Anda di halaman 1dari 15

ANGINA PEKTORIS

KELOMPOK 8

Panji yuga basuki


Muhlis R miu
Muh. Reynaldi adhi yatma
Novlin
Izki safitri

STIKES WIDYA NUSANTARA PALU


S1 KEPERAWATAN
2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 12 mei 2017

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah pengendapan plak aterosklerosis di dalam


pembuluh darah koroner. Prevalensinya mencapai 213 kasus dari tiap 100 000 orang
berusia di atas 30 tahun.1 Pengendapan plak tersebut menyebabkan penyempitan hingga
oklusi total dari pembuluh darah koroner dan memperlihatkan spektrum klinis yang luas,
dari angina atau nyeri dada sampai serangan jantung (infark miokard akut).
Angina pektoris meruppakan sindrom klinis yang sering terjadi berupa nyeri dada
karena iskemia pada miokardium. Angina terjadi akibat suplai oksigen jantung tidak
mencukupi kebutuhan metabolik, baik karena meningkatnya kebutuhan atau menurunnya
suplai oksigen.2 Prevalensi angina pektoris meningkat sesuai umur, baik pada pria
maupun wanita. Diperkirakan 2-4% dari populasi dewasa di Eropa mengalami angina
pektoris. Angka ini akan terus meningkat karena angka harapan hidup terus meningkat. 1
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa penyakit
jantung koroner menjadi penyebab kematian yang cukup besar di Indonesia, yaitu 5,1%
dari seluruh kematian pada semua golongan usia. Presentase tersebut meningkat menjadi
8,7% pada rentang usia 45-54 tahun.3
Terapi penyakit jantung koroner adalah mengatasi faktor risiko yang dapat
dimodifikasi, menyesuaikan aktivitas pasien, dan memberikan terapi farmakologis atau
terapi bedah yang bertujuan mengembalikan aliran darah. Penyesuaian aktivitas
dilakukan berdasarkan hasil exercise test. Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan
memberikan obat-obatan seperti nitrat, -Blocker, dan antagonis kalsium. Sementara itu
terapi bedah berupa bypass arteri koroner atau percutaneous cardiovascular intervention
(PCI). Terapi pembedahan merupakan terapi definitif untuk penyakit jantung koroner
dengan keterbatasan lokasi anatomis yang sulit dari pembuluh darah teroklusi sehingga
kadang tidak dapat diterapkan.4
Permasalahannya adalah terdapat 25.000-75.000 kasus angina yang refrakter
terhadap terapi medis maksimal dan prosedur revaskularisasi koroner standar tiap
tahunnya. Sebanyak 15% pasien tidak merespons terapi secara baik atau memiliki
kontraindikasi terhadap intervensi selanjutnya,sehingga mengalami angina pektoris yang
refrakter. Kegiatan sehari-hari seperti menaiki tangga, mengajak anjing berjalan-jalan,
atau berkebun menjadi sulit dilakukan pasien tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


a. Pengertian
Angina pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan
episode atau paroksisma nyeri atau perasan tertekan di dada depan.1)
Angina pektoris adalah nyeri dada yang menyertai iskemia
miokardium.2)
Angina pektoris adalah nyeri jantung yang timbul bilamana beban
terhadap jantung menjadi terlalu besar dibandingkan dengan aliran darah
koroner.3)
b. Etiologi
Penyebab diperkirakan berkurangnya aliran darah koroner, menyebabkan
suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau suplai oksigen jantung meningkat.
Sejumlah faktor yang dapat manimbulkan nyeri angina ;
1) Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung.
2) Pajanan terhadap diingin dapat mengakibatkan vasokontraksi dan
peningkatan tekanan darah , disertai peningkatan kebutuhan oksigen
3) Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah kedaerah mesentrik
untuk pencernaan sehinggia menurunkan ketersedian darah untuk suplaui
jantung (Pada jantung yang sudah sangat parah , pintasan darah untuk
pencernaan membuat nyeri angina sekin buruk ).
4) Stres atau berbagai emosi akibat situasi menegangkan , menyebabkan
frekuensi jantung meningkat ,akibat pelepasan adrenalin dan meningkat
tekanan darah Dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat .

c. Anatomi fisiologi
Angina pektoris Pada kebanyakan orang yang mengalami konstriksi progresif
arteri koronaria nya ,nyeri jantung ,yang disebut angina pektoris ,mulai timbul
bilamana beban terhadab jantung menjadi terlalu besar dibandingkan dengan
aliran darah koroner .Nyeri ini biasanya dirasakan dibawah bagian atas sternum
dan sering juga dipindahkan kepermukaan tubuh , paling sering ke lengan kiri dan
bahu kiri tetapi juga sering ke leher dan bahkan kewajah atau kelengan dan bahu
sisi berlawanan.Alasan untuk distribusi nyeri ini adalah bahwa selama kehidupan
embrional jantung berasal dari dalam leher ,seperti lengan .Oleh karena itu , kedua
struktur ini menerima serabut-serabut saraf nyeri dari segmen mendula spinalis
yang sama.

d. Patofisiologi
Angina pektoris yaitu nyeri dada yang menyertai iskemia miokardium
.Mekanisme pasti bagaimana iskemia dapat menyebabkan nyeri masih belum
jelas.Agaknya reseptor saraf nyeri terangsang oleh metabolit yang tertimbun atau
disuatu zat kimia antara yang belum diketahui , atau oleh stres mekanik lokal
akibat kelainan kontraksi miokardium .Nyeri biasanya digambarkan sebagai suatu
tekanan substernal , kadang kadang menyebar ke sisi medial lengan kiri.Tangan
yang menggenggam dan diletekkan diatas sternum melukiskan pola angina klasik.
e. Manifeatasi klinik
Iskemia otot jantung akan menyebar nyeri dengan derajat yang bervariasi ,
mulai dari rasa tekanan dada atas sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa
takut atau rasa akan menjelang ajal .Nyeri sangat terasa pada dada di daerah
belakang sternum atas atau sternum ketiga (retrosternal).Meskipun rasa nyeri
biasanya terlokalisasi ,namum nyeri tersebut dapat menyebar keleher ,dagu ,bahu
dan aspek dalam ekstremitas atas .Pasien biasanya memperlihatkan rasa sesak
,tercekik dengan kualitas yang terus menerus .Rasa lemah atau baal di legan
atas ,pergelangan tangan dan tangan akan menyertai rasa nyeri .
f. Diagnostik Tes
EKG ;Biasanya normal bila pasien istirahat tetapi datar atau depresi pada
segmen ST gelombang T menunjukkan iskemia. Peningkatan ST atau
penurunan lebih dari 1 mm selama nyeri tanpa abnormalitas bila bebas nyeri
menunjukkan iskemia miokard transien .Distrimia dan blok jantung ada .
Pemantauan EKG 24 jam (Holter);Dilakukan untuk melihat episode nyeri
sehubungan dengan segmen ST berubah.Depresi ST tanpa nyeri menunjukkan
iskemia .
Foto Dada ;biasanya normal ;namun inflitrat mungkin ada menunjukkan
dekompensasai jantung atau komplikasi paru .
PCO2 kalium dan laktat miokard;Mungkin meningkat selama serangan
angina (semua berperang dalam ikemia miokard dan dapat meningbulkanya ).
Kolesterol /trigeliseridaserum ;Mungkin meningkat (faktor risiko CAD).
Pacu stres takikardi atrial ;Dengan menunjukkan perubahan segmen ST
.LVEDP dapat mjeningkat atau masih stais dengan iskemia.Meninggi dengan
nyeri dada atau perubahan ST adalah diagnostik iskemia .
Pemeriksaan pencitraan nuklir ;Thalium 201 ;area iskemia tanpa sebagai area
yang penganbilan talium menurun.
Multigated imagin (MUGA) ;Mengevaluasi penampilan ventrikel khusus dan
umum ,gerakan dinding regional ,dan fraksi ejeksi .
Katerisasi jantung dengan angiografi; Diindikasikan pada pasien dengan
iskemia yang diketahuidengan angina atau nyeri dada tanpa kerja ,pada pasien
kolesterolemia dan penyakit janting keluarga yang mengalami nyeri dada ,dan
pasien dgn EKG istirahat abnormal .Hasil abnormal ada pada penyakit
katup,gangguan kontraktilitas ,gagal ventrikal ,dan abnormalitas siskulasi
.Catatan 10% pasien dengan angina tidak stabil tidak stabil mempunyai arteri
koroner yang tampak normal.
Injeksi ergonovin: pasien yang mengalami angina saat istirahat menunjukkan
hiperpastik pembuluh koroner
g. Farmakoterapi
Nitrogliserin untuk menurunkan komsumsi oksigen jantung yang akan
mengurangi nyeri angina. Diletakkan di bawah lidah atau di pipi dan akan
menghilangkan nyeri iskemia dalam 3 menit
Salep nitrogliserin topikal tersedia dalam bentuk lanolin-petrolatum digunakan
pada pasien yang mengalami angina pada malam hari atau harus menjalankan
aktivitas dalam waktu yang cukup lama karena mempunyai efek jangka
panjang sampai 24 jam.
Penyekat beta adrenergik, bila pasien tetap menderita nyeri dada meskipun
telah mendapat nitrogliserin dan merubah gaya hidup maka perlu diberikan
prepanolol hidroklorit berfungsi untuk menurunkan komsumsi oksigen dengan
menghambat impuls simpatis ke jantung.
Antagonis ion kalsium/penyekat kanal. Antagonis / penyekat ion kalsium
meningkatkan suplai oksigen jantung dengan cara melebarkan dinding otot
polos atrial koroner dan mengurangi kebutuhan jantung dengan menurunkan
tekanan arteri sistemik juga beban kerja ventrikel kiri. Yang biasa digunakan ;
nifedipin ( prokardia ), verapamil ( isoptin, Calan ) dan diltazem ( cardizem ).
Diberikan tiap 6-12 jam. Untuk setiap individu efek terapeutiknya berbeda.
Ada cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung
pasien harus berhenti merokok

