2. Difusi, pH, ukuran partikel dan temperatur 3. Pilihan pelarut ekstraksi Untuk melakukan ekstraksi zat aktif tertentu dari bahan tanaman secara sempurna, pelarut yang udeal adalah pelarut yang menunjukkan selektivitas maksimal, mempunyai kapasitas terbaik ditinjau dari koefisien saturasi produk dalam medium, dan kompetibel dengan sifat-sifat bahan yang diekstraksi. Untuk tiap-tiap tanaman, persyaratan ini harus dicari secara eksperimental karrena pilihan sering bergantung pada stabilitas senyawa yang akan diesktraksi dan juga pada kemungkinan terjadinya interaksi dengan zat lain yang terdapat dalam proses pengekstraksian. Menurut farmakope, etanol merupakan pelarut pilihan untuk memperoleh ekstrak secara klasik, seperti tinktur, ekstrak cair, kental dan kering yang masih digunakan secara luas dalam formulasi sediaan farmasi. Pelarut-pelarut tersebut, disamping mempunyai daya ekstraktif yang tinggi, paling sedikit (minimal) harus bersifat selektif dan dapat digunakan tidak hanya untuk ekstraksi klasik, tetapi dapat pula digunakan untuk ekstraksi tanaman yang bahan berkhasiat/aktifnya belum diketahui dengan baik, dan diinginkan ekstrak yang paling lengkap. Dengan memperhatikan penggunaan jenis pelarut ini, perbandingan ideal alkohol air untuk ekstraksi bagian kayu atau kulit tanaman, akar dan biji, berkhisar antara 7 : 3 atau 8 : 2. Faktor yang mempengaruhi maserasi adalah: 1. Perbandingan simplisia-pelarut. 2. Proses pelarutan zat dai sel yang disintegrasi. 3. Imbibisi dari simplisia. 4. Proses pelarutan dari sel utuh. 5. Kecepatan tercapainya kesetimbangan. 6. Temperatur. 7. Ph (untuk sistem pelarut air). 8. Interaksi antara konstituen pelarut dan struktur bahan. 9. Lipofilisitas (dalam hal menggunakan pelarut campur). 4. Alkaloid sebagai model zat aktif