbitkan atau mencabut STR;
c. menyelidiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin profesi Perawat;
d. menetapkan dan memberikan sanksi disiplin profesi Perawat; dan memberikan pertimbangan
pendirian atau penutupan Institusi Pendidikan Keperawatan.

Page
23

Anda mungkin juga menyukai