BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
alam. Fisika sebagai ilmu yang mempelajari tentang fenomena dan gejala alam,
juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras
berdasarkan hukum alam. Pada tingkat SMA, mata pelajaran fisika penting untuk
diajarkan. Seperti yang tercantum dalam Depdiknas (2006) bahwa salah satu
tujuan mata pelajaran fisika adalah sebagai sarana melatih dan mengembangkan
menafsirkan data hasil percobaan dan berkomunikasi agar siswa dapat menguasai
memperhatikan prosesnya, dengan proses yang baik maka akan dihasilkan produk
diperoleh data yang menunjukkan bahwa, nilai rata-rata pelajaran fisika siswa
2
kelas X MIPA1 masih belum optimal. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang
diperoleh siswa masih berkisar 2,50 sedangkan standar ketuntasan belajar untuk
menganggap pelajaran fisika itu sulit dan membosankan. Menurut mereka fisika
sulit untuk dipahami, karena banyak materi yang perlu mereka baca dan ingat,
Pemikiran itu yang membuat sebagian besar siswa kurang senang terhadap
pelajaran fisika, malas mengerjakan soal fisika, dan cepat bosan terhadap
pelajaran fisika. Kegiatan pembelajaran fisika yang sering terjadi di kelas, guru
Kegiatan praktikum jarang diadakan dan hanya dilakukan sebanyak satu sampai
dua kali untuk satu semester. Hal ini membuat suasana pembelajaran fisika kurang
Hasil tanya jawab langsung dengan guru mengenai kondisi siswa saat
pembelajaran berlangsung, yaitu sebagian besar siswa tidak fokus, mereka tidak
bertanya ketika tidak mengerti materi yang dipelajari dan memilih diam karena
malu dan takut pada guru. Siswa juga tidak menyatakan pendapat atau menjawab
pertanyaan ketika dimintai pendapat atau diajukan pertanyaan oleh guru karena
tidak tahu harus mengemukakan apa dan takut salah menjawab pertanyaan.
dapat membuat jenuh, sehingga siswa kehilangan fokus dalam belajar. Terlebih
lagi jika mata pelajaran tersebut termasuk dalam kategori mata pelajaran yang
dianggap sulit oleh siswa. Ketika siswa kehilangan minat dan fokus untuk belajar,
3
dipelajari atau penerapannya dalam situasi baru, tidak optimum. Oleh karena itu,
diperlukan siasat yang tepat untuk menarik perhatian dan menumbuhkan antusias
siswa untuk belajar dengan membuat kondisi belajar yang nyaman dan
menyenangkan.
Quantum dipinjam dari dunia fisika yaitu interaksi yang mengubah energi
kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat
bagi kemajuan mereka dalam belajar secara aktif dan efisien. Pembelajaran
potensi siswa dan lingkungan belajar yang ada, proses pembelajaran menjadi
sesuatu yang menyenangkan, dan memberikan ruang bagi siswa untuk belajar
sesuai dengan gaya belajarnya dan bukan sebagai sesuatu yang memberatkan.
Bertolak dari latar belakang di atas penelitian yang akan dilakukan, yakni
penelitian tindakan kelas pada pembelajaran fisika konsep fluida statis di kelas X
Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep fluida statis kelas X MIPA1
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk menemukan peningkatan hasil belajar fisika siswa materi fluida statis
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Sebagai data informasi tentang hasil belajar siswa dengan penerapan model
2. Bagi Guru
3. Bagi sekolah
E. Batasan Penelitian
Agar penelitian ini terarah dan dapat mencapai sasaran maka penelitian ini
3. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah fluida statis kelas X semester II
5. Aktivitas belajar adalah kegiatan siswa dan guru yang dilakukan selama
keaktifan dan kerja sama, sedangkan aspek yang diamati pada aktivitas guru
proses pembelajaran.
6. Hasil belajar dalam penelitian ini berupa aspek pengetahuan, sikap dan
tingkat kesukaran C2, C3 dan C4. Hasil belajar aspek sikap yang dinilai
melalui lembar observasi yakni kepedulian, sopan santun, dan kerja sama
praktikum .
7
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Pembelajaran
hidup. Makna yang lebih kompleks dari pembelajaran hakikatnya adalah usaha
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
dilakukan oleh guru atau pendidik untuk membuat siswa atau peserta didik belajar
(mengubah tingkah laku untuk mendapatkan kemampuan baru) yang berisi suatu
sistem atau rancangan untuk mencapai suatu tujuan. Pembelajaran yang efektif
adalah proses belajar mengajar yang mampu memberikan pemahaman yang baik
terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya,
dimaksud pembelajaran adalah interaksi antara guru dan siswa, yakni guru sebagai
tidak hanya sebatas pemberian materi oleh guru kepada siswa untuk mencapai
sesuatunya berarti--setiap kata, pikiran, tindakan, dan asosiasi-- dan sampai sejauh
itu pula proses belajar berlangsung. Quantum Teaching pertama kali digunakan di
nuansanya dan juga menyertakan segala kaitan, interaksi, dan perbedaan yang
that change energy into light. Maksud dari energi menjadi cahaya adalah
9
sendiri dan bagi orang lain, dengan memaksimalkan kemampuan dan bakat almiah
perantara ilmu dari guru ke siswa yang paling efektif, dan memudahkan segala hal
Istilah Quantum dipinjam dari dunia fisika yaitu interaksi yang mengubah
mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang
bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara aktif dan efisien. Selain
itu, adanya proses pengubahan belajar yang meriah dengan segala nuansanya,
mampu mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang
akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Pemercepatan belajar:
bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, dan keterlibatan aktif.
dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu;
belajar, ini dilakukan dengan cara memberikan ragam pertanyaan kepada siswa
Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia
Mereka. Ini adalah asas utama dan alasan dasar segala strategi, model dan
murid sebagai langkah pertama, karena tindakan ini akan memberi anda izin untuk
dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya dengan mengaitkan apa yang anda
ajarkan dengan sebuah peristiwa, atau pikiran yang diperoleh dari kehidupan
rumah, sosial, seni, rekreasi atau akademis mereka. setelah kaitan ini terbentuk
anda dapat membawa mereka ke dalam dunia anda, dan memberi mereka
pemahaman anda mengenai isi dunia itu. Akhirnya siswa dapat membawa apa
11
yang mereka pelajari ke dalam dunia mereka dan menerapkannya pada situasi
baru.
