Puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat beserta salam akan tetap
terlimpahkan kepada suri tauladan umat manusia, tokoh paling berpengaruh di dunia, yakni
baginda Rasul: Muhammad Sallallahu Alaihi Wasalam. Tak lupa kepada keluarga, para
sahabat, dan semua tabiinny. Mudah-mudahan kita dicatat oleh Allah sebagai umatnya, Amin
ya rabbal. Alamin.
Sahabat Pildacil dan pendengar Radio Amanda yang diRahmati Allah SWT
nama saya [Alya Nabilah], siswa kelas 3 MIN Sp. Kelaping Pegasing, akan menyampaikan
uraian Membangun 4 kewajiban hidup.
Alhamdulillah, dalam kesempatan ini, kita dapat bertemu melalui media Radio Amanda di
bulan yang penuh rahmat dan magfiroh dari Allah SWT, yakni bulan ramadhan.
Sahabat Pildacil dan pendengar Radio Amanda yang diRahmati Allah SWT
Hidup adalah sebuah rutinitas. Terus berulang dari satu masa ke masa lainnya.
Detik-demi detik. Menit, jam, hari bulan, bahkan sampai tahun. Perputaran masa
itu menimbulkan rutinitas yang harus dijalani. Kadang ada rasa jenuh dalam diri.
Kadang mulai bosan dengan keadaan. Karena semua berjalan teratur dengan
ritme yang sama. Terus menerus tiada henti. Namun dalam rutinitas hidup yang
kita jalani,,,,,
kita mempunyai 4 kewajiban yang harus kita lakukan dengan baik....... agar kita
dapat mencapai KEBAHAGIAN DUNIA DAN KEBAHAGIAAN DIAKHERAT
sebagaimana keinginan kita semua.
Di antara hal yang kita harapkan dari amal ibadah yang telah kita lakukan adalah amalan-
amalan tersebut diterima di sisi Allah taala. Namun ternyata tidak semua orang yang
berharap amalannya diterima di sisi Allah, amalannya tersebut benar-benar diterima oleh
Allah azza wa jalla. Begitu banyak manusia yang amalannya tidak bernilai apa-apa di
hadapan Allah taala.
Apabila kita melihat manusia dalam beribadah kepada Allah, ternyata mereka terbagi menjadi
beberapa golongan, setiap golongan berharap bahwa dia-lah yang paling baik amalannya.
Namun harapan adalah harapan, tidak semua orang yang berharap dapat merasakan hasil
baiknya, kecuali apabila ia meniti jalan yang telah disyariatkan. Seorang penyair
bersenandung:
Engkau berharap keselamatan namun enggan meniti jalannya, ketahuilah bahtera itu
takkan berjalan di atas daratan
Bila kita cermati secara mendalam, manusia dalam beribadah kepada Allah terbagi menjadi
empat golongan. Dari keempat golongan tersebut, tidak ada yang selamat atau menjadi firqoh
naajiyah kecuali satu golongan saja. Untuk lebih jelasnya, berikut kami paparkan keempat
golongan tersebut:
Golongan Pertama: Golongan orang yang enggan beribadah kepada Allah, mereka
adalah golongan yang sombong (mustakbir).
Bagi yang enggan beribadah kepada Allah, mereka termasuk orang yang sombong, angkuh,
dan congkak, dan Allah telah menjelaskannya di dalam al-Qur`an. Yaitu firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, mereka akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. (QS. Ghafir: 60)
Sekiranya seseorang sombong di hadapan sesama manusia, maka dia tidak akan mencium
wanginya surga, lantas bagaimana bisa dia sombong dengan Tuhan Semesta Alam. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat dzarrah dari
kesombongan. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Bila demikian, lalu bagaimana dia sombong kepada Allah, sedangkan yang memberikan
kehidupan baignya adalah Allah semata??!! Bagaimana dia bisa congkak, padahal yang
mengguyurkan segala kenikmatan di setiap waktu adalah Allah azza wa jalla??!! Bagaimana
ia bisa angkuh, sementara yang menganugerahkan anggota badan yang lengkap lagi
sempurna, yang bisa ia pergunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah Allah taala??!!
Sungguh celaka orang yang diciptakan Allah, namun ia enggan atau sombong dari beribadah
kepada Allah. Sungguh tercela orang yang telah diizinkan melangkahkan kakinya di bumi
Allah, namun ia berjalan di atasnya dengan penuh kesombongan dan keangkuhan.
Orang seperti ini, dia masuk ke dalam golongan orang-orang yang enggan masuk surga,
sebagaimana hal tersebut dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam
sabdanya:
: .
:
Setiap umatku akan masuk surga kecuali orang yang enggan. Para sahabat bertanya: ya
Rasulullah, siapa orang yang enggan. Beliau menjawab: Siapa yang taat kepadaku dia
masuk surga, siapa yang durhaka kepadaku dia-lah orang yang enggan masuk surga. (HR.
al-Bukhari)
Golongan pertama ini dia begitu jauh dari tuntunan Allah taala dan petunjuk Nabi mulia
shallallahu alaihi wa sallam. Maka itu hendaklah kita menjauh dari sifat golongan yang
pertama ini dengan semaksimal mungkin.
Golongan kedua: Golongan orang yang beribadah kepada Allah, namun juga beribadah
kepada selain Allah, mereka adalah para pelaku kesyirikan (musyrik).
Sungguh celaka, orang yang beribadah kepada Allah subhanahu wa taala, namun ia juga
beribadah kepada selain Allah. Sungguh tercela orang yang beribadah kepada Allah, namun ia
menghiasi ibadahnya ia dengan kesyirikan kepada selain-Nya.
Ia melaksanakan salat karena Allah, namun kehidupannya masih begitu kental dengan dunia
perdukunan. Ia mengerjakan puasa karena Allah, namun masih melakukan persembahan
kepada keris, jimat, dan benda-benda buruk lainnya yang dimurkai Allah taala. Ia juga
berdoa kepada Allah, namun ia juga memohon dan berseru kepada makhluk selain Allah; ia
berseru kepada Rasulullah, malaikat, orang yang dianggap saleh, atau bahkan ada yang
terang-terangan memohon kepada keramat tertentu. Wa naudzu billah.
