Anda di halaman 1dari 72

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

yang mendasari perkembangan teknologi dan konsep hidup harmonis dengan

alam. Fisika sebagai ilmu yang mempelajari tentang fenomena dan gejala alam,

juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras

berdasarkan hukum alam. Pada tingkat SMA, mata pelajaran fisika penting untuk

diajarkan. Seperti yang tercantum dalam Depdiknas (2006) bahwa salah satu

tujuan mata pelajaran fisika adalah sebagai sarana melatih dan mengembangkan

keterampilan siswa untuk mengajukan hipotesis, merencanakan percobaan,

menafsirkan data hasil percobaan dan berkomunikasi agar siswa dapat menguasai

konsep, prinsip serta mengembangkan pengetahuan agar dapat memecahkan

masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran fisika tidak hanya memperhatikan produk, tetapi juga

memperhatikan prosesnya, dengan proses yang baik maka akan dihasilkan produk

yang baik pula. Keberhasilan proses pembelajaran fisika di kelas sangat

ditentukan oleh perencana sekaligus pelaksana pembelajaran yaitu guru. Guru

berperan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator siswa untuk memperoleh

pengetahuan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Guru diharapkan terampil

merancang dan melaksanakan pembelajaran yang dapat melibataktifkan siswa dan

dapat meningkatkan pemahaman siswa.

Hasil observasi di kelas X MIPA1 SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah

diperoleh data yang menunjukkan bahwa, nilai rata-rata pelajaran fisika siswa
2

kelas X MIPA1 masih belum optimal. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang

diperoleh siswa masih berkisar 2,50 sedangkan standar ketuntasan belajar untuk

kelas X di SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah adalah 2,67. Berdasarkan tanya

jawab langsung dengan beberapa siswa, didapat kesimpulan bahwa siswa

menganggap pelajaran fisika itu sulit dan membosankan. Menurut mereka fisika

sulit untuk dipahami, karena banyak materi yang perlu mereka baca dan ingat,

serta banyak menggunakan persamaan matematis ataupun rumus-rumus.

Pemikiran itu yang membuat sebagian besar siswa kurang senang terhadap

pelajaran fisika, malas mengerjakan soal fisika, dan cepat bosan terhadap

pelajaran fisika. Kegiatan pembelajaran fisika yang sering terjadi di kelas, guru

menjelaskan materi sedangkan siswa mencatat dan kemudian mengerjakan soal.

Kegiatan praktikum jarang diadakan dan hanya dilakukan sebanyak satu sampai

dua kali untuk satu semester. Hal ini membuat suasana pembelajaran fisika kurang

semangat sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.

Hasil tanya jawab langsung dengan guru mengenai kondisi siswa saat

pembelajaran berlangsung, yaitu sebagian besar siswa tidak fokus, mereka tidak

bertanya ketika tidak mengerti materi yang dipelajari dan memilih diam karena

malu dan takut pada guru. Siswa juga tidak menyatakan pendapat atau menjawab

pertanyaan ketika dimintai pendapat atau diajukan pertanyaan oleh guru karena

tidak tahu harus mengemukakan apa dan takut salah menjawab pertanyaan.

Kegiatan pembelajaran yang lebih banyak mendengarkan dan mencatat

dapat membuat jenuh, sehingga siswa kehilangan fokus dalam belajar. Terlebih

lagi jika mata pelajaran tersebut termasuk dalam kategori mata pelajaran yang

dianggap sulit oleh siswa. Ketika siswa kehilangan minat dan fokus untuk belajar,
3

maka kemampuan memahami konsep dari materi yang dipelajari, yang

ditunjukkan dengan kemampuan menyelesaikan permasalahan terkait konsep yang

dipelajari atau penerapannya dalam situasi baru, tidak optimum. Oleh karena itu,

diperlukan siasat yang tepat untuk menarik perhatian dan menumbuhkan antusias

siswa untuk belajar dengan membuat kondisi belajar yang nyaman dan

menyenangkan.

Salah satu model pembelajaran yang relevan, dengan permasalahan diatas

adalah model pembelajaran kuantum (quantum teaching). Deporter (2010), istilah

Quantum dipinjam dari dunia fisika yaitu interaksi yang mengubah energi

menjadi cahaya. Pada pembelajaran kuantum, terdapat pengubahan bermacam-

macam interaksi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah

kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat

bagi kemajuan mereka dalam belajar secara aktif dan efisien. Pembelajaran

kuantum merupakan pembelajaran yang menyenangkan seperti dengan mengubah

suasana belajar, menggunakan media gambar, dan melakukan praktikum dalam

pembelajaran. Pembelajaran yang menyenangkan akan memudahkan siswa

memahami materi pembelajaran dan kebutuhan psikologis siswa juga dapat

terpenuhi, melalui pemberian penghargaan seperti pujian, tepukan tangan, atau

reward. Jadi dengan menerapkan pembelajaran kuantum dengan memberdayakan

potensi siswa dan lingkungan belajar yang ada, proses pembelajaran menjadi

sesuatu yang menyenangkan, dan memberikan ruang bagi siswa untuk belajar

sesuai dengan gaya belajarnya dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan.

Berkaitan dengan kegiatan pembelajaran di ruang kelas maka diperlukan

juga kerja laboratorium, berupa praktikum atau percobaan. Pemahaman siswa


4

tentang teori atau konsep fisika melalui ekperimen/praktikum yang dilakukan

dalam laboratorium, akan menjadikan kondisi dimana siswa menemukan atau

membuktikan teori/konsep tersebut. Selain itu, dengan adanya eksperimen akan

mampu memaksimalkan penggunaan laboratorium sebagai sarana pembelajaran.

SMAN 1 Bengkulu Tengah memiliki laboratorium fisika yang cukup lengkap,

akan tetapi kurang dipergunakan secara maksimal.

Bertolak dari latar belakang di atas penelitian yang akan dilakukan, yakni

penelitian tindakan kelas pada pembelajaran fisika konsep fluida statis di kelas X

MIPA1 SMAN 1 Bengkulu Tengah melalui penerapan model pembelajaran

kuantum berbasis laboratorium sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar fisika siswa.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah

penelitian ini adalah :

1. Apakah penerapan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada konsep fluida statis kelas X

MIPA1 SMAN 1 Bengkulu Tengah?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep fluida statis kelas X MIPA1

SMAN 1 Bengkulu Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan. Adapun tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:


5

1. Untuk menemukan peningkatan aktivitas belajar fisika materi fluida statis

kelas X MIPA1 SMAN 1 Bengkulu Tengah dengan penerapan model

pembelajaran kuantum berbasis laboratorium.

2. Untuk menemukan peningkatan hasil belajar fisika siswa materi fluida statis

kelas X MIPA1 SMAN 1 Bengkulu Tengah dengan penerapan model

pembelajaran kuantum berbasis laboratorium.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Sebagai data informasi tentang hasil belajar siswa dengan penerapan model

pembelajaran kuantum berbasis laboratorium.

2. Bagi Guru

a. Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan pembelajaran kuantum berbasis

laboratorium sebagai model yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

b. Guru lebih termotivasi untuk menerapkan model pembelajaran yang lebih

bervariasi , sehingga pembelajaran akan lebih menarik

3. Bagi sekolah

Memberikan informasi bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses

pembelajaran, dan meningkatkan kualitas pendidikan, dengan cara

meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kuantum yang

mendorong siswa menyenangi pelajaran fisika

4. Bagi mahasiswa peneliti


6

Memberikan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas. Khususnya pada

model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium.

E. Batasan Penelitian

Agar penelitian ini terarah dan dapat mencapai sasaran maka penelitian ini

dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X MIPA1 SMAN 1 Bengkulu

Tengah tahun ajaran 2014/2015.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah menggunakan model

pembelajaran kuantum berbasis laboratorium.

3. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah fluida statis kelas X semester II

pada konsep tekanan hidrostatis, hukum pascal dan hukum archimedes.

4. Variabel yang dijadikan indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah

aktivitas dan hasil belajar siswa.

5. Aktivitas belajar adalah kegiatan siswa dan guru yang dilakukan selama

proses pembelajaran. Aspek yang diamati pada aktivitas siswa adalah

keaktifan dan kerja sama, sedangkan aspek yang diamati pada aktivitas guru

adalah model yang digunakan dan masalah-masalah yang disajikan dalam

proses pembelajaran.

6. Hasil belajar dalam penelitian ini berupa aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Penilaian aspek pengetahuan berupa tes essay yang memiliki

tingkat kesukaran C2, C3 dan C4. Hasil belajar aspek sikap yang dinilai

melalui lembar observasi yakni kepedulian, sopan santun, dan kerja sama

sedangkan penilaian aspek ketrampilan mengunakan lembar penilaian kinerja

praktikum .
7

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang

tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan

sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman

hidup. Makna yang lebih kompleks dari pembelajaran hakikatnya adalah usaha

sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi

siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan (Trianto, 2009:17).

Menurut Hanafiah (2009:14) pembelajaran adalah usaha sadar yang

dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar

(mengubah tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) yang berisi suatu

sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan. Pembelajaran yang efektif

adalah proses belajar mengajar yang mampu memberikan pemahaman yang baik

dan dapat memberikan perubahan perilaku yang diaplikasikan dalam

kehidupan,bukan hanya terfokus pada hasil yang dicapai peserta didik.

Menurut Hamalik (2014:57) pembelajaran ialah suatu kombinasi yang

tersusun dari unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang


8

terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya,

misalnya tenaga laboratorium.

Berdasarkan pengertian pembelajaran dari beberapa ahli diatas, maka yang

dimaksud pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa, yakni guru sebagai

pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, dalam pembelajaran

tidak hanya sebatas pemberian materi oleh guru kepada siswa untuk mencapai

tujuan pembelajaran melainkan juga memperhatikan kondisi siswa yakni material,

fasilitas, perlengkapan dan produk.

b. Pengertian Model Quantum Teaching

Proses belajar mengajar adalah fenomena yang kompleks. Segala

sesuatunya berarti--setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi-- dan sampai sejauh

mana anda mengubah lingkungan, presentasi, dan rancangan pengajaran, sejauh

itu pula proses belajar berlangsung. Quantum Teaching pertama kali digunakan di

Supercamp. Di Supercamp ini menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan

belajar, dan keterampilan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.

Quantum teaching adalah pengubahan belajar yang meriah, dengan segala

nuansanya dan juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang

memaksimalkan momen belajar. Quantum teaching berfokus pada hubungan

dinamis dalam lingkungan kelas, interaksi yang mendirikan landasan dan

kerangka untuk belajar (Deporter, 2010: 32).

Quantum Teaching atau pembelajaran kuantum merupakan bentuk inovasi

dari pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada didalam dan disekitar

momen belajar. Menurut Bobbi De porter (2010:34) quantum is an interaction

that change energy into light. Maksud dari energi menjadi cahaya adalah
9

mengubah semua hambatan-hambatan belajar menjadi sebuah manfaat bagi siswa

sendiri dan bagi orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat almiah

siswa. Pengubahan hambatan-hambatan tersebut bisa dengan menggunakan

berbagai cara yaitu dengan memulai membiasakan menggunakan lingkungan

sekitar belajar sebagai media belajar, menjadikan sistem komunikasi sebagai

perantara ilmu dari guru ke siswa yang paling efektif, dan memudahkan segala hal

yang diperlukan oleh siswa (Rusman, 2013:330).

Istilah Quantum dipinjam dari dunia fisika yaitu interaksi yang mengubah

energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran kuantum, pengubahan

bermacam-macam interaksi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi ini

mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang

bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara aktif dan efisien. Selain

itu, adanya proses pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya,

penyertaan segala yang berkaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan

moment belajar, fokus pada hubungan dinamis dalam lingkungan kelas,

seluruhnya adalah hal-hal yang melandasi pembelajaran kuantum.

Beberapa kata kunci dan definisi untuk memahami quantum teaching.

Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum

teaching dengan demikian adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang

ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup

unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa dan

mampu mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang

akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Pemercepatan belajar:

menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan


10

secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun

bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, dan keterlibatan aktif.

Fasilitasi: memudahkan segala hal. Implementasi strategi yang menyingkirkan

hambatan belajar, mengembalikan proses belajar ke keadaannya yang mudah

dan alami (Deporter, 2010:34).

Terdapat dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran kuantum

dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu;

percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan belajar

tradisional dan fasilitas belajar yang berarti mempermudah belajar. Fasilitas

menciptakan strategi berpikir yang bertujuan membantu siswa memudahkan

belajar, ini dilakukan dengan cara memberikan ragam pertanyaan kepada siswa

dengan maksud memperoleh respon, memberikan dorongan dan menghargai serta

mengakui partisipasi siswa dalam melatih keterampilan berpikir siswa.

Menurut Deporter (2010:35) Quantum teaching bersandar pada konsep

Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia

Mereka. Ini adalah asas utama dan alasan dasar segala strategi, model dan

keyakinan quantum teaching. Maksudnya adalah penting untuk memasuki dunia

murid sebagai langkah pertama, karena tindakan ini akan memberi anda izin untuk

memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran

dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya dengan mengaitkan apa yang anda

ajarkan dengan sebuah peristiwa, atau pikiran yang diperoleh dari kehidupan

rumah, sosial, seni, rekreasi atau akademis mereka. setelah kaitan ini terbentuk

anda dapat membawa mereka ke dalam dunia anda, dan memberi mereka

pemahaman anda mengenai isi dunia itu. Akhirnya siswa dapat membawa apa
11

yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi

baru.