Maksud dari asas di atas adalah guru harus membangun jembatan autentik
untuk memasuki kehidupan siswa. Saat memasuki dunia siswa berarti guru
mempunyai hak mengajar, sehingga siswa dengan sukarela, antusias dan semangat
lingkungan kelas hingga bahasa tubuh anda, dari kertas yang anda bagikan hingga
3)Pengalaman sebelum pemberian nama; proses belajar paling baik ketika siswa
telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang
mereka pelajari 4) Akui setiap usaha; pada saat siswa belajar meraka patut
mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka 5) Jika layak
dipelajari, maka layak pula dirayakan; perayaan adalah serapan pelajaran juara.
asosiasi emosi positif dengan belajar. Contoh perayaan ini misalnya setelah siswa
siswa lainnya untuk bertepuk tangan bersamasama atas hasil kerja rekannya atau
bisa dengan memberikan hadiah kepada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi.
Menurut Deporter (2010:103) belajar terjadi baik secara sadar maupun tidak
sadar dalam waktu bersamaan. Otak senantiasa dibanjiri stimulus dan memilih
fokus tertentu. Lingkungan yang ditata untuk mendukung belajar dapat berkata,
belajar itu hidup, segar, penuh semangat, atau, datang dan jelajahilah. Apa
1. Lingkungan sekeliling
proses belajar dengan cara merangsang modalitas visual. Segala sesuatu dalam
agar kondusif. Lingkungan tidak terbatas hanya pada lingkungan fisik, tetapi juga
pembelajaran. Gerakan mata selama belajar dan berfikir terikat pada modalitas
visual, auditorial dan kinestetik. Dengan kata lain, mata kita bergerak menurut
cara otak mengakses informasi. Bola mata menggambarkan apa yang kita
Ide yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: (a) poster ikon atau
simbol untuk setiap konsep utama yang anda ajarkan, (b) poster afirmasi
2. Warna
13
Otak manusia berpikir dalam warna. Fungsi dari warna dapat memperkuat
3. Pengaturan bangku
serta memperngaruhi psikis siwa. Susunan bangku tidak harus saklek (tetap pada
4. Musik
Musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Musik dapat digunakan untuk
lingkungan belajar. Musik membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat
untuk mengubah suasana belajar siswa. Pada penelitian ini dilakukan pengaturan
umum dapat dimengrti semua pelajar 3)Namai; Sediakan kata kunci, model,
pelajar untuk menujukkan bahwa mereka tahu 5)Ulangi; tunjukkan pelajar cara-
cara mengulang materi dan menugaskan, aku tahu bahwa aku memang tahu ini.
dilatih untuk kreatif dan aktif sehingga psikomotorik siswa dapat berkembang.
Fisika sebagai pelajaran yang menegangkan dapat berubah menjadi pelajaran yang
memahami materi yang diajarkan, sehingga hasil belajar kognitif siswa dapat
optimal.
adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktik atau penelitian yang
pendidikan IPA berarti suatu tempat dimana guru dan siswa melakukan kegiatan
laboratorium, tetapi dapat berupa kebun, lapangan, dan lain-lain yang dipakai
untuk kegiatan tersebut. Di samping itu, ruangan kelas biasa atau ruangan lain
(Kancono, 2010:2).
dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah
untuk melatih keterampilan serta kebiasaan menemukan suatu masalah dan sikap
didik untuk memperdalam pengertian dari suatu fakta yang diselidiki atau yang
didik bersikap cermat, bersikap sabar dan jujur, serta berfikir kritis dan cekatan.
16
pengetahuan.
dan lingkungan belajar yang ada dengan menggunakan media gambar dan
proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan, bukan sebagai sesuatu yang
2. Aktivitas Belajar
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman
belajar siswa harus dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu.
Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga
sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian
Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah semua
situasi yang dialami atau dilakukan siswa dan guru selama proses pembelajaran.
Aspek yang diamati pada aktivitas belajar siswa adalah keaktifan, kemampuan
dan kerja sama siswa, sedangkan aspek yang diamati pada aktivitas guru adalah
3. Hasil belajar
dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu guru sisi dan dari sisi siswa. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, sedangkan dari
perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang
diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan
pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat berupa perubahan
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah
18
terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan
oleh guru pada satu pokok bahasan. Setelah pemberian tes tersebut tentunya ada
tindak lanjut bagi siswa yang sudah mencapai standar ketuntasan maupun yang
belum mencapai standar tersebut. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian
ini mencakup tiga aspek yakni aspek pengetahuan, aspek sikap sosial dan aspek
ketrampilan.
ketuntasan individual yaitu dari 37 orang siswa terdapat 32 orang yang tuntas
(86,49%) dan 5 orang yang tidak tuntas (13,51%). Sehingga persentase secara
indikator terdapat 14 indikator yang tuntas dari 18 TPK yang ada. Sehingga
penilaian afektif persentase sikap siswa dikategorikan cukup baik 75,68% dan
Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep
C. Kerangka Pemikiran
lain: (1) siswa menganggap pelajaran fisika itu sulit (2) Model pembelajaran
menarik, membosankan sehingga minat belajar fisika siswa masih kurang (4)
aktivitas dan hasil belajar yang perlu ditingkatkan lagi. Dari permasalahan
tersebut diperlukan solusi yang tepat untuk menarik perhatian dan menumbuhkan
antusias siswa untuk belajar, dengan membuat kondisi belajar yang nyaman dan
menyenangkan. Salah satu solusi yang dapat diterapkan guru yaitu model
dapat memberdayakan potensi siswa dan lingkungan belajar yang ada, sehingga
20
proses belajar menjadi suatu yang menyenangkan, memberikan ruang bagi siswa
untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya dan bukan sebagai sesuatu yang
dalam pembelajaran, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Tahapan atau
5)ulangi dan 6) rayakan. Sintaks pembelajaran kuantum ini akan disesuaikan pada
Proses
Input Output
Pembelajaran dengan model pembelajaran
Siswa kelas X Peningkatan
kuantum berbasis Laboratorium:
MIPA 1 memiliki Hasil Belajar
hasil belajar dan a. Tumbuhkan dan aktivitas
aktivitas belajar Memotivasi siswa untuk belajar Belajar Siswa
yang kurang . b. Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman siswa
dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan
dengan materi.
c. Namai
Mempersilahkan siswa untuk memberikan
identitas dan mendefinisikan pengalaman
mereka.
d. Demonstrasikan
Melakukan percobaan dan Sediakan
kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan
bahwa mereka tahu, dengan cara melakukan
presentasi hasil percobaan.
e. Ulangi
Pengulangan poin-poin penting tentang materi
pelajaran
f. Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan
pemerolehan keterampilan dan ilmu
pengetahuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Action Research), suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang
siklus (Kunandar, 2011:44). Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan
arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Pada penelitian ini akan dilakukan
laboratorium.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA1 SMAN 1 Bengkulu
Tengah yang jumlahnya 36 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 25 siswa
perempuan. Siswa dikelas ini bersifat heterogen atau memiliki kemampuan yang
penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Maret sampai dengan 28 Maret 2015 pada
C. Definisi Operasional
1. Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini yakni model
kuantum, siswa diajak belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan
6)Rayakan.
2. Aktivitas belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa maupun guru saat
proses belajar mengajar berlangsung. Aktivitas ini dapat dinilai dari lembar
observasi siswa dan lembar observasi guru. Aspek yang diamati pada aktivitas
aspek yang diamati pada aktivitas guru adalah penerapan fase-fase dalam
3. Hasil Belajar yang dimaksud dalam penelitian adalah aspek pengetahuan, sikap
tes (70%) dan nilai LKS (30%). Soal tes memiliki tingkat kesukaran C2, C3
dan C4. Hasil belajar aspek sikap yang dinilai melalui lembar observasi yakni
23
D. Prosedur Penelitian
Pengamatan
Perencanaan Lanjutan
Pengamatan
SIKLUS III
Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus, sesuai dengan perubahan dan
1. Siklus I
24
a. Perencanaan
5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kunci jawaban siklus I (lampiran 5)
b. Pelaksanaan Tindakan
c. Pengamatan
kegiatan yang dilakukan guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar
observasi aktivitas belajar siswa. Guru melakukan pengamatan sikap sosial dan
d. Refleksi
Tahap refleksi ini, semua data yang didapat selama pembelajaran dan
dilakukan telah sesuai dengan rencana. Data yang didapat dari tes akhir siklus I
dianalisis secara kuantitatif (nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar).
2. Siklus II
a. Perencanaan
5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kunci jawaban LKS siklus II
(lampiran 8)
26
b. Pelaksanaan Tindakan
RPP.
c. Pengamatan
d. Refleksi
Tahap refleksi, semua data yang didapat selama pembelajaran , angket dan
dilakukan telah sesuai dengan rencana. Data yang didapat dari tes akhir siklus II
dianalisis secara kuantitatif (nilai rata-rata, daya serap, dan ketuntasan belajar).
3. Siklus III
27
tertentu yang didasarkan pada refleksi siklus II, sesuai dengan rancangan
a. Perencanaan
5) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kunci jawaban LKS siklus III
(lampiran 11)
6) Menyiapkan tes dan kunci jawaban tes akhir siklus III (lampiran 12)
b. Pelaksanaan Tindakan
pembelajaran.
c. Pengamatan
28
dilakukan guru dan siswa selama kegiatan pembelajaran siklus III berlangsung
d. Refleksi
Tahap refleksi ini, semua data yang didapat selama pembelajaran baik
sikap beserta rubrik, lembar kerja siswa, lembar unjuk kerja (keterampilan) dan
tes hasil belajar. Adapun penjelasan dari instrumen tersebut dijabarkan dibawah
ini.
1. Instrumen Penelitian
Kompetensi sikap pada kurikulum 2013 dibagi menjadi dua, yakni sikap
spritual dan sikap sosial. Tertera di kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spritual
dan kompetensi inti 2 (KI 2) untuk sikap sosial. Dalam kurikulum ini kompetensi
sikap, baik sikap spritual maupun sosial tidak diajarkan dalam proses
2013:105).
Penilaian sikap yang dilakukan dalam penelitian ini yakni penilaian sikap
pada indikator pencapaian kompetensi dan sesuai dengan kompetensi dasar dari
(Sikap sosial) adalah perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro aktif dan
menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
Aspek sikap sosial yang diteliti pada penelitian ini berupa kepedulian, sopan
santun dan kerja sama. Ketentuan dalam penskoran tertuang didalam teknik
analisis data. Indikator dari setiap rubrik sikap dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses
belajar mengajar (Kunandar, 2013 :159). Dalam penelitian ini, tes diambil dari
soal-soal yang terdapat dalam buku Fisika kelas X, buku pegangan guru dan
diambil dari beberapa soal Ujian Nasional. Tes dilakukan pada setiap siklus.
Dalam penyusunan soal tes, langkah pertama yang dilakukan adalah pembuatan
kisi-kisi soal yang terdiri dari kisi-kisi soal tes siklus I, tes siklus II dan tes siklus
2 Mengoperasikan hukum 5
archimides dalam 2 3,4 5
peristiwa tenggelam,
melayang, dan terapung
Instrumen aspek keterampilan pada penelitian ini yang digunakan adalah tes
praktik (tes penilaian kinerja). Pada aspek keterampilan dilengkapi dengan lembar
kerja siswa berisi kegiatan dan hasil percobaan siswa. Lembar kerja siswa dari
alat dan bahan berusaha mencari dasar teori yang relevan, mengamati percobaan,
Data yang Data tidak Data lengkap, tetapi tidak Data lengkap,
diperoleh lengkap terorganisir, atau ada yang teroganisisr, dan
salah tulis ditulis dengan
benar
Kesimpulan Tidak benar atau Sebagian kesimpulan ada Semua benar atau
tidak sesuai yang salah atau tidak sesuai tujuan
tujuan sesuai tujuam
data dikatakan valid jika tes itu bersifat sahih, atau item-item tes mampu
mengukur apa yang hendak diukur. Artinya tes yang dikembangkan dapat
Terdapat tiga jenis validitas instrumen tes, yaitu validitas isi,validitas konstruk,
dan validitas kriteria. Validitas isi (Content validity) berkenaan dengan apakah
instrumen yang dikembangkan memuat semua materi yang hendak diukur. Agar
dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan instrumen tes sesuai dengan materi
yang akan diukur. Oleh karena validitas isi berhubungan dengan kandungan
materi, maka yang dapat menentukan validitas isi adalah ahli bidang studi yang
relevan.
