Anda di halaman 1dari 34

BAB l

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dikenal sebagai homo socius dan homo sapiens. Manusia
sebagai makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dan senantiasa berpikir telah
melahirkan beragam perilaku. Perlaku masyarakat yang disesuaikan dengan
perubahan sosial budaya yang ada. Perilaku terhadap terjadinya perubahan sosial
budaya dan usaha meyikapinya sangatlah beragam. Selain itu peristiwa-
peristiwa di bidang politik dan ekonomi yang telah terjadi dari dulu hingga
sekarang, tidak terjadi secara tersendiri. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa tersebut
terkait erat dengan perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat.
Kata perubahan merupakan kata yang tidak asing di telinga kita.
Mengapa sesuatu harus berubah? Salah satu tujuannya, yaitu menuju ke arah
yang lebih baik. Perubahan (change) merupakan sebuah dimensi budaya yang
pada umumnya menyertai perubahan bentuk lain juga. Sampai saat ini, belum
ada definisi khusus yang menjelaskan konsep perubahan, apakah perubahan
tersebut timbul karena kejenuhan terhadapat suatu hal atau karena timbulnya
faktor lain. Hal yang pasti kita tahu, perubahan tersebut bersifat dinamis.
Artinya, perubahan akan terus terjadi sesuai dengan arah kebutuhan manusia.
Perubahan yang dilakukan seseorang atau kelompok menuju ke suatu
arah atau bentuk yang berbeda. Kondisi tersebut dapat memperbaiki keadaan
atau bahkan semakin memperburuk keadaan. Jenis perubahan yang dilakukan
seseorang atau kelompok bergantung pada tujuan perubahan tersebut.
Selain itu karena adanya perubahan pasti akan menimbulkan akibat,
salah satunya apabila yang terjadi adalah perubahan sosial budaya, pasti yang
akan terkena dampaknya adalah masyarakat. Pada umumnya, masyarakat lebih
menyukai kehidupan yang biasa, Namun, sebagian dari mereka menolak hal-hal
yang baru karena dapat menimbulkan perubahan. Walaupun demikian, pada
akhirnya ada beberapa perubahan yang diterima secara langsung maupun diam-
diam.
Terjadinya perubahan sosial sebenernya memiliki dua bentuk, yaitu
keharmonisan masyarakat (social equilibrium), dan disorganisasi
(disorganization). Keharmonisan masyarakat akan terjadi ketika perubahan
sosial sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Adapun disorganisasi
terjadi ketika perubahan sosia sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat. Adapun disorganisasi terjadi ketika perubahan sosial tidak
memberikan manfaat bagi masyarakat yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan judul makalah saya Perubahan Sosial Budaya dan Perilaku
Masyarakat Terhadapnya, maka rumusan masalahnya sebagai berikut
1. Apa yang disebut dengan perubahan sosial budaya ?
2. Bagaimana proses perubahan tersebut terjadi ?
3. Apa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut terjadi?
4. Apa akibat perubahan sosial budaya terhadap masyarakat ?
5. Bagaimana sikap masyarakat terhadap perubahan sosial budaya ?
BAB ll

PEMBAHASAN

Selama hidupnya, manusia senantiasa mempelajari dan melakukan perubahan-


perubahan terhadap kebudayaannya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan.
Hal ini adalah sesuatu yang wajar sebab kebudayaan diciptakan dan diajarkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri, baik
secara perorangan maupun berkelompok. Dari kenyataan ini, tidak ada satupun
kebudayaan dan perwujudan kebudayaan yang bersifat statis (tidak mengalami
perubahan).

Pengertian Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi akibat


ketidaksaman atau ketidaksesuaian diantara unsur-unsur sosial dan kebudayaan yang
saling berbeda.

Menurut para ahli sosiologi dan antropologi antara lain :

a. John Lewin Gillin dan John Phillip Gillin


Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima yang
disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,
komposisi penduduk, ideologi, maupun karena difusi dan penemuan baru dalam
masyarakat.
b. Samuel Koening
Perubahan sosial menunjukkan pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam
pola-pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi tersebut terjadi karena
sebab-sebab internal maupun eksternal.
c. Koentjaraningrat
Kebudayaan merupakan keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar, serta keseluruhan hasil budi dan karya tersebut.
Kebudayaan memiliki tiga wujud yaitu :
- Ide-ide, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang abstrak.
- Kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat (sistem
sosial).
- Benda-benda hasil karya manusia yang berupa fisik.
d. Selo Soemardjan
Perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalam nilai-nilai, sikap dan
pola perilaku diantara kelompokkelompok dalam masyarakat.
e. Kingsley Davis
Perubahan sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi masyarakat
f. Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan
sosial (social relation) atau perubahan terhadap keseimbangan (ekuilibrium)
hubungan sosial

Sementara definisi perubahan sosial dalam buku Jelajah Cakrawala Sosial untuk
Kelas IX adalah : Suatu proses perubahan menuju pada keadaan yang baru yang
berbeda dengan keadaan sebelumnya di lingkungan masyarakat. Perubahan dapat terjadi
secara individu maupun kelompok. Perubahan sosial terjadi pada beberapa bagian
dalam masyarakat, seperti nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, interaksi sosial
perilaku, dan organisasi sosial.

Hubungan Perubahan sosial dengan perubahan kebudayaan yang menyangkut


perubahan masyarakat dan kebudayaannya, seringkali kesulitan memisahkan antara
Perubahan sosial dengan perubahan budaya. Sebab tidak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan dan sebaliknya. Perubahan sosial dan budaya mempunyai satu
aspek yang sama. Dari bentuk perubahan dibedakan dari segi Perubahan sosial lambat
dan cepat, Perubahan sosial kecil dan Perubahan sosial direncanakan dan tidak
direncanakan.

Faktor yang bisa menyebabkan terjadinya proses perubahan sosialisasi dari


perubahan jumlah penduduk, penemuan-penemuan baru, pertentangan masyarakat,
pemberontakan dan reformasi. Modernisasi bisa merubah dari masa pra modern menuju
masa modern. Modernisasi mencakup proses sosial budaya yang ruang lingkupnya
sangat luas sehingga batas-batasnya tidak bisa ditetapkan secara mutlak.
Globalisasi merupakan suatu tatanan mendunia yang tercipta akibat adanya
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga unsur-unsur budaya suatu
kelompok masyarakat bisa dikenal dan diterima oleh kelompok masyarakat lainnya.

Adanya pertukaran unsur-unsur budaya karena globalisasi ini mengakibatkan


dampak-dampak yang besar bagi masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa
Indonesia untuk dapat menyikapi secara bijaksana. Globalisasi merupakan suatu gejala
terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi yang mengikuti sistem nilai dan kaidah
yang sama antara masyarakat di seluruh dunia karena adanya kemajuan transportasi dan
komunikasi sehingga memperlancar interaksi antar warga dunia. Selain proses
modernisasi dan globalisasi, ada juga proses yang disebut reformasi, proses dimana
perbaikan atau penataan ulang terhadap faktor rehabilitasi yang terdapat pada
masyarakat. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang bisa merubah semuanya
untuk lebih baik dan terarah. Dan didasarkan pada perencanaan pada proses
disorganisasi, problem, konflik antar kelompok dan hambatan-hambatan terhadap
perubahan.

Mereka beranggapan bahwa kebanyakan masyarakat hanya meniru pada


masyarakat atau negara lain yang sudah modern. Ini menunjukkan, seharusnya negara
modern menolong mereka melalui social engineering baik secara langsung maupun
tidak langsung, merupakan bagian dari perkembangan masyarakat dengan modernisasi
dan globalisasi yang dapat merubah untuk menjadi lebih baik dan maju.

