Anda di halaman 1dari 29

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 STATUS PASIEN


1. Identitas Pasien

Nama : Ny. M

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : RT. 40 Talang Bakung

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga


Status Perkawinan : Sudah menikah
Jumlah Anak : 3 orang
Jumlah Saudara : Anak kedua dari tiga bersaudara
Status Ekonomi Keluarga : Menengah

Kondisi Rumah :
Rumah pasien merupakan rumah permanen dengan luas 12 x 10 m2.
Rumah terdiri dari 1 ruang tamu,1 ruang keluarga, 1 ruang makan, 2
kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi. Rumah pasien disertai 2 pintu di
depan dan samping, jendela terdapat di bagian depan rumah dan samping
rumah. Lantai rumah terbuat dari keramik. Rumah terletak dipinggir jalan
dan lingkungan sekitar rumah tidak begitu padat. Air yang digunakan
untuk masak dan mandi dari air PDAM, air yang digunakan bersih, jernih
dan tidak berbau sedangkan untuk minum dari air depot. Terdapat 1 buah
jamban/wc jongkok di kamar mandi.

3. Kondisi Lingkungan Keluarga :

1
Pasien sudah bersuami dan mempunyai 3 orang anak. Sekarang pasien tinggal
bersama suami dan 2 orang anaknya, sumber penghasilan keluarga berasal
dari gaji suami yang sebagai seorang pedagang.

4. Aspek Psikologis Kelquarga :


Hubungan pasien dengan anggota keluarga yang lain baik

5. Keluhan Utama
Nyeri pada lutut sebelah kanan sejak 2 hari sebelum ke puskesmas

6. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Puskesmas Talang bakung dengan keluhan utama nyeri pada
lutut sebelah kanan sejak 2 hari sebelum ke puskesmas. Nyeri terutama dirasakan
jika pagi hari, saat cuaca dingin, saat akan berdiri, dan saat berjalan jauh. Nyeri
tidak menjalar, bertambah jika berjalan jauh dan berkurang dengan istirahat. Nyeri
pada lutut kanan menyebabkan pasien lebih lambat dalam berjalan. Apabila duduk
lama kemudian lutut kanan terasa kaku. Riwayat jatuh sebelumnya disangkal.
Keluhan sudah sering dirasakan sejak 1 tahun ini. Pasien selalu berobat ke
Puskesmas dan diberikan obat penghilang rasa sakit. Namun bila obat habis
biasanya nyeri mulai dirasakan kembali oleh pasien. Pasien mengaku dari dulu
hingga sekarang jarang berolahraga.

7. Riwayat Penyakit Dahulu / Penyakit Keluarga :

Pasien belum pernah sakit yang harus dirawat di Rumah sakit sebelumnya.
Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi, tidak mempunyai riwayat kencing
manis, penyakit alergi disangkal, riwayat trauma disangkal dan riwayat penyakit
asam urat disangkal.

Keluarga dengan penyakit yang sama disangkal, riwayat penyakit menular di


keluarga disangkal.

8. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

2
Kesadaran : Composmentis

Indeks Massa Tubuh : BB : 63 kg // TB : 157 cm // IMT : 26,56 = overweight

Tanda Vital :

- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80 x per menit, irama reguler, isi cukup
- Suhu : 36,5C
- Respirasi : 20 x/menit, irama reguler, jenis pernapasan torakoabdominal

Status Generalisata

Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-) Sklera ikterik (-/-) reflex cahaya (+/+)
isokhor, pergerakan bola mata simetris

Telinga: Dalam Batas Normal

Hidung : deformitas (-), Sekret (-/-) Epistaksis (-/-) deviasi septum (-)

Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-) tonsil T1-T1

Leher : JVP 5 - 2 cmH2O, pembesaran kelenjar (-)

Thorax

Pulmo

- Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi (-), sikatriks (-)

- Palpasi : pergerakan dada simetris, vocal fremitus sama, krepitasi (-),


massa (-), nyeri tekan (-)

- Perkusi : sonor dikedua lapangan paru

- Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-), wheezing(-)