Validasi instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas
isi (Content validity). Validasi ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari
para ahli (pakar) dalam bidang evaluasi atau ahli dalam bidang yang sedang diuji,
dan pada penelitian ini validasi isi dilakukan oleh tiga orang guru fisika.
Lembar pengetahuan berupa tes esay yang diberikan kepada siswa setelah
pembelajaran setiap siklusnya. Tes ini diisi oleh siswa agar dapat melihat apakah
pembelajaran dikatakan berhasil dan tuntas serta analisis peningkatan hasil belajar
setiap siklusnya.
Lembar sikap terdiri dari aspek sikap religius dan sosial. Sikap-sikap ini
observasi. Lembar observasi di nilai oleh pengamat pada saat proses pembelajaran
pengamatan.
adalah lembar tes praktik yang berisi keterampilan siswa pada saat melakukan
praktikum. Lembar ini di isi oleh pengamat pada saat siswa melakukan praktikum
dan membuat kesimpulan Lembar ini di isi dengan skor berdasarkan rubrik yang
telah dibuat.
Lembar ini di isi oleh pengamat pada saat guru dan siswa melakukan proses
pembelajaran. Lembar ini di isi dengan skor berdasarkan rubrik yang telah dibuat.
34
2014. Secara klasikal proses belajar mengajar dikatakan berhasil atau tuntas
apabila siswa dikelas memperoleh nilai 2,67 sebanyak 85%. Secara individu
siswa dikatakan berhasil atau tuntas jika siswa memperoleh nilai minimum 2,67..
Untuk melihat peningkatan hasil belajar tersebut dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
Jumlah skor
Nilai = x4 (3.1)
Jumlah maksimum
b. Nilai rata-rata
x =
xi (3.2)
n
Keterangan :
35
x = nilai rata-rata
xi = jumlah nilai
n = jumlah siswa
NS 3.3)
DS 100%
S NI (
Keterangan :
DS = Daya serap siswa
NS = Jumlah nilai seluruh siswa
S = Jumlah siswa
NI = Nilai ideal
N'
KB= x 100 (3.4)
N
Keterangan :
KB = ketuntasan belajar secara klasikal
N = jumlah siswa yang nilainya 2,67
N = jumlah siswa keseluruhan
Pemberian skor sesuai dengan kriteria penilaian yang terdapat pada lampiran
lembar kerja siswa tiap siklusnya. Skor yang diperoleh dikonfersikan ke dalam
penelitian yaitu LKS dan tes soal. Aspek pengetahuan inilah yang akan
menentukan hasil belajar atau nilai akhir siswa apakah sudah baik mencapai
36
ketuntasan atau belum mencapai ketuntasan. Dimana nilai kelompok sama dengan
104 Tahun 2014 yaitu untuk ranah sikap menggunakan skor modus 1,00 4,00
dengan predikat Kurang (K), Cukup (C), Baik (B), dan Sangat Baik (SB) dimana
ketuntasan belajar siswa minimal dalam katagori baik. Dengan penilaian sebagai
berikut :
Ketrampilan unjuk kerja ini diambil empat aspek yang dinilai yaitu
Jumlah skor
berikut: Nilai = x4
Jumlah maksimum
Dengan predikat :
Tabel. 3.6 Konversi penilaian aspek keterampilan
Interval Predikat
3,67 4,00 A
3,34 3,66 A- (3.8)
3,01 3,33 B+
2,67 3,00 B
2,34 2,66 B-
2,00 2,33 C+
1,67 2,00 C
1,34 1,66 C-
1,01 1,33 D+
0,00 1,00 D
4. Data observasi
Aspek yang diamati pada lembar aktivitas guru adalah penerapan fase-fase
dalam model pembelajaran kuantum yang digunakan dan masalah yang disajikan
pada proses pembelajaran . Data hasil dari lembar observasi aktivitas guru untuk
setiap aspek yang diamati memiliki skor tertinggi 3 untuk tiap butir observasi dan
jumlah butir observasi guru adalah 11. Maka skor tertinggi adalah: 3 x 11 = 33
Kisaran untuk tiap kriteria =
3311
= = 7
3
Aspek yang diamati pada lembar aktivitas siswa adalah keaktifan, dan
dalam kegiatan belajar megajar Fisika berlangsung. Data hasil dari lembar
observasi aktivitas siswa untuk setiap aspek yang diamati memiliki skor tertinggi
3 untuk tiap butir observasi, dan jumlah butir observasi siswa adalah 11. Maka
H. Indikator Keberhasilan
39
Hasil belajar aspek Sikap Pembelajaran dikatakan berhasil jika sikap peserta didik
sosial berada pada katagori Baik.
Hasil belajar aspek Pembelajaran dikatakan berhasil jika skor rata-rata kelas
keterampilan 2,67 atau minimal dengan predikat (B)
BAB IV
penelitian adalah siswa kelas X MIPA1 SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah yang
berjumlah 36 orang siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 25 siswa
ini dinilai dari lembar observasi siswa dan lembar observasi guru. Hasil belajar
yang dilihat dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Pada aspek pengetahuan hasil belajar dinilai dengan tes akhir siklus
dan LKS, untuk hasil belajar pada aspek ketrampilan dinilai dengan lembar
penilaian kinerja praktikum sedangkan untuk aspek sikap dinilai melalui lembar
observasi.
aktivitas guru oleh dua pengamat yaitu guru mata pelajaran Fisika kelas X di
SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah dan teman sejawat. Observasi dilakukan dengan
yang diamati. Data hasil observasi aktivitas guru pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 4.1.
bahwa total skor rata-rata siklus I menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 28. Hal ini
kuantum berbasis laboratorium pada siklus I ini, masih terdapat kekurangan yang
harus diperbaiki. Pada akhir siklus I dilakukan refleksi terhadap hasil observasi
42
aktivitas guru yang digunakan untuk menentukan perbaikan tindakan pada siklus
selanjutnya. Rencana perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada
tabel 4.2.