A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Perubahan sosial dan Budaya


Perubahan sosial dan budaya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan terdiri dari faktor yang
mendorong dan faktor yang menghambat terjadinya Perubahan sosial budaya
seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Faktor-faktor itu bisa berasal
dari dalam maupun dari luar masyarakat. Berikut diuraikan faktor-faktor yang
mempengaruhi Perubahan sosial budaya.

Diantara berbagai faktor yang mendorong terjadinya Perubahan sosial budaya :

1. Kontak dengan kebudayaan lain. Masyarakat yang sering melakukan


kontak dengan kebudayaan lain akan mengalami perubahan yang
cepat. Kontak dengan kebudayaan lain ini berhubungan dengan difusi,
yaitu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari individu ke
individu lain atau dari satu masyarakat ke masyarakat lain.
2. Sistem pendidikan formal yang maju. Pada jaman modern sekolah
semakin memegang peran penting dalam melakukan perubahan-
perubahan pada para murid yang juga merupakan anggota masyarakat
secara keseluruhan. Melalui pendidikan, seseorang diajarkan berbagai
kemampuan dan nilai-nilai yang berguna bagi manusia, terutama
untuk membuka pikirannya terhadap hal-hal baru.
3. Toleransi. Perubahan sosial budaya yang cepat akan terjadi pada
masyarakat yang sangat toleran terhadap perbuatan atau masyarakat
yang berperilaku menyimpang, baik yang positif maupun negatif,
dengan catatan bukan merupakan pelanggaran hukum. Masyarakat
yang memiliki toleransi cenderung lebih mudah menerima hal-hal
yang baru.
4. Sistem stratifikasi terbuka. Sistem pelapisan sosial terbuka pada
masyarakat akan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada
individu untuk naik ke kelas sosial yang lebih tinggi melalui berbagai
usaha yang diperbolehkan oleh kebudayaannya.
5. Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang heterogen atau
masyarakat yang berbasis latar belakang kebudayaan, ras, dan
ideologi yang beragam akan mudah mengalami pertentangan-
pertentangan yang mengundang perubahan. Keadaan ini akan
mendorong terjadinya perubahan dalam masyarakat.
6. Ketidakpuasan masyarakat terhadap berbagai bidang kehidupan.
Ketidakpuasan ini, baik dalam sistem kemasyarakatan, ekonomi,
politik, dan keamanan, akan mendorong masyarakat melakukan
perubahan sistem yang ada dengan cara menciptakan sistem baru agar
sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya.
7. Orientasi ke masa depan. Umumnya masyarakat beranggapan bahwa
masa yang akan datang berbeda dengan masa sekarang, sehingga
mereka berusaha menyesuaikan diri, baik yang sesuai dengan
keinginannya, maupun keadaan yang buruk sekalipun. Untuk itu,
perubahan-perubahan harus dilakukan agar dapat menerima masa
depan.
8. Pandangan bahwa manusia harus senantiasa berusaha untuk
memperbaiki hidupnya. Terdapat suatu ajaran atau keyakinan di
masyarakat yang menyebutkan bahwa yang dapat mengubah atau
memperbaiki keadaan nasib manusia adalah manusia itu sendiri,
dengan bimbingan Tuhan. Jika seseorang ingin berubah niscaya ia
harus berusaha. Usaha ini ke arah penemuan-penemuan baru dalam
bentuk cara-cara hidup atau pun pola interaksi di masyarakat.

Selain dari itu faktor-faktor yang bisa menghambat perkembangan di masyarakat


dari Perubahan sosial budaya diantaranya :

1. Kurang berhubungan dengan masyarakat lain. Masyarakat yang kurang


memiliki hubungan dengan masyarakat lain umumnya adalah masyarakat
terasing atau terpencil. Dengan keadaan seperti ini, mereka tidak mengetahui
perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat. Keterlambatan
perkembangan ilmu pengetahuan di suatu kelompok masyarakat dapat
disebabkan karena masyarakat tersebut berada di wilayah yang terasing,
sengaja mengasingkan diri atau lama dikuasai (dijajah) oleh bangsa lain
sehingga mendapat pembatasan-pembatasan dalam segala bidang.
3. Sikap masyarakat yang sangat tradisional. Suatu sikap yang mengagung-
agungkan tradisi lama serta anggapan bahwa tradisi tidak dapat diubah akan
sangat menghambat jalannya proses perubahan, keadaan tersebut akan
menjadi lebih parah apabila masyarakat yang bersangkutan dikuasai oleh
golongan konservatif.
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat. Dalam suatu
masyarakat, selalu terdapat kelompok-kelompok yang menikmati kedudukan
tertentu. Biasanya, dari kedudukan itu mereka mendapatkan keuntungan-
keuntungan tertentu dan hak-hak istimewa.
5. Rasa takut akan terjadi kegoyahan pada integrasi sosial yang telah ada.
Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda. Unsur-unsur luar
dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi sosial dan menyebabkan
perubahan-perubahan pada aspek tertentu dalam masyarakat.
6. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis. Di dalam masyarakat
menganggap pandangan hidup atau keyakinan yang telah menjadi ideologi
dan dasar integrasi mereka dalam waktu lama dapat terancam oleh setiap
usaha perubahan unsur-unsur kebudayaan.
7. Prasangka pada hal-hal baru atau asing (sikap tertutup). Prasangka seperti ini
umumnya terdapat pada masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa
asing, mereka menjadi sangat curiga terhadap hal-hal yang datang dari luar
sebab memiliki pengalaman pahit sebagai bangsa yang pernah dijajah,
umumnya unsur-unsur baru yang masuk berasal dari dunia barat.
8. Adat istiadat (kebiasaan). Adat istiadat atau kebiasaan merupakan pola
perilaku anggota masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan pokoknya.
Jika kemudian pola-pola perilaku tidak lagi efektif memenuhi kebutuhan
pokok, maka akan muncul krisis adat atau kebiasaan, yang mencakup bidang
kepercayaan, sistem pencaharian, pembuatan rumah dan cara berpakaian.

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964:489) mengatakan bahwa


secara umum peneyebab dari perubahan sosial dibedakan atas dua golongan
besar, yaitu: perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri, dan perubahan
yang berasal dari luar masyarakat.

1. Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri


a. Perkembangan ilmu pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai pertemuan baru.
Penemuan baru, banyak faktor yang menyebabkan individumencari
penemuan baru, beberapa diantaranya adalah :
1) Kesadaran dari orang perorang akan ketergantungan dalam
masyarakat
2) Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan, dan
3) Adanya perangsang bagi aktivitas-aktivitas pencipta dalam
masyarakat.