Maksud dari asas di atas adalah guru harus membangun jembatan autentik

untuk memasuki kehidupan siswa. Saat memasuki dunia siswa berarti guru

mempunyai hak mengajar, sehingga siswa dengan sukarela, antusias dan semangat

untuk mengikuti pelajaran.

c. Prinsip- Prinsip Quantum Teaching

Menurut Deporter (2010:36) quantum teaching memiliki lima prinsip, atau

kebenaran tetap. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh aspek quantum

teaching, prinsip-prinsip tersebut adalah: 1) Segalanya berbicara; segalanya dari

lingkungan kelas hingga bahasa tubuh anda, dari kertas yang anda bagikan hingga

rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar 2) Segala

bertujuan; semua yang terjadi dalam pengubahan anda mempunyai tujuan

3)Pengalaman sebelum pemberian nama; proses belajar paling baik ketika siswa

telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang

mereka pelajari 4) Akui setiap usaha; pada saat siswa belajar meraka patut

mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka 5) Jika layak

dipelajari, maka layak pula dirayakan; perayaan adalah serapan pelajaran juara.

Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan

asosiasi emosi positif dengan belajar. Contoh perayaan ini misalnya setelah siswa

mendemonstrasikan hasil percobaan maka guru memberikan abaaba kepada

siswa lainnya untuk bertepuk tangan bersamasama atas hasil kerja rekannya atau

bisa dengan memberikan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi.

d. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung


12

Menurut Deporter (2010:103) belajar terjadi baik secara sadar maupun tidak

sadar dalam waktu bersamaan. Otak senantiasa dibanjiri stimulus dan memilih

fokus tertentu. Lingkungan yang ditata untuk mendukung belajar dapat berkata,

belajar itu hidup, segar, penuh semangat, atau, datang dan jelajahilah. Apa

yang dikatakan lingkungan kelas dari cara poster ditempelkan di dinding,

pengaturan bangku, hingga penyusunan bahan pembelajaran semuanya berbicara.

1. Lingkungan sekeliling

Guru dapat menggunakan alat peraga dalam pembelajaran untuk mengawali

proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual. Segala sesuatu dalam

lingkungan kelas menyampaikan pesan. Lingkungan pembelajaran perlu dikelola

agar kondusif. Lingkungan tidak terbatas hanya pada lingkungan fisik, tetapi juga

lingkungan non fisik. Tentunya tidak dikehendaki lingkungan belajar yang

amburadul, tetapi juga tidak sepi mencekam.

Memahami adanya hubungan antara pandangan sekeliling dan otak

dimanfaatkan untuk mengubah lingkungan belajar yang mendukung kegiatan

pembelajaran. Gerakan mata selama belajar dan berfikir terikat pada modalitas

visual, auditorial dan kinestetik. Dengan kata lain, mata kita bergerak menurut

cara otak mengakses informasi. Bola mata menggambarkan apa yang kita

fikirkan, misalnya bergerak naik maka sedang menciptakan atau mengingat.

Ide yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: (a) poster ikon atau

simbol untuk setiap konsep utama yang anda ajarkan, (b) poster afirmasi

merupakan poster yang digunakan untuk penguat seperti dialog internal,

fungsinya untuk menguatkan keyakinan tentang belajar .

2. Warna
13

Otak manusia berpikir dalam warna. Fungsi dari warna dapat memperkuat

pembelajaran guru, misalnya penggunaan spidol berwarna digunakan untuk kata-

kata penting, menggarisbawahi dan lain sebagainya atau dengan menggunakan

gambar-gambar yang mendukung suatu konsep dari materi yang diajarkan .

3. Pengaturan bangku

Susunan bangku dapat mempengaruhi interaksi siswa-guru dan siswa-siswa

serta memperngaruhi psikis siwa. Susunan bangku tidak harus saklek (tetap pada

tempatnya dalam setiap kondisi) tapi dapat disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran pada masing-masing sub pokok bahasan. Adanya variasi dapat

memberikan stimulasi positif kepada siswa.

4. Musik

Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Musik dapat digunakan untuk

menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung

lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat

lebih banyak. Musik meremajakan, merangsang, dan memperkuat belajar, baik

secara sadar maupun tidak sadar (De Porter, 2010 : 110).

Pada penelitian ini, dalam menciptakan lingkungan yang mendukung

pembelajaran, proses pembelajaran dilakukan di laboratorium Fisika, ini bertujuan

untuk mengubah suasana belajar siswa. Pada penelitian ini dilakukan pengaturan

susunan bangku, menggunakan alat peraga untuk memperkuat konsep yang

diajarkan dan menggunakan media gambar untuk memudahkan siswa untuk

mengingat suatu konsep dalam pembelajaran.

e. Kerangka Pengajaran Model Quantum Teaching dalam pembelajaran


14

Kerangka rancangan belajar Quantum teaching dikenal dengan nama

TANDUR. Rancangan belajar quantum teaching antara lain yaitu: 1)Tumbuhkan;

Tumbuhkan minat dangan memuaskan Apakah Manfaatnya Bagiku (AMBAK)

dan manfaatkan kehidupan pelajar 2)Alami; ciptakan atau datangkan pegalaman

umum dapat dimengrti semua pelajar 3)Namai; Sediakan kata kunci, model,

rumus, strategi sebuah Masukan 4)Demonstrasikan; sediakan kesempatan bagi

pelajar untuk menujukkan bahwa mereka tahu 5)Ulangi; tunjukkan pelajar cara-

cara mengulang materi dan menugaskan, aku tahu bahwa aku memang tahu ini.

6)Rayakan; pengakuan untuk penyelesaian, partisispasi, dan pemerolehan

keterampilan dan ilmu pengetahuan (De Porter, 2010:39).

Melalui metode pembelajaran quantum teaching dengan kerangka

TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan), siswa

dilatih untuk kreatif dan aktif sehingga psikomotorik siswa dapat berkembang.

Selain itu fungsi perayaan di dalam quantum teaching memungkinkan anggapan

Fisika sebagai pelajaran yang menegangkan dapat berubah menjadi pelajaran yang

menyenangkan. Jika siswa berada dalam lingkungan pembelajaran yang kondusif

serta suasana pembelajaran menyenangkan diharapkan siswa lebih mudah

memahami materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar kognitif siswa dapat

optimal.

f. Pengertian Berbasis Laboratorium

Menurut Widyarti (dalam Katili, 2013) menyatakan bahwa: laboratorium

adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktik atau penelitian yang

ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya

infrastruktur laboratorium yang lengkap. Kemudian Laboratorium dalam


15

pendidikan IPA berarti suatu tempat dimana guru dan siswa melakukan kegiatan

percobaan atau penelitian, sehingga laboratorium tidak selalu berarti gedung

laboratorium, tetapi dapat berupa kebun, lapangan, dan lain-lain yang dipakai

untuk kegiatan tersebut. Di samping itu, ruangan kelas biasa atau ruangan lain

dapat diubah menjadi ruangan laboratorium setelah mengalami penataan

(Kancono, 2010:2).

Menurut Wirjosoemarto dkk (2004) (dalam Katili, 2013), pada konteks

belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan

dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah

alat-alat dan bahan praktikum.

Amien (dalam Katili, 2013) mengemukakan bahwa fungsi laboratorium

adalah sebagai tempat untuk menguatkan/memberi kepastian keterangan

(informasi), menentukan hubungan sebab akibat (causalitas), membuktikan benar

tidaknya faktor-faktor atau fenomena-fenomena tertentu, membuat hukum atau

dalil dari suatu fenomena apabila sudah dibuktikan kebenarannya,

mempraktekkan sesuatu yang diketahui, dan mengembangkan keterampilan.

Fungsi laboratorium menurut Emha Saleh (2006:7) adalah sebagai berikut :

1) Laboratorium sebagai tempat timbulnya berbagai masalah sekaligus sebagai

tempat untuk memecahkan masalah tersebut 2) Laboratorium sebagai tempat

untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap

teliti 3) Laboratorium sebagai tempat yang dapat mendorong semangat peserta

didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau yang

diamatinya 4) Laboratorium berfungsi pula sebagai tempat untuk melatih peserta

didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur, serta berfikir kritis dan cekatan.
16

5) Laboratorium sebagai tempat para peserta didik untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan.

Model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium yang dimaksud pada

penelitian ini adalah proses pembelajaran yang memberdayakan potensi siswa

dan lingkungan belajar yang ada dengan menggunakan media gambar dan

memaksimalkan fungsi laboratorium sebagai sarana pembelajaran, sehingga

proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan, bukan sebagai sesuatu yang

memberatkan. Penerapan Model pembelajaran kuantum ini memiliki tahapan

tahapan sebagai berikut; 1) Tumbuhkan 2) Alami 3) Namai 4) Demonstrasikan

5) Ulangi dan 6) Rayakan.

2. Aktivitas Belajar

Menurut Sanjaya (2010:170) belajar bukanlah hanya sekedar menghafal

sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman

tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman

belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu.

Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga

meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental.

Proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa

sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian

dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda (Slameto, 2010:36).

Aktivitas belajar dapat bermacam-macam jenisnya. Menurut Hamalik

(2014:90) aktivitas belajar dapat berupa; 1) kegiatan-kegiatan visual 2) kegiatan-


17

kegiatan lisan 3) kegiatan mendengarkan 4) kegiatan menulis dan menggambar

5) kegiatan metrik dan 6) kegiatan mental dan emosional.

Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua

situasi yang dialami atau dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran.

Aspek yang diamati pada aktivitas belajar siswa adalah keaktifan, kemampuan

dan kerja sama siswa, sedangkan aspek yang diamati pada aktivitas guru adalah

penerapan fase-fase dalam model pembelajaran yang digunakan dan masalah-

masalah yang disajikan dalam proses pembelajaran.

3. Hasil belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006 : 3) Hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan

hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu guru sisi dan dari sisi siswa. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi

siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.


Hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan

perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang

diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan

pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat berupa perubahan

dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Purwanto, 2005:156).

Secara keseluruhan dari beberapa pengertian hasil belajar di atas, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah
18

terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

oleh guru pada satu pokok bahasan. Setelah pemberian tes tersebut tentunya ada

tindak lanjut bagi siswa yang sudah mencapai standar ketuntasan maupun yang

belum mencapai standar tersebut. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian

ini mencakup tiga aspek yakni aspek pengetahuan, aspek sikap sosial dan aspek

ketrampilan.

B. Penelitian yang Relevan


Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini adalah

adalah sebagai berikut:


1. Maruf, Zuhdi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pembelajaran

Quantum Teaching dengan Pendekatan Multi Kecerdasan Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika menunjukkkan bahwa rata-rata daya

serap siswa adalah 79,05% dengan kategori baik, efektivitas pembelajaran

dikategorikan cukup efektif dan ketuntasan belajar siswa yang meliputi

ketuntasan individual yaitu dari 37 orang siswa terdapat 32 orang yang tuntas

(86,49%) dan 5 orang yang tidak tuntas (13,51%). Sehingga persentase secara

klasikal dinyatakan tuntas dengan persentase 86,49%. Sedangkan ketuntasan

indikator terdapat 14 indikator yang tuntas dari 18 TPK yang ada. Sehingga

persentase ketuntasan indicator klasikal adalah 77,78 %. Berdasarkan

penilaian afektif persentase sikap siswa dikategorikan cukup baik 75,68% dan

penilaian psikomotor dikategorikan baik dengan persentase 40,54%. Jadi

Sebagian besar penggunaan pembelajaran Quantum Teaching dengan

pendekatan multi kecerdasan sudah terlaksana dengan baik.


19

2. Desy Hanisa Putri (2010) hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh positif pembelajaran fisika dengan metode Quantum Learning

terhadap hasil belajar fisika mahasiswa semester II prodi fisika(2008/2009).


3. Rince (2006) menyatakan bahwa dengan Metode Quantum Learning dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep pesawat sederhana kelas VIIIB

SMP Negeri 2 Kota Bengkulu.

4. Jullaini (2009) menyatakan bahwa dengan menggunakan metode Quantum

Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep

kalor kelas X SMA Negeri 6 Kota Bengkulu.