siswa. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat yaitu guru mata pelajaran
Fisika kelas X di SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah dan teman sejawat. Observasi
guru dengan memberikan nilai 1 (kurang), 2 (cukup), dan 3 (baik) untuk masing-
masing aspek yang diamati. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
Tabel 4.3 Perolehan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus I
Jumlah Aspek Rata-Rata
No. Tahap Aktivitas yang Diamati Skor Keterangan
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa, pada siklus I total skor rata-rata observasi
aktivitas belajar siswa menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 26,5. Hasil ini
diperbaiki. Pada akhir siklus I dilakukan refleksi terhadap hasil observasi aktivitas
belajar siswa, yang digunakan untuk menentukan perbaikan tindakan pada siklus
selanjutnya. Rencana perbaikan yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada
tabel 4.4
keterampilan dan sikap. Hasil belajar tersebut akan dibahas sebagai berikut ini:
45
Hasil belajar pada aspek pengetahuan merupakan gabungan dari nilai tes
(70%) dan nilai LKS (30%). Tes dilakukan pada akhir pembelajaran sedangkan
lembar kerja siswa (LKS) yaitu lembar kerja siswa pada saat melakukan
percobaan. Hasil belajar siswa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut
diperoleh oleh satu orang siswa dan nilai terendah sebesar 2,10 diperoleh oleh
satu orang. Nilai rata-rata siswa pada siklus ini sebesar 3,04 dengan predikat B+ .
Mengacu pada kriteria ketuntasan minimal 2.67, jumlah siswa yang tidak tuntas
pada siklus I sebanyak 4 orang dan yang tuntas sebanyak 32 orang sehingga
ketuntasan secara klasikal pada siklus I adalah 88,8 % dengan daya serap sebesar
75,95%, dari hasil belajar tersebut pembelajaran pada siklus I termasuk kategori
tuntas.
Hasil belajar aspek ketrampilan siswa berdasarkan tabel 4.6 , nilai tertinggi
yang diperoleh sebesar 3,33 dan nilai terendah sebesar 2,00. Nilai rata-rata kelas
yang diperoleh sebesar 2,77 dengan predikat (B). Pada aspek keterampilan,
pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas 2,67 jadi dengan nilai
rata-rata 2,77 hasil belajar aspek keterampilan siswa dapat dikatakan berhasil
atau tuntas.
Aspek sikap yang dinilai yakni sikap sosial. Pada sikap sosial, aspek yang
dinilai yaitu, 1)kepedulian, 2)sopan santun, dan 3) kerja sama. Berikut ini analisis
data yang telah dilakukan pada aspek sikap siswa dapat dilihat pada Tabel 4.7
dibawah ini.
Hasil belajar aspek sikap berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa,
nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 3,56 dan nilai terendah sebesar 2,67 dengan
rata-rata nilai secara keseluruhan adalah 2,95. Pada aspek sikap pembelajaran
47
dikatakan berhasil jika sikap peserta didik berada pada katagori Baik. Dari data
diatas rata-rata nilai sikap siswa 2,95 dengan predikat baik, jadi dapat disimpulkan
hasil belajar aspek sikap siswa pada siklus I ini berhasil atau tuntas.
dari siklus sebelumnya, yaitu siklus I. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus
(baik) untuk masing-masing aspek yang diamati. Hasil observasi aktivitas guru
Total skor rata-rata aktivitas guru siklus II berdasarkan Tabel 4.8 sebesar
laboratorium pada konsep Hukum Pascal termasuk dalam kategori baik dan
II terutama dalam hal-hal berikut : 1) fase namai, guru telah meminta siswa untuk
materi dengan bahasa yang baik 2) fase Ulangi , guru telah menunjuk >5 siswa
peningkatan masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Pada akhir siklus
II dilakukan refleksi terhadap hasil observasi aktivitas guru yang digunakan untuk
belajar siswa dengan memberikan nilai 1 (kurang), 2 (cukup), dan 3 (baik) untuk
masing-masing aspek yang diamati. Hasil observasi aktivitas belajar siswa pada
Pada siklus II berdasarkan tabel 4.10 terlihat bahwa total skor rata-rata
observasi aktivitas belajar siswa, menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 28. Hasil ini
konsep Hukum Pascal termasuk dalam kriteria baik dan mengalami peningkatan..
pada siklus II terutama dalam hal-hal berikut : 1) pada fase alami, siswa
50
peningkatan ternyata masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Pada akhir
siklus II dilakukan refleksi terhadap hasil observasi aktivitas belajar siswa yang
Rencana perbaikan yang dilakukan pada siklus III dapat dilihat pada tabel 4.11
3 Ulangi Hanya 3-5 orang siswa Sebaiknya siswa lebih aktif dalam
mengulangi point-point mengulangi poin-poin penting tidak
penting dari materi yang perlu merasa takut dan malu
telah dipelajari berbicara di depan orang banyak.
Dan mengulangi poin-poin penting
secara sistematis.
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil belajar tersebut akan dibahas sebagai
berikut ini:
Hasil belajar pada aspek pengetahuan merupakan gabungan dari nilai tes
(70%) dan nilai LKS (30%). Tes dilakukan pada akhir pembelajaran sedangkan
lembar kerja siswa (LKS) yaitu lembar kerja siswa pada saat melakukan
percobaan. Hasil belajar siswa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.12
berikut ini.
yang diperoleh oleh satu orang siswa dan nilai terendah sebesar 2,36 sebanyak
satu orang. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus ini adalah 3,16 dengan
predikat B+. Mengacu pada kriteria ketuntasan minimal 2,67, jumlah siswa yang
tidak tuntas pada siklus II adalah 4 orang dan yang tuntas sebanyak 32 orang jadi
52
ketuntasan secara klasikal pada siklus ini adalah 88,8 % dengan daya serap
sebesar 79,11% dari hasil tersebut, pembelajaran aspek pengetahuan pada siklus II
ini termasuk kategori tuntas dan mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya.
kesimpulan dari percobaan. Hasil belajar aspek keterampilan dapat dilihat pada
Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil aspek keterampilan pada siklus II
No Aspek yang dinilai Jumlah skor Nilai Predikat Keterangan
keseluruhan Konversi
1 Menggunakan alat-alat percobaan 72 2.67 B Baik
2 Melakukan pengamatan dan pengukuran 79 2.93 B Baik
3 Menganalisis data yang diperoleh 81 3.00 B Baik
4 Menarik hasil kesimpulan dari percobaan 84 3.11 B+ Baik
Nilai terendah 2,67
Nilai tertingi 3,33
Rata-rata nilai akhir 2,93
Predikat B
Hasil belajar aspek ketrampilan siswa, nilai tertinggi yang diperoleh sebesar
3,33, dan nilai keterampilan siswa yang terendah adalah 2,67. Nilai rata-rata
kelas sebesar 2,93 dengan predikat (B). Pada aspek keterampilan, pembelajaran
dikatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas 2,67 jadi dengan nilai rata-rata 2,93
hasil belajar aspek keterampilan siswa dapat dikatakan berhasil atau tuntas.