Cardio

- Inspeksi : ictus cordis terlihat di ICS V midclavicula sinistra

3
- Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra, tidak kuat
angkat, thrill (-)

- Perkusi : batas jantung dalam batas normal

- Auskultasi : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

- Inspeksi : datar, massa (-), striae (+), gambaran pembesaran organ (-),

- Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, nyeri ketok
CVA (-)

- Perkusi : Timpani (+) di 4 kuadran

- Auskultasi : Bising usus (+) normal

Ekstremitas superior : deformitas (-/-), akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 dtk
nyeri tekan (-), massa (-)

Ekstremitas inferior :

Sinistra : deformitas (-/-), akral hangat, kekuatan 5/5, CRT < 2 detik,
edema (-/-).
Dextra (lihat status lokalisata).

Status Lokalisata
Ekstremitas Inferior regio artikulasio genu dextra.
Inspeksi
o Kontur jaringan lunak : edema (-)
o Warna merah (-)
o Jaringan parut (-)

Palpasi
o Panas (-),

4
o Penebalan dan penonjolan tulang (-)
o Kontur jaringan lunak : penebalan membran sinovial (+), spasme
otot (+)
o Nyeri lokal (+)
Pergerakan
o Fleksi terbatas ( N= 120-145 0C)
o Ektensi dalam batas normal (N= 0 0C)
o Nyeri bila digerakkan (+)
o Krepitasi (-)
Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa)
o Fleksi : dalam batas normal
o Ektensi : dalam batas normal
o Cara berjalan : antalgik yaitu cara berjalan dengan berupaya
menurunkan berat badan untuk mengurangi nyeri

9. Pemeriksaan Penunjang

Belum pernah dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien ini

Anjuran : Foto rontgen genu dextra anteroposterior-lateral (AP/L)

Kimia darah : kadar asam urat

10. Diagnosa Kerja


M17.11 (Unilateral Primary Osteoarthritis,right knee)

11. Diagnosa Banding


- Rematoid artritis (M06.9)
- Osteoporosis (M81.0)
- Gout artritis (M10.9)
12. Manajemen

a. Promotif :

5
- Menjelaskan pada pasien mengenai penyakit osteoarthritis yang pasien
derita mulai dari penyebab, faktor risiko, pengobatan, pencegahan, serta
komplikasi.

- Menganjurkan kepada pasien untuk prilaku hidup bersih dan sehat

- Menjelaskan pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang untuk


menjaga indeks antropometri dalam batas normal agar terhindar dari
resiko berbagai penyakit

b. Preventif :
- Hindari aktivitas yang membebani kerja sendi lutut
- Hindari makan berlebih yang dapat memicu kenaikan berat badan
- Hindari kegiatan atau perjalanan jauh yang mengharuskan posisi badan
statis dalam waktu yang lama
- Jangan menggunakan sepatu atau sandal tinggi
c. Kuratif

1. Non farmakologi

- Beristirahat yang cukup terutama setelah beberapa saat beraktivitas

- Kompres hangat pada sendi lutut

- Menggunakan kaos kaki jika dingin

- Jika perlu menggunakan alat bantu jalan seperti tongkat agar beban
lutut berkurang

2. Farmakologi

- Meloxicam tab 3 x 7,5 mg

- Antasida tab 3 x 200 mg

- Vitamin B1 3 x 50 mg

d. Rehabilitasi

- Menjaga agar tidak beraktivitas berlebihan

- Menggunakan sepatu dan sandal yang nyaman digunakan

6
- Menjaga pola makan agar berat badan tidak bertambah

- Minum obat dan kontrol secara rutin

- Dukungan psikososial keluarga

Pengobatan Tradisional Osteoartritis

7
8
Resep
Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Talang Bakung Puskesmas Talang Bakung
dr. Egih Dieng Prabu T dr. Egih Dieng Prabu T
SIP : 170392 SIP : 170392

Jambi, 2017 Jambi, 2017

R/ R/

R/ R/

R/

Dinas Kesehatan Kota Jambi Pro :


Puskesmas Talang Bakung Alamat :
Pro : dr. Egih Dieng Prabu T Resep tidak boleh ditukar tanpa
Alamat : SIP : 170392 sepengetahuan dokter
Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuanJambi,
dokter 2017

R/

R/

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Pro :
Alamat :
2.1 Definisi
Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang karakteristik dengan
menipisnya rawan sendi secara progresif, disertai dengan pembentukan tulang
baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan tulang baru
pada tepi sendi (osteofit).1

9
2.2 Etiologi

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, yang disebut


dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yang lebih jarang, osteoartritis dapat
terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, atau variasi herediter, perkembangan,
kelainan metabolik dan neurologik, yang disebut dengan osteoartritis sekunder.
Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya; maka dari
itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak,
seperti halnya pada orang tua. Terdapat hubungan yang kuat antara osteoartritis
primer dengan umur.

2.3 Epidemiologi
Osteoartritis adalah bentuk artritis yang paling umum ditemukan. Biasanya
perempuan memiliki angka insidensi lebih tinggi dibandingkan laki-laki, dan
terutama ditemukan pada orang-orang dengan usia lebih dari 50 tahun. Pada orang
yang lebih muda, osteoartritis dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau trauma,
misalnya pada fraktur atau dislokasi bahu. Keadaan demikian dikenal sebagai
artritis post trauma.
Beberapa faktor resiko di bawah ini, antara lain :2,3
a. Umur

10
Prevalensi dan beratnya osteoartritis semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tidak pernah ada pada anak-anak,
jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun.
Akan tetapi harus diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan pada
osteoartritis.
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan osteoartritis banyak sendi,
dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan, dan
leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang
lebih sama pada laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada laki. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis. Selain
itu, predominasi wanita pada osteoartritis dipengaruhi oleh kebiasaan wanita
dalam menggunakan sepatu ber-hak tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian
sepatu ber-hak tinggi menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi di
lutut dan kompartemen medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi
perubahan degeneratif pada sendi, dalam hal ini osteoartritis.4

c. Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, osteoartritis paha
lebih jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia.
osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian)
daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misalnya, pada ibu
dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi interfalang distal
(nodus Heberden) terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi

11
tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih
sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa
osteoartritis tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen
struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX
dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis tertentu (terutama
osteoartritis banyak sendi).
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang
menanggung beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lailn (tangan atau
sternoklavikula). Oleh karena itu di samping faktor mekanis yang berperan
(karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik)
yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan
hormonal pada kaitan antara osteoartritis dan kegemukan juga disokong oleh
adanya kaitan antara osteoartritis dengan penyakit jantung koroner, diabetes
melitus, dan hipertensi. Pasien-pasien osteoartritis ternyata mempunyai resiko
penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-
orang tanpa osteoartritis. Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu
sendi yang terus menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
f. Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras)
tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan
sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini
diduga berperan pada lebih tingginya osteoartritis pada orang gemuk dan
pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif
antara osteoporosis dan osteoartritis. Merokok dilaporkan menjadi faktor yang
melindungi untuk timbulnya osteoartritis, meskipun mekanismenya belum
jelas.

12
2.4 Klasifikasi Osteoartritis
Osteoartritis dikelompokkan menjadi osteoartritis primer dan sekunder.
Osteoartritis primer disebut juga idiopatik yaitu kausanya tidak diketahui dan
tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal
pada sendi.1,5
Sedangkan osteoartritis sekunder didasari oleh adanya kelainan endokrin,
inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas, imobilisasi terlalu lama.1,5

2.5 Patofisiologi
Pada prinsipnya, struktur sendi synovial dirancang untuk memastikan agar
gerakan tulang halus. Sendi dikelilingi oleh cairan synovial yang merupakan
pelumas sendi, dan kedua ujungnya ditutupi oleh tulang serta secara teratur
diperbaharui.6
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi yaitu
kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen, dan tulang di dasarnya.
Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak
(Range of motion) sendi.6
Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada
permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat
gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein pada cairan
sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan
apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi.6
Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik
yang dikirimkannya memungkinkan otot dan tendon mampu untuk memberikan
tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi bergerak.
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari
pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan
tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan
tugasnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan stres yang terjadi pada sendi
dengan cara melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan

13
yang diterima akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga
meringankan dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi
untuk menyerap goncangan yang diterima.
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh
cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi
ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai
penyerap tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum
timbulnya osteoartritis dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk
mengetahui lebih lanjut tentang kartilago.6
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu Kolagen tipe
dua dan Aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekul-
molekul aggrekan di antara jalinan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul
proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan
pada kartilago.6
Kondrosit, sel yang terdapat di jaringan avaskular, mensintesis seluruh
elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim
pemecah matriks, sitokin Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF), dan
faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul
matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh
sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan.6
Kondrosit mensintesis metaloproteinase matriks (MPM) untuk memecah
kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun, pada fase awal osteoartritis, aktivitas serta efek
dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan (superficial) dari kartilago.
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi
pergantian matriks, namun stimulaso IL-1 yang berlebih malah memicu proses
degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin
(PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis
dan degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses pembentukan
tersebut. NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan

14
meningkatkan proses pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada
proses awal timbulnya osteoartritis.6
Kartilago memiliki metabolisme yang lambat, dengan pergantian matriks
yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi.
Namun, pada fase awal perkembangan osteoartritis kartilago sendi memiliki
metabolisme yang sangat aktif.
Pada proses timbulnya osteoartritis, kondrosit yang terstimulasi akan
melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan
cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan
kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh
komponen pertahanan sendi akan meningkatkan kemungkinan timbulnya
osteoartritis pada sendi.

2.6 Manifestasi Klinis


1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke
dokter (meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah
bentuknya). Nyeri timbul setelah penderita beraktivitas, bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang
lain.1,3,4
Nyeri yang terjadi dapat berhubungan dengan :3
- Inflamasi yang luas
- Kontraktur kapsul sendi
- Peningkatan tekanan intra artikuler akibat kongesti vaskular
2. Hambatan gerakan sendi

15
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan perlahan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri. Hambatan gerak ini disebabkan oleh adanya
fibrosis pada kapsul, osteofit atau iregularitas sendi.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi timbul setelah imobilitas atau
periode inaktivitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup
lama atau bahkan setelah bangun tidur mungkin menonjol tetapi biasanya
menetap kurang dari 20 menit. Kemudian akan kembali membaik setelah
sendi digerakkan. Kekakuan terutama terjadi karena adanya lapisan yang
terbentuk dari bahan elastis akibat pergeseran sendi atau adanya cairan
viscosa.3
4. Krepitasi
Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
Muncul pada keadaan yang lebih lanjut dari osteoartritis.1,3,6
5. Pembengkakan sendi
Terjadi pada stadium akut atau oleh karena pembengkakan tulang yang disebut
osteofit. Bahkan bisa terjadi akibat adanya pembengkakan dan penebalan
sinovial berupa kista.3
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis

Sebagian besar pasien dengan osteoartritis datang dengan keluhan nyeri


sendi. Pasien sering menggambarkan nyeri yang dalam, ketidaknyamanan yang
sukar dilokalisasikan, yang telah dirasakan selama bertahun-tahun. Nyeri dapat
bertambah dengan perubahan cuaca, khususnya dalam cuaca dengan suhu yang
dingin, dan aktivitas. Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa
segera setelah penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama berjam-jam
setelah aktivitas. Beberapa pasien pada awalnya memperhatikan adanya gejala
penyakit degeneratif sendi ini setelah trauma ringan sendi atau aktivitas fisik yang
berat. Pada tahap lanjut, nyeri menjadi konstan hingga dapat membangunkan
pasien dari tidurnya. Selama degenerasi sendi berlanjut, pasien dapat
mengeluhkan nyeri yang tajam yang dipicu dengan gerakan. Pembesaran sendi
karena pembentukan osteofit dan deformitas muncul pada tahap akhir dari
penyakit.

16
2. Pemeriksaan Fisik

Tanda awal osteoartritis meliputi penurunan kecepatan dan ruang gerak


aktif sendi. Keterbatasan gerakan dapat muncul akibat rusaknya kartilaggo
artikularis, kontraktur ligamen & kapsul sendi, kontraktur & spasme otot, osteofit,
atau adanya fragmen kartilago, tulang, atau meniskus intraartikuler. Pada palpasi
dapat ditemukan krepitasi, efusi, dan nyeri sendi.

Osteofit dapat menyebabkan tonjolan tulang yang dapat diraba dan dilihat,
kerusakan progresif kartilago artikuler dan tulang subchondral dapat
mengakibatkan luksasi sendi dan deformitas. Atrofi otot dapat terjadi pada kasus
osteoartritis yang sudah lama.

3. Pemeriksaan Radiologis

Dokter sering mendiagnosis osteoartritis berdasar riwayat penyakit dan


pemeriksaan fisik. Perubahan perubahan yang nampak pada rontgen foto dapat
digunakan penunjang, namun hubungan antara klinis dan perubahan radiografis
bervariasi diantara pasien. Beberapa pasien dengan rontgen foto yang
menunjukkan kerusakan sendi berat mengeluhkan gejala yang ringan, sedangkan
pasien dengan rontgen foto yang menunjukkan kerusakan sendi minimal dapat
mengeluhkan nyeri yang hebat. Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi
yang terkena osteoarthritis sudah cukup memberikan gambaran diagnostic yang
lebih canggih.

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah :

Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
yang menanggung beban)
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
Kista tulang
Osteofut pada pinggir sendi

17
Perubahan struktur anatomi sendi

Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi OA dapat


digradasi menjadi ringan sampai berat (kriteria Kellgren dan Lawrence). Harus
diingat bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi seringkali masih normal.

4. Pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tak banyak berguna.


Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal,
kecuali OA generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan.
Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rheumatoid dan komplemen) juga normal.
Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas,
pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m)
dan peningkatan protein.

2.8 Terapi
1. Medikamentosa
a. Lini Pertama
Pengobatan OA yang ada saat ini barulah bersifat simptomatik dengan obat
anti inflamasi non steroid (OAINS) dikombinasi dengan program
rehabilitasi dan proteksi sendi. Pada stadium lanjut dapat dipikirkan
berbagai tindakan operatif. Pengetahuan tentang patogenesis OA
mendorong para peneliti untuk mengembangkan obat-obatan yang dapat
menghambat perjalanan/progresivitas penyakit yang disebut sebagai

18
Disease-Modifying Osteoarthritis Drugs (DMOA), hingga saat ini obat
tersebut masih dalam taraf penelitian.

Tabel . Obat-obatan pada Penatalaksanaan OA

Pengobatan simptomatik (* dalam penelitian)

Short acting

Obat antiinflamasi non steroid

Analgetik non-antiinflamasi (opioid, non-opioid)

Antispasmodik

Long acting

Depokortikosteroid infra-artikuler

Asam hialuronat infra-artikuler*

S-adenosilmetionin (SAM)*

Kondroitin-sulfat oral*

Glukosamin-sulfat (Dona)*

Orgotein intra-artikuler*

Diacerhein*

Avocado/soy nonsaponifiables*

Disease Modifying Osteoarthritis Drugs (* dalam penelitian)

Tetrasiklin*

Glycosaminoglycan polysulfuric acid (GAPS)*

19
Glycosaminoglycan peptide complexes*

Pentosan polysulfate*

Growth factors dan sitokin (TGF-()*

Tetapi genetik*

Transplantasi stem cell den Osteochondral Graft*

b. Lini Kedua
Penggunaan nutrisi seperti glukosamin dan chondroitin sulfat masih
controversial, pada penelitian masih belum menunjukkan hasil yang bagus.

Injesi articular : Dengan kortikosteroid, dapat menurunkan rasa sakit pada


jangka waktu yang pendek. Dengan asam hialuronat dapat menurunkan
sedikit rasa sakit. Pemberian opioid dapat digunakan pada pasien dengan
rasa sakit yang sangat berat dan pasien yang tidak kooperatif.

2. Pembedahan
Ada 2 tipe terapi pembedahan : Realignment osteotomi dan replacement joint
a. Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan
merubah sudut dari weightbearing.
Tujuan : Membuat kartilago sendi yang sehat menopang sebagian besar
berat tubuh.
Dapat pula dikombinasikan dengan ligamen atau meniscus repair
b. Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang
baru ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang
berada dalam high-density polyethylene.

Macam-macam operasi sendi lutut untuk osteoarthritis :

a. Partial replacement/unicompartemental
b. High tibial osteotmy : orang muda
c. Patella &condyle resurfacing

20
d. Minimally constrained total replacement : stabilitas sendi dilakukan
sebagian oleh ligament asli dan sebagian oelh sendi buatan.
e. Cinstrained joint : fixed hinges : dipakai bila ada tulang hilang&severe
instability.

Indikasi total knee replacement :

a. Nyeri
b. Deformitas
c. Instability
d. Akibat dari Rheumatoid atau osteoarthritis

Kontraindikasi :

a. Non fungsi otot ektensor


b. Neuromuscular dysfunction
c. Infection
d. Neuropathic Joint
e. Prior Surgical fusion

Komplikasi :

a. Deep vein thrombosis


b. Infeksi
c. Loosening
d. Problem patella ; rekuren sublukssasi/dislokasi, loosening prostetic
component, fraktur, catching soft tissue.
e. Tibial tray wear
f. Peroneal palsy
g. Fraktur supracondyl femur

Keuntungan total knee replacement ;

a. Mengurangi nyeri
b. Meningkatkan mobilitas dan gerakan
c. Koreksi deformitas
d. Menambah kekuatan kaki (dengan latihan)
e. Meningkatkan kualitas hidup
3. Terapi non-farmakologis
a. Pembatasan aktivitas

21
Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Istirahat yang
periodik akan membantu mengurangi nyeri pada sendi bahu.
Beberapa aturan umum untuk mengurangi ketegangan bahu dalam melakukan
kegiatan yaitu :
- Angkat objek dekat dengan tubuh.
- Hanya angkat beban ringan dan batas angkat ke bawah bahu.
- Jika penderita menyukai olahraga renang, usahakan menghindari gaya
punggung.
- Hindari latihan gym berlebihan, misalnya , push-ups
- Menjaga postur tubuh yang baik dengan menulis , pekerjaan perakitan ,
dan tugas-tugas lain dengan menjaga tulang belikat ke bawah dan
kembali .

b. Terapi termal
Dingin
Terapi dingin umumnya efektif diberikan pada fase akut, dimana berguna
untuk mengurangi bengkak dan juga edema serta mengurangi degradasi tulang
rawan sendi oleh enzim kolagenase. Terapi ini dapat dilakukan 2-3 kali sehari,
dengan durasi sekitar 15 menit. Dengan memberikan kompres dingin terutama
bila melakukan akivitas berlebihan.
Efek fisiologis terapi dingin adalah vasokonstriksi pembuluh darah dan
perlambatan sirkulasi darah sehingga dapat mengurangi atau menghentikan
perdarahan, mengurangi edem, dan mengurangi inflamasi akut.
Terhadap sendi dan jaringan ikat terapi dingin memiliki efek menurunkan
temperature intra artikuler (kurang lebih 4oC), aktivitas kolagenase synovial
menurun dan memperlambat kolagenolisis.
Kontraindikasi terapi dingin paling sering adalah intoleransi terhadap dingin
neuropraksia yang diinduksi oleh terapi dingin.
Panas
Terapi panas diberikan pada fase subakut dan kronis. Efek fisiologis terapi
panas terhadap hemodinamik adalah meningkatkan aliran darah, vasodilatasi
yang meningkatkan penyerapan nutrisi, leukosit, dan antibody serta
meningkatkan pembuangan sisa metabolism dan jaringan, membantu resolusi
inflamasi.

22
Terhadap sendi dan jaringan ikat terapi panas dapat membantu mengurangi
nyeri, melonggarkan sendi dan relaksasi otot-otot yang kaku serta melenturkan
jaringan ikat (tendon ligament extensibility). Penderita bisa disarankan untuk
mandi dengan air hangat atau menggunakan bantalan panas di pagi hari.
Kontraindikasi pemberian terapi panas meliputi trauma atau inflamasi akut,
pasien dengan gangguan sirkulasi, jaringan parut yang luas, gangguan sensasi,
dan keganasan.

c. Latihan fisik
Latihan ini dimaksudkan untuk membantu menjaga mobilitas sendi dan
fleksibilitas dari otot-otot dan tendon di bahu. Rentang gerak dan fleksibilitas
latihan jangan sampai menyebabkan bertambahnya nyeri. Jika pasien
merasakan nyeri yang tajam atau robek saat peregangan harus berhenti
berolahraga segera dan harus berkonsultasi dengan dokter. Latihan ini harus
dilakukan sekali atau dua kali per hari dengan durasi sekitar 15-30 menit.

d. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus
menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan
seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
Beberapa hal yang berkaitan dengan diet pada osteoartritis, antara lain :
Obesitas meningkatkan faktor resiko perkembangan osteoartritis.
Vitamin C penting dalam perkembangan normal kartilago. Defisiensi
vitamin C akan memicu perkembangan kartilago menjadi lemah. Vitamin
C dapat diperoleh dari buah-buahan, atau suplemen.
Seseorang dengan densitas tulang yang rendah, misal pada osteoporosis,
kemungkinan memiliki resiko yang tinggi terkena osteoartritis. Olah raga
dan asupan calcium yang adekuat dapat mengontrol densitas tulang.
Defisiensi Vitamin D meningkatkan resiko terjadinya penyempitan celah
sendi dan perkembangan osteoartritis. Suplementasi vitamin D yang
direkomendasikan adalah 400 IU per hari.

e. Dukungan psiko-sosial
Dukungan (pengertian) psiko-sosial diperlukan oleh pasien osteoartritis
oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuan yang

23
ditimbulkannya. Di satu pihak, pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, di pihak lain ia ingin orang lain turut memikirkan
penyakitnya. Pasien osteoartritis seringkali keberatan untuk memakai alat-
alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
Selain itu, pasien dengan osteoartritis harus terus di beri dukungan dan
semangat agar ia mau melakukan latihan fisik secara berkelanjutan
.
2.9 Prognosis
Prognosis osteoartritis umumnya baik. Dengan obat-obat konservatif, sebagian
besar nyeri pasien dapat teratasi. Hanya kasus-kasus yang berat memerlukan
operasi. Akan tetapi harus diingat pasien-pasien osteoartritis dilaporkan
mempunyai resiko hipertensi dan penyakit jantung yang lebih tinggi.

BAB III
ANALISA KASUS

1. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Keadaan rumah dan lingkungan sekitar rumah pasien cukup bersih, ventilasi
cukup, pencahayaan cukup. Terdapat bak penampung air yang ditutup, di
kamar mandi juga terdapat bak yang rutin dikuras, dan terdapat WC jongkok.
Kamar mandi bersebelahan dengan dapur. Lantai rumah pasien terbuat dari
keramik, di ruangan tamu dan ruangan tengah dialas karpet dan sebagian
dengan tikar plastik yang tipis, di ruang makan dan dekat dapur tidak
menggunakan alas.
Tidak terdapat hubungan antara keadaan rumah dan lingkungan sekitar pasien
dengan timbulnya penyakit OA yang diderita pasien. Hanya saja perlu
diberitahukan kondisi lantai semen yang tidak ada alas bisa saja dapat

24
menyebabkan nyeri lutut pasien bertambah karena suhu dingin dari lantai
tersebut.

2. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Secara teori faktor herediter ataupun genetik tidak menjadi etiologi utama
dalam penyakit osteoarthritis, pada pasien juga tidak terdapat riwayat keluarga
yang menderita penyakit yang sama. Sehingga,tidak terdapat adanya
hubungan antar keadaan keluarga dan hubungan keluarga dengan penyakit
pasien.

25
3. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar

Perilaku kesehatan pasien cukup baik, pasien menjaga kebersihan diri dan
kebersihan rumah serta halaman, jendela sering terbuka, air yang digunakan
bersih, jernih dan tidak berbau. Sehingga rumah terlihat cukup terawat. Dari
pengamatan tidak ada hubungan antara prilaku kesehatan dengan penyakit pada
pasien ini.

4. Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien

Pada pasien ini dari anamnesis yang dilakukan terhadap berbagai faktor yang bisa
menyebabkan terjadinya penyakit ini didapatkan kesimpulan bahwa penyebab OA
pada pasien ini yaitu:

- Faktor degenerative terkait dengan pertambahan usia

Menurut teori dari semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan
bertambahnya umur.

- Usia menopause

Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA. estrogen
berperan dalam osteoarthritis. Tampaknya perempuan yang mendapat
estrogen replacement therapy mempunyai kemungkinan menderita
osteoarhtritis lebih kecil daripada yang tidak

- OA lebih banyak pada wanita daripada laki

Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada


laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA
lebih banyak pada wanita daripada laki

- Berat badan; IMT pasien ini termasuk kategori BB lebih dimana BB yang
berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya OA

26
baik pada wanita maupun pada pria karena semakin beratnya beban tumpuan
pada sendi-sendi, khususnya sendi lutut

5. Analisis untuk mengurangi paparan


- Menjaga keseimbangan nutrisi dengan makanan bergizi dan yang baik
untuk kesehatan sendi dan tulang rawan misalnya konsumsi sayur atau
buah kaya vitamin c
- Membatasi aktivitas yang membebani kerja sendi lutut

- Menjaga berat badan agar tidak semakin bertambah

- Menghindari aktivitas fisik yang berisiko terjatuh

- Hindari kegiatan atau perjalanan jauh yang mengharuskan duduk terlalu


lama.

- Istirahat di sela-sela aktivitas

- Melakukan latihan untuk memperluas gerak sendi untuk mencegah


kekakuan yang dapat terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

27
1. Barrack L, Booth E, et all. 2006. OKU : Orthopaedic Knowledge Update 3.
Hip and Knee Reconstruction Chapter 16 : Osteoarthritis dan Arthritis
Inflamatoric.
2. Chapman, Michael W et al. 2001. Chapmans Orthopaedic Surgery 3rdedition.
Chapter 107: Osteotomies of The Knee For Osteoarthritis. Lippincott
Williams & Wilkins. USA
3. Fransisca, Frank J et al. 2007. 5-Minutes Orthopaedic Consult 2nd edition.
Lippincott Williams & Wilkins.USA
4. Isbagio, Harry. 2000. CDK: Struktur Rawan Sendi dan Perubahannya pada
Osteoartritis. Cermin Dunia Kedokteran.
5. Samsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta : EGC ; 2010.
6. Anderson, S. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
Keenam. Jakarta : EGC; 2005

LAMPIRAN

28
29

Anda mungkin juga menyukai

  • CRS Kiki
    CRS Kiki
    Dokumen18 halaman
    CRS Kiki
    Henra Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Sumber
    Sumber
    Dokumen11 halaman
    Sumber
    Henra Wijaya
    Belum ada peringkat
  • PENGERTIAN
    PENGERTIAN
    Dokumen5 halaman
    PENGERTIAN
    Henra Wijaya
    Belum ada peringkat
  • 28
    28
    Dokumen8 halaman
    28
    Henra Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Sumber
    Sumber
    Dokumen11 halaman
    Sumber
    Henra Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen13 halaman
    Chapter II
    Henra Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Gagal Jantung
    Gagal Jantung
    Dokumen10 halaman
    Gagal Jantung
    Fadli Arsil
    Belum ada peringkat
  • Makalah Pekan DM
    Makalah Pekan DM
    Dokumen5 halaman
    Makalah Pekan DM
    mumble90
    Belum ada peringkat