C. Kerangka Pemikiran

Hasil observasi yang dilakukan di kelas X MIPA1 SMAN 1 Bengkulu

Tengah terdapat beberapa permasalahan. Adapun masalah yang ditemui antara

lain: (1) siswa menganggap pelajaran fisika itu sulit (2) Model pembelajaran

langsung masih menjadi andalan dalam pembelajaran (3) Pembelajaran kurang

menarik, membosankan sehingga minat belajar fisika siswa masih kurang (4)

aktivitas dan hasil belajar yang perlu ditingkatkan lagi. Dari permasalahan

tersebut diperlukan solusi yang tepat untuk menarik perhatian dan menumbuhkan

antusias siswa untuk belajar, dengan membuat kondisi belajar yang nyaman dan

menyenangkan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan guru yaitu model

pembelajaran kuantum. Pembelajaran kuantum adalah proses pembelajaran yang

menyenangkan, pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media

gambar dan praktikum, dan dengan pembelajaran kuantum, kebutuhan psikologis

siswa juga dapat terpenuhi, melalui pemberian penghargaan, seperti pujian,

tepukan tangan, atau reward . Jadi dengan menerapkan pembelajaran kuantum

dapat memberdayakan potensi siswa dan lingkungan belajar yang ada, sehingga
20

proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan, memberikan ruang bagi siswa

untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya dan bukan sebagai sesuatu yang

memberatkan. Menurut Deporter (2010), kerangka model pembelajaran kuantum

dalam pembelajaran, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Tahapan atau

langkah-langkah tersebut adalah 1)tumbuhkan minat 2)alami 3)namai 4)demonstrasi

5)ulangi dan 6) rayakan. Sintaks pembelajaran kuantum ini akan disesuaikan pada

tahapan pembelajaran yakni pendahuluan, inti, dan penutup. Berdasarkan penjelasan

di atas dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Proses
Input Output
Pembelajaran dengan model pembelajaran
Siswa kelas X Peningkatan
kuantum berbasis Laboratorium:
MIPA 1 memiliki Hasil Belajar
hasil belajar dan a. Tumbuhkan dan aktivitas
aktivitas belajar Memotivasi siswa untuk belajar Belajar Siswa
yang kurang . b. Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan materi.
c. Namai
Mempersilahkan siswa untuk memberikan
identitas dan mendefinisikan pengalaman
mereka.
d. Demonstrasikan
Melakukan percobaan dan Sediakan
kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
bahwa mereka tahu, dengan cara melakukan
presentasi hasil percobaan.
e. Ulangi
Pengulangan poin-poin penting tentang materi
pelajaran
f. Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan.

Gambar 2.1 Bagan kerangka pemikiran penerapan Model Pembelajaran


Kuantum berbasis laboratorium
21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Classroom

Action Research), suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang

sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan lain (kolaborasi)

dengan jalan merancang, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara

kolaboratif dan partisipasi yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan

(kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui tindakan tertentu dalam suatu

siklus (Kunandar, 2011:44). Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan

arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Pada penelitian ini akan dilakukan

proses pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kuantum berbasis

laboratorium.

B. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA1 SMAN 1 Bengkulu

Tengah yang jumlahnya 36 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 25 siswa

perempuan. Siswa dikelas ini bersifat heterogen atau memiliki kemampuan yang

berbeda-beda. Tempat Penelitian ini di SMA N 1 Bengkulu Tengah dan waktu


22

penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret sampai dengan 28 Maret 2015 pada

tahun ajaran 2014/2015.

C. Definisi Operasional

1. Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yakni model

pembelajaran kuantum berbasis laboratorium. Melalui model pembelajaran

kuantum, siswa diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan

menyenangkan, sehingga siswa lebih bebas dalam menemukan berbagai

pengalaman baru dalam belajarnya dan dalam mencapai tujuan pembelajaran,

dengan memaksimalkan fungsi laboratorium sebagai sarana pembelajaran.

Dalam model pembelajaran kuantum ini memiliki tahapantahapan sebagai

berikut; 1)Tumbuhkan 2)Alami 3)Namai 4)Demonstrasikan 5)Ulangi dan

6)Rayakan.

2. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa maupun guru saat

proses belajar mengajar berlangsung. Aktivitas ini dapat dinilai dari lembar

observasi siswa dan lembar observasi guru. Aspek yang diamati pada aktivitas

siswa adalah keaktifan, dan kemampuan siswa dalam pembelajaran, sedangkan

aspek yang diamati pada aktivitas guru adalah penerapan fase-fase dalam

model pembelajaran yang digunakan dan masalah-masalah yang disajikan

dalam proses pembelajaran.

3. Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian adalah aspek pengetahuan, sikap

dan keterampilan. Penilaian aspek pengetahuan merupakan gabungan dari nilai

tes (70%) dan nilai LKS (30%). Soal tes memiliki tingkat kesukaran C2, C3

dan C4. Hasil belajar aspek sikap yang dinilai melalui lembar observasi yakni
23

kepedulian, sopan santun, dan kerja sama sedangkan penilaian aspek

ketrampilan mengunakan lembar penilaian kinerja praktikum.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini akan dilaksanakan melalui 4 tahap. Adapun masing-

masing tahapan pada setiap siklus sebagai berikut: 1) Perencanaan Tindakan 2)

Pelaksanaan Tindakan 3) Observasi, dan 4) Analisa dan Refleksi. Menurut

Arikunto (2014:16) alur pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas

dapat digambarkan sebagai berikut:


Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Lanjutan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS III

Gambar 3.1 Bagan alur siklus kegiatan PTK

Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, sesuai dengan perubahan dan

pencapaian yang diinginkan berdasarkan indikator keberhasilannya. Penjelasan

masing-masing tahap penelitian adalah sebagai berikut:

1. Siklus I
24

Pada siklus I ini akan diajarkan mengenai konsep Tekanan Hidrostatik.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada siklus I adalah:

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini disusun rencana sebagai berikut:

1) Mempersiapkan silabus Kurikulum 2013 (lampiran 1)

2) Menyusun bahan ajar (lampiran 2)

3) Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar (lampiran 3)

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I untuk materi

Tekanan Hidrostatik (lampiran 4)

5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kunci jawaban siklus I (lampiran 5)

6) Mempesiapkankan tes dan kunci jawaban tes akhir siklus I (lampiran 6)

7) Mempersiapkan lembar dan kriteria penilaian kinerja praktikum siswa

8) Membuat lembar observasi sikap sosial siswa beserta kriteria penilaian

9) Mempersiapkan kriteria penilaian dan lembar observasi aktivitas guru dan

aktivitas belajar siswa

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran

atau 2 x 45 menit. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar diterapkan model

pembelajaran kuantum berbasis laboratorium.

c. Pengamatan

Pengamatan atau observasi dilakukan oleh pengamat terhadap semua

kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan lembar


25

observasi aktivitas belajar siswa. Guru melakukan pengamatan sikap sosial dan

keterampilan siswa dengan lembar observasi.

d. Refleksi

Tahap refleksi ini, semua data yang didapat selama pembelajaran dan

observasi dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui apakah kegiatan yang

dilakukan telah sesuai dengan rencana. Data yang didapat dari tes akhir siklus I

dianalisis secara kuantitatif (nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar).

Hasil refleksi ini selanjutnya digunakan sebagai pedoman untuk melakukan

perbaikan pada siklus II.

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan proses pembelajaran pada konsep Hukum Pascal.

Siklus II dilaksanakan dengan melakukan perubahan pada bagian-bagian tertentu

yang didasarkan pada refleksi siklus I, sesuai dengan rancangan pembelajaran

yang telah disusun.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini disusun rencana sebagai berikut:

1) Mempersiapkan silabus Kurikulum 2013 (lampiran 1)

2) Menyusun bahan ajar (lampiran 2)

3) Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar (lampiran 3)

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II untuk materi

Hukum Pascal (lampiran 7 )

5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kunci jawaban LKS siklus II

(lampiran 8)
26

6) Menyiapkan tes dan kunci jawaban tes akhir siklus II (lampiran 9)

7) Mempersiapkan lembar dan kriteria penilaian kinerja praktikum siswa

8) Membuat lembar observasi sikap sosial siswa beserta kriteria penilaian

9) Mempersiapkan kriteria penilaian dan lembar observasi aktivitas guru dan

aktivitas belajar siswa

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan siklus II juga dilaksanakan dalam 2 jam

pelajaran atau 2 x 45 menit, dalam melaksanakan proses belajar mengajar

diterapkan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium sesuai dengan

RPP.

c. Pengamatan

Pengamatan atau observasi dilakukan terhadap semua kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran siklus II berlangsung

dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi

aktivitas belajar siswa.

d. Refleksi

Tahap refleksi, semua data yang didapat selama pembelajaran , angket dan

observasi dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui apakah kegiatan yang

dilakukan telah sesuai dengan rencana. Data yang didapat dari tes akhir siklus II

dianalisis secara kuantitatif (nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar).

Hasil refleksi ini selanjutnya digunakan sebagai pedoman untuk melakukan

perbaikan pada siklus III.

3. Siklus III
27

Siklus III dilaksanakan dengan melakukan perubahan pada bagian-bagian

tertentu yang didasarkan pada refleksi siklus II, sesuai dengan rancangan

pembelajaran yang telah disusun. Pada siklus III dilaksanakan proses

pembelajaran pada konsep Hukum Archimedes.

a. Perencanaan

Rencana yang disusun pada silkus III sebagai berikut:

1) Mempersiapkan silabus Kurikulum 2013 (lampiran 1)

2) Menyusun bahan ajar (lampiran 2)

3) Mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar (lampiran 3)

4) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III untuk materi

Hukum Archimedes dan Gaya Apung (lampiran 10 )

5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kunci jawaban LKS siklus III

(lampiran 11)

6) Menyiapkan tes dan kunci jawaban tes akhir siklus III (lampiran 12)

7) Mempersiapkan lembar dan kriteria penilaian kinerja praktikum siswa

8) Membuat lembar observasi sikap sosial siswa beserta kriteria penilaian

9) Mempersiapkan kriteria penilaian dan lembar observasi aktivitas guru dan

aktivitas belajar siswa

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran

atau 2 x 45 menit. Pelaksanaan proses belajar mengajar diterapkan model

pembelajaran kuantum berbasis laboratorium sesuai dengan RPP dan skenario

pembelajaran.

c. Pengamatan
28

Pengamatan atau observasi dilakukan terhadap semua kegiatan yang

dilakukan guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran siklus III berlangsung

dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi

aktivitas belajar siswa.

d. Refleksi

Tahap refleksi ini, semua data yang didapat selama pembelajaran baik

lembar observasi maupun tes dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui

apakah kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan rencana.

E. Instrumen Penelitian dan Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penilitian ini berupa lembar pengamatan

sikap beserta rubrik, lembar kerja siswa, lembar unjuk kerja (keterampilan) dan

tes hasil belajar. Adapun penjelasan dari instrumen tersebut dijabarkan dibawah

ini.

1. Instrumen Penelitian

a. Lembar penilaian sikap

Kompetensi sikap pada kurikulum 2013 dibagi menjadi dua, yakni sikap

spritual dan sikap sosial. Tertera di kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spritual

dan kompetensi inti 2 (KI 2) untuk sikap sosial. Dalam kurikulum ini kompetensi

sikap, baik sikap spritual maupun sosial tidak diajarkan dalam proses

pembelajaran, tetapi menjadi pembiasaan melalui keteladanan (Kunandar,

2013:105).

Penilaian sikap yang dilakukan dalam penelitian ini yakni penilaian sikap

sosial dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi disusun untuk


29

mengetahui sikap sosial siswa selama mengikuti pembelajaran yang mengacu

pada indikator pencapaian kompetensi dan sesuai dengan kompetensi dasar dari

kompetensi inti. Kompetensi sikap yang terperinci pada Kompetensi inti KI 2

(Sikap sosial) adalah perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong

royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro aktif dan

menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

Aspek sikap sosial yang diteliti pada penelitian ini berupa kepedulian, sopan

santun dan kerja sama. Ketentuan dalam penskoran tertuang didalam teknik

analisis data. Indikator dari setiap rubrik sikap dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut :

Tabel 3.1 Rubrik penilaian sikap sosial


No Aspek sikap Nilai Aspek Afektif
yang diamati 3 2 1

1. Kepedulian Sangat peduli Kurang peduli Tidak peduli


dengan teman dengan teman dengan teman
tapi tidak saling sama sekali
mencontek
2. Sopan santun Berbicara dan Berbicara dan Barkata dan
bertingkah laku bersikap kurang bertingkah tidak
dengan penuh sopan santun baik
sopan santun
3. Kerja sama Semua Bekerja Hanya beberapa Hanya beberapa
sama, berdiskusi orang saja aktif orang saja aktif
dan aktif dalam bekerja sama dan bekerja sama dan
kelompoknya berdiskusi berdiskusi juga
mencontek hasil
percobaan
kelompok lain

b. Tes (Lembar Penilaian Pengetahuan)


30

Kompetensi pengetahuan pada kurikulum 2013, menjadi kompetensi inti

dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3). Kompetensi pengetahuan merefleksikan

konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses

belajar mengajar (Kunandar, 2013 :159). Dalam penelitian ini, tes diambil dari

soal-soal yang terdapat dalam buku Fisika kelas X, buku pegangan guru dan

diambil dari beberapa soal Ujian Nasional. Tes dilakukan pada setiap siklus.

Dalam penyusunan soal tes, langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan

kisi-kisi soal yang terdiri dari kisi-kisi soal tes siklus I, tes siklus II dan tes siklus

III, kisi-kisi soal tes sebagai berikut.