Pada saat awal seseorang memulai keinginan untuk mewujudkan cita-


citanya pertama kali yang dilakukan dengan cara coba-coba (trial and
error) secara spekulatif. Pada priode tersebut, justru mengalami
kegagalan dijadikan bahan pertimbangan atau perbaikan untuk mencapai
keberhasilan dimsyarakat berikutnya. Perubahan yang dilalui tidak
menunjukkan adanya suatu peningkatan yang berarti, lingkungan
kemajuan bersiklus tidak menentu. Arah siklus lingkaran bergerak
mendatar dari titik A kembali ketitik A. Oleh karenanya, dapat dijelaskan
bahwa ide-ide keyakinan dan dan hasil-hasil karya yang bersifat fisik
dalam pengertian penemuan baru, semuanya merupakan faktor
pendorong kearah perubahan kehidupan masyarakat. Dalam apapun
penemuan baru itu, senantiasa akan membawa perubahan bagi kehidupan
masyarakat, baik secara cepat (revolusi) maupun lambat (evolusi), dalam
skala perubahan yang kecil, sebagian atau keseluruhan.

b. Faktor jumlah penduduk


Faktor penduduk, perubahan pada jumlah, komposisi dan distribusi
penduduk dapat mempengaruhi budaya dan struktur sosial.
Bertambahnya penduduk suatu daerah, dapat mengakibatkan perubahan
pada struktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sebagai contoh yang paling releven adalah program
transmingrasi, jika program transmingrasi dijalankan secara ideal dengan
memperhatikan aspek sosial ekonomi, budaya, politik, agama, dan
keagamaan, sangat mungkin akan terjadi perubahan yang sangat positif.
Artinya pendatang baru yang terampil dan sikap bekerja dilokasi baru,
maka besar kemungkinan tidak saja akan menguntungkan transimingrasi,
melainkan jug dapat mempengaruhi positf pada penduduk asli. Penduduk
asli dapat pula bekerja dengan pola yang menguntungkan sama dengan
para pendatang. Kehidupan bermasyarakat pun akan berubah kerena
pencampuran antara berbagai macam pola perilaku sosial dan
budaya,demikian pula dengan ekonomi, politik, agama, dan keaamanan.
Bahkan Rauccek dan Warren (1984) menggambarkan bahwa perubahan
sosial lebih berkembang pada masyarakat heterogen. Dikatakan bahwa
masyarakat yang berasal dari berbagai etnik yang bergaul dengan be3bas
dan mendifusikan adat, pengetahuan,teknologi dan ideologi, biasanya
mengalami kadar perubahan pesat.
c. Faktor pertentangan dan pemberontakan
Pertentangan (konflik) dalam nilai dan norma-norma, politik,etnis, dan
agama dapat menimbulkan perubahan sosial yang luas. Pertentangan
individu terhadap nilai-nilai dan norma-norma serta adat istiadat yang
telah berjalan lama akan menimbulkan perubahan bila individu-individu
tersebut beralih dari nilai, norma, dan adat kebiasaan yang telah diikuti
selama ini, misalnya, adanya anggapan umum masyarakat Indonesia,
bahwa makin banyak anak makin banyak rizki, setiap anak
mempunyai rizkinya,masing-masing, sehingga tidak menimbulkan
kecemasan setiap kali anaknya lahir. Kini pandangan itu mengalami
perubahan, bahwa makin banyak anak makin besar beban ekonomi.

Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pertentangan politik dan


pemberontakan di Indonesia telah menunjukkan buktinya. Perubahan-
perubahan yang ditimbulkan akibat pertentangan dan pembetontakan
selalu berakibat buruk, seperti terhentinya aktivitas perekonomian,
inflasi, timbulnya saling curiga, kecemasan, dan lain-lainnya.

Pertentangan antara anggota-anggota masyarakat dapat terjadi karena


perubahan masyarakat yang pesat, sebagaimana dijelaskan oleh Roucek
dan Warren (1984), masyarakat yang heterogen biasanya ditandai kurang
dekatnya hubungan antara orang yang satu dengan orang atau kelompok
lainnya; individu cenderung mencari jalannya sendiri-sendiri. Sementara
itu, kondisi sumber pemenuhan kebutuhan semakin terbatas, sehingga
persaingan tidak dapat dihindari; jika proses ini memuncak, maka
pertentangan akan terjadi pada masyarakat yang bersangkutan. Pada saat
masyarakat dalam keadaan konflik dapat timbul kekecewaan dan
keresahan sosial, maka pada saat itu pula individu-individu pada
umumnya sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal baru.

2. Perubahan yang berasl dari luar masyarakat


a. Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Faktor kebudayaan,dapat menyebabkan terjadinya nperubahan
masyarakat. Secara timbal balik perubahan pada unsur budaya dapat
mendorong pada bentuk dan hubungan sosial kemasyarakatan.
Perubahan sosial masyarakat tidak semata-mata disesbabkan oleh faktor
kebudayaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri,melainkan dapat pula
disebabkan oleh pengaruh kebudayaan yang dating dari masyarakat
sekitar (luar). Terdapat kemungkinan perubahan sosial masyarakat sama
sekali tidak disebabkan oleh perubahan kebudayaan masyarakat sekitar,
atau kebudayaan yang berbeda. Pengaruh kebudayaan tersebut
mengakibatkan beberapa skenerio perubahan sosial masyarakat, yaitu
antara lain :
1) Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi atau
kebulatan
2) Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena kebudayaan lain
3) Masing-masing kebudayaan akan menjadi lebur, timbul kebudayaan
baru sebagai akibat saling mempengaruhi.

b. Peperanganpat
peperangan yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain
menimbulkan berbagai dampak, seprti halnya dampak yang ditimbulkan
oleh adanya pemberontakan dan pertentangan-pertentangan. Akan tetapi,
dampak negatif yang ditimbulkan oleh peperangan lebih dahsyat karena
peralatan perang biasanya lebih canggih pula.
B. Faktor-Faktor Perubahan Sosial Budaya
Faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial budaya, diantara faktor
yang berasal dari dalam masyarakat atau faktor internal dan faktor yang datang
dari luar masyarakat atau eksternal. Pihak-pihak yang mengadakan perubahan
disebut agent of change.
1. Faktor Internal
Faktor internal didasarkan pada kesadaran masyarakat pendukungnya. Ada
beberapa jenis faktor internal, yaitu sebagai berikut.
a. Penemuan-Penemuan Baru
Manusia dengan kemampuan akal pikiran memiliki dorongan-dorongan
yang kuat untuk mengadakan kegiatan penelitian sehingga menghasilkan
penemuan-penemuan baru yang dikenal dengan istilah discovery.
Penemuan-penemuan baru tersebut didorong oleh beberapa hal, yakni,
kesadaran manusia akan adanya beberapa kekurangan dalam
kebudayaannya, munculnya beberapa ahli yang memiliki kualikasi
tertentu sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, dan adanya
beberapa motivasi tertentu untuk melakukan kegiatan penelitian dan
sebagai upaya untuk memperoleh penemuan baru.
Penemuan-penemuan baru tersebut tidak berhenti begitu saja. Para ahli
akan selalu melakukan langkah-langkah pengembangan yang dikenal
dengan istilah inovasi, sehingga kebudayaan akan mengalami proses
penyempurnaan. Adanya berbagai penemuan tersebut membawa
pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, di antaranya
adalah kehidupan masyarakat akan semakin mudah dan berlangsung
secara cepat. Bahkan, dewasa ini penemuan-penemuan baru telah
menciptakan era globalisasi dan era informasi sehingga segala sistem
nilai dan sistem norma yang ada di seluruh dunia akan segera diketahui
oleh seluruh penduduk dunia.
b. Terjadinya Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk, baik yang berupa urbanisasi, bedol desa,
transmigrasi, imigrasi, emigrasi, maupun remigrasi telah menyebabkan
terjadinya pengurangan penduduk di suatu daerah tertentu dan sekaligus
penambahan penduduk di daerah lainnya. Keadaan tersebut telah
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan lembaga
kemasyarakatan.
c. Konflik dan Perubahan
Mobilitas penduduk dengan segala macam dinamika yang terjadi juga
dapat menyebabkan terjadinya konik-konik sosial, baik yang
melibatkan antara individu dengan individu, antara individu dengan
kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok. Konik-konik
yang berkembang tersebut tidak selalu bersifat negatif. Seringkali konik
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat diikuti dengan suatu proses
akomodasi yang pada gilirannya justru akan menguatkan ikatan sosial.
d. Terjadinya Revolusi atau Pemberontakan
Sejarah telah mencatat berbagai macam revolusi, yakni suatu perubahan
yang terjadi secara besar-besaran dan berlangsung dalam waktu yang
sangat cepat. Pada abad ke-18 di Inggris telah terjadi revolusi pertanian
dan revolusi industri yang membawa akibat terjadinya perubahan dalam
tata kehidupan manusia di seluruh dunia. Pada abad ke-18 itu pula telah
terjadi revolusi politik di Amerika Serikat dan di Perancis yang
membawa akibat berkembangnya isu demokratisasi dan penegakan hak-
hak asasi manusia dalam kehidupan politik di seluruh dunia.
Pada abad ke-20 di Rusia juga terjadi revolusi politik yang
mengakibatkan terjadinya perubahan besar terhadap tata kehidupan
masyarakat Rusia baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun sosial
budaya. Banyak sekali revolusi yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, termasuk di Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945, di
Indonesia telah terjadi revolusi sik yang berupa pendobrakan kekuatan
kolonial oleh kekuatan nasional yang melahirkan negara kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat. Revolusi sik tersebut
telah mengangkat derajat dan martabat dan sekaligus merubah tata
kehidupan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang bebas dari
belenggu penjajahan.
2. Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
Diantaranya adalah :
a. Peperangan
Peperangan dapat menyebabkan perubahan mendasar, baik seluruh
wujud budaya maupun sebagian unsur budaya. Misalnya, kemenangan
Amerika Serikat (USA) menyebabkan Irak tidak berdaya. Budaya yang
dibawa pasukan USA di Irak sudah pasti membekas di masyarakat Irak.
b. Lingkungan Alam
Lingkungan alam adalah keadaan tanah, iklim, dan fauna di sekitar
individu. Keserasian hubungan manusia dan alam dapat terjadi karena
kedudukan alam sebagai tempat hidup. Begitu pentingnya lingkungan
alam bagi manusia dibuktikan dengan timbulna reaksi jika lingkungan
alam disuatu tempat rusak.
Ada tujuh pokok makna lingkungan bagi manusia yaitu sebagai berikut:
1) Manusia memiliki ikatan kuat dengan alam yang bersifat religius
2) Nilai estetika mendasari kecintaan manusia pada alam
3) Alam memberi kehidupan bagi manusia
4) Bermanfaat berupa penyediaan sandang, pangan, dan papan
5) Sumber penghasil tanaman dan ternak
6) Bernilai bagi pendidikan dan ilmu pengetahuan
7) Sumber kesehatan, keindahan, dan hiburan