Aspek sikap yang dinilai yakni sikap sosial. Pada sikap sosial, aspek yang
dinilai yaitu, 1)kepedulian, 2)sopan santun, dan 3) kerja sama. Berikut ini analisis
data yang telah dilakukan pada aspek sikap siswa yang dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa, nilai tertinggi pada aspek sikap
adalah 4.00 dan nilai terendah adalah 2,67 dengan rata-rata nilai secara
keseluruhan adalah 2,98. Pada aspek sikap, pembelajaran dikatakan berhasil jika
sikap peserta didik berada pada katagori Baik. Dari data diatas rata-rata nilai sikap
siswa 2,98 dengan predikat baik, jadi dapat disimpulkan hasil belajar aspek sikap
Pembelajaran pada siklus III ini dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2015
pada jam ke-3 dan ke-4 dengan konsep Hukum Archimedes. Tindakan yang
dilakukan pada siklus III ini adalah melaksanakan proses pembelajaran dengan
dari siklus sebelumnya, yaitu siklus II. Hasil penelitian yang diperoleh pada siklus
(baik) untuk masing-masing aspek yang diamati. Hasil observasi aktivitas guru
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa total skor rata-rata aktivitas guru siklus III
menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 31. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas
III terutama dalam hal-hal berikut : 1) fase namai, guru telah meminta siswa untuk
materi dengan bahasa yang baik 2) fase ulangi, guru telah menunjuk >5 siswa
berbasis laboratorium, pada akhir siklus III dilakukan refleksi terhadap hasil
observasi aktivitas guru. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamat terhadap
aktivitas guru diperoleh rata-rata skor 31 dan tergolong kategori baik. Guru telah
II. Pada siklus III ini guru melaksanakan perbaikan tersebut, akan tetapi masih
55
terdapat dua aspek pada fase demonstrasi yang belum mendapat skor 3 (baik).
Meskipun masih terdapat dua aspek pada fase demonstrasi yang belum mendapat
skor 3, namun hasil aktivitas guru yang dicapai telah mencapai kategori baik dan
tetap meningkat.
dan 3 (baik) untuk masing-masing aspek yang diamati. Hasil observasi aktivitas
belajar siswa pada siklus III dapat dilihat pada tabel 4.16
Tabel 4.16 Perolehan hasil observasi aktivitas belajar siswa pada siklus III
Jumlah Aspek Rata-Rata
No. Tahap Aktivitas yang Diamati Skor Keterangan
observasi aktivitas belajar siswa, menurut pengamat 1 dan 2 sebesar 30. Hasil ini
pada siklus III terutama dalam hal-hal berikut : 1)fase namai, siswa
fase demonstrasi, siswa dalam kelompok telah bekerja sama dalam melakukan
percobaan 3) Pada Fase ulangi, lebih dari 5 orang siswa yang mengulangi point-
kuantum berbasis laboratorium, pada akhir siklus III dilakukan refleksi terhadap
hasil aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamat
kategori baik. Pada siklus III ini terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa jika
tersebut masih terdapat aspek yang masih bernilai cukup. Meskipun terdapat
aspek yang masih dalam kriteria cukup, namun secara keseluruhan aktivitas siswa
Hasil belajar pada siklus III dalam penelitian ini mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil belajar tersebut akan dibahas sebagai
berikut ini:
Hasil belajar pada aspek pengetahuan merupakan gabungan dari nilai tes
(70%) dan nilai LKS (30%). Tes dilakukan pada akhir pembelajaran sedangkan
57
lembar kerja siswa (LKS) yaitu lembar kerja siswa pada saat melakukan
percobaan. Hasil belajar siswa yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.17
berikut ini:
Tabel 4.17 Hasil Belajar Siswa Aspek Pengetahuan Pada Siklus III
No Deskripsi hasil belajar siswa Nilai
Tabel 4.17 diatas menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada siklus III adalah
3,52 yang diperoleh oleh dua orang siswa. Nilai terendah pada siklus ini adalah
2,62 sebanyak satu orang. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus ini adalah
3,17 dengan predikat B+. Mengacu pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) 2.67,
jumlah siswa yang tidak tuntas pada siklus III adalah sebanyak 2 orang dan yang
tuntas sebanyak 34 orang, sehingga ketuntasan secara klasikal pada siklus III
adalah 94.4% dengan daya serap sebesar 79,18%. Berdasarkan dari hasil tersebut,
hasil belajar siswa aspek pengetahuan pada siklus III ini termasuk dalam kategori
Penilaian hasil belajar pada aspek keterampilan dinilai pada saat siswa
melakukan percobaan atau eksperimen. Secara lebih rinci hasil belajar aspek
ketrampilan pada siklus III, dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut.
adalah 2,33. Nilai tertinggi pada aspek keterampilan ini adalah 3.67 dan nilai
rata-rata kelas sebesar 3.01 dengan predikat (B+). Pada aspek keterampilan,
pembelajaran dikatakan berhasil jika nilai rata-rata kelas 2,67 jadi dengan nilai
rata-rata 3.01 hasil belajar aspek keterampilan siswa dapat dikatakan berhasil.
Aspek sikap yang dinilai yakni sikap sosial. Pada sikap sosial, aspek yang
dinilai yaitu, 1)kepedulian, 2)sopan santun, dan 3) kerja sama. Berikut ini analisis
data yang telah dilakukan pada aspek sikap siswa yang dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa, nilai tertinggi pada aspek sikap
adalah 4.00 dan nilai terendah adalah 2,67 dengan rata-rata nilai secara
keseluruhan adalah 3,00. Pada aspek sikap, pembelajaran dikatakan berhasil jika
sikap peserta didik berada pada katagori Baik. Dengan rata-rata nilai sikap 3,00,
aspek sikap sikap siswa sudah termasuk katergori predikat baik, jadi dapat
disimpulkan hasil belajar aspek sikap siswa pada siklus III ini berhasil atau tuntas.