Tabel 3.2 kisi kisi soal tes tiap siklus


Jumlah
Siklus Konsep Sub Indikator Jenjang Kognitif
soal
Konsep C2 C3 C4
Siklus Tekanan 1. Menjelaskan konsep 1,
I FLUIDA Hidrostatis tekanan hidrostatis
STATIS
2. Menerapkan hukum 5
utama hidrostatika 2, 3,4 5
dalam kehidupan
sehari-hari
Siklus FLUIDA Hukum 1 Menjelaskan hukum pascal 1,
II STATIS Pascal
2 Menerapkan hukum pascal
dalam pemecahan 5
masalah yang ada dalam 2, 3,4 5
kehidupan sehari-hari

Siklus FLUIDA Hukum 1 Menjelaskan hukum 1,


III STATIS Archimides archimides

2 Mengoperasikan hukum 5
archimides dalam 2 3,4 5
peristiwa tenggelam,
melayang, dan terapung

c. Lembar penilaian keterampilan


31

Instrumen aspek keterampilan pada penelitian ini yang digunakan adalah tes

praktik (tes penilaian kinerja). Pada aspek keterampilan dilengkapi dengan lembar

kerja siswa berisi kegiatan dan hasil percobaan siswa. Lembar kerja siswa dari

hasil percobaan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

melakukan tahap-tahap percobaan seperti, mempelajari cara cara penggunaan

alat dan bahan berusaha mencari dasar teori yang relevan, mengamati percobaan,

menganalisis dan menyajikan data, menyimpulkan hasil dan komponen penelitian

ini akan ditambah presentasi kelompok. Ketentuan dalam penskoran tertuang

didalam teknik analisis data dengan rubrik sebagai berikut :

Tabel 3.3 Tabel Rubrik setiap aspek keterampilan


Aspek yang Penilaian
dinilai 1 2 3
Menggunakan Menggunakan Menggunakan alat benar, Menggunakan alat
alat alat tidak benar rapi dan tidak benar, rapi dan
memperhatikan memperhatikan
keselamatan kerja keselamatan kerja

Pengamatan Pengamatan tidak Pengamatan cermat, tetapi Pengamatan cermat


cermat mengandung interpretasi dan bebas
interpretasi

Data yang Data tidak Data lengkap, tetapi tidak Data lengkap,
diperoleh lengkap terorganisir, atau ada yang teroganisisr, dan
salah tulis ditulis dengan
benar

Kesimpulan Tidak benar atau Sebagian kesimpulan ada Semua benar atau
tidak sesuai yang salah atau tidak sesuai tujuan
tujuan sesuai tujuam

Sumber : Kemendikbud (2014 : 131)

d. Lembar Observasi Aktivitas


32

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa maupun

guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan menerapkan

pembelajaran kuantum (quantum teaching) sebagai model pembelajaran.

2. Uji Validitas Instrumen

Menurut Sanjaya (2013:254) Tes sebagai instrumen untuk mengumpulkan

data dikatakan valid jika tes itu bersifat sahih, atau item-item tes mampu

mengukur apa yang hendak diukur. Artinya tes yang dikembangkan dapat

mengungkapkan apa yang hendak dikaji sesuai dengan variabel penelitian.

Terdapat tiga jenis validitas instrumen tes, yaitu validitas isi,validitas konstruk,

dan validitas kriteria. Validitas isi (Content validity) berkenaan dengan apakah

instrumen yang dikembangkan memuat semua materi yang hendak diukur. Agar

instrumen memiliki validitas isi, maka dapat menyusun kisi-kisi instrumen

terlebih dahulu sebelum instrumen itu sendiri dikembangkan. Kisi-kisi tersebut

dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan instrumen tes sesuai dengan materi

yang akan diukur. Oleh karena validitas isi berhubungan dengan kandungan

materi, maka yang dapat menentukan validitas isi adalah ahli bidang studi yang

relevan.

Validasi instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas

isi (Content validity). Validasi ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari

para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang diuji,

dan pada penelitian ini validasi isi dilakukan oleh tiga orang guru fisika.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Tes (Lembar pengetahuan)


33

Lembar pengetahuan berupa tes esay yang diberikan kepada siswa setelah

siswa mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kuantum) pada akhir

pembelajaran setiap siklusnya. Tes ini diisi oleh siswa agar dapat melihat apakah

pembelajaran dikatakan berhasil dan tuntas serta analisis peningkatan hasil belajar

setiap siklusnya.

2. Observasi Lembar Sikap

Lembar sikap terdiri dari aspek sikap religius dan sosial. Sikap-sikap ini

diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar

observasi. Lembar observasi di nilai oleh pengamat pada saat proses pembelajaran

berlangsung dengan memberikan skor-skor yang ada sesuai dengan rubrik

pengamatan.

3. Lembar Penilaian Keterampilan

Lembar penilaian keterampilan teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah lembar tes praktik yang berisi keterampilan siswa pada saat melakukan

praktikum. Lembar ini di isi oleh pengamat pada saat siswa melakukan praktikum

seperti menggunakan alat, melakukan pengamatan, mengambil data percobaan,

dan membuat kesimpulan Lembar ini di isi dengan skor berdasarkan rubrik yang

telah dibuat.

4. Lembar Observasi Aktivitas

Lembar observasi aktivitas digunakan untuk memperoleh data dengan

mengadakan pengamatan terhadap proses belajar mengajar yang ada di kelas.

Lembar ini di isi oleh pengamat pada saat guru dan siswa melakukan proses

pembelajaran. Lembar ini di isi dengan skor berdasarkan rubrik yang telah dibuat.
34

G. Teknik Analisis Data

1. Analisis data penilaian pengetahuan (Tes)

Data tes dianalisa dengan menggunakan rata-rata nilai dan kriteria

ketuntasan berdasarkan penilaian patokan menurut Permendikbud No. 104 Tahun

2014. Secara klasikal proses belajar mengajar dikatakan berhasil atau tuntas

apabila siswa dikelas memperoleh nilai 2,67 sebanyak 85%. Secara individu

siswa dikatakan berhasil atau tuntas jika siswa memperoleh nilai minimum 2,67..

Untuk melihat peningkatan hasil belajar tersebut dapat digunakan rumus sebagai

berikut :

a. Konversian skor ke nilai

Jumlah skor
Nilai = x4 (3.1)
Jumlah maksimum

Dengan rincian sebagai berikut :

Tabel. 3.4 Konversi kompetensi pengetahuan


Interval Predikat
3,67 4,00 A
3,34 3,66 A-
3,01 3,33 B+
2,67 3,00 B
2,34 2,66 B-
2,00 2,33 C+
1,67 2,00 C
1,34 1,66 C-
1,01 1,33 D+
0,00 1,00 D

b. Nilai rata-rata

x =
xi (3.2)
n

(Sudjana, 1996 : 67)

Keterangan :
35

x = nilai rata-rata
xi = jumlah nilai
n = jumlah siswa

c. Daya serap klasikal

NS 3.3)
DS 100%
S NI (

Keterangan :
DS = Daya serap siswa
NS = Jumlah nilai seluruh siswa
S = Jumlah siswa
NI = Nilai ideal

d. Ketuntasan belajar secara klasikal

N'
KB= x 100 (3.4)
N

(Trianto, 2009 : 241)

Keterangan :
KB = ketuntasan belajar secara klasikal
N = jumlah siswa yang nilainya 2,67
N = jumlah siswa keseluruhan

e. Analisis lembar kerja siswa (LKS)

Indikator penilaian laporan kelompok menggunakan lembar penilaian LKS.

Pemberian skor sesuai dengan kriteria penilaian yang terdapat pada lampiran

lembar kerja siswa tiap siklusnya. Skor yang diperoleh dikonfersikan ke dalam

nilai laporan kerja kelompok dengan rumus :

Jumlah skor (3.5)


Nilai = x4
Jumlah maksimum

Penilaian pada aspek pengetahuan merupakan gabungan dari nilai instrumen

penelitian yaitu LKS dan tes soal. Aspek pengetahuan inilah yang akan

menentukan hasil belajar atau nilai akhir siswa apakah sudah baik mencapai
36

ketuntasan atau belum mencapai ketuntasan. Dimana nilai kelompok sama dengan

nilai individu. Dengan perhitungan :

Nilai akhir (NA) = Tes siklus (70%) + LKS (30%)

2. Analisis Data Penilaian sikap sosial

Lembar penilaian akhir sikap, dinilai sesuai dengan pedoman penilaian


(3.6)
sikap untuk setiap peserta didik dapat menggunakan modus (nilai yang sering

muncul). Kategori nilai sikap peserta didik didasarkan pada Permendikbud No

104 Tahun 2014 yaitu untuk ranah sikap menggunakan skor modus 1,00 4,00

dengan predikat Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB) dimana

ketuntasan belajar siswa minimal dalam katagori baik. Dengan penilaian sebagai

berikut :

Jumlah skor rubrik (3.7)


Nilai = x4
Jumlah maksimum

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian aspek sosial


No Predikat Nilai
1 Sangat baik (SB) 3,33< X 4,00
2 Baik (B) 2,33< X 3,33
3 Cukup (C) 1,33< X 2,33
4 Kurang (K) 0,00< X 1,33

3. Analisis Data Penilaian Keterampilan

Lembar keterampilan yang dipakai disini adalah keterampilan unjuk kerja.

Ketrampilan unjuk kerja ini diambil empat aspek yang dinilai yaitu

a)menggunakan alat, b) melakukan pengamatan, c) data yang diperoleh, dan

d)kesimpulan. Berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun 2014 ketuntasan


37

kompetensi keterampilan ditetapkan paling kecil 2,67. Dengan penilaian sebagai

Jumlah skor
berikut: Nilai = x4
Jumlah maksimum

Dengan predikat :
Tabel. 3.6 Konversi penilaian aspek keterampilan
Interval Predikat
3,67 4,00 A
3,34 3,66 A- (3.8)
3,01 3,33 B+
2,67 3,00 B
2,34 2,66 B-
2,00 2,33 C+
1,67 2,00 C
1,34 1,66 C-
1,01 1,33 D+
0,00 1,00 D

4. Data observasi

a. Data Observasi Aktivitas Guru

Aspek yang diamati pada lembar aktivitas guru adalah penerapan fase-fase

dalam model pembelajaran kuantum yang digunakan dan masalah yang disajikan

pada proses pembelajaran . Data hasil dari lembar observasi aktivitas guru untuk

setiap aspek yang diamati memiliki skor tertinggi 3 untuk tiap butir observasi dan

jumlah butir observasi guru adalah 11. Maka skor tertinggi adalah: 3 x 11 = 33
Kisaran untuk tiap kriteria =

skor tertinggi keseluruhanskor terendah keseluruhan


skor tertinggi tiap butir observasi

3311
= = 7
3

Tabel 3.7 skor pengamatan pada lembar observasi guru


KRITERIA SKOR
Baik (B) 3
Cukup (C) 2
Kurang (K) 1
38

(Arikunto 2009: 39)

Interval kategori penilaian lembar observasi guru adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Interval Kategori pada Lembar Observasi Guru


INTERVAL KATEGORI
11-17 Kurang
18-25 Cukup
26-33 Baik

b. Data Observasi Aktivitas Siswa

Aspek yang diamati pada lembar aktivitas siswa adalah keaktifan, dan

mengkomunikasikan pendapatnya, kemampuan membangun interaksi siswa

dalam kegiatan belajar megajar Fisika berlangsung. Data hasil dari lembar

observasi aktivitas siswa untuk setiap aspek yang diamati memiliki skor tertinggi

3 untuk tiap butir observasi, dan jumlah butir observasi siswa adalah 11. Maka

skor tertinggi adalah: 3 x 11 = 33

Kisaran untuk tiap kriteria =

skor tertinggi keseluruhanskor terendah keseluruhan


skor tertinggi tiap butir observasi
3311
= =7
3

Tabel 3.9 skor pengamatan pada lembar observasi siswa


KRITERIA SKOR
Baik (B) 3
Cukup (C) 2
Kurang (K) 1
(Arikunto 2009: 39)

Interval kategori penilaian lembar observasi siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.10 Interval Kategori pada Lembar Observasi Siswa


INTERVAL KATEGORI
11-17 Kurang
18-25 Cukup
26-33 Baik

H. Indikator Keberhasilan
39

Indikator keberhasilan aktivitas dan hasil belajar siswa (pengetahuan, sikap,

keterampilan) pada penelitian ini disesuaikan dengan Permendikbud No 104

Tahun 2014 yang dirangkum dalam tabel 3.11 sebagai berikut :


Tabel 3.11 Indikator Keberhasilan
Aspek Keberhasilan Indikator Keberhasilan

Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas siswa meningkat setiap siklus. Aktivitas


belajar siswa berada pada kategori baik jika dari hasil
observasi aktivitas siswa berada pada interval 26-33.

Pengetahuan Pembelajaran dikatakan berhasil apabila daya serap


meningkat yaitu daya serap siswa pada siklus II lebih
baik dari siklus I dan siklus III lebih baik dari siklus II (
DS I < DS II < DS III ).

Pembelajaran dikatakan berhasil jika skor rata-rata


pengetahuan kelas 2,67 dengan predikat (B) atau
tuntas belajar secara klasikal jika telah mencapai 85% ke
atas.

Siswa dikatakan telah tuntas belajar secara klasikal,


untuk seorang siswa telah tuntas belajar bila mencapai
nilai minimum 2,67

Hasil belajar aspek Sikap Pembelajaran dikatakan berhasil jika sikap peserta didik
sosial berada pada katagori Baik.

Hasil belajar aspek Pembelajaran dikatakan berhasil jika skor rata-rata kelas
keterampilan 2,67 atau minimal dengan predikat (B)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian


40

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah. Subjek

penelitian adalah siswa kelas X MIPA1 SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah yang

berjumlah 36 orang siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 25 siswa

perempuan. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 2 Maret sampai dengan 28 Maret

2015 pada tahun ajaran 2014/2015.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah untuk menemukan peningkatan aktivitas dan

hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kuantum berbasis

laboratorium. Aktivitas belajar dalam penelitian ini adalah kegiatan yang

dilakukan siswa maupun guru saat proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas

ini dinilai dari lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. Hasil belajar

yang dilihat dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan, sikap dan

keterampilan. Pada aspek pengetahuan hasil belajar dinilai dengan tes akhir siklus

dan LKS, untuk hasil belajar pada aspek ketrampilan dinilai dengan lembar

penilaian kinerja praktikum sedangkan untuk aspek sikap dinilai melalui lembar

observasi.

