Infeksi Saluran Kemih (IKA)
Infeksi Saluran Kemih (IKA)
2. Nefron
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk
urine. Ginjal ini tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah
tubulus. Dinding kapiler glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis,
Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Tubulus proximal :
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke
dalam nefron dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air,
elektrolit dan molekul kecil lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses
hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100
% di serap yang disebut dengan Reabsorbsi Obligat (mutlak).
b. Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle
desenden, ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat,
ketika naik lewat ansa henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)
c. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon
sehingga penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu
sebaliknya bila air berlebih jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat
lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
2) Bekerjanya anti diuretik hormon
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk
melakukan transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
3. Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses
reabsorbsi air oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus kolligentes
maka disebut dengan urine yang dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix mayor dan
melewati pelvis ginjal mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan
gerakan peristaltik yang membuka sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika
urinaria, sebagai tempat penampungan sementara.
4. Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi sedikit
urine, mulai dari volume 0 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit bertambah. Dari
volume 100 400 cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena Musculus Detrusor
mengembang mengikuti jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan
meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan
susunan saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor
(mengerut). Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka sehingga
timbul keinginan untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter
urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak
terdapat glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing, berat
jenis 1010 1030.
Urine terdiri dari :
a. Air
b. Elektrolit
c. Zat asam sisa metabolism
C. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung
kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
D. Etiologi
ISK paling sering disebabkan kuman Escherichia coli (E. coli) yaitu sekitar 60-80 persen.
Kuman ini berasal dari saluran cerna. Selain kuman E. coli, ISK dapat disebabkan kuman
lain, seperti Klebsiela, Proteus, Enterokokus, Enterobakter, dan berbagai kuman lainnya.
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :
1. Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.
2. Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.
3. Virus : jarang ditemukan
4. Jamur : jarang ditemukan
Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
E. Patofisologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen
kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S.
Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila
terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga
timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal
dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui
urethra secara asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan
sex yang terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak
antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria
melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat
membunuh kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak
mengosongkan kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika
urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy
merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra
kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan
dan penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan
berkolonisasi pada vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum
yang kurang, menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk
membawa sisa metabolisme adalah 1400 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan
bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa
dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh
darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga
kuman menjadi lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke seluruh
saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul
keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu.
Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi
dengan urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena
adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara
integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali,
karena mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput
lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya
kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi
kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan
kandung kemih yang tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low
back pain dan dapat terjadi hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo
Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218).
G. Komplikasi
ISK dapat menyebabkan berbagai gejala yang tidak menyenangkan dan komplikasi,
seperti demam, nyeri pinggang, nyeri ketika berkemih, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan
infeksi di seluruh tubuh (sepsis) yang menyebabkan kematian. ISK yang terjadi pada
perempuan ketika masih anak-anak dapat menimbulkan komplikasi kelak pada saat mereka
menjadi ibu hamil. Oleh karena itu, ISK pada anak memerlukan tata laksana yang optimal.
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan:
1. Pyelonefritis : Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal : Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan
kronik.
H. Penatalaksanaan Medis
Untuk menentukan adanya ISK, diperlukan pemeriksaan laboratorium yang meliputi
pemeriksaan air kemih (urinalisis), biakan air kemih, dan pemeriksaan darah. Urinalisis
dilakukan untuk melihat tanda infeksi seperti adanya leukosit( sel darah putih), reaksi nitrit,
leukosit esterase. Untuk biakan air kemih, diperlukan pengambilan sampel urine yang
sesuai.
Membedakan ISK atas dengan ISK bawah atau antara ISK simpleks dan kompleks sangat
penting, mengingat risiko terjadinya parut ginjal dan tata laksananya berbeda. Membedakan
ISK atas dan bawah dilakukan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, laboratorium,
dan pemeriksaan radiologik.
Perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari kelainan pada ginjal dan saluran kemih yang
mempermudah terjadinya ISK, yaitu dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pencitraan
(radiologi). Beberapa kelainan yang mempermudah terjadinya ISK, antara lain fimosis
(kulup menyempit), kelainan muara saluran kemih, batu saluran kemih, hidronefrosis,
pelebaran saluran kemih. Berbagai pemeriksaan pencitraan dapat dilakukan sesuai dengan
keperluannya antara lain ultrasonografi (USG). Jika ditemukan kelainan, dilakukan
penanggulangan sesuai dengan jenis kelaiana, dapat berupa tindakan bedah atau nonbedah.
Pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat
menurunkan angka kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :
Perawatan dapat berupa :
1. Meningkatkan intake cairan 2 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2. Perubahan pola hidup diantaranya :
a. Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b. Pakaian dalam dari bahan katun
c. Menghindari kopi, alkohol
3. Obat-obatan
a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
b. Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 2 minggu
c. Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka
waktu 3 4 minggu
d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3
6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
e. Analgetik dan Anti spasmodik : Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh
penderita
f. Obat golongan Venozopyridine : Pyridium (untuk meredakan gejala iritasi pada saluran
kemih)
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika.
http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/infeksi-saluran-kemih-pada-anak-2
Pardede, Sudung O. Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Diakses padan 25 Maret 2017 jam
03.00. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/infeksi-saluran-kemih-pada-
anak-2