Padahal semua perbuatan tersebut merupakan kesyirikan, yang akan menyeret pelakunya ke
dalam neraka, ia kekal selama-lamanya di dalamnya. Perhatikanlah penyesalan orang-orang
yang berbuat kesyirikan pada hari kiamat, sebagaimana yang difirmankan Allah taala
berikut:
Demi Allah, kami dahulu benar-benar berada di dalam kesesatan yang nyata, tatkala kami
samakan kalian (berhala-berhala) dengan Rabb semesta alam. (QS. asy-Syuaro: 97-98)
Bagaimana seseorang begitu lancang berbuat kesyirikan, padahal Allah telah melarang hal
tersebut dalam firman-Nya:
Beribadahlah kalian kepada Allah semata dan janganlah menyekutukannya dengan sesuatu
apapun. (QS. an-Nisa: 36)
Bagaimana seseorang begitu ingkar terhadap Allah dengan kesyirikan, padahal yang
menciptakan dirinya adalah Allah taala semata. Suatu hari Ibnu Masud bertanya kepada
Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
:
Dosa apa yang paling besar? Beliau menjawab: Engkau menjadikan tandingan bagi
Allah, padahal Dia telah menciptakanmu. (HR. al-Bukhari)
Itulah dosa paling besar, engkau menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia-lah yang telah
menciptakanmu. Begitu banyak ancaman dari Allah taala bagi para pelaku kesyirikan, yang
kesemuanya berujung kepada siksa di neraka dan diharamkan atasnya surga. Allah berfirman:
Sesunguhnya barang siapa yang berbuat kesyirikan kepada Allah, maka sungguh Allah
akan mengharamkan atasnya surga, dan tempat tinggalnya adalah di neraka. (QS. al-
Maidah: 72)
Dari keterangan ini kita mengetahui, bahwa golongan yang kedua juga merupakan golongan
yang menyimpang dari jalan yang lurus.
Golongan ketiga: Yaitu golongan orang yang beribadah kepada Allah semata, namun
dengan tata cara yang tidak sesuai dengan syariat Rasulullah, maka dialah pelaku hal
baru dalam agama (mubtadi).
Golongan yang ketiga ini, meskipun mereka mengalamatkan ibadahnya kepada Allah semata,
ikhlas lillahi taala dalam beribadah kepada-Nya, namun mereka tidak bijak lantaran
beribadah tidak sesuai dengan Syariat yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Padahal beliau telah bersabda:
Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan tidak sesuai dengan perintah kami maka
amalan tersebut tertolak. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadis yang mulia ini menerangkan bahwa orang yang beribadah namun tidak sesuai dengan
Syariat yang dibawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka ibadahnya akan tertolak.
Orang yang mengamalkan suatu amalan yang tidak pernah dijelaskan Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam maka amalannya akan sia-sia. Meskipun ia meyakini bahwa amalan
tersebut adalah baik, walaupun ia begitu semangat dalam mengerjakannya, selama tidak
pernah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka amalannya akan
tertolak. Lelah dan letihnya dalam beribadah tidak bernilai apa-apa di sisi Allah Yang Maha
Kuasa.
Dengan demikian kita mengetahui, alangkah bahayanya orang yang beramal tidak sesuai
dengan Syariat Rasulullah, amalannya akan sia-sia dan tidak akan diterima di sisi Allah Yang
Maha Kuasa. Lebih dari itu, orang yang melakukan amalan yang tidak pernah dicontohkan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam akan terhalangi dari bertaubat kepada Allah. Sebab
dia meyakini bahwa amalannya adalah benar, perbuatannya adalah Sunah, jika demikian
maka bagaimana mungkin ia akan bertaubat kepada Allah? Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda:
Sesungguhnya Allah menutup taubat bagi setiap pelaku amalan yang tidak dicontohkan
oleh beliau. (Hadis shahih. ash-Shahihah no. 1620)
Bukan sekedar balasan di dunia yang akan ia terima, namun di akhirat kelak ia akan
terhalangi dari telaga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang airnya lebih putih dari
susu, lebih manis dari madu, dan siapa yang meminum satu teguk saja, niscaya dia tidak akan
dahaga selama-lamanya, sebagaimana hal tersebut dijelaskan pada Hadis al-Bukhari dan
Muslim.
Maka itu, hendaklah kita memperhatikan kembali tata cara salat kita, puasa, zikir, doa, dan
ibadah-ibadah kita yang lainnya. Marilah kita meneliti dan mempelajari kembali hadis
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam agar ibadah kita menjadi benar, dan kita tidak
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang membuat-buat amalan yang tidak pernah
dicontohkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Dari keterangan singkat ini dapat kita ketahui bahwa golongan ketiga golongan tersebut jauh
dari tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan mereka adalah golongan
menyimpang dari jalan yang lurus.
Adapun golongan yang benar, yang sesuai dengan jalan Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wa sallam adalah golongan yang keempat, mereka adalah: Golongan orang
yang beribadah kepada Allah semata dengan tata cara yang sesuai dengan Syariat-Nya,
merekalah kaum mukmin yang mengesakan Allah (muwahhid).
Golongan terakhir inilah yang selamat dalam beribadah kepada Allah taala dan amalannya
berbuah pahala di sisi-Nya. Dikatakan selamat, sebab mereka mendasari ibadah mereka
dengan dua hal penting begitu penting, yaitu: Ikhlas karena Allah, dan: Mutabaah atau
mengikuti petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Kedua hal inilah yang dijelaskan
Allah taala di akhir surat al-Kahfi. Firman-Nya:
Barang siapa yang berharap berjumpa dengan Rabb-nya, hendaklah ia beramal saleh dan
tidak berbuat kesyirikan terhadap Rabb-nya. (QS. al-Kahfi: 110)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat di atas: Hendaklah beramal
saleh yaitu yang sesuai dengan Syariat Allah, dan tidak berbuat kesyirikan terhadap
Rabb-nya, yaitu amalan yang diinginkan wajah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan
inilah dua rukun diterimanya amalan; harus murni untuk Allah, dan benar sesuai dengan
Syariat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. (Tafsir Ibn Katsir)
Setelah kita mengetahui bahwa golongan manusia yang selamat dan sesuai dengan jalan yang
lurus adalah yang senantiasa ikhlas dalam beribadah kepada Allah dan selalu meniti jalan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka perlu kita ketahui, bahwa yang menjadi tugas
agung kita semua adalah berusaha mengilmui, mempelajari, dan membuka kembali
lembaran-lembaran ilmu yang telah ditulis oleh para ulama. Sebab, muslim yang baik adalah
yang mendasari ucapan dan perbuatannya dengan ilmu, sehingga tidaklah ia berkata atau
berbuat melainkan dengan dasar ilmu yang bersumber dari al-Qur`an dan as-Sunnah, yakni
hadis-hadis Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Namun, yang menjadi pertanyaan bagi kita semua adalah, sudahkan kita mempelajari al-
Qur`an dan as-Sunnah yang merupakan sumber hukum Islam?? Sudahkah kita menyisihkan
waktu sehari-hari untuk menggapai kampung akhirat, ataukah kita sibuk dengan perhiasan
dunia yang menipu lagi semu?? Sudahkah kita meniti jejak Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam dan para sahabatnya yang mulia, yang mana jalan hidup mereka penuh dengan ilmu
dan amal?? Ataukah kita malah cenderung kepada budaya kaum tercela yang menghalalkan
segala cara, yang tidak peduli terhadap perkara agama?? Sudahkah kita mempersiapkan bekal
menuju tempat yang penuh dengan kenikmatan dan kekal abadi dengan beramal saleh?