Perubahan lingkungan alam dapat mendorong terjadinya perubahan


sosial budaya. Misalnya, perubahan hidup berburu dan mengumpulkan
makanan berubah menjadi bertani dan menetap karena sumber alam
berkurang atau terjadi

3. Pengaruh Budaya Masyarakat Lain


a. Difusi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa difusi adalah
proses penyebaran atau perembesan kebudayaan dari satu pihak ke pihak
lain.Pengertian dari pihak ke satu pihak yang lain dalam hal ini adalah
dari kebudayaan yang satu ke kebudayaan yang lainnya.
Defenisi difusi tersebut sejalan dengan defenisi yang dikemukakan oleh
William A.Haviland.Ia menyatakan difusi sebagai penyebaraan adat atau
kebiasaan dari kebudayaan yang satu kepada kebudayaan yang
kainnya.Proses difusi bisa terjadi dalam beberapa cara,antara lain sebagai
berikut :
1) Melalui Migrasi atau perpindahan penduduk dari satu daerah ke
daerah lain.Pada saat perpindahan itulah unsur-unsur kebudayaan
yang bersangkutan ikut pindah dan berdifusi kepada kebudayaan
setempat.Contohnya,ketika sebagian penduduk dari pulau Jawa
ditransmigrasikan ke Pulau Kalimantan dan Irian Jaya,keterampilan
bertani dengan sistem sawah menyebar atau berdifusi kepada
kebudayaan setempat.
2) Unsur-unsur kebudayaan tertentu bisa menyebar terlepas dari
masyarakat pendukungnya.Unsur-unsur dibawa orang lain di tempat
yang satu ke tempat-tempat yang lain secara beruntun,sampai ke
tempat-tempat yang jauh.Contohnya,beberapa jenis makanan pokok
seperti kentang,jagung dan ketela yang oleh para ahli diketahui
berasal dari orang-orang Indian di Amerika Tengah,sekarang ini
sudah menyebar ke seluruh dunia.Demikian juga bahan perangsang
seperti tembakau dan gula tebu.

Orang-orang yang besar sekali peranannya dalam proses difusi antara


lain para Pedagang,penyebar agama,dan para penjelajah atau pelancong
yang menemukan benua-benua baru seperti Columbus,Magelhaens dan
Marcopolo.

b. Akulturasi
Akulturasi adalah perubahan besar yang terjadi dalam kebudayaan
sebagai akibat adanya kontak antar kebudayaan yang berlangsung
lama.Hal ini terjadi apabila ada kelompok-kelompok individu yang
memiliki kebudayaan berbeda saling berhubungan secara langsung dan
intensif.Hal tersebut mengakibatkan timbulnya perubahan-perubahan
besar pada pola kebudayaan pada salah satu atau kedua kebudayaan yang
bersangkutan.Perubahan kebudayaan akibat adanya proses akultrasi tidak
mengakibatkan terjadinyan perubahan total pada kebudayaan yang
bersangkutan.Hal ini disebabkan kerana adanya unsur-unsur kebudayaan
yang masih bertahan,menerima sebagian atau mengadakan penyesuaian
dengan unsur-unsur kebudayaan yang baru.
Para ahli antropologi mempergunakan istilah-istilah berikut,untuk
menganalisa apa yang terjadi dalam suatu proses akultrasi.
1) Substitusi.Unsur atau kompleks unsur kebudayaan yang lama diganti
dengan unsur baru yang lebih memberikan kegunaan bagi keperluan
hidup masyarakatnya.Contohnya,sistem komunikasi tradisional yang
dulu dilaksanakan melalui kentongan,genderang,atau bedug diganti
oleh telepon,radio,atau pengeras suara.
2) Sinkretisme.Unsur-unsur lama masih berfungsi dan bercampur
dengan unsur baru sehingga membentuk sistem yang baru.Contoh
sinkretisme banyak terjadi dalam unsur keagamaan.Tradisi-tradisi
lama masih bertahan,bercampur dengan unsur keagamaan yang baru.
3) Adisi.Ditambahkannya unsur-unsur baru kepada unsur-unsur lama
yang masih berlaku.Contohnya,untuk meningkatkan produksi
pertanian Rakyat,jenis-jenis pupuk kimia di perkenalkan kepada para
petani.Sementara itu jenis pupuk Hijau,pupuk kandang,dan pupuk
kompos yang tradisional masih terpakai.
4) Dekultrasi.Adanya suatu unsur tertentu yang hilang dan diganti
dengan unsur yang baru.Contohnya,dengan adanya Mesin
Penggilingan padi,mengakibatkan hilangnya tradisi menumbuk padi
dengan lesung dan Alu.Hilangnya tradisi itu,hilang pula mata
pencarian buruh kecil sebagai menumbuk padi,yang umumnya
perempuan.
5) Originasi.Masuknya unsur budaya yang sama sekali baru sehingga
menimbulkan perubahan besar.Contohnya,proyek Listrik masuk desa
menimbulkan situasi baru di daerah pedesaan.Listrik tidak hanya
mengakibatkan perubahan lampu cempor menjadi lampu
listrik,tapi masuk juga unsur-unsur telekomunikasi seperti:
Radio,Televisi dan tape recorder.Media serupa itu banyak
memberikan informasi dan potensi perubahan di bidang
pembangunan masyarakat desa seperti di bidang
pendidikan,kesehatan,dan perekonomian.
6) Penolakan (rejection). Proses akultrasi yang terlalu cepat atau terlalu
dipaksakan sehingga banyak anggota masyarakat tidak siap
menerima perubahan.Akibatnya,mereka menolak terjadinya
perubahan,baik secara terang-terangan (misalnya memberontak) atau
secara diam-diam (misalnya melalui gerakan
kebangkitan).Contohnya,pemberontakan bersenjata di zaman
penjajahan
7) Penetrasi atau penerobosan Kebudayaan.Suatu unsur atau kompleks
unsur kebudayaan asing mempengaruhi kebudayaan setempat
sedemikian rupa intensifnya sehingga mengakibatkan terjadinya
perubahan besar pada kebudayaan setempat.
Penetrasi kebudayaan ada yang berlangsung secara damai,ada pula
yang berlangsung secara paksa melalui kekerasan.Penetrasi secara
damai yang disebut penetration pacifigue,biasanya dilakukan oleh
para pedagang dan penyebar agama.Contohnya,masuknya pengaruh
Hindu dan Islam ke Indonesia.Adapun penetrasi secara paksa yang
disebut penetration violente dilakukan melalui penaklukan atau
penjajah.Contohnya,Penjajah orang-orang Eropa di Afrika dan Asia
termasuk di Indonesia.
c. Asimilasi
Asimilasi adalah proses perubahan kebudayaan yang terjadi akibat
membaurnya (berintegrasi) dua kebudayaan atau lebih sehingga ciri-ciri
kebudayaan yang lama menjadi hilang. Bagi Indonesia,sebagai negara
Kesatuan,proses asimilasi sangat penting untuk dilaksanakan.Hal ini
didasarkan sebagai berikut:
1) Banyaknya unsur-unsur kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa
yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia.
2) Adanya unsur-unsur kebudayaan golonganminoritas dari keturunan
Tionghoa dan Arab yang rawan mengundang pertentangan ras.

