Anda di halaman 1dari 4

LAUT

Peranan Laut untuk Kehidupan

Laut memiliki peranan yang sangat


penting dalam mengontrol iklim di Bumi
dengan memindahkan panas dari daerah
ekuator menuju ke kutub. Tanpa peranan laut,
maka hampir keseluruhan planet Bumi akan
menjadi terlalu dingin bagi manusia untuk
hidup. Laut juga merupakan sumber makanan,
energi (baik yang terbarukan maupun yang tak
terbarukan), dan obat-obatan. Daerah pantai
juga merupakan daerah yang sangat besar peranannya bagi kehidupan manusia. Hampir 60%
penduduk Bumi tinggal di daerah sekitar pantai.

Seperti kita ketahui, lebih dari 70% bagian dari planet Bumi ditutupi oleh air (dimana
sebagian besarnya adalah lautan). Air laut bergerak secara terus-menerus mengelilingi Bumi dalam
suatu sabuk aliran yang sangat besar yang biasa disebut sebagai global conveyor belt, bergerak dari
permukaan ke dalam samudera dan kembali lagi ke permukaan. Angin, salinitas dan temperatur air
laut mengontrol sabuk aliran global ini. Sabuk aliran inilah yang berperan memindahkan energi
panas yang dipancarkan oleh Matahari ke Bumi. Pergerakan air laut mengelilingi Bumi dalam suatu
sabuk aliran global memerlukan waktu yang sangat lama yaitu sekitar 1000 tahun. Pergerakan ini
dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu:

1. sirkulasi yang dibangkitkan oleh perbedaan densitas air laut, dimana densitas air laut
bergantung pada harga temperatur dan salinitasnya. Sirkulasi ini biasa disebut sebagai
sirkulasi termohalin (dari kata thermo yang berarti energi panas dan haline yang berarti
garam).
2. sirkulasi yang dibangkitkan oleh angin permukaan yang mengakibatkan adanya arus
permukaan laut. Salah satu contoh dari arus yang dibangkitkan oleh angin adalah arus Gulf
Stream.

Lautan juga berperan menangkap karbon dioksida (CO2) dari atmosfer dalam jumlah yang
sangat besar. Sekitar seperempat CO2 yang dihasilkan oleh manusia dari hasil pembakaran bahan
bakar fosil diserap dan disimpan di lautan. Di beberapa bagian laut, CO2 dapat tersimpan hingga
berabad-abad lamanya dan berperan sangat besar dalam mengurangi pemanasan global.

Karena begitu pentingnya arti laut bagi kehidupan manusia, maka adalah kewajiban manusia
untuk tetap menjaganya. Kemampuan laut menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut
banyak mengalami kerusakan seperti rusaknya terumbu karang dan hutan bakau. Terumbu karang
tak ubahnya bagaikan rumah bagi makhluk laut. Demikian juga halnya dengan hutan bakau, adalah
rumah bagi makhluk2 laut yang hidup di dekat pantai. Tanpa terumbu karang dan hutan bakau,
perlahan-lahan ekosistem laut akan terancam kelangsungan hidupnya sehingga sumber makanan
laut yang dapat diperoleh oleh para nelayan pun akan jauh berkurang. Banyak hal telah
mengakibatkan rusaknya hutan bakau dan terumbu karang antara lain pembukaan besar-besaran
daerah budidaya, penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan pencemaran lingkungan.

Bumi dilahirkan 4,5 milyar tahun yang lalu. Menurut ceritanya, tata surya kita yang bernama
Bima Sakti, terbentuk dari kumpulan debu di angkasa raya yang dalam proses selanjutnya tumbuh
menjadi gumpalan bebatuan dari mulai yang berukuran kecil hingga ke ukuran asteroid sebesar
ratusan kilometer. Bebatuan angkasa tersebut selanjutnya saling bertabrakan, dimana awalnya
tabrakan yang terjadi masih lambat. Akibat adanya gaya gravitasi, bebatuan angkasa yang saling
bertabrakan itu saling menyatu dan membentuk suatu massa batuan yang kemudian menjadi cikal
bakal (embrio) bumi. Lama kelamaan dengan semakin banyaknya bebatuan yang menjadi satu
tersebut, embrio bumi tumbuh semakin besar. Sejalan dengan semakin berkembangnya embrio
bumi tersebut, semakin besar pula gaya tarik gravitasinya sehingga bebatuan angkasa yang ada
mulai semakin cepat menabrak permukaan embrio bumi yang sudah tumbuh semakin besar itu.
Akibat tumbukan2 yang sangat dahsyat tersebut timbulah ledakan2 yang sudah pasti sangat dahsyat
pula yang mengakibatkan terbentuknya kawah2 yang sangat besar dan pelepasan panas secara
besar2an pula.