C. Pembahasan
59
1. Aktivitas Guru
konsep Fluida Statis dikelas X MIPA1 SMA Negeri 1 Bengkulu Tengah, diperoleh
berlangsung (lampiran 13, hal ). Peningkatan aktivitas guru selama tiga siklus
35 31
28 29.5
30
25
20
Rata-Rata Skor Aktivitas Guru 15
10
5
0
SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
Aktivitas Guru
Grafik aktivitas guru pada Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada siklus I,
rata-rata skor aktivitas guru yang diperoleh yaitu 28 meningkat pada siklus II
dengan rata-rata skor aktivitas guru yang diperoleh yaitu 29,5 sedangkan pada
siklus III rata-rata skor aktivitas guru yang diperoleh yaitu 31. Peningkatan ini
terjadi karena adanya proses refleksi atau perbaikan aktivitas guru dalam
pembelajaran tiap siklusnya. Setiap siklus skor rata-rata aktivitas guru yang
baik yaitu dalam hal memberikan pertanyaan motivasi dan menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan jelas. Fase tumbuhkan ini diharapkan siswa memiliki rasa
Fase alami dalam kegiatan mengamati, pada ketiga siklus guru telah
menggali pengetahuan awal siswa tentang konsep fluida dari pengalaman yang
Fase namai, pada siklus I guru dinilai kurang maksimal dalam meminta
siswa mendefinisikan pengalaman mereka yang pernah dilihat. Hal ini ditandai
dengan masih diberikan skor dua oleh pengamat. Dengan demikian pada siklus II
yang pernah dilihat atau dilakukannya dengan bahasa yang baik dan jelas,
Deporter (2010), belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami
informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk materi yang akan mereka
pelajari.
maksimal. Pada Siklus II dan siklus III guru memperbaiki kekurangannya dengan
menanggapi hasil percobaan sehingga siswa lebih aktif. Kekurangan pada tahap
61
ini dari ketiga siklus yaitu kurang maksimalnya guru dalam meminta seluruh
Fase ulangi, pada ketiga siklus guru telah melaksanakan tugas dengan baik
yaitu dalam hal menunjuk siswa mengulang poin-poin penting dan menyimpulkan
penghargaan respon positif kepada setiap siswa yang aktif selama proses
pembelajaran. Adanya pengakuan dan perayaan, maka siswa akan merasa puas,
punya kepercayaan diri, dan kebanggaan diri dalam belajar, hal ini akan
menjadikan proses belajar mengajar lebih efektif, serta kelas menjadi komunitas
belajar, tempat yang dituju dengan senang hati dan keceriaan, tanpa adanya rasa
keterpaksaan.
dilakukan pada setiap akhir siklus sebagai perbaikan untuk siklus selanjutnya.
30.5
32 26.5
24
16
Rata-Rata Skor Aktivitas Belajar Siswa 8
0
28
Gambar 4.2 Grafik perkembangan aktivitas belajar siswa pada tiga siklus
siklus I skor rata-rata aktivitas belajar siswa yang diperoleh yaitu 26,5. Pada siklus
sedangkan pada siklus III skor rata-rata aktivitas belajar siswa yang diperoleh
yaitu 30,5. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa pada ketiga siklus
tentang tujuan pembelajaran. Hal ini terjadi karena siswa pada siklus I belum siap
untuk memulai pembelajaran. Pada siklus II dan III pada saat guru menyampaikan
tujuan pembelajaran siswa sudah memperhatikan dengan baik dan siswa sudah
lebih termotivasi untuk mengetahui hal-hal apa yang dapat mereka peroleh dari
pembelajaran.
siswa belum terbiasa dalam penerapan model pembelajaran kuantum. Pada siklus
II dan III lebih dari 5 orang siswa telah menyampaikan pengalaman mereka yang
dari pengalaman mereka yang pernah dilihat sesuai dengan materi pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi, pada siklus I dan II, sebagian siswa masih bingung
siswa saja yang mampu mendefinisikan pengalamannya. Pada siklus III sebagian
siswa sudah mampu mendefinisikan suatu besaran fisika dari pengalaman mereka
yang pernah dilihat atau dialami, setelah siswa mampu mendefinisikan suatu
besaran atau konsep fisika, ini akan memudahkan siswa untuk memahami materi
yang diajarkan.
masih kurang baik, terlihat dari kurangnya kerjasama antara siswa dalam satu
kelompok, dan siswa seperti masih bingung apa yang harus dilakukan. Terdapat
beberapa kelompok yang tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai alat dan
bahan serta langkah kerja. Siswa sudah merasa paham dengan langkah kerja
dalam LKS padahal mereka belum mengerti, sehingga pada saat percobaan masih
ada siswa yang mengalami kesulitan. Dalam mengerjakan LKS pun masih ada
yang tidak berkelompok (mengerjakan LKS sendiri), dengan kata lain dalam 1
kelompok hanya beberapa orang yang mengerjakan. Hal ini disebabkan karena
terdapat siswa yang kurang peduli, atau tidak punya tanggung jawab terhadap
mempresentasikan hasil percobaannya dan pada saat diskusi, siswa kurang aktif
menanggapi dan bertanya tentang hasil percobaan. Hal ini disebabkan karena
siswa masih merasa takut dan malu berbicara di depan orang banyak. Pada siklus
64
III siswa telah melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk LKS dengan benar.
Sebagian besar kelompok sudah mengerjakan LKS secara kerja sama dan
percobaannya dan siswa kurang aktif dalam menanggapi dan bertanya hasil
diskusi, hal ini disebabkan karena waktu telah banyak habis untuk melakukan
hasil, siswa dilatih untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, kerja sama,
kemampuan berkomunikasi dan menghargai pendapat orang lain. Selain itu juga
dengan bimbingan guru, siswa telah melaksanakan tugas dengan baik yaitu
telah dilakukan.
pembelajaran ini bertujuan agar siswa tidak bosan atau bersemangat dalam
Menurut Deporter (2010), dengan fase rayakan ini kebutuhan psikologis siswa
atau reward.