Proses asimilasi dapat berjalan cepat atau lambar tergantung dari


beberapa faktor.

C. Akibat Perubahan Sosial Budaya terhadap Masyarakat


Apa dampak perubahan sosial bagi kehidupan masyarakat?
Masyarakat merupakan kumpulan individu dan kelompok yang membentuk
organisasi sosial yang bersifat kompleks. Dalam organisasi sosial tersebut
terdapat nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berfungsi sebagai aturan-aturan
untuk bertingkah laku dan berinteraksi dalam kehidupan masvarakat.Adanya
suatu perubahan dalam masyarakat akibat perubahan sosial bergantung pada
keadaan masyarakat itu sendiri yang mengalami perubahan sosial. Dengan kata
lain, perubahan sosial yang terjadi tidak selamanya suatu kemajuan (progress).
Bahkan, dapat pula sebagai suatu kemunduran masyarakat.
Kecepatan perubahan tiap daerah berbeda-beda bergantung pada dukungan dan
kesiapan masyarakat untuk berubah. Perbedaan perubahan tersebut dapat
mengakibatkan munculnya kecemburuan sosial, yang harus dihindari.

D. Proses Perubahan Sosial


Proses perubahan sosial terdiri dari tiga tahap barurutan : (1) invensi yaitu
proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan, (2) difusi, ialah
proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam Sistem sosial, dan (3)
konsekwensi yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem social
sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika
penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunysi akibat.Karena itu perubahan
sosial adalah akibat komunikasi sosial.
Beberapa pengamat terutama ahli anthropologi memerinci dua tahap tambahan
dalam urutan proses di atas. Salah satunya ialah pengembangan inovasi yang
terjadi telah invensi sebelum terjadi difusi. Yang dimaksud ialah proses
terbentuknya ide baru dari suatu bentuk hingga menjadi suatu bentuk yang
memenuhi kebutuhan audiens penerima yang menghendaki. Kami tidak
memaaukkan tahap ini karena ia tidak selalu ada. Misalnya, jika inovasi itu
dalam bentuk yang siap pakai.Tahap terakhir yang terjadi setelah konsekwensi,
adalah menyusutnya inovasi, ini menjadi bagian dari konsekwensi.
Harapan sebagian, bahkanmungkin keseluruhan masyarakat, terjadi suatu
keselarasan dan keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat, akan tetapi
kenyataannya harapan tersebut tidak mudah untuk terwujud. Pada waktu tertentu
tatanan kehidupan masyarakat dapat lebih harmonis,namun pada
perkembangannya tidak jarang terjadi pertentangan atau diseintegrasi. Robeet K.
Merton berpendapat bahwa didalam setiap masyarakat terdapat starin toward
anomie. Karena demi kelangsungan suatu kehidupan masyaraka, makagejala
pertentangan dan anomi diusahakan dengan diimbangi dengan proses
integrasi.penyusunan tersebut dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk
menghindari terjadinya kebingungan (anomi) atau ketidakstabilan masyarakat.
Jika kebingungan dan ketidakstabilan tersebut terjadi pada masyarakat yang
terbatas, maka kemungkinan penyesuian akan lebih mudah. Akn tetapi apabiala
terjadi pada masyarakat yang lebih besar dan luas atau pada masyarakat yang
heterogen, maka proses penyesuiannya relative lebih sulit dapat dicapai,
sehingga kemungkinan akan terjadinya kebingungan dan disentegrasi lebih besar
(Merton, 1998).
Astrid S. Susanto (1977) mengemukakan ada beberapa fase reorganisasi
sehubungan dengan proses penyesuaian nilai-nilai dan norma-norma dalam
kehidupan masyarakat, yaitu antara lain :
a. Mula-mula adanya kegelisahan dan ketidakpuasan pada sebagai penduduk
(biasanya kaum terpelajar).
b. Terdapat popular-stage atau tersebarnya ide-ide perubahan.
c. Adanya program perencanaan pembangunan secara sistematis,
d. Adanya sistematika dalam pelaksanaan perencanaaan (formal stage)
e. Adanya badan yang menyalurkan stimulasi pembangunan terencana dengan
akibat bahwa pendapat diterima (institution stage)
f. Kompromipelaksanaan bahan penolakan ataupun bahan penerimaan
sepenuhnya, dan
g. Adanya sosial planning atau sosial organization sebagai hasil research

Lebih jauh Astrid Susanto (1977) menjelaskan bahwa, melalui proses perubahan
sosial masyarakat dapat dihasilkan tiga alternatifarah perubahan, yaitu :

a. Perubahan akan bergerak kearah baru dengan landasan pola perilaku dan
nilai lama,
b. Perubahan akan bergerak meuju pada suatu bentuk semi atau pertengahan
antara nilai-nilai,
c. Perubahan dapat bergerak kearah suatu pola perilaku dan nilai yang sama
sekali baru

Yang memicu terjadinya perubahan dan sebaliknya perubahan sosial dapat juga
terhambat kejadiannya selagi ada faktor yang menghambat perkembangannya.
Faktor pendorong perubahan sosial meliputi kontak dengan kebudayaan lain,
sistem masyarakat yang terbuka, penduduk yang heterogen serta masyarakat
yang berorientasi ke masa depan. Faktor penghambat antara lain sistem
masyarakat yang tertutup, vested interest, prasangka terhadap hal yang baru serta
adat yang berlaku.