Hendaklah kita benar-benar memperhatikan beberapa pertanyaan tersebut, agar Allah begitu
perhatian dengan kita. Hendaklah kita menghiasi hari-hari kita dengan ilmu dan amal, agar
Allah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua.
Setiap manusia yang ada di dunia ini pasti dan akan sangat membutukan sosialisasi sesama
manusia. Karena manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, seperti yang dituliskan pada Al-
Quran Surat Al-Hujurat ayat 13:
Artinya; Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujurat:13)
Bergaul adalah salah satu cara yang dilakukan manusia untuk bersosialisasi dengan
sesama manusia dan bergaul sudah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap manusia. Karena
pada hakikatnya manusia tidak dapat hidup sendiri, walaupun manusia itu sendiri diciptakan
berbeda-beda. Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul
atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar,
sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena
bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang
besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali
karena ketakwaannya kepada Allah.
Berikut ini merupakan 3 kunci utama / prinsip dalam bergaul dengan sesama manusia,
terutama bagi sesama muslim, yaitu:
Taaruf atau saling mengenal merupakan kunci yang paling utama dalam bergaul. Dengan
taaruf kita dapat mengenal sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas
pada diri seseorang.
2. Tafahum (saling memahami)
Tafahum atau saling mengenal merupakan kunci kedua yang harus diperhatikan. Karena
dengan mengenal secara lebih dalam seseorang, maka kita akan mengetahui segal hal apa
saja yang disukai atau yang tidak disukai. Dan hal tersebut dapat membantu kita untuk
mengetahui bagaiman kita harus bersikap. Selain itu, dapat membantu kita untuk
membedakan mana teman yang baik dan mana teman yang kurang baik.
3. Taawun (saling menolong)
Taawun atau rasa saling menolong merupakan hal yang akan menumbuhkan rasa cinta antar
sesama teman. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong
dalam kebaikan dan takwa.
Dari ketiga kunci utama / prinsip dalam bergaul di atas dapat dijabarkan sebagai berikut;
2. Murah senyum dan sebarkan salam terhadap siapapun tidak terbatas pada orang
yang kita kenal saja.
3. Lahirkan simpati dan empati misalnya turut berdukacita dengan musibah yang
menimpakawan kita dan ikut merasakan kesedihan mereka..
5. Berusaha untuk selalu ingat nama semua kawan kita, dengan begitu mereka sudah
merasa dihargai.
6. Bersikap baik bila berbicara dan berhadapan dengan semua kawan kita dan semua
orang.
7. Minta maaf apabila kita berbuat salah kepada mereka dan juga bersedia
memaafkan mereka dengan lapang dada apabila mereka melakukan kesalahan kepada
kita..
8. Selalu tepati janji dan jangan melakukan kebohongan, dengan begitu mereka akan
selalu mempercayai kita.
9. Jangan lupa untuk mendoakan semua kawan kita agar senantiasa diberikan rahmat,
hidayah dan dalam lindungan Allah.
Bercanda / gurauan memang hal yang dibutuhkan dalam pergaulan untuk mengakrabkan
dirisatu sama lain. Dalam bercanda harus lihat situasi seseorang saat kita ingin bercanda. Jika
orang tersebut sedang mengalami kesulitan, sepantasnya kita menghiburnya agar tersenyum
dan tertawa.
13. Jangan berkata kasar dan mengejek orang lain sekalipun bergurau.
14. Jangan memperlihatkan wajah cemberut dan masam kepada orang lain.
Islam juga mengatur adab pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Berikut ini akan
dijelaskan bagaimana cara bergaul antara laki-laki dengan perempuan / bergaul dengan lawan
jenis sebagaimana yang telah diatur dalam Islam tersebut, yaitu:
Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan
mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, (HR .Ahmad, sanad hadits ini shahih)
2. Menundukkan pandangan
.. - -
Jagalah aurat kita dari pandangan laki-laki yang bukan mahramnya. Maksudnya mahram di
sini adalah laki-laki yang haram untuk menikahi kita. Yang tidak termasuk mahram seperti
teman sekolah, teman bermain, teman pena bahkan teman dekat pun kalau dia bukan mahram
kita, maka kita wajib menutup aurat kita dengan sempurna. Maksud sempurna di sini yaitu
kita menggunakan jilbab yang menjulur ke seluruh tubuh kita dan menutupi dada. Kain yang
dimaksud pun adalah kain yang disyariatkan, misal kainnya tidak boleh tipis, tidak bolejh
sempit, dan tidak membentuk lekuk tubuh kita. Adapun yang bukan termasuk aurat dari
seorang wanita adalah kedua telapak tangan dan muka atau wajah. Sabda Nabi;
Wanita itu adalah aurat. Jika dia keluar maka setan akan memperindahnya di mata laki-
laki. (HR. Tirmidzi, shahih)
Ikhtilat itu adalah campur baurnya seorang wanita dengan laki-laki di satu tempat tanpa ada
hijab. Di mana ketika tidak ada hijab atau kain pembatas masing-masing wanita atau lelaki
tersebut bisa melihat lawan jenis dengan sangat mudah dan sesuka hatinya. Tentu kita sebagai
wanita muslimah tidak mau dijadikan obyek pandangan oleh banyak laki-laki bukan? Oleh
karena itu kita harus menundukkan pandangan,demikian pun yang laki-laki mempunyai
kewajiban yang sama untuk menundukkan pandangannya terhadap wanita yang bukan
mahramnya, karena ini adalah perintah Allah dalam Al Quran dan akan menjadi berdosa
bila kita tidak mentaatinya.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang
keji. Dan suatu jalan yang buruk.(QS. Al Isro : 32)
Sabda Nabi;
.
Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan
adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki
adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan.
Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian. (HR.
Muslim)
Menjaga kemaluan juga bukan hal yang mudah,karena dewasa ini banyak sekali remaja yang
terjebak ke dalam pergaulan bebas. Sebagai muslim kita wajib tahu bagaimana caranya
menjaga kemaluan. Caranya antara lain dengan tidak melihat gambar-gambar yang tidak
senonoh atau membangkitkan nafsu syahwat, tidak terlalu sering membaca atau menonton
kisah-kisah percintaan, tidak terlalu sering berbicara atau berkomunikasi dengan lawan jenis,
baik bicara langsung (tatap muka) ataupun melalui telepon, SMS, chatting dan media
komunikasi lainnya. Sudah selayaknya sebagai seorang muslim-muslimah baik remaja atau
dewasa, kitamempunyai niat yang sungguh-sungguh untuk mematuhi adab-adab bergaul
dengan lawan jenis tersebut.
A. Etika Islam dalam Berkarya dan Tujuannya
Kata karya berasal dari bahasa sansekerta, yang persamaan katanya adalah
kerja, usaha dan ikhtiar.
Suruhan berkarya atau bekerja, tercantum dalam Al-Quran dan Hadis
Rasulullah SAW.
Allah berfirman:
Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi. (Q.S. Al-Qasas, 28: 77)
Yang dimaksud dengan menghargai karya orang lain adalah sikap mengakui
dan menghormati karya orang lain sebagai hasil kreatifitasnya dengan cara
memberikan apresiasi yang positif berupa kata-kata yang menyenangkan, pujian,
dan memberikan semangat.
Menurut fitrahnya, setiap manusia akan merasa senang apabila hasil karyanya
dihargai oranglain.
Menghargai karya orang lain termasuk perilaku terpuji yang harus dilakukan,
sedangkan sebaliknya menghina dan mencela merupakan perilaku buruk yang
harus di jauhi.
Adapun Maksud atau tujuan menghargai karya orang lain yang bermanfaat
antara lain:
Agama islam telah mengajarkan kepada umatnya agar hidup dengan rajin
bekerja dan selalu memiliki jiwa semangat bekerja keras. Tidak dibenarkan bahwa
umat islam itu hidupnya malas.
Allah SWT. berfirman:
Dan katakanlah,bekerjalah kamu, maka allah akan melihat pekerjaanmu, begitu
juga rasulnta dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan. (Q.S At-Taubah/9:105)
Setiap orang islam seharusnya mampu berkarya dalam hidup sehari-hari,
karena setiap orang islam mempunyai tujuan yang mulia yang ingin dicapai, yaitu
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Semua manusia di dunia ini diciptakan oleh ALLAH dengan diberi akal dan
dengan akal itu manusia dapat berpikir secara rasional. Dengan akal pula manusia
dapat belajar sehingga memperoleh ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.
Kemudian dengan ilmu pengetahuan itulah manusia dapat mengadakan perubahan-
perubahan social dan mencapai kemajuan dalam hidupnya.
Nabi Muhammad SAW. memuji kepada orang yang bekerja mencari kayu,
beliau bersabda yang artinya:
sesungguhnya apabila salah seorang di antara kamu mengambil tali kemudian
mencari kayu bakar dan kayu itu diletakkan di atas punggungnya, hal itu adalah
lebih baik daripada ia mendatangi seorang yang kaya raya untuk meminta sesuatu
kepadanya, yang adakalanya ia diberi, dan adakalanya ia tidak diberi. (HR. Bukhari
dan Muslim)
Kita perlu menyadari bahwa keberhasilan seseorang dalam berkarya itu harus
dihargai, karena hasil karya seseorang itu merupakan cerminan dari pribadinya yang
patut dihargai sebagai manusia yang mempunyai jiwa semangat, kerja keras, ulet
dan tekun, tidak kenal putus asa, disiplin, rajin dan optimis akan berhasil.
Seseorang yang merasa karyanya dihargai, maka akan semakin termotivasi
untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi. Tetapi sebaliknya, seseorang yang
merasa karyanya tidak dihargai, kemungkinan ia bisa putus asa untuk berkarya lagi.
Ia akan merasa tidak percaya diri untuk berkarya, apalagi jika karya yang tidak
dihargai itu adalah karya perdananya. Respon posotif atau negatif dari orang lain
terhadap hasil karyanya akan memberikan dampak yang besar bagi diri dan
kreatifitasnya.
Karena itu, perlu kiranya kita merenungi firman Allah swt. berikut ini:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki memperolok-
olok kumpulan yang lain, boleh jadi yang diperolok-olok itu lebih baik dari mereka
(yang memperolok-olok). Dan jangan pula sekumpulan perempuan memperolok-
olok kumpulan lainnya, boleh jadi yang diperolok-olok itu lebih baik dari mereka
(yang memperolok-olok).. (QS Al Hujurat: 11)
Yang dimaksud dengan larangan mengejek atau memperolok-olok orang lain
pada ayat di atas, termasuk juga larangan mengejek hasil karya dari orang lain. Hal
ini berarti secara tidak langsung, kita diperintahkan untuk menghargai karya orang
lain selama karya tersebut positif.
Beberapa sikap dan perilaku yang mencerminkan menghargai karya orang lain
adalah sebagai berikut:
1. Mengakui dan menghormati kemampuan dan kreatifitas orang lain dalam berkarya.
Setiap orang memiliki kemampuan masing-masing sesuai bidangnya. Dengan
kemampuannya itulah, kemudian ia berkreatifitas untuk menghasilkan sebuah karya
yang bermanfaat. Maka kita perlu mengakui dan menghormati kemampuan orang
lain dalam menghasilkan karya di bidangnya, yang mungkin tidak kita miliki dalam
bidang tersebut.
2. Mengucapkan kata-kata yang menyenangkan berupa pujian atau memotivasi
terhadap karya yang dihasilkan oleh teman atau orang lain.
Kekuatan kata-kata sangat besar pengaruhnya terhadap sikap mental dan psikis
seseorang. Kata-kata yang memberi semangat, pujian, atau memotivasi akan
meresap dalam alam bawah sadar seseorang dan memberikan kekuatan untuk
berkarya lebih baik lagi. Karena itu, bila kita melihat karya teman kita, maka
ucapkanlah kata-kata yang menyenangkan hatinya, apalagi jika faktanya memang
karya tersebut bagus.