65
Aktivitas belajar siswa yang meningkat dalam penelitian ini yaitu pada fase
tumbuhkan, alami, namai, ulangi dan rayakan. Pada fase demonstrasi terdapat dua
yang ditunjuk oleh guru, dan siswa saling bekerja sama melakukan percobaan.
petunjuk dari seluruh proses yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat
serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan bagi siswa.
Adanya pengakuan dan perayaan, maka siswa akan merasa puas, punya
kepercayaan diri, dan kebanggaan diri dalam belajar, hal ini akan menjadikan
proses belajar mengajar lebih efektif, serta kelas menjadi tempat yang dituju
dengan senang hati dan keceriaan, tanpa adanya rasa keterpaksaan. Berdasarkan
meningkatkan nilai belajar sampai dengan 73%, 68% meningkatkan motivasi, dan
menunjukkan bahwa siswa lebih banyak berpartisipasi dan merasa lebih bangga
Hasil belajar siswa dinilai dari aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap
Hasil belajar pada aspek pengetahuan terdiri dari nilai tes (70%) dan nilai
LKS (30%) yang diperoleh dari nilai siklus I, siklus II, dan siklus III dengan
pada akhir pembelajaran sedangkan lembar kerja siswa( LKS) yaitu lembar kerja
siswa pada saat melakukan percobaan. Hasil belajar aspek pengetahuan siswa
Tabel 4.20 Perkembangan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan tiap siklus
Siklus Nilai Nilai Nilai Daya Ketuntasan belajar Predikat
tertinggi terendah Rata-rata Serap klasikal
I 3,54 2,10 3,04 75,95% 88,88% B+
II 3,72 2,36 3,16 79,11% 88,88% B+
III 3.52 2,62 3,17 79,18% 94,40% B+
Hasil yang tertera pada tabel 4.20, menunjukkan bahwa nilai rata-rata, daya
peningkatan pada setiap siklus. Untuk lebih jelasnya hasil belajar siswa pada
100.00% 94.40%
88.88%
88.88%
79.18%
80.00%
60.00%
40.00% ketuntasan Klasikal
Presentase Pencapaian
20.00% Daya Serap
0.00%
75.95%
79.11%
Gambar 4.3 Grafik nilai rata-rata hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar
67
Tengah dapat dilihat pada gambar 4.3. Terlihat bahwa terjadi peningkatan hasil
belajar siswa pada setiap siklusnya. Daya serap siswa dari siklus pertama hingga
bahwa siswa secara merata dapat menerima materi pembelajaran dengan baik.
suasana belajar yang baru dan juga sangat efektif dan efisien untuk melakukan
daya serap siswa adalah 79,05% dengan kategori baik, dan presentase ketuntasan
tertiggi terendah
1 I 3,33 2,00 2,77 B
2 II 3,33 2,67 2,93 B
3 III 3.67 2.33 3.01 B+
4
3.01
3 2.77
2
Rata-Rata Hasil Belajar Aspek Ketrampilan 1
0
2.93
ketrampilan dalam tiga siklus dan berdasarkan Permendikbud No. 104 Tahun
nilai 2,67. Jadi hasil belajar aspek keterampilan pada ketiga siklus ini telah
peningkatan hasil belajar. Peningkatan ini terjadi karena adanya bimbingan dari
guru selama proses pembelajaran berlangsung dan juga disebabkan karena siswa
sudah mengikuti petunjuk LKS dalam mempersiapkan alat dan bahan. Mereka
juga lebih teliti dalam melakukan percobaan. Peningkatan hasil belajar siswa
aspek ketrampilan ini, juga sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh
Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Suhu Dan Kalor yang
69
menunjukkan bahwa hasil belajar kinerja ilmiah siswa meningkat pada setiap
siklus yaitu siklus I sebesar 18 (cukup), siklus II sebesar 21 (baik) dan pada siklus
Aspek sikap yang dinilai pada penelitian ini adalah sikap sosial. Pada
sikap sosial, aspek yang dinilai yaitu, 1)kepedulian, 2)sopan santun, dan 3)kerja
sama. Adapun nilai rata-rata hasil belajar aspek sikap siswa dapat kita lihat pada
Tabel 4.22, menunjukkan bahwa nilai siswa pada aspek sikap mengalami
menyatakan bahwa hasil belajar aspek sikap siswa dikatakan tuntas jika sikap
siswa dalam kategori baik, hasil belajar aspek sikap siswa dari siklus I sampai
dengan siklus III berada pada kategori tuntas dengan predikat B (baik). Untuk
4
3.2 3
2.4
1.6
Skor Rata-Rata Hasil Belajar Aspek Sikap
0.8
0
2.95 2.98
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa aspek sikap secara
klasikal mengalami kenaikan dan tuntas dengan kategori baik dari siklus I
hingga siklus III. Peningkatan hasil belajar sikap siswa sejalan dengan konsep
disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X MIPA1 SMA N 1
daya serap siswa adalah 79,05% dengan kategori baik, dan ketuntasan belajar
siswa yang meliputi ketuntasan individual yaitu dari 37 orang siswa terdapat 32
orang yang tuntas (86,49%) dan 5 orang yang tidak tuntas (13,51%). Sehingga
Penilaian afektif persentase sikap siswa dikategorikan cukup baik 75,68% dan
BAB V
A. Kesimpulan
Tengah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, terbukti pada siklus I skor
rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 26,5 dengan katagori baik, meningkat
pada siklus II yaitu 28 dengan katagori baik dan pada siklus III meningkat
Tengah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu aspek pengetahuan pada
siklus I rata-rata nilai siswa adalah 3,03 dengan ketuntasan belajar sebesar
88,88% pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 3,16, dengan ketuntasan
belajar sebesar 88,88%, kemudian pada siklus III naik menjadi 3,17 dengan
peningkatan yaitu pada siklus I nilai rata-rata siswa sebesar 2,77, pada siklus II
sebesar 2.93 dan pada siklus III meningkat menjadi 3,01 serta aspek sikap,
rata-rata nilai siswa pada siklus I adalah 2,95 kemudian pada siklus II
72
meningkat menjadi 2,98 dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 3,00.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan kepada peneliti-
peneliti yang akan datang untuk melakukan perbaikan:
1. Dalam penerapan model pembelajaran kuantum berbasis laboratorium,