1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I

Proses pembelajaran siklus I dilaksanakan tanggal 4 Maret 2015 pada jam

ke-3 sampai jam ke-4 dengan konsep Tekanan Hidrostatis. Langkah-langkah

dan prosedur pelaksanaan pengajaran telah dirumuskan dalam silabus dari

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hasil dari penelitian pada siklus I

adalah sebagai berikut:

a. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I


41

Observasi aktivitas guru dilakukan dengan mengisi lembar observasi

aktivitas guru oleh dua pengamat yaitu guru mata pelajaran Fisika kelas X di

SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah dan teman sejawat. Observasi dilakukan dengan

berpedoman pada kriteria penilaian lembar observasi aktivitas guru dengan

memberikan nilai 1 (kurang), 2 (cukup), dan 3 (baik) untuk masing-masing aspek

yang diamati. Data hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat pada

tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perolehan hasil observasi aktivitas guru pada siklus I


Jumlah Aspek
No. Tahap Aktivitas yang Diamati Rata-rata Keterangan
Skor
1 Fase : I Tumbuhkan 2 6 Baik

2 Fase: II Alami 1 3 Baik

3 Fase: III Namai 1 2 Cukup

4 Fase: IV Demonstrasi 4 9 Cukup

5 Fase: V Ulangi 2 5 Baik

6 Fase: VI Rayakan 1 3 Baik

Total skor Rata-rata 28


Kriteria Baik

Perolehan hasil observasi aktivitas guru, berdasarkan Tabel 4.1 terlihat

bahwa total skor rata-rata siklus I menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 28. Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran

kuantum berbasis laboratorium pada konsep Tekanan Hidrostatis termasuk

dalam kriteria baik.

b. Refleksi Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kuantum berbasis laboratorium pada siklus I ini, masih terdapat kekurangan yang

harus diperbaiki. Pada akhir siklus I dilakukan refleksi terhadap hasil observasi
42

aktivitas guru yang digunakan untuk menentukan perbaikan tindakan pada siklus

selanjutnya. Rencana perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2 Refleksi aktivitas guru pada siklus I


No Fase Kelemahan Refleksi
1 Namai Guru meminta siswa untuk Guru seharusnya meminta
mendefinisikan pengalaman siswa untuk mendefinisikan
mereka yang pernah dilihat pengalaman mereka yang
atau dilakukan, dengan pernah dilihat atau dilakukan
bahasa yang kurang baik dengan bahasa yang baik
2 Demonstrasi Guru hanya membimbing Guru membimbing semua
beberapa kelompok yang siswa dalam melakukan
mengalami kesulitan dalam percobaan baik yang
melakukan mpercobaan. mengalami kesulitan maupun
yang tidak mengalami
kesulitan
Guru hanya memberikan Guru memberikan kesempatan
kesempatan kepada beberapa kepada seluruh kelompok
kelompok saja untuk untuk mempresentasikan hasil
mempresentasikan hasil percobaan kelompoknya
percobaan kelompoknya
Guru kurang memberikan Guru memberikan lebih
kesempatan kepada semua banyak kesempatan kepada
kelompok untuk bertanya kelompok untuk bertanya dan
dan menanggapi hasil diskusi menanggapi hasil diskusi.

3 Ulangi Guru kurang dalam Guru memberikan kesempatan


memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
kepada siswa untuk mengulangi poin-poin penting
mengulangi poin-poin dari materi yang telah
penting dari materi yang dilaksanakan.
telah dilaksanakan

c. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I

Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi aktivitas belajar

siswa. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu guru mata pelajaran

Fisika kelas X di SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah dan teman sejawat. Observasi

dilakukan dengan berpedoman pada kriteria penilaian lembar observasi aktivitas


43

guru dengan memberikan nilai 1 (kurang), 2 (cukup), dan 3 (baik) untuk masing-

masing aspek yang diamati. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

siklus I dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perolehan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I
Jumlah Aspek Rata-Rata
No. Tahap Aktivitas yang Diamati Skor Keterangan

1 Fase : I Tumbuhkan 2 5.5 Baik

2 Fase: II Alami 1 2 Cukup

3 Fase: III Namai 1 2 Cukup

4 Fase: IV Demonstrasi 4 9 Cukup

5 Fase: V Ulangi 2 5 Baik

6 Fase: VI Rayakan 1 3 Baik

Total Skor Rata-Rata 26.5


Kriteria Baik

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa, pada siklus I total skor rata-rata observasi

aktivitas belajar siswa menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 26,5. Hasil ini

menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium pada

konsep Tekanan Hidrostatis termasuk dalam kriteria baik.

d. Refleksi Hasil Aktivitas Siswa Pada Siklus I

Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kuantum berbasis laboratorium ternyata masih ada kekurangan yang harus

diperbaiki. Pada akhir siklus I dilakukan refleksi terhadap hasil observasi aktivitas

belajar siswa, yang digunakan untuk menentukan perbaikan tindakan pada siklus

selanjutnya. Rencana perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada

tabel 4.4

Tabel 4.4 Refleksi aktivitas belajar siswa pada siklus I


44

No Fase Kelemahan Refleksi


.
1 Tumbuhkan Hanya beberapa orang Dengan bimbingan guru hendaknya
siswa yang memperhatikan siswa mendengarkan penjelasan
saat guru menjelaskan dari guru tentang tujuan
tujuan pembelajaran. pembelajaran yang akan dicapai
Sambungan Tabel 4.4
N Fase Kelemahan Refleksi
o
2 Alami Hanya beberapa siswa Dengan bimbingan guru seharusnya
yang menyampaikan siswa menyampaikan pengetahuan
pengalaman mereka yang dari pengalaman mereka yang
berhubungan dengan sesuai dengan materi agar mereka
materi pelajaran yang dapat dengan mudah mempelajari
berlangsung materi yang akan dipelajari
3 Namai hanya beberapa siswa yang Dengan bimbingan guru seharusnya
mendefinisikan siswa mendefinisikan pengalaman
pengalaman mereka yang mereka yang pernah dilihat atau
sesuai dengan materi dialami sesuai dengan materi
pelajaran pelajaran

4 Demonstrasi Hanya 1 atau 2 orang siswa Sebaiknya guru memberikan


dalam kelompok yang bimbingan dan pengawasan pada
bekerjasama dalam setiap kelompok agar semua
melakukan percobaan anggota kelompok dapat
bekerjasama dalam melakukan
percobaan
Hanya beberapa kelompok Dengan bimbingan guru sebaiknya
yang mempresentasikan siswa berani mempresentasikan
hasil percobaan kepada hasil percobaannya karena kegiatan
kelompok lainnya ini merupakan salah satu cara untuk
membiasakan siswa untuk aktif di
muka umum
Hanya beberapa siswa Sebaiknya siswa aktif bertanya
yang bertanya tentang hasil tentang hasil percobaan yang telah
percobaan yang telah dipresentasikan
dipresentasikan
Ulangi
5 Hanya 3-5 orang siswa Sebaiknya siswa lebih aktif dalam
yang mengulangi poin-poin mengulang poin-poin penting, tidak
penting dari materi yang perlu merasa takut dan malu
telah dipelajari berbicara didepan orang banyak.

e. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I

Hasil belajar siklus I dalam penelitian ini, mencakup aspek pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Hasil belajar tersebut akan dibahas sebagai berikut ini:
45

1. Hasil Belajar Aspek Pengetahuan Pada Siklus I

Hasil belajar pada aspek pengetahuan merupakan gabungan dari nilai tes

(70%) dan nilai LKS (30%). Tes dilakukan pada akhir pembelajaran sedangkan

lembar kerja siswa (LKS) yaitu lembar kerja siswa pada saat melakukan

percobaan. Hasil belajar siswa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut

Tabel 4.5 Hasil Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Pada Siklus I


No Deskripsi hasil belajar siswa Nilai
1 Nilai tertinggi 3,54
2 Nilai terendah 2,10
3 Nilai rata-rata 3,04
4 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2.67
5 Daya serap 75,95%
6 Ketuntasan klasikal 88,8%
7 Kriteria Ketuntasan Klasikal minimal 85%
Kategori Tuntas
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada siklus I sebesar 3,54

diperoleh oleh satu orang siswa dan nilai terendah sebesar 2,10 diperoleh oleh

satu orang. Nilai rata-rata siswa pada siklus ini sebesar 3,04 dengan predikat B+ .

Mengacu pada kriteria ketuntasan minimal 2.67, jumlah siswa yang tidak tuntas

pada siklus I sebanyak 4 orang dan yang tuntas sebanyak 32 orang sehingga

ketuntasan secara klasikal pada siklus I adalah 88,8 % dengan daya serap sebesar

75,95%, dari hasil belajar tersebut pembelajaran pada siklus I termasuk kategori

tuntas.

2. Hasil Belajar Aspek Keterampilan Pada Siklus 1

Aspek keterampilan dinilai pada saat siswa melakukan percobaan. Aspek

yang dinilai yaitu: 1)menggunakan alat-alat percobaan, 2)melakukan pengamatan

dan pengukuran, 3)menganalisis data yang diperoleh, dan 4)menarik hasil

kesimpulan dari percobaan. Hasil penilaian pada aspek keterampilan dapat

dilihat pada Tabel 4.6 berikut.


Tabel 4.6 Hasil aspek keterampilan pada siklus I
46

No Aspek yang dinilai Jumlah skor Nilai Predilkat Keterangan


keseluruhan Konversi
1 Menggunakan alat-alat percobaan 67 2.48 B- Baik
2 Melakukan pengamatan dan pengukuran 78 2.89 B Baik
3 Menganalisis data yang diperoleh 81 3.00 B Baik
4 Menarik hasil kesimpulan dari percobaan 73 2.70 B Baik
Nilai terendah 2,00
Nilai tertingi 3,33
Rata-rata nilai akhir 2,77
Predikat B

Hasil belajar aspek ketrampilan siswa berdasarkan tabel 4.6 , nilai tertinggi

yang diperoleh sebesar 3,33 dan nilai terendah sebesar 2,00. Nilai rata-rata kelas

yang diperoleh sebesar 2,77 dengan predikat (B). Pada aspek keterampilan,

pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas 2,67 jadi dengan nilai

rata-rata 2,77 hasil belajar aspek keterampilan siswa dapat dikatakan berhasil

atau tuntas.

3. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Sikap Siklus I

Aspek sikap yang dinilai yakni sikap sosial. Pada sikap sosial, aspek yang

dinilai yaitu, 1)kepedulian, 2)sopan santun, dan 3) kerja sama. Berikut ini analisis

data yang telah dilakukan pada aspek sikap siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7

dibawah ini.

Tabel 4.7 Hasil aspek sikap siswa pada siklus I


No Aspek sikap Jumlah Konversi Nilai Keterangan
Skor
1 Kepedulian 73 2.70 Baik
2 Sopan Santun 84 3.11 Baik
3 Kerja Sama 82 3.04 Baik
Nilai Siswa Tertinggi 3,56
Nilai Siswa Terendah 2,67
Rata-rata nilai akhir 2,95
Predikat Baik

Hasil belajar aspek sikap berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa,

nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 3,56 dan nilai terendah sebesar 2,67 dengan

rata-rata nilai secara keseluruhan adalah 2,95. Pada aspek sikap pembelajaran
47

dikatakan berhasil jika sikap peserta didik berada pada katagori Baik. Dari data

diatas rata-rata nilai sikap siswa 2,95 dengan predikat baik, jadi dapat disimpulkan

hasil belajar aspek sikap siswa pada siklus I ini berhasil atau tuntas.

2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

Pembelajaran pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2015


pada jam ke-3 sampai jam ke- 4 dengan konsep Hukum Pascal. Tindakan yang

dilakukan pada siklus II ini adalah melaksanakan proses pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium yang diperbaiki

dari siklus sebelumnya, yaitu siklus I. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus

II adalah sebagai berikut:

a. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II

Observasi dilakukan dengan berpedoman pada kriteria penilaian lembar

observasi aktivitas guru dengan memberikan nilai 1 (kurang), 2 (cukup), dan 3

(baik) untuk masing-masing aspek yang diamati. Hasil observasi aktivitas guru

pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.8.


Tabel 4.8 Perolehan hasil observasi aktivitas guru pada siklus II
Jumlah Aspek Rata-Rata
No. Tahap Aktivitas Keterangan
Yang Diamati Skor
1 Fase : I Tumbuhkan 2 6 Baik

2 Fase: II Alami 1 3 Baik

3 Fase: III Namai 1 3 Baik

4 Fase: IV Demonstrasi 4 9 Cukup

5 Fase: V Ulangi 2 5.5 Baik

6 Fase: VI Rayakan 1 3 Baik

Total skor Rata-Rata 29.5


Kriteria Baik

Total skor rata-rata aktivitas guru siklus II berdasarkan Tabel 4.8 sebesar

29,5. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam melaksanakan


48

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kuantum berbasis

laboratorium pada konsep Hukum Pascal termasuk dalam kategori baik dan

mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.