3. Tidak mencaci atau mengejek bila ada karya teman atau orang lain yang menurut
kita kurang bagus dan biasa saja.
Kurang bagus menurut kita belum tentu menurut orang lain. Setiap manusia memiliki
pandangan masing-masing dalam menilai sebuah hasil karya. Boleh jadi kita menilai
karya tersebut kurang bagus atau biasa saja karena tidak tertarik dengan bidang itu,
sehingga mempengaruhi penilaian kita. Karena itu, sikap terbaik adalah jangan
pernah menghina hasil karya seseorang. Selain hal tersebut tidak bermanfaat, dapat
melukai perasaan orang lain, dan mematikan kreatifis seseorang, juga bertentangan
dengan ajaran Islam.
4. Tidak merusak karya orang lain meskipun kita tidak menyukainya dan merasa
kurang bermanfaat bagi kita.
Jika mengejek karya orang saja tidak boleh, apalagi jika sampai merusaknya.
Kurang bermanfaat bagi kita belum tentu bagi orang lain. Contohnya, Pak Hasan
adalah seorang pengrajin kompor minyak tanah. Dengan ketekunannya, ia bisa
menghasilkan tiga buah kompor minyak tanah dalam sehari. Ini juga merupakan
sebuah hasil karya.
Bagi orang yang tinggal di kota-kota besar yang terbiasa memakai kompor gas atau
listrik, mungkin karya Pak Hasan tidak bermanfaat bagi mereka. Tetapi bagi orang-
orang di pedesaan, justru karya Pak Hasan sangat bermanfaat bagi mereka.
Jadi, kita sangat dilarang merusak hasil karya orang lain dalam bentuk apapun dan
dengan cara apapun.
5. Menjauhkan sikap iri hati terhadap karya yang dihasilkan orang lain.
Tidak ada kebaikan sedikitpun pada sikap iri hati. Bila ada teman atau orang lain
yang berhasil menghasilkan karya yang bagus dan mendapat pengharagaan, maka
sikap kita mestinya menghargai karya tersebut dan termotivasi untuk menghasilkan
karya yang sama baiknya atau bahkan lebih baik lagi.
Itulah kelima perilaku yang mencerminkan sikap menghargai karya orang lain.
Menghormati dan menghargai karya orang lain menunjukkan jati diri kita sebagai
orang yang beragama (Islam) dan berakhlak. Menghargai karya orang lain adalah
sikap terpuji yang perlu diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari lewat
pembiasaan-pembiasaan.
Hal ini bisa dimulai dari diri sendiri dan di lingkungan keluarga. Kemudian
berlanjut ke sekolah dan masyarakat. Inti atau kunci agar bisa bersikap menghargai
karya orang lain adalah adanya kesadaran dalam diri bahwa setiap manusia
dikaruniai kelebihan di bidangnya masing-masing yang membedakannya dengan
orang lain. Tidak ada manusia yang mampu menguasai dan mahir semua bidang
pengetahuan, keahlian, atau keterampilan. Kita mungkin mahir di bidang tertentu,
tapi tidak menguasai bidang lainnya.
Jadi, menghargai karya orang lain sejatinya merupakan suatu keniscayaan dari diri
manusia yang terbatas kemampuannya, yang tidak mungkin menguasai seluruh
bidang pengetahuan, keahlian, dan keterampilan.
Kepada rekan-rekan sesama muslim, sering kita beranggapan bahwa jika kita sudah
menunaikan shalat lima waktu, kita sudah merasa cukup, dan merasa kita sudah tidak ada
kewajiban lainnya, apakah anggapan tersebut dihadapan ALLAH SWT sudah benar?, marilah
kita bahas apa itu menuntut ilmu dalam Islam dan khususnya dalam pandangan ALLAH
SWT.
1. Sebagai seorang Muslim tentunya kita tidak asing hadits dari Rasullulah SAW yang
berbunyi :
2. Dasar hukum menuntut ilmu yang kedua adalah dalam Surat Al-Ashr, yang berbunyi sbb :
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati Supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran". Ingatlah
ALLAH SWT telah bersumpah dalam surat ini dengan masa / waktu yang didalamnya terjadi
peristiwa yang baik dan yang buruk, bersumpah bahwa setiap manusia didunia ini, baik itu
orang Islam atau di luar Islam pasti akan mengalami kerugian, kecuali yang memiliki 4
(empat hal) yaitu
Melihat empat hal diatas, jika kita sebagai seorang Muslim mau beruntung dan terlepas dari
kerugian, maka mau tidak mau, suka atau tidak suka kita harus :
Jadi jika seseorang yang mempunyai akal dan pikiran yang cerdas dan sensitive, mendengar
atau membaca surat Al-Ashr` ini, pasti akan berusaha untuk menyelamatkan diri dari
kerugian, dengan berusaha memiliki dan melaksanakan ke empat tahapan yang diperintahkan
dalam Surat Al-Ashr`.
Tunggu apa lagi, selagi kita masih diberi kesempatan hidup, segeralah dan jangan ditunda-
tunda lagi, untuk menuntut ilmu agar jika kita mati, tidak dalam golongan orang yang
mengalami kerugian. Alangkah sayangnya jika kematian telah mendatangi kita, kita masih
belum menjalankan satu pun tahapan dalam surat Al-Ashr, apakah kita mau jika kelak di alam
kubur / barzah keadaannya gelap gulita, padahal disanalah kita menunggu entah berapa juta
tahun lagi, hari kebangkitan seperti yang dijanjikan ALLAH, Marilah sebelum malaikat maut
benar-benar menghampiri kita, laksanakanlah dulu perintah ALLAH yang pertama dalam
Surat Al-Ashr`, yaitu belajar untuk menuntut ilmu agama Islam yang benar, benar artinya
sesuai dengan Al-qur`an dan Sunnah atau Hadits shahih dari Rasullulah SAW, karena seperti
kata pepatah, kesempatan baik itu jarang sekali yang datang dua kali, dan semoga kelak jika
kita mati, akan termasuk dalam golongan orang-orang Muslim yang beruntung,
Ammiiin.