Perubahan sosial dalam masyarakat dapat dibedakan dalam perubahan cepat dan
lambat, perubahan kecil dan besar serta perubahan direncanakan dan tidak
direncanakan.Tidak ada satu perubahan yang tidak meninggalkan dampak pada
masyarakat yang sedang mengalami perubahan tersebut.Bahkan suatu penemuan
teknologi baru dapat mempengaruhi unsur-unsur budaya lainnya. Dampak dari
perubahan sosial antara lain meliputi disorganisasi dan reorganisasi sosial,
teknologi serta cultural. Beberapa perubahan sosial :

1. Perubahan sosial dan Budaya terhadap perkembangan masyarakat.


Kebudayaan merupakan suatu sistem. Artinya, bagian-bagian dari kebudh itu
saling berkaitan satu dengan lainnya. Perubahan satu unsur kebudayaan akan
mempengaruhi unsur-unsur yang lainnya. Hal ini bisa kita lihat contohnya
ketika program listrik masuk desa mula-mula dijalankan. Masuknya listrik
ke pedesaan yang sebelumnya tidak ada listrik, membawa perubahan besar
dalam kehidupan penduduk desa yang sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani atau pengrajin tradisional. Perubahan itu begitu terasa pada
peningkatan beragam kebutuhan akan barang-barang elektronik (radio,
televisi, kulkas).
Dengan memiliki perangkat elektronik tersebut, pola hidup mereka
mengalami perubahan. Waktu tidur berubah menjadi semakin larut, pranata-
pranata hiburan juga ikut mengalami perubahan. Ikatan-ikatan sosial
masyarakat desa menjadi semakin mengendur, karena mereka lebih banyak
menghabiskan waktunya di depan pesawat televisi dibandingkan dahulu
yang lebih banyak berinteraksi di luar dengan sesama warga. Pertunjukan
seni tradisional lebih banyak ditonton di televisi dari pada melalui
pertunjukan langsung di panggung-panggung. Selain itu juga, dengan adanya
penerangan lampu. Dari kenyataan ini, perubahan-perubahan lainnya akan
semakin terbuka dan berlangsung secara beruntun.
Menurut Gillin dan Koenig, perubahan kebudayaan disebabkan oleh
beberapa faktor internal maupun eksternal sebagai berikut :
a. Faktor-faktor internal antara lain :
1) Adanya kejenuhan atau ketidakpuasan individu terhadap sistem nilai
yang berlaku di masyarakat.
2) Adanya individu yang menyimpang dari sistem sosial yang berlaku.
Apabila hal ini dibiarkan, maka akan diikuti oleh individu-individu
lainnya sehingga mendorong perubahan.
3) Adanya perubahan dalam jumlah dan komposisi penduduk.
Pertumbuhan penduduk akan menyebabkan terjadinya perubahan
unsur penduduk lainnya, seperti rasio jenis kelamin dan beban
tanggungan hidup. Banyaknya pendatang dari etnis dan budaya lain
juga akan merubah struktur sosial karena penduduk menjadi lebih
heterogen.
b. Faktor-faktor eksternal antara lain :
1) Bencana alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, atau
tsunami. Bencana alam dapat menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan fisik sehingga menuntut manusia melakukan adaptasi
terhadap lingkungan yang telah berubah tersebut. Biasanya untuk
bertahan ataupun mengalami suatu bencana alam, manusia terkadang
terlupa atau mungkin terpaksa melanggar nilai-nilai dan norma sosial
yang telah ada. Hal ini dilakukan semata-mata untuk tetap bertahan
dalam menghadapi perubahan lingkungan akibat bencana alam
tersebut.
2) Peperangan selalu berdampak pada tingginya angka kematian,
rusaknya berbagai sarana dan prasarana kebutuhan hidup sehari-hari,
terjadinya kekacauan ekonomi dan sosial, serta tergoncangnya
mental penduduk sehingga merasa frustasi dan tidak berdaya. Dalam
kenyataan yang lebih memprihatinkan, peperangan seringkali
diakhiri dengan penaklukan yang diikuti pemaksaan ideologi dan
kebudayaan oleh pihak atau negara yang menang. Semua ini akan
mengubah kehidupan masyarakat dan kebudayaannya.
3) Kontak dengan masyarakat lain yang berbeda kebudayaannya.
Kontak dapat terjadi antar etnis di dalam suatu kawasan atau yang
berasal dari tempat yang berjauhan. Interaksi antara orang atau
kelompok yang berbeda etnis dan kebudayaan yang tinggi akan
memperluas pengetahuan dan wawasan tentang budaya masing-
masing, sehingga dapat menimbulkan sikap toleransi dan
penyesuaian diri terhadap budaya lain tersebut. Sikap toleransi dan
penyesuaian diri ini pada akhirnya akan mendorong terjadinya
perubahan kebudayaan.
2. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Globalisasi memiliki pengaruh yang positif, yaitu membawa kemajuan,
kesejahteraan, dan keselamatan bangsa dan negara. Namun globalisasi juga
membawa pengaruh negatif, seperti adanya budaya hedonisme, pendewaan
pikiran nasionalisme, ilmu dan teknologi, sekularisme, dan tipisnya iman.
Kita menyadari bahwa pengaruh globalisasi tidak mungkin dapat dihindari,
kecuali kita dengan sengaja menghindari interaksi dan komunikasi dengan
pihak yang lain. Ketika seseorang masih membaca surat kabar, menonton
televisi, atau menggunakan alat lainnya, terlebih lagi dengan menggunakan
internet, ia tetap akan terperangkap dalam proses dan model pergaulan
global.
Dalam era globalisasi telah terjadi pertemuan dan gesekan nilai-nilai budaya
dan agama di seluruh dunia yang memanfaatkan jasa telekomunikasi,
transformasi dan informasi sebagai hasil dari modernisasi teknologi.
Pertemuan dan gesekan tersebut akan menghasilkan kompetisi liar yang
berarti saling mempengaruhi dan dipengaruhi, saling bertentangan dan
bertabrakannya nilai-nilai yang berbeda yang berakhir dengan kalah atau
menang, saling bekerja sama yang akan menghasilkan sintesa dan antitesa
baru.
Pengertian globalisasi dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
1) Sebagai Alat
Globalisasi merupakan wujud keberhasilan ilmu dan teknologi, terutama
di bidang komunikasi. Globalisasi sebagai alat juga mengandung hal-hal
yang positif apabila dipergunakan untuk tujuan yang baik. Namun hal
tersebut juga dapat mengandung hal-hal negatif bila dipergunakan untuk
tujuan yang tidak baik. Jadi tergantung siapa yang menggunakan dan apa
tujuannya.
2) Sebagai Ideologi
Globalisasi sebagai ideologi berarti sudah mempunyai arti tersendiri dan
netralitasnya sangat sedikit. Globalisasi sebagai ideologi pasti memihak
suatu kepentingan sehingga akan menimbulkan akibat, baik yang setuju
maupun yang tidak setuju. Disinilah timbulnya benturan dan
pertentangan.
a) Ancaman
Dengan alat komunikasi seperti TV, parabola, telepon, VCD, DVD,
dan internet, kita dapat berhubungan dengan dunia luar. Dengan
parabola atau internet, kita dapat menyaksikan hiburan porno dari
kamar tidur. Kita dapat terpengaruh oleh segala macam bentuk yang
sangat konsumtif. Anak-anak kita dapat terpengaruh oleh segala
macam film kartun dan film-film yang seharusnya tidak dilihat. Kita
pun dapat dengan mudah terpengaruh oleh gaya hidup seperti yang
terjadi di sinetron-sinetron kita (terutama sekali yang bertemakan
keluarga) yang lebih dari 90% menebar nilai-nilai negatif dengan
ukuran keberagaman dari setiap agama. Meskipun harus disadari pula
bahwa televisi juga banyak menayangkan program-program
pengajian, ceramah, diskusi, dan berita yang mengandung nilai
positif bahkan agamis. Adegan kekerasan (violence) akan lebih
berkesan di benak anak-anak dibandingkan dengan petuah agama.
b) Tantangan
Pengaruh globalisasi yang memberikan nilai-nilai positif wajib kita
serap, terutama yang tidak menyebabkan benturan dengan budaya
kita, misalnya disiplin, kerja keras, menghargai orang lain, rasa
kemanusiaan, demokrasi dan kejujuran. Kita wajib menyaring yang
baik dan sesuai dengan kepribadian dan moral bangsa kita terima,
sebaliknya yang buruk kit atolak.
Adapun beberapa aspek-aspek positif dan negatif dari globalisasi
memberi pengaruh globalisasi yang harus kita hadapi dan direspons.
Ada tiga sikap dalam merespons globalisasi.
1. Respons dengan sikap anti modernisasi atau anti barat. Kita
menolak semua pengaruh barat. Bahkan ada pandangan ekstrem
yang menganggap kebudayaan barat sebagai musuh.
2. Respons yang menjadikan kebudayaan barat menjadi kiblat dan
role model untuk masa depan, bahkan menjadikannya way of
life mereka.
3. Respons yang bersikap selektif, artinya tidak secara otomatis
menerima atau menolak kebudayaan barat, mereka dapat
menerima kebudayaan barat selama tidak harus mengorbankan
agama, kepribadian, dan kebudayaan yang ada. Sebaliknya
mereka akan menolak kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan
kebudayaan yang dimiliki.

Berdasarkan hal tersebut, akhirnya kita dapat menentukan sikap


sebagai berikut :
a. Aspek-aspek positif yang diterima
1) Di bidang sosial budaya
Perkembangan yang demikian cepat dalam ilmu dan
teknologi, terutama di bidang komunikasi, transportasi, dan
informasi akan dapat menebus batas-batas wilayah, budaya
dan waktu. Di era globalisasi ini berarti terjadi pertemuan dan
gesekan nilai-nilai sosial budaya. Melalui proses seleksi nilai-
nilai sosial budaya yang positif wajib kita terima, seperti kerja
keras, disiplin, kejujuran, penghargaan terhadap karya atau
kerja orang lain, optimistis, kemandirian, kesungguhan,
tanggung jawab, law enforcement, ketaatan terhadap aturan,
dan nilai-nilai agama. Nilai-nilai yang diterima akan diserap
sehingga memperkaya budaya kita.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari bahwa di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi masih tertinggal jauh dari negara-negara yang telah
maju. Justru era globalisasi ini merupakan peluang baik untuk
dapat menyerap ilmu dan teknologi, sehingga kita akan dapat
bersaing (berkompetisi) dalam menghasilkan barang-barang
yang berkualitas dengan harga murah.
3) Di bidang mental
Sikap mental seperti pasrah, menyerah, ketergantungan,
kongkow-kongkow, dan santai wajib kita ubah menjadi sikap
kerja keras, disiplin dalam segala hal, serta menghargai dan
menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Hal tersebut merupakan kunci kemajuan dan keberhasilan
dalam pembangunan bangsa, bangsa yang maju pasti
mempunyai sikap mental tersebut. Sebagai contoh negara
Jepang, Korea, Hongkong, dan Singapura.
4) Di Bidang Ekonomi
Kompetisi atau persaingan bebas adalah kunci, seperti AFTA
(Asean Free Trade Agreement) atau perjanjian kawasan
perdagangan bebas ASEAN yang berlaku di tahun 2003 dan
APEC (Asian Pacific Economy Cooperation) atau kerja sama
ekonomi Asia Pasifik yang berlaku di tahun 2020. Lalu
timbul pertanyaan : sudah siapkah kita menghadapi era
liberalisme perdagangan tersebut ? jika sudah, berarti kita
akan tetap survive (hidup) akan dicukupi dari produksi luar
negeri. Akibatnya bangsa kita akan tergantung sepenuhnya
pada bangsa kita.
5) Di Bidang Ideologi (politik)
Salah satu konsekuensi dari era globalisasi adalah keharusan
untuk berhubungan dengan bangsa lain. Kita akan dihadapkan
dengan berbagai ideologi bangsa lain, seperti separatisme.
Oleh sebab itu, harus mempunyai ketahanan ideologi dan
kesaktian Pancasila melalui sejarah. Pancasila merupakan
ideologi nasional, pandangan hidup bangsa (falsafah bangsa),
dan dasar negara yang harus dipertahankan. Sejarah telah
membuktikan bahwa menyimpang dari Pancasila akan
membawa bencana bagi bangsa dan negara, seperti pada
tahun 1949 1959 (masa liberalisme) dan pada tahun 1959
1965 (masa demorasi terpimpin).
6) Di bidang Pertahanan dan Keamanan
Persatuan dan kesatuan akan membawa kejayaan bangsa,
sebaliknya perpecahan akan membawa kehancuran terhadap
negara ini. Persatuan dan kesatuan akan membawa rasa aman,
damai, tentram dan sejahtera. Banyak faktor di era globalisasi
yang akan menimbulkan benturan dan gesekan dengan
budaya lain, seperti individualistis, sekularisme, dan gaya
hidup serba bebas (dalam arti negatif). Oleh sebab itu kita
harus waspada, kita harus dapat mengatasi setiap hambatan,
ancaman, gangguan, dan tantangan.
b. Aspek-aspek Negatif yang wajib ditolak
Kita telah masuk pada era globalisasi, dimana dunia seolah-olah
tidak memiliki lagi batas-batas wilayah, waktu dan budaya. Apa
yang terjadi di sana, terjadi juga di sini dalam waktu yang sama
dan tidak ada sensor. Kita dihadapkan pada suatu pilihan,
menerima atau menolak. Dalam menentukan pilihan wajib
mempunyai filter (penyaring), yaitu agama (iman), Pancasila,
norma-norma budaya, dan kepribadian bangsa. Apabila tidak,
maka nilai-nilai kemaksiatan akan masuk dan merusak bangsa
kita.
1) Di bidang sosial budaya
Dalam era globalisasi pergesekan dan saling mempengaruhi
antar nilai budaya tidak mungkin dihindari. Apabila kita
bertahan, maka akan menimbulkan sikap isolasi, ketertutupan,
eksklusif, dan inferior (rasa rendah diri). Tetapi apabila kita
berperan aktif berarti akan menghasilkan keterbukaan dan
rasa lebih. Paling tidak kita dapat bersikap akomodatif
terhadap hal-hal yang masih bisa ditolerir.
Kita harus waspada karena imperialisme budaya jauh lebih
berbahaya, akibat prosesnya yang lama dan apabila sudah
termakan akan menghilangkan nilai-nilai dan identitas
bangsa.
2) Di bidang ilmu dan teknologi
Kita menyadari ilmu dan teknologi dari dunia barat memang
lebih maju daripada yang kita miliki. Namun kita harus
selektif, apakah ilmu dan teknologi itu sesuai dengan norma-
norma, kondisi, dan situasi bangsa kita. Misalnya apakah
penerapannya akan berdampak negatif terhadap lingkungan
dan menimbulkan pengangguran? Semua itu perlu
pengkajian lebih lanjut.
3) Di bidang mental
Gaya hidup kebarat-baratan wajib kita tolak, meskipun
dikatakan modern, seperti pengaruh model pakaian, rambut,
makanan, dan minuman tanpa memperhatikan yang halal atau
yang haram.
4) Di bidang ekonomi
Salah satu ciri era globalisasi adalah adanya kompetisi
(persaingan) secara sehat, artinya berdasarkan peraturan yang
berlaku. Kompetisi dapat berlaku dalam kualitas, harga
(murah), dan pelayanan (cepat, tepat, dan sopan). Dengan
kompetisi akan terjadi pengelompokan perusahaan, yang kuat
dan baik tetap hidup, yang lemah dan tidak baik akan mati
(gulung tikar). Terjadilah kesenjangan ekonomi dan sosial
yang semakin lebar dan dalam, sehingga sistem ekonomi dan
sosial berdasarkan UUD 1945 Pasal 33 tidak mungkin
tercapai. Pertanyaan adalah kemana perekonomian Indonesia
akan dibawa dan oleh siapa?
5) Di bidang ideologi politik
pergeseran akan terjadi di bidang ideologi (politik) dalam era
globalisasi, karena maraknya paham-paham lain masuk ke
bumi Indonesia, seperti liberalisme, komunisme, sekularisme,
individualisme, egoisme, dan sebagainya. Semua ideologi
asing tersebut tentu bertentangan dengan ideologi Pancasila
yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, kekeluargaan,
gotong royong, musyawarah untuk mufakat, dan lain
sebagainya.
6) Di bidang pertahanan dan keamanan
Era globalisasi juga membawa budaya kekerasan dan
tindakan kejahatan yang makin meningkat, baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya, sehingga pendidikan agama
perlu kita tingkatkan pula. Pendidikan agama bukan hanya
dalam segi pengetahuan, tetapi lebih menekankan pada
pengalaman yang dimulai sejak sedini mungkin.
c. Hubungan antara Perubahan Sosial dan Perubahan Budaya
Perubahan sosial tidak terlepas dari perubahan kebudayaan.
Kingsley Davis mengatakan bahwa perubahan sosial
merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Teori perubahan
sosial dan budaya Karl Marx yang merumuskan bahwa
perubahan sosial dan budaya sebagai produk dari sebuah
produksi (materialism), sedangkan Max Weber lebih pada sistem
gagasan, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan yang justru
menjadi sebab perubahan. Perubahan sosial dan kebudayaan
mempunyai satu aspek yang sama, yaitu berhubungan dengan
suatu penerimaan cara-cara baru atau perbaikan didalam
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Hubungan antara
perubahan sosial dan perubahan kebudayan sangat erat.
Meskipun dalam kenyataan dapat kita lihat bahwa perubahan
kebudayaan tidak selamanya diikuti oleh perubahan sosial.
Namun sukar untuk menentukan garis pemisah antara perubahan
sosial dan perubahan kebudayaan, dan sulit dibayangkan jika
terjadinya perubahan sosial tanpa didahului oleh suatu perubahan
kebudayaan. Walaupun perubahan sosial dibedakan dari
perubahan kebudayaan, tetapi pembahasan-pembahasan
mengenai perubahan sosial tidak akan mencapai suatu pengertian
yang benar jika tidak mengkaitkannya dengan perubahan
kebudayaan yang terwujud dalam masyarakat yang bersangkutan.
Hal yang sama juga berlaku dalam pembahasan-pembahasan
mengenai perubahan kebudayaan.
Akibat perubahan sosial tanpa dibarengi perubahan kebudayaan :
1. Timbulnya masalah sosial
2. Timbulnya perubahan sikap hidup
3. Timbulnya krisis masyarakat
Perubahan sosial melekat pada diri suatu masyarakat dengan
kebudayaan, karena untuk :
a. menghadapi masalah-masalah baru.
b. Ketergantungan pada hubungan antarwarga pewaris
c. Lingkungan yang berubah

Contoh, masyarakat desa yang tadinya memiliki rasa


solidaritas tinggi terhadap lingkungan seperti rajin gotong
royong sekarang nilai-nilai itu telah hilang, mereka
menggantikan keberadaan mereka saat gotong royong dengan
uang.

Perubahan sosial dan budaya pada dasarnya memiliki aspek


yang sama, yaitu keduanya berkaitan dengan proses
penerimaan cara-cara baru dalam masyarakat untuk
memenuhi aneka kebutuhannya.

Contoh, ketika teknologi semakin maju, banyak masyarakat


menggunakan HP. Perubahan sosial terjadi karena globalisasi,
maka perubahan kebudayaan juga terjadi dari menggunakan
surat untu berkomunikasi jarak jauh, kini menggunakan HP.

E. Dampak Akibat Perubahan Sosial


Arah perubahan meliputi beberapa orientasi, antara lain
(1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau
unsur-unsur kehidupan sosial yang mesti ditinggalkan atau diubah,
(2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang
bentuk atau unsur baru,
(3) suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang
telah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah jarang suatu masyarakat
atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada
berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi,
pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput
perhatian masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya
menyelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-
unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa
yangbermartabat.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang
memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah
sebagai berikut,

(1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu
menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya
produktivitas kerja itu sendiri,
(2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah penyimpangan dari
bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya salah satu
pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-
hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang
disebut manusia itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant,
makhluk yang suka menyimpang dari unsur-unsur rutinitas,
(3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap mental yang mampu memberikan
penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual, kelompok) yang
berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek,
(4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan
yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka
bagi semua fihak yang membutuhkannya.

Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju


atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau
berkualifikasi universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka
dipertentangkan dengan nilai-nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern
(maju), modernity (modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang
keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau
universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim
dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang
sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan
secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi
sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on)
ruang (tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya
keberlakuannya terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai-
nilai atau values.Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia mengenakkan
pakaian, ini merupakan atau termasuk kualifikasi nilai (value).Semua fihak
cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun, pakaian model
apa yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang disukai, yang
disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan norma-norma yang
dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok
akan lebih cenderung beraneka ragam.

Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi
adalah sebagai berikut,

(1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh dikatakan sebagai
penghambat kemajuan atau proses modernisasi,
(2) ada pula sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk
dikembangkan, disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi
sehingga kondusif dalam menghadapi proses modernisasi,
(3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi dan relevansi dengan nilai-
nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat dengan nilai-
nilai tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat
modern, yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju)
adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul.Konsep
modernisasi digunakan untuk menamakan serangkaian perubahan yang
terjadi pada seluruh aspek kehidupan masyarakat tradisional sebagai suatu
upaya mewujudkan masyarakat yang bersangkutan menjadi suatu
masyarakat industrial.Modernisasi menunjukkan suatu perkembangan dari
struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan pada
aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan
kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.

Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu


pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan
masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan
yang semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari
proses menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala
dihadapkan pada arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat
tertentu (misalnya masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu
fenomena kebengongan semata, tetapi diharapkan mampu merespons,
melibatkan diri dan memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi
dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi sikap mental
seseorang atau kelompok yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi
proses modernisasi adalah,

(4) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi ke masa
depan dan dengan cermat mencoba merencanakan masa depannya,
(5) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi
dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan terbuka bagi
pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa
dibeli, dipinjam dan diambil alih dari iptek produk asing, namun dalam
penerapannya memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit
daripada mengembangkan iptek baru,
(6) nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan
tidak menilai tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan
suatu predikat yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif,
sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan pada konsep seperti
apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland (Koentjaraningrat, 1985),
yaitu achievement-oriented,
(7) nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak
lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.

Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa
harus bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat
tidak ada salahnya untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam,
bahkan dibeli. Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai
budaya atau sikap mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu
masyarakat tersebut. Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa
lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari
kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi dan
diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan
Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang
Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai
kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.

Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli


oleh masyarakat perkotaan (urban community), terutama di kota-kota
Negara Sedang Berkembang, seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di
negara-negara sedang berkembang menjadi pusat-pusat modernisasi
yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan pembangunan, baik
aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-
spiritual.Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah
perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang
lebih baik bagi penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya.
Obsesi semacam ini menjadi pendorong kuat bagi penduduk pedesaan
untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap sudut daerah
perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena
demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber
permasalahan bagi kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan
kehidupan masyarakat perkotaan.Sampai dengan saat sekarang ini
masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin ruwet
dan kompleks.

Anda mungkin juga menyukai