Siswoyo
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
ABSTRAK
Perilaku peran sakit memainkan peran penting untuk pengobatan katarak pada pasien dengan katarak.
Masalah obat-obatan dan psikososial yang idak masuk akal timbul sebagai akibat dari katarak membuat
pasien menghindari perawatan medis. Dengan demikian, psikoedukasi sangat diperlukan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh psikoedukasi pada sick role behaviour pada pasien
katarak berdasarkan Teori Ajzen tentang Rencana Perilaku. Penelitian ini menggunakan desain quasi
experiment pre dan post test control group dengan menggunakan teknik simple random sampling yang
diperoleh 10 subjek pada kelompok perlakuan dan 10 subyek dalam kelompok kontrol. Variabel
independen adalah psikoedukasi dan variabel dependen adalah pengetahuan, niat, dan perilaku peran
sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ada pengaruh yang signifikan dari psikoedukasi pada
pengetahuan pasien dengan katarak, 2) ada pengaruh yang signifikan dari psikoedukasi terhadap niat
pasien dengan katarak, 3) ada pengaruh yang signifikan dari psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit
pada pasien dengan katarak. Psikoedukasi bisa meningkatkan pengetahuan sehingga akan meningkatkan
niat untuk menjalankan perilaku peran sakit pada pasien dengan katarak. Rekomendasi yang dapat
disampaikan adalah: 1) hasil penelitian dapat digunakan sebagai intervensi dalam pengelolaan perilaku
peran sakit pada pasien katarak, 2) pengetahuan perawat perlu ditingkatkan melalui pendidikan dan
pelatihan, 3) penelitian lain perlu dikembangkan dengan menggunakan intervensi lainnya.
Kata kunci: psikoedukasi, katarak, sick role behaviour, Theory of planned behaviour.
ABSTRACT
The sick role behaviour plays an important role to treatment of cataracts in patients with cataract.
Irrational alternative medicine and psychosocial problems that arise as a result of cataracts make patients
avoid medical treatment. Thereby, psychoeducation is very necessary. The purpose of this study was to
identify the effect of psychoeducation on the sick-role behaviour in cataract patients based on Ajzen's
Theory of Planned Behaviour. This study used quasi experiment pre and post test control group design by
using simple random sampling technique that obtained 10 subjects in treatment group and 10 subjects in
control group. Independent variables was psychoeducation and dependent variable were knowledge,
intentions, and the sick role behaviour.The results of this study showed that: 1) there was significant
influence of psychoeducation on knowledge of patients with cataract, 2) there was significant influence of
psychoeducation on intention of patients with cataract, 3) there was significant influence of
psychoeducation on sick role behaviour in patients with cataracts. Psychoeducation could improve
knowledge so that it will increase the intention to run the sick role behaviour in patients with cataracts. The
recommendation that can be submitted were: 1) the results of the study can be used as interventions in the
management of the sick role behaviour in cataract patients, 2) knowledge of nurses needs to be improved
through education and training, 3) other studies need to be developed by using other interventions.
Keywords: psychoeducation, cataract, sick role behaviour, theory of planned behaviour
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 3, No. 2, November 2015; Korespondensi : Siswoyo. Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. Jl. Kalimantan No.37 Kampus Tegalboto Jember
Jawa Timur. Email : siswoyoys@yahoo.com Telp. 0331-323450
www.jik.ub.ac.id
199
kecemasan dan ketakutan operasinya akan (pengetahuan, pengalaman, media).
mengalami kegagalan karena faktor Behavioural beliefs pasienkatarak menghasilkan
ketidaktahuannya mengenai operasi Katarak, sikap terhadap tindakan bedah katarak. Sikap
sehingga hal ini merupakan masalah yang harus ini akan mempengaruhi intensi yang pada
diatasi. Alasan yang lain karena: 1) psikoedukasi akhirnya ditampakkan pada sick role behaviour.
adalah treatment yang diberikan secara Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
profesional kepada individu atau kelompok pengaruh psikoedukasi terhadap sick role
dimana mengintegrasikan intervensi behaviour pada pasien katarak.
psikoterapeutik dan edukasi (Lukens &
McFarlane, 2004). 2) sasaran dari psikoedukasi METODE
adalah meningkatkan penerimaan pasien Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy
terhadap penyakit, meningkatkan pertisipasi Experiment dengan rancangan pre-post test
pasien dalam terapi, dan pengembangan control group design. Populasi adalah pasien
coping mechanism ketika pasien menghadapi katarak Desa Kencong, wilayah kerja Puskesmas
masalah yang berkaitan dengan penyakit Kencong. Teknik samplingmenggunakan simple
tersebut (Bordbar & Faridhosseini, 2010). random sampling dengan kriteria inklusi
mengalami katarak salah satu mata dan masih
Penelitian di Indonesia tentang pengaruh
bisa melihat booklet, berusia 35 sampai dengan
intervensi psikoedukasi terhadap kecemasan,
75 tahun atau dapat menyerap informasi
pengaruh psikoedukasi terhadap depresi, dan
dengan baik, dan kriteria eksklusinya pasien
sebagainya sudah sering dilakukan, tetapi
mempunyai kendalamisalnya mengalami
berdasarkan hasil pencarian literatur, belum
gangguan pendengaran atau stroke dengan
ada yang meneliti tentang pengaruh
kelumpuhan fisik, akhirnya didapatkan 10
psikoedukasi terhadap sick role
responden kelompok perlakuan dan 10
behaviourapalagi sasarannya adalah pada
responden kelompok kontrol . Penelitian ini
pasien katarak. Penelitian ini merupakan
dilakukan pada tanggal 13 April sampai dengan
penelitian tentang perilaku dan ini sangat
13 Mei 2014.
sesuai dengan apa yang disampaikan Ajzen
dalam teori perilaku terencananya (Theory Of Variabel independen adalah psikoedukasi,
Planned Behaviour/TPB). Menurut beliau, sedangkan variabel dependen adalah intensi
munculnya suatu perilaku karena dilandasi oleh dan sick role behaviour yang meliputi: upaya
suatu niat (intention), dan niat itu sendiri merespon indikasi penyakit katarak, tindakan
dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu: 1) sikap pasien memantau kondisi internal akibat penyakit
katarak(attitude toward the behavioural), 2) katarak, dan tindakan perbaikan dan
norma subyektif (subyektive norm), dan 3) memanfaatkan berbagai sumber perawatan
persepsi terhadap kontrol yang dimiliki medis. Instrumen yang digunakan: 1) Kuesioner
(perceived behavioural control). Variabel ini A untuk mengumpulkan data demografi
timbul akibat adanya pengaruh faktor beliefs meliputi koderesponden, usia, pendidikan, dan
(behavioural, normative, control). Beliefs pekerjaan, 2) Kuesioner B untuk mengukur
dipengaruhi oleh background factor yang pengetahuan pasien tentang katarak. Terdapat
meliputi personal (nilai, emosi, kecerdasaan), 20 pernyataan benar dan salah. Skor tertinggi
sosial (umur, jenis kelamin, ras, budaya, bernilai 18, 3) Kuesioner C untuk mengukur
pendapatan, dan agama) dan informasi intensi pasien katarak melakukan sick role
HASIL
Bagian ini akan disajikan hasil penelitian yang
menunjukkan pengaruh psikoedukasi terhadap 2. Hasil pengukuran intensi sebelum dan
the sick role behavoior pada pasien katarak sesudah dilakukan psikoedukasi
yang meliputi:
Hasil pengujian paired t test pada kelompok
1. Hasil pengukuran pengetahuan sebelum perlakuan membuktikan adanya peningkatan
dan sesudah dilakukan psikoedukasi nilai mean secara bermakna dimana nilai p=
Hasil penelitian pada kelompok perlakuan 0,000 < 0,05, beda halnya dengan kelompok
diperoleh bahwa ada perbedaan yang kontrol yang mempunyai nilai p= 0,555.
bermakna antara sebelum dan sesudah Pengujian dengan independent t test,
psikoedukasi, dibuktikan dengan hasil uji didapatkan nilai p= 0,005 < 0,05, sehingga
statistik paired t test dengan nilai p= 0,000 < dapat disimpulkan terdapat perbedaan intensi
0,05, hal ini berbeda dengan kelompok kontrol secara bermakna antara kelompok perlakuan
dimana p= 0,425. Hasil uji independent t test dengan kelompok kontrol. Dengan kata lain
untuk menguji secara statistik perbedaan bahwa setelah dilakukan psikoedukasi, terjadi
kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan peningkatan intensi secara bermakna pada
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan tingkat responden kelompok perlakuan dari nilai
pengetahuan secara bermakna antara meanpre test sebesar 15,70 meningkat menjadi
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol 18,30 pada nilai post testnya (lihat tabel 2).
www.jik.ub.ac.id
201
Tabel 2. Hasil Intensi Pasien Sebelum dan internal akibat penyakit katarak sebelum
Sesudah Dilakukan Psikoedukasi dan sesudah dilakukan psikoedukasi
Terjadi peningkatan mediansecara bermakna
setelah diberikan psikoedukasi pada kelompok
perlakuan dimanaUji Wilcoxon menyatakan
nilai p= 0,034 < 0,05. Hal ini tidak sama dengan
kelompok kontrol dimana nilai p= 0,739 > 0,05.
Perbedaan secara bermakna juga terlihat
sangat jelas antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol dimana hasil Uji Mann
3. Hasil pengukuran perilaku peran sakit Whitney menunjukkan nilai p= 0,020 < 0,05,
pasien katarak dalam merespon indikasi artinya setelah dilakukan psikoedukasi, terjadi
penyakit katarak sebelum dan sesudah peningkatan perilaku peran sakit pasien katarak
dilakukan psikoedukasi dalam memantau kondisi internal akibat
Responden pada kelompok perlakuan penyakit katarak secara bermakna pada
mengalami peningkatan median secara responden kelompok perlakuan karena jika
bermakna sesudah diberikan psikoedukasi, dilihat nilai median pre test sebesar 5,00
terbukti pada uji wilcoxon didapatkan nilai p= meningkat menjadi 6,00 pada nilai post testnya
0,035 < 0,05. Sedangkan pada kelompok (lihat tabel 4).
kontrol nilai p= 0,317 > 0,05. Pada Uji Mann Tabel 4. Hasil Perilaku Peran Sakit Pasien Katarak
Whitney menunjukkan ada perbedaan antara dalam Memantau Kondisi Internal Akibat
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol Penyakit Katarak Sebelum dan Sesudah
dimana nilai p= 0,018 < 0,05, artinya Dilakukan Psikoedukasi
psikoedukasi mampu meningkatkan perilaku
peran sakit pasien katarak dalam merespon
indikasi penyakit katarak secara bermakna
(lihat tabel 3).
Tabel 3. Hasil Perilaku Peran Sakit Pasien Katarak
dalam Merespon Indikasi Penyakit
Katarak Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Psikoedukasi
PEMBAHASAN
1. Pengaruh psikoedukasi terhadap
pengetahuan pasien katarak
www.jik.ub.ac.id
203
terhadap Katarak, meningkatkan partisipasi psikoedukasi sehingga akan melahirkan niat
dalam pengobatan Katarak, dan untuk berperilaku peran sakit yang diharapkan
mengembangkan coping mecanism pasien dalam penelitian ini meliputi: keyakinan dan
katarak dalam menghadapi masalah yang niat untuk segera memeriksakan mata ke
muncul akibat katarak. Hal ini sesuai dengan petugas kesehatan ketika mata tidak jelas
pernyataan (Bordbar & Faridhosseini, 2010) melihat, tidak membeli obat tetes mata sendiri
bahwa sasaran dari psikoedukasi adalah untuk tanpa resep dokter, melindungi mata dari sinar
mengembangkan dan meningkatkan matahari, makan makanan yang mengandung
penerimaan pasien terhadap penyakit ataupun vitamin A, C, dan E karena baik untuk
gangguan yang ia alami, meningkatkan mencegah Katarak tidak semakin parah,
partisipasi pasien dalam terapi, dan menjaga tekanan darah, kadar gula darah, dan
pengembangan coping mechanism ketika pikiran tetap sehat, berhenti merokok,
pasien menghadapi masalah yang berkaitan meyakini bahwa penyakit Katarak harus
dengan penyakitnya. dioperasi, obat tetes mata maupun obat yang
diminum sifatnya hanya mengurangi gejala tapi
2. Pengaruh psikoedukasi terhadap intensi tidak bisa menyembuhkan penyakit Katarak,
pasien Katarak memantapkan hati bahwa operasi adalah jalan
Psikoedukasi terbukti secara bermakna yang terbaik untuk menyembuhkan Katarak,
meningkatkan pengetahuan pasien Katarak. meyakini bahwa dokter akan berusaha
Pengetahuan yang baik akan dapat semaksimal mungkin dalam melakukan operasi
mempengaruhi keyakinan pasien yang tadinya katarak, dan lebih banyak beribadah kepada
mempunyai keyakinan yang salah dalam Tuhan agar penyakit Katarak yang dialami bisa
memahami Katarak menjadi berkeyakinan yang cepat sembuh.
benar sehingga akan memunculkan intensi atau
niat yang kuat untuk berperilaku peran sakit 3. Pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku
yang diharapkan pada pasien Katarak, hal ini peran sakit pasien Katarak dalam merespon
sejalan dengan konsep (Ajzen, 1991)dalam teori indikasi penyakit Katarak
perilaku terencananya (Theory Of Planned Perilaku peran sakit pasien Katarak dalam
Behaviour/TPB). Menurut beliau, munculnya merespon indikasi penyakit Katarak adalah
suatu perilaku karena dilandasi oleh suatu niat segala upaya yang dilakukan pasien Katarak
(intention), artinya bahwa sikap dan perilaku ketika muncul gejala-gejala Katarak. Banyak
dapat diubah dengan memodifikasi sistem masyarakat yang belum tahu tanda dan gejala
keyakinan dominan yang mendasarinya penyakit Katarak.Lebih memprihatinkan lagi
(underlying belief systems, modal salient belief), ketika mereka memeriksakan mata ke dokter
yang dimaksud dengan modalbelief dalam hal mata ternyata divonis glaukoma akibat
ini adalah keyakinan-keyakinan yang kuat untuk terlambat periksa. Glaukoma adalah suatu
memunculkan niat untuk mengubah perilaku gangguan penglihatan disertai sakit kepala
pasien. karena terjadi gangguan pada syaraf mata
Psikoedukasi meningkatkan intensi pasien (Soehardjo, 2004). Salah satu penyebabnya
Katarak untuk berperilaku peran sakit yang adalah penyakit Katarak yang terlambat
diharapkan.Keyakinan-keyakinan pasien dioperasi.Operasi dilakukan untuk
Katarak yang ditumbuhkan melalui menghilangkan sakit kepala saja, tidak bisa
www.jik.ub.ac.id
205
Katarak pada pasien kencing manis dan menyebabkan semakin tingginya frekuensi
hipertensi daripada yang tidak mempunyai merokok, tidur terganggu dan meningkatnya
penyakit tersebut. Karena pada kasus konsumsi alkohol. Kebiasan hidup seperti inilah
hipertensi dapat meningkatkan tekanan bola terbukti berhubungan dengan angka kejadian
mata sehingga akan menyulitkan dokter dalam penyakit termasuk angka kejadian Katarak. Hal
menanamkan lensa intraokuler sebagai ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
pengganti lensa yang mengalami Katarak oleh (Darmadi, 2007).
(Budiman, Knoch, & Sitompul, 2013). Penyakit Psikoedukasi yang dilakukan yaitu tentang:
kencing manis membuat lensa mengalami usaha mencari penyembuhan Katarak,
perlengketan dengan kapsul posteriornya pentingnya menjaga tekanan darah, kadar gula
sehingga untuk mengeluarkan Kataraknya darah, dan pikiran tetap sehat, serta upaya
membutuhkan waktu dan teknik khusus selain untuk berhenti merokok.Hasil uji statistik
itu kapsul posterior lensa semakin rapuh menunjukan bahwa psikoedukasi
sehingga mudah pecah dan terjadi prolaps meningkatkan secara bermakna perilaku peran
cairan vitreusnya dan ini akan mempersulit sakit pasien Katarak dalam memantau kondisi
dilakukan penanaman lensa okuler bahkan internal akibat penyakit Kataraknya.
kemungkinan tidak bisa dilakukan penanaman,
sehingga hasil operasinya tentunya akan 5. Pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku
membuat tajam penglihatannya tidak bisa peran sakit pasien Katarak melakukan
maksimal (Budiman, Knoch, & Sitompul, 2013). tindakan perbaikan dan memanfaatkan
Faktor kebiasaan merokok juga berpengaruh berbagai sumber perawatan medis
terhadap timbulnya katarak, berdasarkan Perilaku peran sakit pasien Katarak melakukan
penelitian dari (MacReady, 2014) bahwa orang tindakan perbaikan dan memanfaatkan
yang merokok lebih dari 15 batang perhari berbagai sumber perawatan medis adalah
mempunyai resiko tinggi mengalami katarak upaya yang dilakukan pasien Katarak dalam
dengan Odd Ratio (OR) 1,42 (95% CI, 1,28- rangka melakukan penanganan medis untuk
1,58).Hubungan antara merokok dan katarak mengatasi Kataraknya dan secara pro aktif
diduga akibat penurunan ketersediaan menggunakan sumber pelayanan kesehatan
antioksidan dalam tubuh khususnya vitamin yang ada. Banyak pasien Katarak yang tidak
C.Apabila ketersediaan antioksidan tidak percaya penanganan medis, mereka datang ke
mampu menetralisir radikal bebas, akan timbul pelayanan kesehatan setelah semua upaya
stres oksidatif yang berujung pada kerusakan alternatif yang diyakininya sudah dilakukan
membran sel, lisosom mitokondria, DNA semua dan tidak menghasilkan kesembuhan
(Deoksirhibonuklear Acid), maupun serabut bahkan membuat lebih parah.
lensa, sehingga lensa menjadi keruh (Micelli-
Penyakit Katarak adalah penyakit mata yang
Ferrari, Vendemialc, & Boscia, 1996).
pada akhirnya harus dilakukan operasi (Kanski,
Stres memang tidak secara langsung 1994; Suhardjo & Asfani, 1999). Untuk itu
berhubungan dengan Katarak tetapi dapat dalam penanganan mata Katarak, lensa mata
memicu perubahan kesehatan yang secara yang keruh tadi harus diambil melalui operasi
tidak langsung disebabkan oleh perubahan katarak dan diganti dengan lensa buatan
gaya hidup akibat stres. Stres yang tinggi dapat manusia. Jenis-jenis operasi Katarak sekarang
www.jik.ub.ac.id
207
lambaian tangan pada jarak 1 meter dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan
setelah dioperasi Kataraknya sekarang ini medis, karena diajarkan tentang bagaimana
pasien dapat melihat dengan jelas, dapat penanganan Katarak jika sudah matur,
membaca tulisan di majalah tanpa bantuan memantapkan hati pasien untuk melakukan
kacamata. Berdasarkan hasil uji operasi Katarak dan upaya mendekatkan diri
statistikdisimpulkan bahwa psikoedukasi kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, 6)sick role
meningkatkan secara bermakna terhadap sick behaviour pada pasien Katarak, karena pasien
role behaviour pada pasien Katarak. diajarkan tentang perilaku peran sakit pasien
Katarak dalam merespon indikasi penyakit
KESIMPULAN
Katarak, memantau kondisi internal akibat
Psikoedukasi dapat meningkatkan: 1) penyakit Katarak, dan melakukan tindakan
pengetahuan pasien Katarak, karena perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber
psikoedukasi menambah pemahaman pasien perawatan medis.
tentang penyakit Katarak dan
penatalaksanaannya, 2) intensi pasien Katarak, SARAN
karena memperkuat keyakinan pasien Katarak
untuk melakukan sick role behaviour yang Hasil penelitian ini dapat dilanjutkan sebagai
benar,3)perilaku peran sakit pasien Katarak pedoman dalam penatalaksanaan sick role
dalam merespon indikasi penyakit Katarak, behaviour pada pasien Katarak.Karena penyakit
karena pasien diajarkan untuk mengetahui katarak berdampak pada psikologis pasien,
tanda dan gejala penyakit Katarak dan perlu dikembangkan program psikoedukasi
bagaimana melakukan upaya mengatasi tanda dengan metode yang lain. Perlu dibentuk
dan gejala tersebut, 4) perilaku peran sakit paguyuban pasien Katarak sebagai tempat
pasien Katarak dalam memantau kondisi sharing untuk menampung segala
internal akibat penyakit Katarak, karena permasalahan pasien Katarak di bawah
diberikan pemahaman tentang naungan Puskesmas.Penelitian lanjutan perlu
komplikasiKatarak dan pengaruhpenyakit dilakukan yaitu penelitian yang berkaitan
kencing manis, darahtinggi dan merokok dengan penanganan dampak psikologis
terhadap katarak, 5) perilaku peran sakit pasien penyakit Katarak dengan mengembangkan
Katarak melakukan tindakan perbaikan dan intervensi selain psikoedukasi.
www.jik.ub.ac.id
209
Issue 12 , 1424-1428 . Glaukoma Fakolitik: Laporan Kasus.
Berkala Ilmu Kedokteran XXXI(2) , 119-23.
Soehardjo. (2004). Kebutaan Katarak: Faktor-
Faktor Risiko, Penanganan Klinis, dan WHO. (1999). Elimination of Avoidable
Pengendalian. Yogyakarta: Universitas Blindness in South-East Asia, Vision 2020:
Gadjah Mada. The Right to Sight. New Delhi.
Suhardjo & Asfani. (1999). Hifema pada