Menjalin hubungan baik kepada Allah Swt bagi manusia merupakan sesuatu
yang sangat mendasar. Manusia telah dicipta oleh Allah Swt, bagaimana mungkin ia
tidak mau menyembah dan mengabdi kepada sang pencipta, bukankah hal itu
menunjukkan bahwa ia tidak pandai bersyukur kepada Allah Swt?. Oleh karena itu,
di dalam ayat di atas, manusia harus menyembah Allah Swt dan menunjukkan
pengabdian kepada-Nya dengan semurni-murninya sehingga ia tidak boleh
mensekutukan Allah dengan apapun dan siapapun juga, inilah yang disebut dengan
syirik.
Sebagai muslim, kita tidak dibenarkan melakukan syirik, baik syirik yang
besar maupun syirik yang kecil. Namun Rasulullah Saw ternyata tidak begitu
khawatir akan kemungkinan kita melakukan syirik yang besar yakni menuhankan
atau menyembah selain Allah Swt, karena rasanya hal itu tidak mungkin orang yang
mengaku muslim tapi menuhankan selain Allah Swt. Yang sangat dikhawatirkan oleh
Nabi Muhammad Saw justeru adalah apabila kita melakukan syirik yang kecil,
karena hal ini membuat nilai amalnya menjadi terhapus. Dalam satu hadits,
Rasulullah Saw bersabda:
Sesungguhnya yang aku sangat khawatirkan atas kamu adalah apabila kamu
melakukan syirik yang kecil. Sahabat bertanya: Apakah syirik yang kecil itu ya
Rasulullah?. Beliau menjawab: Riya (HR ).
HUBUNGAN DENGAN SESAMA MANUSIA.
Manusia antara yang satu dengan lainnya saling membutuhkan, karena itu
seharusnya sesama manusia bisa menjalin hubungan yang sebaik-baiknya. Di
dalam ayat di atas, disebutkan contoh-contoh kepada siapa saja manusia harus
menjalin hubungan yang sebaik-baiknya, yakni kepada delapan kelompok orang.
Pertama, Berlaku baik kepada kedua orang tua. Setiap orang tua, pasti ingin agar
anaknya dapat berlaku baik kepadanya. Orang tua disamping telah melahirkan dan
membesarkan juga mendidik dengan pengorbanan harta dan jiwa sehingga seorang
anak tumbuh dan besar dengan baik. Karena itu, setiap anak harus mampu
menunjukkan kebaikan dengan sebaik-baiknya kebaikan kepada orang tuanya, ini
karena sebaik apapun perbuatannya kepada orang tua, tetap saja hal itu tidak akan
mampu membalas jasa dan kebaikan orang tua.
Kedua, Berlaku baik kepada kerabat. Kerabat, keluarga atau famili, baik
hubungannya dari pihak suami atau isteri, dari bapak atau ibu merupakan orang
yang sangat kita butuhkan dalam kehidupan ini. Karena itu hubungan kekerabatan
yang sering disebut dengan silaturrahim harus disambung dan dikuatkan. Karenanya
sangat tidak dibenarkan di dalam Islam bila seorang muslim memutuskan hubungan
silaturrahim, bahkan hal itu bisa menyebabkan seseorang terhalang untuk masuk ke
dalam surga. Hal ini menjadi sangat penting karena bagaimana mungkin seseorang
bisa berlaku baik kepada orang lain bila dengan keluarganya saja ia tidak berlaku
baik.
Ketiga, Berlaku baik kepada anak yatim. Setiap anak pasti membutuhkan perhatian,
pendidikan dan nafkah dari orang tuanya. Namun bila orang tuanya telah wafat yang
menyebabkan si anak menjadi yatim, maka kaum muslimin dituntut menggantikan
apa yang harus dilakukan orang tua terhadap anaknya. Oleh karena itu, Rasulullah
Saw memberikan perhatian yang begitu besar kepada anak yatim sehingga ada
anak yang tidak yatim, tapi ingin menjadi yatim karena iapun ingin mendapatkan
perlakuan yang begitu baik dari Nabi sebagaimana yang didapat oleh temannya
yang yatim. Penghargaaan Rasulullah Saw kepada orang yang mengurus anak
yatim juga sangat besar, yakni mendapatkan tempat yang dekat dengan beliau di
dalam surga sebagaimana dekatnya jari telunjuk dengan jari tengah. Rasulullah Saw
juga menyatakan bahwa rumah yang terbaik adalah yang di dalamnya ada anak
yatim yang diasuh dan diurus dengan baik, sedangkan rumah yang buruk adalah
rumah yang didalamnya ada anak yatim tapi tidak diurus anak itu dengan baik.
Keempat, Berlaku baik kepada orang miskin. Menjadi miskin merupakan keadaan
yang tidak disukai oleh manusia. Karena itu, kemiskinan harus diatasi meskipun
pada masyarakat kita semakin banyak orang yang menjadi miskin. Kemiskinan satu
orang belum bisa diatasi, tapi sudah muncul orang miskin yang baru. Oleh karena
itu, seorang muslim harus berlaku baik kepada orang miskin, apalagi bila sampai
bisa membantu mengatasi kemiskinan yang dialaminya. Banyaknya orang miskin
merupakan ladang amal shaleh bagi kita bila kita bisa berlaku baik dengan sebaik-
baiknya.
Kelima, Berlaku baik kepada tetangga. Keberadaan tetangga sangat kita butuhkan
dalam hidup ini. Karena itu, setiap manusia apalagi sebagai muslim harus berlaku
sebaik mungkin kepada tetangga. Raasulullah Saw bercerita bahwa beliau sering
didatangi malaikat Jibril, tiap kali dating Jibril seringkali berwasiat kepada Nabi agar
berlaku baik kepada tetangga hingga Nabi merasa seolah-olah antar tetangga bias
saling mewarisi. Itu berarti, antar tatangga seharusnya bias diperlakukan seperti
keluarga sendiri. Karenanya berlaku baik kepada tetangga menjadi salah satu bukti
keimanan yang sejati.
Keenam, Berlaku baik kepada teman sejawat. Teman atau sahabat merupakan
salah satu yang sangat kita perlukan dalam kehidupan ini. Seenak-enak dan sekuat-
kuatnya manusia dalam hidup ini, ia tidak akan bisa hidup sendirian, ia
membutuhkan teman yang sejati, karena itu dalam persahabatan dengan orang lain,
seorang muslim harus bersahabat dengan persahabatan yang sebaik-baiknya,
persahabatan yang bisa berbagi dan merasakan penderitaan maupun kebahagiaan.