Laut sendiri menurut sejarahnya terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya
bersifat sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100C) karena panasnya bumi
pada saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer bumi dipenuhi oleh karbon dioksida.
Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan yang terjadi yang menghasilkan
garam-garaman yang menyebabkan air laut menjadi asin seperti sekarang ini. Pada saat itu,
gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid menghantam bumi. Pasang surut laut
yang terjadi pada saat itu bertipe mamut alias ruar biasa tingginya karena jarak bulan yang begitu
dekat dengan bumi.

Sebelum kita lanjutkan pembahasannya, ada satu pertanyaan yang mengganjal yang perlu
diajukan di sini, yaitu dari mana air yang membentuk lautan di bumi itu berasal? Itu pertanyaan
yang sukar dijawab, dan para ahli sendiri memiliki beberapa versi tentang hal itu. Salah satu versi
yang pernah saya baca adalah bahwa pada saat itu, bumi mulai mendingin akibat mulai
berkurangnya aktivitas vulkanik, disamping itu atmosfer bumi pada saat itu tertutup oleh debu-debu
vulkanik yang mengakibatkan terhalangnya sinar matahari untuk masuk ke bumi. Akibatnya, uap air
di atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan
tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di bumi hingga terbentuklah lautan.

Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat
terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya,
langit mulai menjadi cerah sehingga sinar matahari dapat kembali masuk menyinari bumi dan
mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di bumi juga mengalami
pengurangan dan bagian-bagian di bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan
batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut
semakin asin.

Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah
terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi
panas yang ada, namun pada saai itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi. Kehidupan
di bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun demikian, masih
merupakan perdebatan hangat hingga saat ini kapan tepatnya kehidupan awal itu terjadi dan di
bagian lautan yang mana? apakah di dasar laut ataukah di permukaan? Hasil penemuan geologis
pada tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun)
menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam
lumpur mendidih di dasar laut.

Sejarah Laut

Laut, menurut sejarahnya, terbentuk 4,4 milyar tahun yang lalu, dimana awalnya bersifat
sangat asam dengan air yang mendidih (dengan suhu sekitar 100 C) karena panasnya Bumi pada
saat itu. Asamnya air laut terjadi karena saat itu atmosfer Bumi dipenuhi oleh karbon dioksida.
Keasaman air inilah yang menyebabkan tingginya pelapukan dan menyebabkan laut menjadi asin
seperti sekarang ini. Pada saat itu, gelombang tsunami sering terjadi karena seringnya asteroid
menghantam Bumi. Pasang surut laut yang terjadi pada saat itu juga bertipe mamut atau tinggi/besar
sekali tingginya karena jarak Bulan yang begitu dekat dengan Bumi.

Awal mula Laut

Menurut para ahli, awal mula Thorik terdiri dari berbagai versi; salah satu versi yang cukup
terkenal adalah bahwa pada saat itu Bumi mulai mendingin akibat mulai berkurangnya aktivitas
vulkanik, disamping itu atmosfer Lahor pada saat itu tertutup oleh debu-debu vulkanik yang
mengakibatkan terhalangnya sinar Matahari untuk masuk ke Bumi. Akibatnya, uap Lahar di
atmosfer mulai terkondensasi dan terbentuklah hujan. Hujan inilah (yang mungkin berupa hujan
tipe mamut juga) yang mengisi cekungan-cekungan di Bumi hingga terbentuklah Laut.

Secara perlahan-lahan, jumlah karbon dioksida yang ada diatmosfer mulai berkurang akibat
terlarut dalam air laut dan bereaksi dengan ion karbonat membentuk kalsium karbonat. Akibatnya,
langit mulai menjadi cerah sehingga sinar Matahari dapat kembali masuk menyinari Bumi dan
mengakibatkan terjadinya proses penguapan sehingga volume air laut di Bumi juga mengalami
pengurangan dan bagian-bagian di Bumi yang awalnya terendam air mulai kering. Proses pelapukan
batuan terus berlanjut akibat hujan yang terjadi dan terbawa ke lautan, menyebabkan air laut
semakin asin.

Pada 3,8 milyar tahun yang lalu, planet Bumi mulai terlihat biru karena laut yang sudah
terbentuk tersebut. Suhu bumi semakin dingin karena air di laut berperan dalam menyerap energi
panas yang ada, namun pada saat itu diperkirakan belum ada bentuk kehidupan di bumi.

Kehidupan di Bumi, menurut para ahli, berawal dari lautan (life begin in the ocean). Namun
demikian teori ini masih merupakan perdebatan hingga saat ini.

Pada hasil penemuan geologis pada tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan (yang
diperkirakan berusia 3,2 s.d. 4 milyar tahun) menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri
primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. Hal ini mungkin
menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal
kehidupan tersebut. Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota
atau makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan dan kelautan.

Anda mungkin juga menyukai