Peningkatan aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran pada siklus

II terutama dalam hal-hal berikut : 1) fase namai, guru telah meminta siswa untuk

mendefinisikan pengalaman siswa yang pernah dialami berhubungan dengan

materi dengan bahasa yang baik 2) fase Ulangi , guru telah menunjuk >5 siswa

mengulang poin-poin penting dari materi yang telah dipelajari.

b. Refleksi Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kuantum berbasis laboratorium pada siklus II ini, walaupun telah mengalami

peningkatan masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Pada akhir siklus

II dilakukan refleksi terhadap hasil observasi aktivitas guru yang digunakan untuk

menentukan perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Rencana perbaikan yang

dilakukan pada siklus III dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Refleksi aktivitas guru pada siklus II


No. Fase Kelemahan Refleksi
1 Demonstrasi Guru hanya membimbing Guru membimbing semua siswa
beberapa kelompok yang dalam melakukan percobaan baik
mengalami kesulitan dalam yang mengalami kesulitan
melakukan mpercobaan. maupun yang tidak mengalami
kesulitan

Guru hanya memberikan Guru memberikan kesempatan


kesempatan kepada kepada seluruh kelompok untuk
beberapa kelompok saja mempresentasikan hasil
untuk mempresentasikan percobaan kelompoknya
hasil percobaan
kelompoknya
49

Guru kurang memberikan Guru memberikan lebih banyak


kesempatan kepada semua kesempatan kepada kelompok
kelompok untuk bertanya untuk bertanya dan menanggapi
dan menanggapi hasil hasil diskusi.
diskusi

c. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II

Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi aktivitas belajar

siswa dengan berpedoman pada kriteria penilaian lembar observasi aktivitas

belajar siswa dengan memberikan nilai 1 (kurang), 2 (cukup), dan 3 (baik) untuk

masing-masing aspek yang diamati. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada

siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10.


Tabel 4.10 Perolehan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus II
Jumlah Aspek Rata-Rata
No. Tahap Aktivitas Keterangan
yang Diamati Skor
1 Fase : I Tumbuhkan 2 6 Baik

2 Fase: II Alami 1 3 Baik

3 Fase: III Namai 1 2 Cukup

4 Fase: IV Demonstrasi 4 9 Cukup

5 Fase: V Ulangi 2 5 Baik

6 Fase: VI Rayakan 1 3 Baik

Total Skor Rata-Rata 28


Kriteria Baik

Pada siklus II berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa total skor rata-rata

observasi aktivitas belajar siswa, menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 28. Hasil ini

menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium pada

konsep Hukum Pascal termasuk dalam kriteria baik dan mengalami peningkatan..

Peningkatan aktivitas belajar siswa selama melaksanakan pembelajaran

pada siklus II terutama dalam hal-hal berikut : 1) pada fase alami, siswa
50

menyampaikan pengalaman yang pernah mereka alami, berhubungan dengan

materi pelajaran yang berlangsung.

d. Refleksi Hasil Aktivitas Siswa Pada Siklus II

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kuantum berbasis laboratorium pada siklus II, walaupun telah mengalami

peningkatan ternyata masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Pada akhir

siklus II dilakukan refleksi terhadap hasil observasi aktivitas belajar siswa yang

digunakan untuk menentukan perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya.

Rencana perbaikan yang dilakukan pada siklus III dapat dilihat pada tabel 4.11

Tabel 4.11 Refleksi aktivitas belajar siswa pada siklus II


No Fase Kelemahan Refleksi
.
1 Namai hanya beberapa siswa yang Dengan bimbingan guru seharusnya
mendefinisikan siswa mendefinisikan pengalaman
pengalaman mereka yang mereka yang pernah dilihat atau
sesuai dengan materi dialami sesuai dengan materi
pelajaran pelajaran

2 Demonstrasi Hanya 1 atau 2 orang siswa Sebaiknya guru memberikan


dalam kelompok yang bimbingan dan pengawasan pada
bekerjasama dalam setiap kelompok agar semua
melakukan percobaan anggota kelompok dapat
bekerjasama dalam melakukan
percobaan
Hanya beberapa kelompok Dengan bimbingan guru sebaiknya
yang mempresentasikan siswa berani mempresentasikan
hasil percobaan kepada hasil percobaannya karena ini
kelompok lainnya merupakan salah satu cara untuk
membiasakan siswa untuk aktif di
muka umum
Hanya beberapa siswa yang Sebaiknya siswa aktif bertanya
bertanya tentang hasil tentang hasil percobaan yang telah
percobaan yang telah dipresentasikan
dipresentasikan
51

3 Ulangi Hanya 3-5 orang siswa Sebaiknya siswa lebih aktif dalam
mengulangi point-point mengulangi poin-poin penting tidak
penting dari materi yang perlu merasa takut dan malu
telah dipelajari berbicara di depan orang banyak.
Dan mengulangi poin-poin penting
secara sistematis.

e. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Hasil belajar pada siklus II dalam penelitian ini mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil belajar tersebut akan dibahas sebagai

berikut ini:

1 Hasil Belajar Aspek Pengetahuan Pada Siklus II

Hasil belajar pada aspek pengetahuan merupakan gabungan dari nilai tes

(70%) dan nilai LKS (30%). Tes dilakukan pada akhir pembelajaran sedangkan

lembar kerja siswa (LKS) yaitu lembar kerja siswa pada saat melakukan

percobaan. Hasil belajar siswa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.12

berikut ini.

Tabel 4.12 Hasil Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Pada Siklus II


No Deskripsi hasil belajar siswa Nilai
1 Nilai tertinggi 3,72
2 Nilai terendah 2,36
3 Nilai rata-rata 3,16
4 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 2.67
4 Daya serap 79,11%
5 Ketuntasan klasikal 88,88%
6 Kriteria Ketuntasan Klasikal minimal 85%
Kategori Tuntas
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada siklus II sebesar 3,72

yang diperoleh oleh satu orang siswa dan nilai terendah sebesar 2,36 sebanyak

satu orang. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus ini adalah 3,16 dengan

predikat B+. Mengacu pada kriteria ketuntasan minimal 2,67, jumlah siswa yang

tidak tuntas pada siklus II adalah 4 orang dan yang tuntas sebanyak 32 orang jadi
52

ketuntasan secara klasikal pada siklus ini adalah 88,8 % dengan daya serap

sebesar 79,11% dari hasil tersebut, pembelajaran aspek pengetahuan pada siklus II

ini termasuk kategori tuntas dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.

2 Hasil Belajar Aspek Keterampilan Pada Siklus II

Aspek keterampilan dinilai pada saat siswa melakukan percobaan. Aspek

yang dinilai yaitu: 1)menggunakan alat-alat percobaan, 2) melakukan pengamatan

dan pengukuran, 3)menganalisis data yang diperoleh, dan 4)menarik hasil

kesimpulan dari percobaan. Hasil belajar aspek keterampilan dapat dilihat pada

Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil aspek keterampilan pada siklus II
No Aspek yang dinilai Jumlah skor Nilai Predikat Keterangan
keseluruhan Konversi
1 Menggunakan alat-alat percobaan 72 2.67 B Baik
2 Melakukan pengamatan dan pengukuran 79 2.93 B Baik
3 Menganalisis data yang diperoleh 81 3.00 B Baik
4 Menarik hasil kesimpulan dari percobaan 84 3.11 B+ Baik
Nilai terendah 2,67
Nilai tertingi 3,33
Rata-rata nilai akhir 2,93
Predikat B

Hasil belajar aspek ketrampilan siswa, nilai tertinggi yang diperoleh sebesar

3,33, dan nilai keterampilan siswa yang terendah adalah 2,67. Nilai rata-rata

kelas sebesar 2,93 dengan predikat (B). Pada aspek keterampilan, pembelajaran

dikatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas 2,67 jadi dengan nilai rata-rata 2,93

hasil belajar aspek keterampilan siswa dapat dikatakan berhasil atau tuntas.

3 Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Sikap Siklus II

Aspek sikap yang dinilai yakni sikap sosial. Pada sikap sosial, aspek yang

dinilai yaitu, 1)kepedulian, 2)sopan santun, dan 3) kerja sama. Berikut ini analisis

data yang telah dilakukan pada aspek sikap siswa yang dapat dilihat pada Tabel

4.14 dibawah ini.


53

Tabel 4.14 Hasil aspek sikap siswa pada siklus II


No Aspek sikap Jumlah Skor Konversi Nilai Keterangan
1 Kepedulian 74 2.74 Baik
2 Sopan Santun 84 3.11 Baik
3 Kerja Sama 83 3.07 Baik
Nilai Siswa Tertinggi 4.00
Nilai Siswa Terendah 2.67
Rata-rata nilai akhir 2,98
Predikat Baik

Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa, nilai tertinggi pada aspek sikap

adalah 4.00 dan nilai terendah adalah 2,67 dengan rata-rata nilai secara

keseluruhan adalah 2,98. Pada aspek sikap, pembelajaran dikatakan berhasil jika

sikap peserta didik berada pada katagori Baik. Dari data diatas rata-rata nilai sikap

siswa 2,98 dengan predikat baik, jadi dapat disimpulkan hasil belajar aspek sikap

siswa pada siklus II ini berhasil atau tuntas.

3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III

Pembelajaran pada siklus III ini dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2015

pada jam ke-3 dan ke-4 dengan konsep Hukum Archimedes. Tindakan yang

dilakukan pada siklus III ini adalah melaksanakan proses pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium yang diperbaiki

dari siklus sebelumnya, yaitu siklus II. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus

III adalah sebagai berikut:

a. Deskripsi Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus III

Observasi dilakukan dengan berpedoman pada kriteria penilaian lembar

observasi aktivitas guru dengan memberikan nilai 1 (kurang), 2 (cukup), dan 3

(baik) untuk masing-masing aspek yang diamati. Hasil observasi aktivitas guru

pada siklus III dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut.


Tabel 4.15 Perolehan hasil observasi aktivitas guru pada siklus III
Jumlah Aspek Rata-Rata Keterangan
No. Tahap Aktivitas
Yang Diamati Skor
54

1 Fase : I Tumbuhkan 2 6 Baik

2 Fase: II Alami 1 3 Baik

3 Fase: III Namai 1 3 Baik

4 Fase: IV Demonstrasi 4 10 Baik

5 Fase: V Ulangi 2 6 Baik

6 Fase: VI Rayakan 1 3 Baik

Total skor Rata-Rata 31


Kriteria Baik

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa total skor rata-rata aktivitas guru siklus III

menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 31. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas

guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kuantum berbasis laboratorium pada konsep Hukum Archimedes termasuk

dalam kategori baik dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.

Peningkatan aktivitas guru selama melaksanakan pembelajaran pada siklus

III terutama dalam hal-hal berikut : 1) fase namai, guru telah meminta siswa untuk

mendefinisikan pengalaman siswa yang pernah dialami berhubungan dengan

materi dengan bahasa yang baik 2) fase ulangi, guru telah menunjuk >5 siswa

mengulang poin-poin penting dari materi yang telah dipelajari, 3) fase

demonstrasi, guru telah membimbing siswa dalam melakukan percobaan.

b. Refleksi Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus III

Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kuantum

berbasis laboratorium, pada akhir siklus III dilakukan refleksi terhadap hasil

observasi aktivitas guru. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamat terhadap

aktivitas guru diperoleh rata-rata skor 31 dan tergolong kategori baik. Guru telah

melakukan perbaikan pada item-item pembelajaran yang masih kurang di siklus

II. Pada siklus III ini guru melaksanakan perbaikan tersebut, akan tetapi masih
55

terdapat dua aspek pada fase demonstrasi yang belum mendapat skor 3 (baik).

Meskipun masih terdapat dua aspek pada fase demonstrasi yang belum mendapat

skor 3, namun hasil aktivitas guru yang dicapai telah mencapai kategori baik dan

tetap meningkat.

c. Deskripsi Data Hasil Aktivitas Siswa Pada Siklus III

Observasi dilakukan dengan berpedoman pada kriteria penilaian lembar

observasi aktivitas belajar siswa dengan memberikan nilai 1 (kurang), 2 (cukup),

dan 3 (baik) untuk masing-masing aspek yang diamati. Hasil observasi aktivitas

belajar siswa pada siklus III dapat dilihat pada tabel 4.16

Tabel 4.16 Perolehan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus III
Jumlah Aspek Rata-Rata
No. Tahap Aktivitas yang Diamati Skor Keterangan

1 Fase : I Tumbuhkan 2 6 Baik

2 Fase: II Alami 1 3 Baik

3 Fase: III Namai 1 3 Baik

4 Fase: IV Demonstrasi 4 10 Baik

5 Fase: V Ulangi 2 5.5 Baik

6 Fase: VI Rayakan 1 3 Baik

Total Skor Rata-Rata 30,5


Kriteria Baik
Tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa, pada siklus III total skor rata-rata

observasi aktivitas belajar siswa, menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 30. Hasil ini

menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium pada

konsep Hukum Archimedes termasuk dalam kriteria baik dan mengalami

peningkatan dari siklus sebelumnya.


56

Peningkatan aktivitas belajar siswa selama melaksanakan pembelajaran

pada siklus III terutama dalam hal-hal berikut : 1)fase namai, siswa

mendefinisikan pengalaman mereka yang sesuai dengan materi pelajaran 2)pada

fase demonstrasi, siswa dalam kelompok telah bekerja sama dalam melakukan

percobaan 3) Pada Fase ulangi, lebih dari 5 orang siswa yang mengulangi point-

point penting dari materi yang telah dipelajari.

d. Refleksi Hasil Aktivitas Siswa Pada Siklus III

Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

kuantum berbasis laboratorium, pada akhir siklus III dilakukan refleksi terhadap

hasil aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamat

terhadap aktivitas belajar siswa diperoleh rata-rata skor 30 sehingga tergolong

kategori baik. Pada siklus III ini terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa jika

dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya. Akan tetapi dari hasil observasi

tersebut masih terdapat aspek yang masih bernilai cukup. Meskipun terdapat

aspek yang masih dalam kriteria cukup, namun secara keseluruhan aktivitas siswa

telah dikatakan baik.

e. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus III

Hasil belajar pada siklus III dalam penelitian ini mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil belajar tersebut akan dibahas sebagai

berikut ini:

1. Hasil Belajar Aspek Pengetahuan Pada Siklus III

Hasil belajar pada aspek pengetahuan merupakan gabungan dari nilai tes

(70%) dan nilai LKS (30%). Tes dilakukan pada akhir pembelajaran sedangkan
57

lembar kerja siswa (LKS) yaitu lembar kerja siswa pada saat melakukan

percobaan. Hasil belajar siswa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.17

berikut ini:

Tabel 4.17 Hasil Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Pada Siklus III
No Deskripsi hasil belajar siswa Nilai

1 Nilai tertinggi 3,52


2 Nilai terendah 2.62
3 Nilai rata-rata 3,17
4 Kriteria Ketuntasan Minimal 2,67
5 Daya serap 79.18%
6 Ketuntasan klasikal 94.4%
7 Kriteria Ketuntasan Klasikal minimal 85%
Kategori Tuntas

Tabel 4.17 diatas menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada siklus III adalah

3,52 yang diperoleh oleh dua orang siswa. Nilai terendah pada siklus ini adalah

2,62 sebanyak satu orang. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus ini adalah

3,17 dengan predikat B+. Mengacu pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) 2.67,

jumlah siswa yang tidak tuntas pada siklus III adalah sebanyak 2 orang dan yang

tuntas sebanyak 34 orang, sehingga ketuntasan secara klasikal pada siklus III

adalah 94.4% dengan daya serap sebesar 79,18%. Berdasarkan dari hasil tersebut,

hasil belajar siswa aspek pengetahuan pada siklus III ini termasuk dalam kategori

tuntas dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.

2. Hasil Belajar Aspek Keterampilan Pada Siklus III

Penilaian hasil belajar pada aspek keterampilan dinilai pada saat siswa

melakukan percobaan atau eksperimen. Secara lebih rinci hasil belajar aspek

ketrampilan pada siklus III, dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut.

Tabel 4.18 Hasil aspek keterampilan pada siklus III


No Aspek yang dinilai Jumlah skor Nilai Predilkat Keterangan
keseluruhan Konversi
1 Menggunakan alat-alat percobaan 72 2.67 B Baik
2 Melakukan pengamatan dan pengukuran 80 2.96 B Baik
58

3 Menganalisis data yang diperoleh 86 3.18 B+ Baik


4 Menarik hasil kesimpulan dari percobaan 88 3.26 B+ Baik
Nilai terendah 2,33
Nilai tertingi 3,67
Rata-rata nilai akhir 3.01
Predikat B+

Data diatas menunjukkan bahwa nilai keterampilan siswa yang terendah

adalah 2,33. Nilai tertinggi pada aspek keterampilan ini adalah 3.67 dan nilai

rata-rata kelas sebesar 3.01 dengan predikat (B+). Pada aspek keterampilan,

pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas 2,67 jadi dengan nilai

rata-rata 3.01 hasil belajar aspek keterampilan siswa dapat dikatakan berhasil.

3. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Sikap Siklus III

Aspek sikap yang dinilai yakni sikap sosial. Pada sikap sosial, aspek yang

dinilai yaitu, 1)kepedulian, 2)sopan santun, dan 3) kerja sama. Berikut ini analisis

data yang telah dilakukan pada aspek sikap siswa yang dapat dilihat pada Tabel

4.19 dibawah ini.


Tabel 4.19 Hasil aspek sikap siswa pada siklus III
No Aspek sikap Jumlah Skor Konversi Nilai Keterangan
1 Kepedulian 75 2.77 Baik
2 Sopan Santun 85 3.15 Baik
3 Kerja Sama 83 3.07 Baik
Nilai Siswa Tertinggi 4.00
Nilai Siswa Terendah 2.67
Rata-rata nilai akhir 3.00
Predikat Baik

Tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa, nilai tertinggi pada aspek sikap

adalah 4.00 dan nilai terendah adalah 2,67 dengan rata-rata nilai secara

keseluruhan adalah 3,00. Pada aspek sikap, pembelajaran dikatakan berhasil jika

sikap peserta didik berada pada katagori Baik. Dengan rata-rata nilai sikap 3,00,

aspek sikap sikap siswa sudah termasuk katergori predikat baik, jadi dapat

disimpulkan hasil belajar aspek sikap siswa pada siklus III ini berhasil atau tuntas.

C. Pembahasan
59

1. Aktivitas Guru

Aktivitas guru merupakan seluruh kegiatan yang dilakukan guru selama

proses pembelajaran berlangsung. Aktifitas guru dinilai melalui pengamatan

menggunakan lembar observasi aktivitas guru. Berdasarkan hasil observasi

aktivitas guru pada penerapan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium

konsep Fluida Statis dikelas X MIPA1 SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah, diperoleh

hasil bahwa terjadi peningkatan aktivitas guru selama proses pembelajaran

berlangsung (lampiran 13, hal ). Peningkatan aktivitas guru selama tiga siklus

pembelajaran ditunjukkan pada gambar 4.1.

35 31
28 29.5
30
25
20
Rata-Rata Skor Aktivitas Guru 15
10
5
0
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
Aktivitas Guru

Gambar 4.1 Grafik perkembangan aktivitas guru pada tiga siklus

Grafik aktivitas guru pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada siklus I,

rata-rata skor aktivitas guru yang diperoleh yaitu 28 meningkat pada siklus II

dengan rata-rata skor aktivitas guru yang diperoleh yaitu 29,5 sedangkan pada

siklus III rata-rata skor aktivitas guru yang diperoleh yaitu 31. Peningkatan ini

terjadi karena adanya proses refleksi atau perbaikan aktivitas guru dalam

pembelajaran tiap siklusnya. Setiap siklus skor rata-rata aktivitas guru yang

diperoleh sudah dalam kriteria baik.

Fase tumbuhkan, di ketiga siklus guru telah melaksanakan tugas dengan


60

baik yaitu dalam hal memberikan pertanyaan motivasi dan menyampaikan tujuan

pembelajaran dengan jelas. Fase tumbuhkan ini diharapkan siswa memiliki rasa

ingin tahu yang tingi terhadap materi yang akan diajarkan.

Fase alami dalam kegiatan mengamati, pada ketiga siklus guru telah

menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep fluida dari pengalaman yang

pernah mereka alami dengan cara memberikan pertanyaan dan menampilkan

gambar. Saat menampilkan gambar, siswa akan mudah mengaitkan antara

pengalaman mereka dengan konsep materi yang akan diajarkan.

Fase namai, pada siklus I guru dinilai kurang maksimal dalam meminta

siswa mendefinisikan pengalaman mereka yang pernah dilihat. Hal ini ditandai

dengan masih diberikan skor dua oleh pengamat. Dengan demikian pada siklus II

dan Siklus III guru memperbaiki kekurangannya, dengan cara memberikan

pertanyaan (menanya) kepada siswa untuk mendefinisikan pengalaman mereka

yang pernah dilihat atau dilakukannya dengan bahasa yang baik dan jelas,

sehingga siswa dapat benar-benar mengkonstruksi pengetahuannya. Menurut

Deporter (2010), belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami

informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk materi yang akan mereka

pelajari.

Fase demonstrasi, pada siklus I kemampuan guru dalam membimbing siswa

melakukan percobaan (mencoba), dan presentasi hasil percobaan, masih kurang

maksimal. Pada Siklus II dan siklus III guru memperbaiki kekurangannya dengan

membimbing lebih banyak kelompok dalam melakukan percobaan dan

memberikan lebih banyak kesempatan kepada kelompok untuk bertanya dan

menanggapi hasil percobaan sehingga siswa lebih aktif. Kekurangan pada tahap
61

ini dari ketiga siklus yaitu kurang maksimalnya guru dalam meminta seluruh

kelompok mempresentasikan hasil percobaan, hal ini disebabkan karena waktu

telah banyak habis untuk melakukan percobaan.

Fase ulangi, pada ketiga siklus guru telah melaksanakan tugas dengan baik

yaitu dalam hal menunjuk siswa mengulang poin-poin penting dan menyimpulkan

hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Fase rayakan, guru memberikan

penghargaan respon positif kepada setiap siswa yang aktif selama proses

pembelajaran. Adanya pengakuan dan perayaan, maka siswa akan merasa puas,

punya kepercayaan diri, dan kebanggaan diri dalam belajar, hal ini akan

menjadikan proses belajar mengajar lebih efektif, serta kelas menjadi komunitas

belajar, tempat yang dituju dengan senang hati dan keceriaan, tanpa adanya rasa

keterpaksaan.

Peningkatan aktivitas guru yang terjadi, dikarenakan refleksi yang

dilakukan pada setiap akhir siklus sebagai perbaikan untuk siklus selanjutnya.

Namun, dari keseluruhan aktivitas yang dilakukan masih terdapat beberapa

kekurangan yang dalam pelaksanaannya belum sempurna.

2. Aktivitas Belajar Siswa

Hasil penelitian pada proses pembelajaran melalui penerapan model

pembelajaran kuantum berbasis laboratorium dari tiga siklus yang telah

dilaksanakan terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa (lampiran 14, hal )

seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut:


62

30.5
32 26.5
24
16
Rata-Rata Skor Aktivitas Belajar Siswa 8
0
28

Aktivitas Belajar Siswa

Gambar 4.2 Grafik perkembangan aktivitas belajar siswa pada tiga siklus

Gambar 4.2 di atas memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil observasi, pada

siklus I skor rata-rata aktivitas belajar siswa yang diperoleh yaitu 26,5. Pada siklus

II skor rata-rata aktivitas belajar siswa yang diperoleh meningkat menjadi 28

sedangkan pada siklus III skor rata-rata aktivitas belajar siswa yang diperoleh

yaitu 30,5. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada ketiga siklus

mengalami peningkatan dan sudah dalam kategori baik.

Fase tumbuhkan pada siklus I siswa kurang memperhatikan penjelasan guru

tentang tujuan pembelajaran. Hal ini terjadi karena siswa pada siklus I belum siap

untuk memulai pembelajaran. Pada siklus II dan III pada saat guru menyampaikan

tujuan pembelajaran siswa sudah memperhatikan dengan baik dan siswa sudah

lebih termotivasi untuk mengetahui hal-hal apa yang dapat mereka peroleh dari

pembelajaran.

Fase alami pada siklus I, hanya beberapa siswa yang menyampaikan

pengalaman mereka yang berhubungan dengan materi pelajaran, ini dikarenakan

siswa belum terbiasa dalam penerapan model pembelajaran kuantum. Pada siklus

II dan III lebih dari 5 orang siswa telah menyampaikan pengalaman mereka yang

berhubungan dengan materi pelajaran, ini dikarenakan banyak kejadian di

kehidupan mereka sehari-hari yang berhubungan dengan materi.


63

Fase namai, diharapkan siswa mampu mendefinisikan suatu besaran fisika

dari pengalaman mereka yang pernah dilihat sesuai dengan materi pelajaran.

Berdasarkan hasil observasi, pada siklus I dan II, sebagian siswa masih bingung

mendefinisikan suatu besaran fisika dari pengalaman mereka, hanya beberapa

siswa saja yang mampu mendefinisikan pengalamannya. Pada siklus III sebagian

siswa sudah mampu mendefinisikan suatu besaran fisika dari pengalaman mereka

yang pernah dilihat atau dialami, setelah siswa mampu mendefinisikan suatu

besaran atau konsep fisika, ini akan memudahkan siswa untuk memahami materi

yang diajarkan.

Fase Demonstrasi, di siklus I dan II siswa dalam melaksanakan percobaan

masih kurang baik, terlihat dari kurangnya kerjasama antara siswa dalam satu

kelompok, dan siswa seperti masih bingung apa yang harus dilakukan. Terdapat

beberapa kelompok yang tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai alat dan

bahan serta langkah kerja. Siswa sudah merasa paham dengan langkah kerja

dalam LKS padahal mereka belum mengerti, sehingga pada saat percobaan masih

ada siswa yang mengalami kesulitan. Dalam mengerjakan LKS pun masih ada

yang tidak berkelompok (mengerjakan LKS sendiri), dengan kata lain dalam 1

kelompok hanya beberapa orang yang mengerjakan. Hal ini disebabkan karena

terdapat siswa yang kurang peduli, atau tidak punya tanggung jawab terhadap

kelompoknya. Siswa hanya mengandalkan anggota kelompok yang lain untuk

mengerjakan LKS. Selain itu juga hanya beberapa kelompok yang

mempresentasikan hasil percobaannya dan pada saat diskusi, siswa kurang aktif

menanggapi dan bertanya tentang hasil percobaan. Hal ini disebabkan karena

siswa masih merasa takut dan malu berbicara di depan orang banyak. Pada siklus
64

III siswa telah melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk LKS dengan benar.