Ketujuh, Berlaku baik kepada Musafir. Orang yang dalam perjalanan untuk suatu
urusan yang baik disebut dengan ibnu sabil. Ketika melakukan safar (perjalanan)
bisa jadi seseorang merasakan kesulitan meskipun tidak selalu berupa kesulitan
ekonomi, misalnya tersesat jalan yang perlu kita membantu menjelaskan rute
perjalanan yang harus ditempuhnya, bukan malah sengaja menyesatkannya.
Kedelapan, Berlaku baik kepada Hamba sahaya. Hamba sahaya atau budak
seharusnya diperlakukan dengan baik, karena ia banyak membantu majikannya.
Dalam kehidupan sekarang, kita menyebutnya dengan permbantu rumah tangga
meskipun ia berbeda kedudukannya dengan hamba sahaya. Oleh karena itu, sangat
tercela bila seseorang tidak bias berlaku baik kepada pembantu rumah tangganya
yang dalam kehidupannya sehari-hari bersama keluarga sangat besar manfaatnya.
JANGAN SOMBONG.
Dalam rangkaian penyebutan kepada siapa saja manusia harus berbuat baik,
selanjutnya Allah Swt menutup ayat di atas dengan kalimat: Sesungguhnya Allah
tidak suka kepada orang yang sombong dan membanggakan diri. Kesan yang bias
kita tangkap dari kalimat ini adalah manusia jangan sombong kepada orang tuanya,
meskipun ia lebih pintar dan kaya, ia juga tidak boleh sombong dengan kerabatnya,
meskipun mereka orang yang lemah, miskin dan bodoh, jangan smbong kepada
anak yatim karena anak saat dimana anak kita juga menjadi yatim. Jangan sombong
kepada orang miskin karena ada saat dimana kitapun bisa menjadi miskin secara
tiba-tiba. Jangan sombong kepada tetangga karena merekalah orang yang pertama
memberikan pertolongan atau kita mintalak pertolongan saat kita kesulitan. Jangan
sombong kepada teman karena kita sangat membutuhkannya. Jangan sombong
kepada musafir karena ada saat dimana kitapun menjadi musafir dan jangan
sombong kepada pembantu rumah tangga karena mereka besar bantuannya
kepada kita meskipun tidak besar upah yang kita berikan.
Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa manusia antar satu dengan lainnya
saling membutuhkan, karenanya harus dijalin hubungan yang baik dengan
sesamanya, tapi semua itu harus dilandasi pada hubungan yang baik kepada Allah
Swt. Sehingga setiap kita harus menjalin hubungan baik kepada Allah lalu dibuktikan
dengan menjalin hubungan baik dengan sesame manusia, sedangkan hubungan
yang baik dengan sama manusia harus didasari atas hubungan baik epada Allah
Swt. Bila ini bisa kita wujudkan, maka kebahagiaan dan kedamaian hidup manusia
bisa diperoleh.
Ilmu dalam hal ini merupakan sebuah jalan nyata untuk mewujudkan kehidupan dunia yang
sejahtera. Dengan modal pengetahuan tentang potensi benda-benda yang ada di dunia,
manusia bisa memanfaatkannya untuk memenuhi segala macam hajat dari mulai sandang,
papan dan pangan.
, , , ,
1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan
manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.(Al-Alaq: 1-5)
c. Orang yang berilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah Swt sebagaimana tercermin
dalam surat Al-Mujaadilah ayat 11
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
1. Orang yang berilmu tidak akan pernah menjadi atheis karena ilmu pada
hakikatnya diciptakan untuk menjadikan manusia hamba yang bersyukur
atau dalam tafsir jalalain agar manusia beriman kepada Allah Swt. Hal ini
nampak jelas dalam Al-Quran surat Al-Nahl ayat 78
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu
pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Ditambah lagi dalam firman Allah Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di hadapan
manusia juga di hadapan-Nya.Selain itu Allah juga menegaskan bahwa akan
mengangkat derajat orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Seperti di bawah ini
.Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. Az-
Zumar [39]: 9).
Adakah sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? (Az-Zumar:9)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Al-Mujadilah:11).
Barangsiapa berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan
jalan menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penunutu
ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat Muslim)
Barangsiapa keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam
sabilillah hingga kembali. (HR. Tirmidzi, hasan)
Barangsiap menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan
menuju surga. (HR.Muslim)
Barangsiapa yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia
dalam (masalah) dien (agama). (HR.Bukhari)
Dalam hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang
bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita kepada
Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan masyarakat baik
di dunia mau pun di akhirat.
Rasulullah saw bersabda: Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang mendoakan
orangtuanya. (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)
Allah berfirman, Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan
habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah. Sesungguhnya Allah Maha
perkasa lagi Maha bijaksana. (QS Lukman [31] : 27)
Sesungguhnya Allah SWT dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi, hingga
semut yang ada pada lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan membacakan shalawat
atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia. (Merupakan bagian dari hadits Abu
Umamah di atas.).
Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa mengajar orang lain kepada suatu petunjuk, maka dia
akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melaksanakan petunjuk itu, tanpa
mengurangi pahala mereka sama sekali.
Nabi bersabda, Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan
mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia dalam
amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak mengamalkan
ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong dia dalam amalannya
sehingga ia akan mendapatkan neraka.
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : Wahai, hamba
Allah yang rajin menuntut ilmu.Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya dengan niat yang
ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan niat karena melaksanakan
kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki maupun perempuan [HR Ibnu
Abdul barr]
Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. Barangsiapa menuntut ilmu yang
biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba ia tidak mempelajarinya, kecuali
hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan, maka ia tidak akan memperoleh bau
harumnya surga pada hari kiamat. [HR Abu Dawud]
Jawaban-jawaban dari Imam Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang mana yang lebih
utama antara Ilmu dengan harta :
Ilmu lebih utama daripada harta, Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah
pusaka Karun, Sadad, Firaun, dan lain-lain.
Ilmu lebih utama daripada harta, karena ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah
engkau yang harus menjaganya.
Harta itu bila engkau tasarrufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika
engkau tasarrufkan malahan bertambah.
Pemilik harta disebut dengan nama bakhil (kikir) dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut
dengan nama keagungan dan kemuliaan.
Pemilik harta itu musuhnya banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak.
Ilmu lebih utama daripada harta, karena diakhirat nanti pemilik harta akan dihisab,
sedangkan orang berilmu akan memperoleh safaat.
