Anda di halaman 1dari 7

JURNAL INKUIRI

ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 54-60)


http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

PENGEMBANGAN MODUL PEREAKSI KIMIA BERBASIS SETS


PADA MATA PELAJARAN ANALISIS KIMIA DASAR KELAS X
SMK KIMIA INDUSTRI

Tri Nanik Wulandari1, Ashadi2 dan Sri Yamtinah3


1 Program Studi Magister Pendidikan Sains

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia


nanik_tnt@yahoo.co.id
2 Program Studi Magister Pendidikan Sains

Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia


ashadi_uns@yahoo.com
3Program Studi Magister Pendidikan Sains
Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia
jengtina_sp@yahoo.com

Abstrak
Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan Modul Pereaksi Kimia berbasis SETS, (2)
menganalisis kelayakan Modul Pereaksi Kimia berbasis SETS yang dikembangkan, dan (3) menguji
efektivitas Modul Pereaksi Kimia berbasis SETS yang dikembangkan. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian dan pengembangan (R & D) mengacu pada model Borg & Gall yang disederhanakan menjadi 9
tahapan, dengan mengurangi tahap diseminasi, dilaksanakan mulai bulan September 2014 hingga Desember
2014 di SMK Negeri 1 Trucuk Klaten, SMK Batur Jaya 2 Ceper Klaten, dan SMK Negeri 2 Sukoharjo tahun
pelajaran 2014/ 2015. Data kelayakan modul diambil dengan lembar penilaian yang diberikan kepada peserta
didik dan guru. Data untuk mengetahui efektivitas penggunaan modul diperoleh dengan teknis tes untuk
mengetahui hasil belajar kognitif, penilaian diri dan observasi untuk penilaian afektif, serta observasi dan
portofolio untuk penilaian psikomotor. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan: (1) hasil tiap
tahapan penelitian dan pengembangan pada: tahap penelitian dan pengumpulan informasi disimpulkan bahwa
dibutuhkan Modul Berbasis SETS, tahap perencanaan dihasilkan draft awal modul, tahap pengembangan
dihasilkan draf modul I, tahap uji coba lapangan awal dan revisi dihasilkan draf modul II, uji coba menengah
dan revisi dihasilkan draf modul III, dan uji skala luas dan penyempurnaan produk dihasilkan produk akhir,
(2) kualitas modul berdasarkan penilaian validator diperoleh VAiken sebesar 0,79 - 1,00, menunjukkan bahwa
modul layak digunakan. Rata- rata penilaian kualitas modul oleh peserta didik dan guru pada semua uji
memiliki katagori Baik hingga Sangat Baik, (3) efektivitas penggunaan modul menunjukkan hasil bahwa di
SMK Negeri 1 Trucuk kelas yang menggunakan modul berbasis SETS mempunyai nilai pengetahuan dan
sikap lebih baik dari pada kelas yang menggunakan catatan dan ringkasan materi dari guru, tetapi pada aspek
keterampilannya tidak ada perbedaan, sedangkan di SMK Negeri 2 Sukoharjo, kelas yang menggunakan
modul berbasis SETS mempunyai nilai pengetahuan lebih tinggi, sedangkan nilai sikap dan keterampilan
antara dua kelas tidak ada perbedaan yang signifikan.

Kata Kunci: Pereaksi Kimia, SETS, Kimia Industri, Kualitas Modul

Pendahuluan menyediakan buku peserta didik dan buku


Mata pelajaran Kimia di SMK, khususnya di guru sebagai acuan dalam kegiatan belajar
SMK yang membuka kompetensi keahlian mengajar. Pemerintah baru menyiapkan
Kimia Industri terdapat mata pelajaran Kimia silabus dan deskripsi untuk mata pelajaran
kelompok C1 (Dasar Bidang Kejuruan) Analisis Kimia Dasar, sehingga sangat
dengan durasi waktu 2 jam per minggu, dan diperlukan pengembangan bahan ajar untuk
mata pelajaran Analisis Kimia Dasar di mata pelajaran Analisis Kimia Dasar yang
kelom-pok C2 (Dasar Program Keahlian) merupakan dasar kompetensi kejuruan dan
dengan durasi waktu 4 jam per minggu. prasyarat untuk mempelajari paket keahlian
Meskipun mata pelajaran Analisis Kimia pada tingkatan kelas berikutnya.
Dasar sudah diajarkan selama satu tahun, Melalui observasi dan wawancara dengan
tetapi sampai saat ini pemerintah belum wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru

54
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 54-60)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dan peserta didik,pada bulan Juli 2014 yang menunjukkan lebih dari 40% peserta
diperoleh informasi bahwa selama didik belum mencapai KKM pada tahun
pembelajaran Analisis Kimia Dasar, peserta pelajaran 2013/2014.
didik tidak mempunyai bahan ajar khusus, Binadja (2005) menyatakan bahwa
guru dituntut untuk mengemas materi dari pembelajaran bervisi dan berpendekatan
berbagai sumber yang relevan untuk SETS mensyaratkan pendidik dan peserta
disampaikan kepada siswa. Guru dalam didik mengeksplorasi segala kemungkinan
menyampaikan materi pelajaran Analisis yang dapat terjadi dalam kesaling terkaitan
Kimia Dasar masih jarang mengkaitkan secara timbal balik unsur-unsur SETS
materi pembelajaran dengan isu-isu yang dikaitkan dengan konsep yang sedang
terdapat di lingkungan, masyarakat dan dibelajarkan. Eksplorasi itu dapat dimulai
perkembangan teknologi. Hal ini dari pengetahuan yang telah dimiliki oleh
mengakibatkan peserta didik kurang masing-masing individu peserta didik dan
mengetahui kemanfaatan belajar Analisis pendidik. Namun, untuk mengetahui
Kimia Dasar dalam kehidupan sehari- hari, kemungkinan lain yang belum dimiliki
kurang peduli dan mencintai lingkungan peserta didik maupun pendidik, penggunaan
sekitar, serta tidak dapat mengkaitkan antara rujukan memadai akan sangat membantu
ilmu yang dipelajari di sekolah dengan mewujudkan pemikiran yang lebih
kemajuan teknologi. Selama ini guru hanya komprehensif. Yager (2008) menjelaskan
membelajarkan secara konseptual dan bahwa belajar dengan pendekatan STS
kegiatan belajar mengajar didominasi oleh memiliki keunggulan yaitu:1) belajar konsep
guru (teacher centered), meskipun sudah dasar, 2) pencapaian konsep umum yang
dilakukan kegiatan praktikum di banyak, 3) menerapkan konsep sains dalam
laboratorium. Peserta didik memperoleh situasi baru, 4) meningkatkan sikap yang
materi Analisis Kimia Dasar didominasi dari lebih positif terhadap ilmu pengetahu-an, 5)
catatan yang diberikan guru. atau menunjukksan sikap kreatif yang lebih dan
memfotocopi ringkasan materi yang terpisah- sering, 6) dapat menerapkan ilmu
pisah untuk menghemat waktu mencatat. pengetahuan di rumah dan di masyarakat.
Selama menggunakan bahan ajar tersebut Pada dasarnya pendekatan sains
guru merasa kurang maksimal dalam teknologi masyarakat dalam pembelajaran
membelajarkan Analisis Kimia Dasar, karena antara lain bertujuan untuk meningkatkan
materinya yang sangat banyak, bahkan setara motivasi dan prestasi belajar disamping
dengan materi Kimia kelas XI, XII SMA, memperluas wawasan peserta didik.
sementara waktu yang dialokasikan sedikit. Kenyataan di lapangan, guru merasa telah
Peserta didik juga mengalami kendala melaksanakan tugas mengajarnya dengan
dengan beratnya bobot materi, banyaknya baik, apabila telah mengantarkan peserta
catatan, fotocopian materi maupun tulisan didik menguasai konsep- konsep dalam
tangan guru yang terpisah- pisah, peserta bidang ilmu, meskipun belum tentu ia telah
didik menjadi kebingungan dalam belajar dan mengkaitkan konsep dengan kepentingan
menguasai materi. Tanpa kehadiran guru masyarakat (Anna Poedjiadi 2010:84).
peserta didik tidak bisa belajar mandiri, EvyWulandari (2013) dalam peneliti-
karena peserta didik tidak memiliki buku annya menyatakan bahwa: (1) pembelajaran
pegangan sebagai bahan belajar. Pada SETS sangat sesuai jika digunakan dalam
kegiatan praktikum, peserta didik banyak pembelajaran yang berkaitan dengan
menggunakan bahan- bahan kimia yang kehidupan sehari- hari dan memiliki
memang tersedia di laboratorium, tetapi tidak hubungan erat terhadap perkembangan
pernah memanfaatkan bahan- bahan yang teknologi ; (2) pembelajaran yang memberi-
sering ditemui dalam kehidupan sehari- hari. kan pengalaman langsung terhadap dunia
Kendala belum tersedianya bahan ajar khusus nyata sehingga dapat memotivasi peserta
Analisis Kimia Dasar merupakan kendala didik untuk belajar; (3) modul pembelajaran
tersendiri bagi peserta didik untuk menguasai efektif dalam menjelaskan hal- hal yang
materi dengan baik. Hal ini terbukti dengan kurang jelas sesuai dengan karakteristik
hasil ulangan harian materi pereaksi kimia modul; (4) kemampuan berfikir kritis harus

55
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 54-60)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

dibelajarkan secara terus menerus dan belajar dengan metode


berkesinambungan; (5) melatihkan kemam- konvensional.Diharapkan dengan basis SETS
puan menyimpulkan harus dimulai dengan ini peserta didik menjadi lebih senang
melatihkan kemampuan mengobservasi dan mempelajari Analisis Kimia Dasar, semakin
menganalisis.Modul yang akan peka terhadap lingkungan alam sekitar dan
dikembangkan ini, didalamnya memuat unsur mengetahui banyak manfaat dari hasil belajar
kontekstual yang memberikan kaitan materi Analisis Kimia Dasar dalam kehidupannya.
pembelajaran dengan kehidupan sehari- hari, Solbes dan Vilches (1999) menyatakan
selain itu terdapat kegiatan praktikum yang bahwa pengenalan interaksi STS di kelas
menggunakan bahan- bahan yang sering fisika dan kimia dalam hubungannya dengan
ditemui peserta didik dalam kehidupan model pengajaran/ pembelajaran ilmu
sehari- hari, bahkan siswa dapat melakukan pengetahuan sebagai penelitian. Ketika
beberapa kegiatan praktikum dengan alat dan interaksi tersebut tidak diperkenalkan, dapat
bahan di sekitar mereka tanpa bergantung diamati bahwa peserta didik memiliki visi
dengan alat dan bahan di laboratorium. ilmu pengetahuan yang terhapus dari dunia
Salah satu upaya untuk membantu guru dan dimana mereka tinggal dan tidak terbiasa
peserta didik dalam mengatasi kendala dalam dengan hubungan timbal balik antara ilmu
proses pembelajaran Analisis Kimia Dasar di pengetahuan teknologi dan alam lingkungan
SMK Kimia Industri adalah dengan sosial di mana mereka berada. Sejumlah
mengembangkan bahan ajar (modul) berbasis besar buku teks gagal untuk mencakup
SETS (Science Environment Technology and interaksi STS, namun sebagian besar guru
Society). Melalui pendekatan SETS ini tidak menganggap interaktif aspek STS
diharapkan agar peserta didik memiliki diperlukan,juga tidak merenungkan aspek-
kemampuan memandang sesuatu secara aspek ini dalam instruksi. Semua
terintegratif dengan memperhatikan keempat memberikan kontribusi kurangnya minat
dari unsur SETS yaitu sains, lingkungan, peserta didik dalam fisika dan kimia dan
teknologi, dan masyarakat. Keunggulan penolakan mereka terhadap mereka sebagai
pembelajaran dengan menggunakan subyek. Hasil survey menegaskan bahwa
pendekatan SETS ini adalah selalu berurusan dengan ilmu interaksi STS dalam
menghubungkan proses belajar mengajar kelas ditetapkan sebagai sesuatu yang hidup,
dengan kejadian nyata yang dijumpai dalam lebih lengkap dan terintegrasi dalam
kehidupan sehari-hari (bersifat kontekstual) lingkungan peserta didik. Peserta didik
dan komprehensif (terintegrasi diantara kemudian mengembangkan pemahaman yang
keempat komponen SETS). Guru dapat lebih baik dan gambar yang lebih nyata dari
menghubungkan konsep-konsep sains yang ilmu-ilmu ini , yang memungkinkan mereka
diajarkan dengan permasalahan- untuk memahami lebih baik peran ilmuwan
permasalahan yang terjadi di lingkungan dan bagaimana mereka bekerja . Semua ini
masyarakat. Hal ini dapat membantu peserta dihasilkan sikap positif terhadap studi fisika
didik menerapkan hasil belajarnya dalam dan kimia dan meningkatkan minat peserta
kehidupan sehari-hari agar pembelajaran didik dalam studi mereka . Hasil penelitian
yang dilakukan di sekolah bermanfaat bagi ini membuat jelas bahwa adalah mungkin
masyarakat dengan tetap memperhatikan untuk mengubah pembelajaran fisika dan
dampaknya terhadap lingkungan. kimia dengan dimasukkannya kegiatan STS,
Menurut Nuray, et al (2010: 7) dijelaskan sehingga peserta didik dapat membangun
bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan pengetahuan ilmiah.Demikian juga, peserta
SETS berpengaruh positif terhadap hubungan didik mengintegrasikan aspek-aspek penting
antara peserta didik dengan dunia nyata, yang mempengaruhi kegiatan ilmiah dan
mendorong peserta didik untuk lebih aktif, berkontribusi untuk memperdalam dan
kreatif, dan berfikir kritis dalam memberikan mengkonsolidasikan pengetahuan mereka
solusi pada suatu pokok permasalahan di sendiri. Minat dan motivasi peserta didik
lingkungan sekitar. Peserta didik belajar lebih dapat dibangun dengan memasukkan
memahami suatu topik secara mendalam jika interaksi STS ke dalam pembelajaran Fisika
dibandingkan dengan peserta didik yang dan Kimia. Berdasarkan hasil penelitian ini,

56
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 54-60)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

maka dengan modul berbasis SETS penyempurnaan produk akhir (final product
diharapkan mampu meningkatkan minat revision), merupakan tahap perbaikan
peserta didik belajar Kimia dan akhirnya berdasarkan saran dan masukan pada uji coba
dapat meningkatkan prestasi belajarnya. skala luas.
Uraian di atas menunjukkan bahwa Penelitian ini dilakukan di tiga SMK
pendidik dan peserta didik sangat Kimia Industri di wilayah Klaten dan
membutuhkan bahan ajar, maka peneliti sekitarnya, yaitu SMK N 1 Trucuk Klaten,
merasa sangat penting mengembangkan SMK N 2 Sukoharjo, dan SMK Batur Jaya 2
Modul Pereaksi Kimia Berbasis SETS Pada Ceper Klaten. Tahap pengembangan dan
Mata Pelajaran Analisis Kimia Dasar Kelas validasi produk awal dilaksanakan di
X SMK Kimia Industri untuk menunjang Universitas Sebelas Maret Surakarta
keberhasilan dalam pembelajaran. Penelitian Subyek penelitian pada tahap analisis
sejenis juga sudah menunjukkan bahwa kebutuhan, dilakukan dengan melakukan
dengan memasukkan unsur SETS dalam wawancara dan pemberian angket kepada
pembelajaran Fisika dan Kimia mampu siswa dan guru di SMK N 1 Trucuk dan
menggugah minat siswa dalam mempelajari SMK N 2 Sukoharjo. Observasi dilakukan di
pelajaran tersebut. ketiga sekolah. Tahap validasi melibatkan
ahli materi, ahli media, ahli bahasa dan
Metode Penelitian praktisi pendidikan.
Desain penelitian ini merujuk pada Instrumen yang digunakan untuk
penelitian dan pengembangan dari Borg and penelitian terdiri dari Modul, RPP, instrumen
Gall yang disederhanakan menjadi 9 tahap kisi- kisi soal. Instrumen yang digunakan
yaitu: 1) penelitian dan pengumpulan untuk analisis kebutuhan adalah angket
informasi (research and information analisis kebutuhan siswa. Instrumen yang
collecting) meliputi kegiatan studi pustaka digunakan untuk uji coba Modul adalah
dan survei lapangan, 2) perancangan produk lembar penilaian terhadap Modul yang
(planning), meliputi pemilihan jenis media, dikembangkan. Tahapan validasi
analisis konsep dan isi, dan pemilihan desain menggunakan Validasi isi dari formula Aiken
produk, 3) pengembangan produk (develop (1985).
preliminary form of product), meliputi Instrumen tes pengetahuan diujicobakan
kegiatan menyusun draf awal modul dengan terlebih dahulu untuk mengetahui reliabilitas,
teknik Delphi dan tahap validasi 4) uji coba tingkat kesukaran dan daya beda dari soal tes
lapangan awal (preliminary filed testing), yang digunakan. Hasil penilaian kualitas
melibatkan 10 orang siswa kelas XI KI dari Modul yang dikembangkan dianalisis
SMK N 1 Trucuk dan SMK N 2 Sukoharjo berdasarkan pedoman penilaian modul dari
dan 2 orang guru produktif, 5) revisi produk Riduwan (2012). Hasil uji coba pelaksanaan
awal (preliminary field testing), merupakan lapangan yang meliputi prestasi belajar pada
tahap perbaikan berdasarkan saran/ masukan aspek kognitif, sikap dan pengetahuan
pada uji coba lapangan awal, 6) uji coba dihitung dengan menggunakan uji
pelaksanaan lapangan (main field testing), independent sample t-test, yang sebelumnya
tahap ini merupakan uji efektivitas modul telah diuji prasyarat normalitas dan
dalam KBM, melibatkan siswa kelas X KI di homogenitas.
SMK N 1 Trucuk dan SMK N 2 Sukoharjo,
masing- masing dua kelas, dan melibatkan Hasil Penelitian dan Pembahasan
empat orang guru, 7) penyempurnaan produk Pada kegiatan studi pustaka dilakukan
hasil uji coba lapangan (operational product pengkajian terhadap struktur kurikulum SMK
revision), dilakukan perdasarkan saran/ Kimia Industri dan silabus mata pelajaran
masukan pada uji coba lapangan 8) uji coba Analisis Kimia Dasar semester gasal. Hasil
pelaksanaan lapangan (operational field analisis menunjukkan bahwa materi dalam
testing), merupakan uji skala luas dengan mata pelajaran ini sangat luas, tetapi
menguji kelayakan modul di tiga sekolah waktunya singkat sehingga dirasakan berat
yaitu SMK N 1 Trucuk, SMK N 2 Sukoharjo, oleh siswa. Analisis juga dilakukan pada
dan SMK Batur Jaya 2 Ceper 9) hasil ulangan harian untu materi pokok

57
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 54-60)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

Pereaksi Kimia pada Tahun Pelajaran 2013/ Penyajian 86,25 SB 78,13 B


2014 yang menunjukkan > 40% siswa tidak Kegrafisan 85,63 SB 84,38 SB
Rata-Rata 86,72 SB 80,21 B
mencapai batas KKM.
Data analisis kebutuhan berupa Keterangan:
pemberian angket kepada siswa kelas XI KI SB = Sangat Baik
di SMK N 1 Trucuk dan SMK N 2 B = Baik
Sukoharjo, diperoleh hasil bahwa sebanyak Ps = Persentase Skor
100% siswa dan guru setuju jika Data hasil penilain siswa terhadap
dikembangkan bahan ajar. Hasil wawancara kualitas Modul yang dikembangkan
dengan siswa dan guru juga menyimpulkan diperoleh nilai rata-rata persentase skor
bahwa mereka sangat membutuhkan bahan sebesar 86,72 yang menunjukkan bahwa
ajar khusus Analisis Kimia Dasar. Modul yang dihasilkan memiliki kategori
Angket yang diberikan juga dapat sangat baik, sedangkan dari hasil penilaian
digunakan untuk memperoleh gambaran guru diperoleh nilai rata-rata sebesar 80,21
siswa dalam mempelajari mata pelajaran yang menunjukkan bahwa Modul yang
Analisis Kimia Dasar. Guru juga merasa dikembangkan memiliki kategori baik.
tidak puas hanya dengan memberikan catatan Produk dikatakan baik apabila perolehan
atau ringkasan materi, yang berakibat siswa persentase > 61% (Riduwan, 2012).
kurang menguasai materi dengan baik. Berdasarkan penilaian siswa dan guru
Tahap perencanaan meliputi kegiatan pada uji skala kecil diperoleh hasil bahwa
menyiapkan RPP untuk 4 x pertemuan, Modul Pereakasi Kimia Berbasis SETS layak
menyiapkan buku- buku referensi dan jurnal digunakan untuk uji coba skala menengah
penelitian terkait, merencanakan teknik setelah dilakukan perbaikan sesuai saran/
Delphi untuk mendapatkan pertimbangan masukan. Hasil uji coba skala menengah
dari ahli tentang produk yang akan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Coba Skala Menengah
dikembangkan, serta menyiapkan bahan ajar. Apek Siswa Guru
Pengembangan draft awal diawali dengan Ps Kategori Ps Kategori
teknik Delphi. Teknik Delphi, adalah (%) (%)
suatu cara untuk mendapatkan konsensus Kelayakan 81,58 SB 91,67 SB
Isi
diantara para pakar melalui pendekatan Bahasa 77,54 B 81,25 SB
intuitif (Yaya Jakaria, 2009: 4). Hasil Penyajian 77,81 B 85,94 SB
akhir teknik Delphi adalah draf awal modul Kegrafisan 79,53 B 90,63 SB
Rata-Rata 79,12 B 87,37 SB
yang telah disetujui bersama semua
responden untuk dilanjutkan pada tahap Data hasil penilaain siswa terhadap
validasi. Validasi draf awal modul dilakukan kualitas Modul yang dikembangkan diperoleh
dengan formula Aiken dan Instrumen nilai rata-rata persentase skor sebesar 79,12
dikatakan valid berdasarkan validasi Aiken yang menunjukkan bahwa Modul yang
(1985) apabila skor yang diperoleh minimal dihasilkan memiliki kategori baik, sedangkan
0,79 (jika jumlah rater sebanyak 8 orang). dari hasil penilaian guru diperoleh nilai rata-
Modul yang telah dikembangkan rata sebesar 87,37 yang menunjukkan bahwa
selanjutnya diujicobakan pada uji coba skala Modul yang dikembangkan memiliki kategori
kecil , yang dilakukan dengan cara sangat baik. Hasil perbaikan pada uji coba
memberikan lembar penilaian kelayakan menengah digunakan untuk uji coba skala luas
modul kepada 10 siswa kelas XI Kimia setelah dilakukan revisi sesuai saran..
Industri dan 2 orang guru. Hasil perhitungan Pada uji coba skala menengah juga
pada uji coba skala kecil dapat dilihat pada dilakukan uji efektivitas untuk melihat
Tabel 1. perbedaan hasil belajar antara kelas
Tabel 1. Hasil Uji Skala Kecil eksperimen (kelas yang menggunakan Modul
Apek Siswa Guru Pereaksi Kimia Berbasis SETS) dan kelas
Ps Kategori Ps Kategori baseline (menggunakan catatan dan ringkasan
(%) (%) materi dari guru) di masing-masing sekolah di
Kelayakan 85,00 SB 83,33 SB SMK N 1 Trucuk dan SMK N 2 Sukoharjo.
Isi
Bahasa 90,00 SB 75,00 B Kelas yang dipakai untuk uji efektivitas

58
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 54-60)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

sebelumnya telah diuji normalitas dan Tabel 6. Hasil Analisis Data Uji Efektivitas
homogenitas. Sekolah Kesimpulan
Pengetahuan Sikap Keterapilan
Data yang diperoleh pada uji efektivitas
meliputi data prestasi belajar aspek SMK N 1 Ada Beda Ada Tidak
pengetahuan, sikap dan keterampilan di SMK Trucuk Beda Beda
N 1 Trucuk terangkum dalam Tabel 4, SMK N 2 Ada Beda Tidak Tidak
sedangan di SMK N 2 Sukoharjo terangkum Sukoharjo Beda Beda
dalam Tabel 5.
Uji efektivitas dari kelas eksperimen dan
Tabel 4. Data penilaian Uji Efektivitas di SMK N 1 kelas baseline diukur dengan menggunaan
Trucuk Klaten. uji-t dengan menggunakan software PASW
Apek Kelas Eksperimen Kelas Baseline 18. Berdasarkan temuan di lapangan siswa
Mean SD Mean SD yang diberi Modul Pereaksi Kimia Berbasis
Pengetahuan 75,43 12,99 67,52 6,58 SETS lebih antusias dan termotivasi dalam
Sikap 84,89 6,00 78,11 4,44 KBM, sehingga mempunyai tingkat
Keterampilan 88,92 7,28 89,46 6,34 penguasaan materi yang lebih baik
dibandingkan kelas yang menggunakan KBM
dan ringkasaan materi dari guru.
Tabel 5. Data penilaian Uji Efektivitas di SMK N 2
Pada penilaian sikap dan keterampilan
Sukoharjo
Apek Kelas Kelas Baseline nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari
Eksperimen 0,05, maka H0 diterima yang artinya nilai
Mean SD Mean SD rata-rata kelas eksperimen dan kelas baseline
Pengetahuan 70,88 8,96 65,00 8,15 tidak terdapat perbedaan (sama). Kecuali
Sikap 84,63 7,19 84,06 4,78 pada penilaian sikap di SMK N 1 Trucuk
Keterampilan 84,31 8,45 83,11 8,63
nilai Asymp.Sig (2-tailed) < 0,05, maka H0
Berdasarkan hasil uji efektivitas ditolak yang artinya ada perbedaan nilai
diperoleh hasil bahwa prestasi belajar aspek sikap antara kelas eksperimen dan kelas
pengetahuan pada kelas eksperimen lebih baseline. Hal ini dapat dijelaskan bahwa
tinggi daripada kelas baseline. Nilai rata-rata aspek sikap dan keterampilan siswa tidak
prestasi belajar kelas eksperimen sebesar hanya dipengaruhi oleh media pembelajaran
75,43 (SMK N 1 Trucuk), 70,88 (SMK N 2 dalam hal ini modul, namun dipengaruhi oleh
Sukoharjo) dan nilai rata-rata prestasi belajar banyak faktor. Aspek keterampilan untuk
kelas baseline sebesar 67,53 (SMK N 1 siswa SMK sudah merupakan tuntutan yang
Trucuk), 65,00 (SMK N 2 Sukoharjo). Nilai harus dilakukan pada kegiatan belajar
rata-rata prestasi belajar aspek sikap kelas mengajar, sehingga dengan kehadiran Modul
eksperimen di SMK N 1 Trucuk lebih tinggi Berbasis SETS ini tidak banyak
daripada aspek sikap kelas baseline. Nilai mempengaruhi hasil penilaian keterampilan.
rata-rata prestasi belajar siswa pada aspek Setelah dilakukan uji skala menengah
keterampilan tidak ada perbedaan antara yang sekaligus merupakan uji efektivitas,
kelas eksperimen dengan kelas baseline di selanjutnya modul direvisi sesuai saran/
kedua sekolah. masukan kemudian modul digunakan untuk
Uji efektivitas dilakukan untuk melihat uji skala luas. Hasil uji coba skala luas dapat
perbedaan prestasi belajar kelas eksperimen dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Coba Skala Luas
dan kelas baseline. Pada uji efektivitas Apek Siswa Guru
diperoleh data prestasi belajar aspek Ps Kategori Ps Kategori
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Data (%) (%)
yang diperoleh selanjutnya diuji prasyarat Kelayakan 87,99 SB 94,44 SB
analisis yang meliputi uji normalitas dan Isi
Bahasa 84,12 SB 89,58 SB
homogenitas untuk menentukan statistik uji Penyajian 86,32 SB 90,63 SB
yang digunakan. Ringkasan hasil analisis uji Kegrafisan 88,46 SB 93,75 SB
pelaksanaan lapangan dapat dilihat pada Rata-Rata 86,72 SB 92,10 SB
Tabel 6. Data hasil penilaian siswa terhadap
kualitas Modul yang dikembangkan

59
JURNAL INKUIRI
ISSN: 2252-7893, Vol 4, No. 4, 2015 (hal 54-60)
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sains

diperoleh nilai rata-rata persentase skor sejenis dengan lebih mengeksplorasi


sebesar 86,72 yang menunjukkan bahwa unsur SETS .
Modul yang dihasilkan memiliki kategori
sangat baik, sedangkan dari hasil penilaian Daftar Pustaka
guru diperoleh nilai rata-rata sebesar 92,10 Aiken, L.R. 1985. Three Coefficients for
yang menunjukkan bahwa Modul yang Analyzing The Reliability and Validity of
dikembangkan memiliki kategori sangat baik. Ratings. Educational and Psychological
Berdasarkan penilaian siswa dan guru pada Measuremen, 45: 131- 142.
uji coba pelaksanaan lapangan diperoleh Bernadete, I. Del Rosario. 2009. Science,
Technology, Society and Environment
hasil bahwa Modul Pereaksi Kimia Berbasis
(STSE) Approach in Environmental
SETS layak digunakan untuk pembelajaran Science for Nonscience Students in a
dengan beberapa perbaikan. Local Culture. Liceo Journal of Higher
Education Research 6 (1). December 2009
Kesimpulan dan Rekomendasi ISSN: 1 15.
Kesimpulan Binadja, A. 2005. Pedoman Pengembangan
Kesimpulan yang diperoleh dalam Bahan Pembelajaran Bervisi dan
penelitian ini adalah sebagai berikut: Berpendekatan SETS. Semarang:
Laboratorium SETS UNNES.
1. Penelitian dan pengembangan Modul
Jakaria. Y. 2009. Uji Coba Model (Validasi).
Pereaksi Kimia Berbasis SETS pada Mata Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan dan
Pelajaran Analisis Kimia Dasar Kelas X Inovasi Pendidikan. Badan Penelitian
SMK Kimia Industri dilakukan sesuai Pengembangan Departemen Pendidikan
tahapan pengembangan Borg and Gall yang Nasional.
disederhanakan menjadi 9 tahap, sedangkan Solbes, J dan Vilches, A. 1999. STS Interactions
tahap 10 tidak dilakukan. and the Teaching of Physics and
2. Kualitas Modul Pereaksi Kimia Berbasis Chemistry. CEP Valencia, c/Juan de
SETS memiliki kelayakan sangat baik pada Garay 25, 46017 Valencia, Spain
komponen kelayakan isi, bahasa, penyajian Nuray, et al. 2010. The effects of science,
technology, society, environment (STSE)
dan kegrafisan dengan persentase sebesar
interactions on teaching chemistry
86,72% penilaian siswa dan 92,10% Hacettepe University, Chemistry
penilaian dari guru. Education, Ankara, Trkiye 2 (12):1417-
3. Hasil uji efektivitas pada aspek 1424
pengetahuan terdapat perbedaan antara Poedjiadi, A. 2010. Sains Teknologi Masyarakat
kelas eksperimen dan kelas baseline di Model Pembelajaran Kontekstual
SMK N 1 Trucuk dan SMK N 2 Sukoharjo, Bermuatan Nilai. Bandung: Rosda
sedangkan aspek sikap di SMK N 1 Trucuk Riduwan. 2012. Skala Pengukuran Variabel-
terdapat perbedaan antara kelas eksperimen variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Wulandari, E, Sarwanto, dan Nonoh. 2013.
dan kelas baseline, tetapi di SMK N 2
Pengembangan Modul Pembelajaran
Sukoharjo, tidak ada perbedaan. Untuk Fisika Berorientasi SETS Pada Materi
aspek keterampilan di kedua sekolah tidak Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan
ada perbedaan yang signifikan antara kelas Kemampuan Berfikir kritis Siswa SMAN I
Eksperimen dan kelas baseline. Ngimbang Lamongan Jawa Timur. Dalam
Prosiding SNPS 2013. Surakarta: UNS
Rekomendasi Yager, R.E. Comparison of Student Learning
Berdasarkan penelitian yang telah Outcomes in Middle School Science
Classes with an STS Approach and a
dilakukan maka direkomendasikan:
Typical Textbook Dominated Approach.
1. Modul Pereaksi Kimia Berbasis SETS RMLE Online. 31(7): 1 - 5
ini dapat digunakan untuk membantu
membelajarkan mata pelajaran Analisis
Kimia Dasar Kelas X di SMK Kimia
Industri baik di negeri maupun swasta.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan bagi peneliti lain yang
ingin mengembangkan bahan ajar

60

Anda mungkin juga menyukai