Sebagian besar kelompok sudah mengerjakan LKS secara kerja sama dan

berkelompok. Siswa merasa peduli, dan bertanggung jawab terhadap

kelompoknya. Siswa juga bersemangat mengerjakan LKS, tidak hanya

mengandalkan teman sekelompok. Kekurangan pada fase demonstrasi dari ketiga

siklus yaitu hanya beberapa kelompok yang mempresentasikan hasil

percobaannya dan siswa kurang aktif dalam menanggapi dan bertanya hasil

diskusi, hal ini disebabkan karena waktu telah banyak habis untuk melakukan

percobaan. Pada fase demonstrasi, dengan melakukan percobaan dan presentasi

hasil, siswa dilatih untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, kerja sama,

kemampuan berkomunikasi dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu juga

dengan melakukan percobaan tersebut, siswa akan lebih mengetahui dan

memahami tentang konsep materi yang diajarkan.

Fase ulangi, siswa mengulang poin-poin penting dan menyimpulkan hasil

pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil observasi di ketiga siklus

dengan bimbingan guru, siswa telah melaksanakan tugas dengan baik yaitu

mampu mengulang poin-poin penting dan menyimpulkan hasil pembelajaran yang

telah dilakukan.

Fase rayakan, siswa merayakan keberhasilan belajar selama proses

pembelajaran ini bertujuan agar siswa tidak bosan atau bersemangat dalam

pertemuan selanjutnya dan memotivasi siswa meningkatkan hasil belajar.

Menurut Deporter (2010), dengan fase rayakan ini kebutuhan psikologis siswa

dapat terpenuhi, melalui pemberian penghargaan, seperti pujian, tepukan tangan,

atau reward.
65

Aktivitas belajar siswa yang meningkat dalam penelitian ini yaitu pada fase

tumbuhkan, alami, namai, ulangi dan rayakan. Pada fase demonstrasi terdapat dua

aspek yang mengalami peningkatan yakni siswa membentuk kelompok sesuai

yang ditunjuk oleh guru, dan siswa saling bekerja sama melakukan percobaan.

Peningkatan aktivitas belajar siswa, dikarenakan refleksi yang dilakukan pada

setiap akhir siklus sebagai perbaikan untuk siklus selanjutnya.

Setiap fase dalam model pembelajaran kuantum, memberikan kiat-kiat atau

petunjuk dari seluruh proses yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat

serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan bagi siswa.

Adanya pengakuan dan perayaan, maka siswa akan merasa puas, punya

kepercayaan diri, dan kebanggaan diri dalam belajar, hal ini akan menjadikan

proses belajar mengajar lebih efektif, serta kelas menjadi tempat yang dituju

dengan senang hati dan keceriaan, tanpa adanya rasa keterpaksaan. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan Jeannette Vos Groenendal, Quantum Learning dapat

meningkatkan nilai belajar sampai dengan 73%, 68% meningkatkan motivasi, dan

81% memperbesar kepercayaan diri dan juga dari hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa siswa lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga

akan diri mereka sendiri (Deporter, 2010:32).

3. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa dinilai dari aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap

siswa dalam pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran kuantum

berbasis laboratorium pada konsep Fluida Statis. Berikut pembahasan hasil

belajar siswa pada 3 siklus:


66

a) Hasil Belajar Aspek Pengetahuan Siswa

Hasil belajar pada aspek pengetahuan terdiri dari nilai tes (70%) dan nilai

LKS (30%) yang diperoleh dari nilai siklus I, siklus II, dan siklus III dengan

menerapkan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium. Tes dilakukan

pada akhir pembelajaran sedangkan lembar kerja siswa( LKS) yaitu lembar kerja

siswa pada saat melakukan percobaan. Hasil belajar aspek pengetahuan siswa

mengalami peningkatan di setiap siklus . Adapun perbandingan skor hasil belajar

siswa pada setiap siklus diperlihatkan pada tabel 4.20

Tabel 4.20 Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan tiap siklus
Siklus Nilai Nilai Nilai Daya Ketuntasan belajar Predikat
tertinggi terendah Rata-rata Serap klasikal
I 3,54 2,10 3,04 75,95% 88,88% B+
II 3,72 2,36 3,16 79,11% 88,88% B+
III 3.52 2,62 3,17 79,18% 94,40% B+

Hasil yang tertera pada tabel 4.20, menunjukkan bahwa nilai rata-rata, daya

serap dan ketuntasan belajar klasikal siswa selama pembelajaran melalui

penerapan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium mengalami

peningkatan pada setiap siklus. Untuk lebih jelasnya hasil belajar siswa pada

aspek pengetahuan dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut ini.

100.00% 94.40%
88.88%
88.88%
79.18%
80.00%
60.00%
40.00% ketuntasan Klasikal
Presentase Pencapaian
20.00% Daya Serap

0.00%
75.95%
79.11%

Gambar 4.3 Grafik nilai rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar
67

Rekapitulasi hasil tes siswa kelas X MIPA1 SMA Negeri 1 Bengkulu

Tengah dapat dilihat pada gambar 4.3. Terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil

belajar siswa pada setiap siklusnya. Daya serap siswa dari siklus pertama hingga

siklus ketiga mengalami peningkatan. Peningkatan daya serap ini menyatakan

bahwa siswa secara merata dapat menerima materi pembelajaran dengan baik.

Peningkatan hasil belajar tersebut karena pembelajaran menggunakan model

Quantum Teaching adalah suatu kegiatan belajar yang menyenangkan, seperti

dengan mengubah suasana belajar, memasukkan unsur warna, gambar dan

melakukan praktikum dalam pembelajaran. Pada penelitian ini proses

pembelajaran dilakukan di laboratorium, bertujuan agar siswa mendapatkan

suasana belajar yang baru dan juga sangat efektif dan efisien untuk melakukan

praktikum atau percobaan. Peningkatan tersebut sesuai dengan penelitian

Maruf, Zuhdi (2008), dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Pembelajaran

Quantum Teaching dengan Pendekatan Multi Kecerdasan Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Fisika kelas X SMA N 1 Kampar menunjukkkan bahwa rata-rata

daya serap siswa adalah 79,05% dengan kategori baik, dan presentase ketuntasan

klasikal sebesar 86,49 %.

b) Hasil Belajar Aspek Ketrampilan Siswa

Aspek keterampilan dinilai pada saat siswa melakukan percobaan. Aspek

yang dinilai yaitu: 1) menggunakan alat-alat percobaan, 2) melakukan

pengamatan dan pengukuran, 3) menganalisis data yang diperoleh, dan 4) menarik

hasil kesimpulan dan percobaan. Rata-rata nilai perolehan aspek keterampilan

dapat dilihat pada tabel 4.21 sebagai berikut ini.

Tabel 4.21 Rata-Rata Nilai Aspek Keterampilan 3 Siklus


No Siklus Nilai Nilai Rata-Rata Nilai Predikat
68

tertiggi terendah
1 I 3,33 2,00 2,77 B
2 II 3,33 2,67 2,93 B
3 III 3.67 2.33 3.01 B+

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa pada aspek

keterampilan meningkat setiap siklusnya. Untuk lebih memahaminya dapat dilihat

pada gambar 4.4 berikut ini

4
3.01
3 2.77

2
Rata-Rata Hasil Belajar Aspek Ketrampilan 1

0
2.93

Gambar 4.4 Grafik nilai rata-rata siswa aspek Ketrampilan


Gambar 4.4 menunjukan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada aspek

ketrampilan dalam tiga siklus dan berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun

2014 ketuntasan kompetensi keterampilan dikatakan tuntas jika siswa mendapat

nilai 2,67. Jadi hasil belajar aspek keterampilan pada ketiga siklus ini telah

tuntas secara klasikal dengan kategori baik. Tiap siklusnya mengalami

peningkatan hasil belajar. Peningkatan ini terjadi karena adanya bimbingan dari

guru selama proses pembelajaran berlangsung dan juga disebabkan karena siswa

sudah mengikuti petunjuk LKS dalam mempersiapkan alat dan bahan. Mereka

juga lebih teliti dalam melakukan percobaan. Peningkatan hasil belajar siswa

aspek ketrampilan ini, juga sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh

Sri Wahyu (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Metode

Quantum Learning Menggunakan Alat Peraga Sederhana Untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Suhu Dan Kalor yang
69

menunjukkan bahwa hasil belajar kinerja ilmiah siswa meningkat pada setiap

siklus yaitu siklus I sebesar 18 (cukup), siklus II sebesar 21 (baik) dan pada siklus

III sebesar 24 (sangat baik).

c) Hasil Belajar Aspek Sikap Siswa

Aspek sikap yang dinilai pada penelitian ini adalah sikap sosial. Pada

sikap sosial, aspek yang dinilai yaitu, 1)kepedulian, 2)sopan santun, dan 3)kerja

sama. Adapun nilai rata-rata hasil belajar aspek sikap siswa dapat kita lihat pada

tabel 4.22 dibawah ini.

Tabel 4.22 Rata-Rata Nilai Aspek Sikap Siswa Tiap Siklus


No Siklus Nilai tertinggi Nilai terendah Rata-Rata Nilai Predikat
1 I 3,56 2,67 2,95 B
2 II 4,00 2,67 2,98 B
3 III 4,00 2,67 3,00 B

Tabel 4.22, menunjukkan bahwa nilai siswa pada aspek sikap mengalami

peningkatan pada setiap siklusnya. Sesuai dengan Permendikbud No. 104

menyatakan bahwa hasil belajar aspek sikap siswa dikatakan tuntas jika sikap

siswa dalam kategori baik, hasil belajar aspek sikap siswa dari siklus I sampai

dengan siklus III berada pada kategori tuntas dengan predikat B (baik). Untuk

lebih memahaminya dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini.

4
3.2 3

2.4
1.6
Skor Rata-Rata Hasil Belajar Aspek Sikap
0.8
0
2.95 2.98

Gambar 4.5 Nilai rata-rata siswa pada aspek sikap


70

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa aspek sikap secara

klasikal mengalami kenaikan dan tuntas dengan kategori baik dari siklus I

hingga siklus III. Peningkatan hasil belajar sikap siswa sejalan dengan konsep

dasar mengajar sebagai proses mengatur lingkungan.

Secara keseluruhan hasil belajar siswa mengalami peningkatan, baik dari

aspek pengetahuan, keterampilan maupun aspek sikap, dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X MIPA1 SMA N 1

Bengkulu Tengah mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar ini

dikarenakan penerapan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium

adalah suatu kegiatan belajar yang menyenangkan, dengan cara mengubah

suasana belajar, memasukkan unsur warna, gambar dan melakukan praktikum

dalam pembelajaran, dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa akan

mudah memahami materi pelajaran dan kebutuhan psikologis siswa juga

terpenuhi, melalui pemberian penghargaan seperti pujian atau reward.

Peningkatan hasil belajar tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Maruf, Zuhdi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul

Pembelajaran Quantum Teaching dengan Pendekatan Multi Kecerdasan Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika menunjukkan bahwa penerapan Quantum

Teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa, ditunjukkan dengan rata-rata

daya serap siswa adalah 79,05% dengan kategori baik, dan ketuntasan belajar

siswa yang meliputi ketuntasan individual yaitu dari 37 orang siswa terdapat 32

orang yang tuntas (86,49%) dan 5 orang yang tidak tuntas (13,51%). Sehingga

persentase secara klasikal dinyatakan tuntas dengan persentase 86,49%.

Sedangkan ketuntasan indikator terdapat 14 indikator yang tuntas dari 18 TPK


71

yang ada. Sehingga persentase ketuntasan indicator klasikal adalah 77,78 %.

Penilaian afektif persentase sikap siswa dikategorikan cukup baik 75,68% dan

penilaian psikomotor dikategorikan baik.dengan persentase 40,54%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kuantum (Quantum Teaching) berbasis

laboratorium pada konsep fluida statis dikelas X MIPA1 SMAN 1 Bengkulu

Tengah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, terbukti pada siklus I skor

rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 26,5 dengan katagori baik, meningkat

pada siklus II yaitu 28 dengan katagori baik dan pada siklus III meningkat

dengan skor 30,5 dengan katagori baik.

2. Penerapan model pembelajaran kuantum (Quantum Teaching) berbasis

laboratorium pada konsep fluida statis dikelas X MIPA1 SMAN 1 Bengkulu

Tengah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu aspek pengetahuan pada

siklus I rata-rata nilai siswa adalah 3,03 dengan ketuntasan belajar sebesar

88,88% pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 3,16, dengan ketuntasan

belajar sebesar 88,88%, kemudian pada siklus III naik menjadi 3,17 dengan

ketuntasan belajar sebesar 94,40% dan aspek keterampilan mengalami

peningkatan yaitu pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 2,77, pada siklus II

sebesar 2.93 dan pada siklus III meningkat menjadi 3,01 serta aspek sikap,

rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 2,95 kemudian pada siklus II
72

meningkat menjadi 2,98 dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 3,00.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan kepada peneliti-
peneliti yang akan datang untuk melakukan perbaikan:
1. Dalam penerapan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium,

diharapkan guru benar-benar memperhatikan fase-fase kegiatan dalam

memberikan pengajaran kepada siswa sehingga model pembelajaran ini

dapat berjalan lebih optimal.


2. Penelitian lanjut dengan model pembelajaran kuantum berbasis

laboratorium adalah utamakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

memotivasi siswa , dan dapat memanagemen waktu dengan tepat.

Anda mungkin juga menyukai