Harta akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak
dan musnah walau ditimbun zaman.
Harta membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi
bercahaya.
Ilmu lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan
akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai hamba
karena ilmunya.
Lalu, apakah semua ilmu akan mendapatkan balasan luar biasa seperti diatas? Tidak.
Hanyalah ilmu yang bermanfaatlah yang mendapatkan ini semua. Apa sih ilmu yang
bermanfaat?
Ya, Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? tanya Nabi Daud.
Ialah ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan
kesempurnaan kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-
Ku.
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i, Rasulullah SAW bersabda,
Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wa
Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah.
Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya didunia dan akhirat.
Oleh karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, Allaahumma inni
auudzubika min ilmin laa yanfau.Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang
tidak bermanfaat.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud
a.s. Firman-Nya, Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.
Itulah sedikit hal yang perlu diperhatikan dalam menjadi pencari ilmu. Baik sebagai
penyemangat dan menjadi ilmu buat kedepan. Ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang
menyebabkan kita semakin dapat mengenal Allah, yang dapat kita amalkan, yang membuat
kita rendah hati serta terhindar dari sifat takabur. Semoga kita dapat menjadi pribadi yang
haus akan ilmu yang bermanfaat yang akan berguna bagi kita di dunia dan di akhirat. Amin..
Kewajiban Bekerja
Dalildalil tentang kewajiban bekerja dan berusaha
Perintah bekerja telah Allah wajibkan semenjak nabi yang pertama, Adam Alaihi Salam
sampai nabi yang terakhir, Muhammmad SAW . Perintah ini tetap berlaku kepada semua
orang tanpa membeda-bedakan pangkat, status dan jabatan seseorang. Berikut ini akan di
nukilkan beberapa dalil dari Al-Quran dan Sunnah tentang kewajiban bekerja.
Kami telah membuat waktu siang untuk mengusahakan kehidupan (bekerja). (QS. Naba : 11)
Kami telah menjadikan untukmu semua didalam bumi itu sebagai lapangan mengusahakan
kehidupan (bekerja) ; Tetapi sedikit sekali diantaramu yang bersyukur. (QS. Araf : 10)
Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jumah : 10)
Dialah yang menjadikan bumi ini mudah bagimu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan. (QS. Al-Mulk : 15)
dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah (bekerja); dan
orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah. (QS. Al-Muzzammil : 20)
Islam akan membukakan pintu kerja bagi setiap muslim agar ia dapat memilih pekerjaan yang sesuai
dengan minatnya dan kemampuannnya. Namun demikian masih banyak orang yang ennggan untuk
bekerja dan berusaha dengan alasan bertawakal kepada Allah SWT serta menunggu-nunggu rizki dari
langit. Mereka telah salah memahami ajaran Islam. Pasrah pada Allah tidak berarti meninggalkan
amal berupa bekerja. Seperti yang pernah rasul katakan : Semaikanlah benih, kemudian mohonkanlah
buah dari Rabbmu.
Allah memang telah berjanji akan memberikan rizki kepada semua makhluq-Nya. Akan tetapi janji ini
tidak dengan cek kosong, seseorang akan mendapatkan rizki kalau ia mau berusaha, berjalan dan
bertebaran di penjuru-penjuru bumi. Karena Allah menciptakan bumi dan seisinya untuk kemakmuran
manusia. Siapa yang mau berusaha dan bekerja ialah yang akan mendapat rizki dan rahmat dari Allah.
Rasulullah bersabda, :
Pekerjaan terbaik adalah usahanya seseorang dengan tangannya sendiri dan semua jual-beli itu
baik. (HR. Ahmad, Baihaqi dll)
Sesungguhnya apabila seseorang diantara kamu semua itu mengambil tambangnya kemudian
mencari kayu bakar dan diletakkan diatas punggungnya, hal itu adalah lebih baik dari pada ia
mendatangi seseorang yang telah dikarunai oleh Allah dari keutamaan-Nya, kemudian meminta-
minta dari kawannya, adakalanya diberi dan ada kalanya ditolak. (HR. Bukhari dan Muslim).
kalau ada seeorang keluar dari rumahnya untuk bekerja guna membiaya anaknya yang masih
kecil, maka ia telah berusaha Fisabilillah. Jikalau ia bekerja untuk dirirnya sendiri agar tidak
sampai meminta-minta pada orang lain, itupun Fisabilillah. Tetapi apabila ia bekerja untuk
pamer atau untuk bermegah-megahan, maka itulah Fisabili Syaithan atau karena mengikutu
jalan Syaithan. (HR. Thabrani)
sesungguhnya Allah itu telah menjadikan rizkiku terletak dibawah tombakku. (HR. Ahmad)
Burung berangkat pagi hari dengan perut kosong dan kembali sore hari dengan perut penuh
makanan. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Keadaan yang paling aku senangi setelah berjihad di jalan Allah adalah maut datang
menjemputku ketika aku sedang mencari karunia Allah (bekerja). (HR. Said bin Manshur
dalam sunannya)
Tidak seorang Rasul pun diutus Allah kecuali ia bekerja sebagai penggembala domba. Para
sahabat bertanya, bagaimana dengan dirimu, wahai Rasulullah ? Beliau menjawab, Ya, saya
dulu menggembala domba di lapangan untuk penduduk Makkah. (HR. Bukgarai).
Dengan teramat jelas dan gamblang betapa Allah dan Rasul-Nya memerintahkan seseorang untuk
bekerja. Bekerja adalah sebuah ibadah yang disejajarkan dengan amalan fisabilillah, bekerja bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarga tapi ia sebagai manesfesto penghambaan
dan ketaatan seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya.
Rasulillah sebagai seorang tauladan selalau memberikan motivasi kepada semua sahabatnya untuk
selalu giat dan tekun dalam bekerja, simak saja penuturan beliau berikut ini :
Pedagang yang lurus dan jujur kelak akan tinggal bersama para nabi, siddiqin, dan syuhada,
(HR. Tirmidzi dan Al Hakim). Nasihat ini beliau peruntukkan untuk sahabatnya yang mempunyai
pekerjaan sebgai pedagang (wirausahawan). Sedangkan untuk mereka yang bekerja sebagai petani
dan tukang kebun, beliau bersabda :
Setiap muslim yang menanam satu tanaman atau menyemai satu semaian lalu (buahnya) dimakan
oleh manusia atau binatang, maka ia itu dianggap telah bersedekah. (HR. Bukhari0