h. Penyimpangan KDM
Aterosklerosis
Penyempitan arteri koroner

Berkurangnya aliran darah koroner

Suplai oksigen ke jantung tidak adekuat

kebutuhan oksigen jantung meningkat

Iskemia

Metabolisme anaerob di jantung

Produksi asam laktat meningkat

Kelelehan

Nyeri

Perubahan status kesehatan


Info tidak adekuat

Ancaman kematian
kurang pengetahuan
Stres meningkat

Nekrosis jaringan miokardium


ansietas

Kemampuan kontraksilitas jantung meningkat

Penurunan curah jantung


B. PROSES KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Aktivitas / istirahat
Gejala : Pola hidup monoton
Kelelahan, perasaan tidak berdaya setekah latihan
Nyeri dada bila kerja
Menjadi terbangun bila nyeri dada
Tanda : dispnea saat kerja
Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung
Tanda : takikardia, distritmia
Tekanan darah normal, meningkat atau menurun
Bunyi jantung mungkin normal: S4 lambat atau murmur sistolik
transien lambat mungkin ada saat nyeri
Kulit membran mukosa lembab
Makanan / Cairan
Gejala : mual, nyeri ulu hati/ epigastrium saat makan
Diet tinggi kolesterol/lemak, garam kafein, minuman keras
Tanda : ikat pinggang sesak
Integritas ego
Gejala : stresor kerja, keluarga lain-lain
Tanda : ketekutan, mudah marah
Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada substernal, anterior yang menyebar ke rahang, leher,
bahu, dan ekstremitas atas
Kualitas : macam ringan sampai sedang, tekanan berat, tertekan,terjepit
terbakar.
Durasi : biasanya kurang dari 15 menit, kadang-kadang lebih dari 30 menit
Faktor pencetus : nyeri sehubungan dengan kerja fisik atau emosi besar seperti
marah atau hasrat seksual ; olahraga pada suhu ekstrem
Faktoe penghilang : nyeri mungkin responsif terhadap mekanisme penghilang
tertentu : istirahat obat antiangina
Nyeri dada tidak stabil, bervariasi, prinzmetal
Tanda : wajah berkerut, meletakkan pergelangan tangan pada
midsternum, memijit tangan kiri, tegangan otot gelisah.
Respon otomatis : takikardi, perubahan TD
Pernapasan
Gejala : dispnea saat kerja
Riwayat merokok
Tanda : meningkat pada frekuensi / irama dan gangguan kedalaman.
b. Diagnosa Keperawatan
1. nyeri b/d fokus menyempit
2. penurunan curah jantung b/d gangguan frekuensi / irama dan konduksi
elektrikal
3. ansietas b/d ancaman terhadap perubahan status kesehatan
4. kurang pengetahuan b/d informasi tidak adekuat
c. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri b/d fokus menyempit
Tujuan : menyatakan nyeri hilang dengan kriteria;
Angina menurun dalam frekuensi, durasi dan beratnya
Kaji terjadinya pencetus ; bila ada frekuensi, durasinya, intensitas, dan
lokasi nyeri.
Rasional :
Membedakan nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan
angina yang tidak stabill.
Letakkan pasien pada istirahat total selama episode angina
Rasional :
Memudahkan pertukaran gas untuk menurunkan hipoksia dan napas
pendek berulang.
Tinggal dengan pasien yang mengalami nyeri atau tampak cemas
Rasional :
Cemas mengeluarkan ketakolamin yang meningkatkan kerja miokard
dan dapat memajangkan nyeri iskemi
Pertahankan tenang, lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu
Rasional :
Stres mental meningkatkan kerja miokard
Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi
Rasional :
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard/mencegah
iskemia.
Berikan obat sesuai indikasi
Rasional :
Menurunkan nyeri angina
2) Penurunan curah jantung b/d gangguan frekuensi irama dan konduksi
elektrikal
Tujuan : penurunan dispnea, angina dan distritmia menunjukkan
peningkatan toleransi aktivitas dengan kriteria ;
Aktivitas menurunkan kerja jantung
Pantau tanda vital, frekuensi jantung , TD
Rasional :
Takikardi dapat terjadi karena nyeri cemas, hipoksemia dan
menurunnya curah jantung
Catat warna kulit dan adanya/kualitas nadi
Rasional :
Sirkulasi perfer menurun bila curah jantung turun, membuat kulit
pucat dan menurunnya kekuatan nadi perifer
Mempertahankan tirah baring pada posisi nyaman selama episode akut
Rasional :
Menurunkan komsumsi oksigen kebutuhan kerja miokard dan resiko
dekompensasi

Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kebutuhan
Rasional :
Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk
memperbaiki kontraktilitas, menurunkan iskemia, dan kadar asam
laktat.
Berika obat sesuai indikasi
Rasional :
Menurunkan kerja jantung
3) Ansietas b/d ancaman perubahan status kesehatan
Tujuan : ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi dengan
kriteria ;
Strategi koping yang efektif
Jelaskan tujuan tes dan prosedur
Rasional : menrunkan cemas dan takut terhadap diagnosa dan
prognosis
Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut.
Rasional :
Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal
dan efek gambaran diri.
Dorong keluarga dan teman untuk menganggap pasien seperti
sebelumnya.
Rasional : meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja
tidak berubah
Kolaborasi
Berikan sedatif, transquilizer sesuai indikasi
Rasional :
Membantu pasien rileks secara fisik mampu untuk membuat strategi
koping adekuat
4) Kurang pengetahuan b/d informasi tidak adekuat
Tujuan : berpartisipasi dalam proses belajar dengan kriteria ;
Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan pengobatan
Kaji kondisi, tekankan perlunya mencegah serangan angina
Rasional :
Pasien membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat
dikontrol
Dorong menghindari faktor situasi yang sebagai pencetus angina
Rasional :
Dapat menurunkan insiden beratnya iskemik

Dorong pasien untuk mementau nadi sendiri selama aktivitas,


jadwal/aktivitas sederhana dan hindari regangan
Rasional :
Membiarkan pasien meengidentifikasi aktivitas untuk menghindari
stres jantung dan tetap dibawah ambang angina
Tekankan pentingnya mengecek dengan dokter kapan menggunakan
obat-obat yang dijual bebas
Rasional :
Obat yang dijual bebas mempunyai potensi penyimpangan

C. KASUS KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner & suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta.
2. Sylvia A. Price, Lorrain M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. EGC : Jakarta.
3. Guyton. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC : Jakarta.
4. Doengoes Marlyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai