240210150019
4.1 Blansing
Menurut Buckle (1984) blansing merupakan suatu cara pemanasan
pendahuluan atau perlakuan pemanasan tipe pasteurisasi yang dilakukan pada
suhu kurang dari 100o C selama beberapa menit, dengan menggunakan air panas
atau uap. Biasanya suhu yang digunakan sekitar 82 93o C selama 3 5 menit.
Proses blansing yang dilakukan dapat mempengaruhi sifat fisik dari bahan dan
aktivitas enzim yang terjadi pada bahan tersebut.
Blansing penting bagi sayuran yang akan diawetkan dengan cara
pembekuan karena pembekuan hanya memperlambat aktivitas enzim tanpa
menghentikannya. Suhu tinggi dapat mengakibatkan kerusakan (inaktivasi) pada
enzim. Peningkatan suhu hingga suhu tertentu dapat meningkatkan kecepatan
reaksi. (Tjahjadi dan Marta, 2008)
Tujuan dari blansing menurut Tjahjadi (2008) yaitu untuk menonaktifkan
enzim terutama polifenoloksidase (penyebab pencokelatan enzimatis),
lipoksigenase (penyebab ketengikan), ascorbic acid oxidase (penyebab
penguraian vitamin C), serta katalase dan peroksidase (keduanya dipakai sebagai
indikator kecukupan blansing). Selain itu blansing juga dapat menghilangkan
kotoran yang melekat, mengurangi jumlah mikroorganisme, melenturkan jaringan
hingga mudah memasukannya ke dalam kemasan, menghilangkan bau dan flavor
yang tidak dikehendaki, menghilangkan lendir pada beberapa jenis sayur-sayuran
dan memperbaiki warna produk, contohnya memantapkan warna hijau sayur-
sayuran.
Proses blansing yang dilakukan dapat mempengaruhi sifat fisik dari bahan
dan aktivitas enzim yang terjadi pada bahan tersebut. Faktor-faktor yang
memengaruhi blansing adalah :
Suhu, jika suhunya tinggi maka sayuran dan buah-buahan yang telah
diblansing tidak mudah membusuk.
Waktu blansing dapat memengaruhi kelembutan tekstur, daya
pengupasan kulit dan kemudahan untuk memotong daging buah dan sayuran.
Volume Air yang banyak membuat buah dan sayuran menyerap air lebih
banyak. Sehingga kandungan air dalam buah dan sayuran lebih banyak. Dan
daging buah dan sayuran lebih mudah untuk dipotong.
Yolla Cahya Apischa
240210150019
Ke
Sampel Perlakuan Warna Aroma Tekstur
l
perlakuan kentang
Khas
Kukus 6 Kuning pucat kentang Lunak
kukus
& Kuning pudar Khas
Rebus 4 Keras
7 + kentang
Kuning pudar Khas
Rebus 6 Sedikit keras
++ kentang
Kuning pudar Khas
Rebus 8 lembek
+++ kentang
Tanpa Putih Khas kol +
renyah
perlakuan kehijauan +
Putih
Kukus 1,5 Khas kol Lunak
kehijauan
3
Putih
& Kubis Rebus 0,5 Khas kol + Lunak
hijau ++
8
Khas kol +
Rebus 1,5 Putih hijau + Lunak +
+
Putih hijau + Khas kol +
Rebus 5 Lunak ++
++ ++
Tanpa Khas
Hijau muda Keras ++
perlakuan buncis
Khas
Kukus 9 Hijau tua Keras +
buncis +++
4
Hijau cerah + Khas
& Buncis Rebus 1 Keras ++
++ buncis ++
9
Hijau cerah + Khas
Rebus 3 Keras +
+ buncis +++
Khas
Rebus 9 Hijau cerah + Keras
buncis +++
Tanpa Merah
Khas tomat Keras
perlakuan kekuningan
Aroma
Merah Lunak &
Kukus 2 tomat
kekuningan keriput
sedikit
5
Merah Khas tomat
& Tomat Rebus 1 Lunak +
Orange +
10
Merah Khas tomat
Rebus 2 Lunak ++
Orange pudar ++
Merah
Khas tomat
Rebus 3 Orange pudar Lunak +++
+++
++
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
Yolla Cahya Apischa
240210150019
kuat. Tekstur kentang tanpa perlakaun begitu keras, setelah dilakukan bansing
kukus tampak lunak. Sedangkan setelah diberikan blansing rebus semakin lunak
seiring semakin lamanya perebusan. Jika dibandingkan, kentang blansing yang
paling baik terjadi pada perlakuan blansing rebus selama 4 menit, dimana warna
yang dihasilkan tidak terlalu pudar, aroma khas masih tercium serta tekstur yang
tidak terlalu lunak.
Warna kubis tanpa perlakuan putih kehijauan, aromanya khas kol ++ dan
teksturnya renyah. Setelah diblansing kukus selama 1,5 menit warnanya menjadi
putih kehijauan yang tampak lebih terang dari sebelumnya masih tercium aroma
khas kol dan teksturenya melunak. Kemudian kubis diblansing rebus selama 0,5
menit, warnanya putih hijau ++ artinya lebih baik dari warna sebelumnya,
aromanya sangat khas da teksturnya lunak. Kemudian dilakukan blansing rebus
dengan waktu 1,5 menit yang menunjukan warna masaih stabil, aromanya
menjadi lebih khas dan teksturnya menjadi lebih lunak dari sebelumnya. Blansing
rebus selama 5 menit kurang baik karena terjadi diskolorasi warna yang
menyebabkan warna hijau semakin cerah dan tekstur sangat lunak namun aroma
menjadi sangat khas. Tekstur kubis yang diberi perlakuan blansing rebus semakin
lunak seiring dengan semakin lamanya waktu blansing yang dilakukan. Hal ini
dapat disebabkan oleh air yang masuk semakin banyak. Blansing juga dapat
melunakkan jaringan bahan, sehingga semakin lama waktu blansing bahan
menjadi semakin lunak. Warna kubis yang diberi perlakuan blansing rebus lebih
tinggi intensitasnya dibandingkan dengan kubis tanpa perlakuan. Semakin lama
waktu blansing, intensitas warna putih kehijauan pada kubis semakin meningkat.
Hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan blansing dapat memperbaiki warna
produk, salah satunya adalah memantapkan warna hijau pada sayuran. Aroma
kubis yang diberi perlakuan blansing semakin kuat jika dibandingkan dengan
aroma kubis tanpa perlakuan. Aroma kubis yang diberi perlakuan blansing rebus
juga lebih kuat jika dibandingkan dengan kubis yang diberi perlakuan blansing
kukus. Semakin lama waktu blansing rebus yang dilakukan, aroma kubis menjadi
semakin kuat. Hal ini menunjukkan bahwa blansing dapat memperbaiki aroma
kubis, dengan kata lain meningkatkan aroma kubis. Jika dibandingkan, kubis
blansing yang paling baik terjadi pada perlakuan blansing rebus selama 0,5 menit,
Yolla Cahya Apischa
240210150019
dimana warna yang dihasilkan tidak terlalu cerah, aroma khas masih tercium serta
tekstur yang tidak terlalu lunak.
Tekstur buncis tanpa perlakuan lebih keras jika dibandingkan dengan buncis
yang diberi perlakuan blansing. Hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan blansing
yang dapat melunakkan jaringan bahan, sehingga bahan menjadi lebih lunak.
Buncis yang diberi perlakuan blansing rebus teksturnya lebih lunak dibandingkan
dengan buncis yang diberi perlakuan blansing kukus. Semakin lama waktu
blansing rebus yang dilakukan, semakin lunak tekstur buncis tersebut. Hal ini
dapat disebabkan oleh air yang masuk ke dalam bahan lebih banyak, sehingga
bahan menjadi semakin lunak. Warna hijau pada buncis yang tidak diberi
perlakuan menunjukan warna hijau muda sedangkan buncis yang diblansing
kukus selama 3 menit menunjukan warna hijau tua, sedangkan buncis yang
diberikan perlakuan blansing rebus dengan interval waktu 1, 3 dan 9 menit
menunjukan semakin lama waktu perebusan semakin cerah warna hijaunya.
Warna hijau buncis semakin berkurang seiring dengan semakin lamanya waktu
blansing rebus yang dilakukan. Tercium aroma khas buncis pada buncis yang
tidak diberi perlakuan, semakin lama pemblansingan maka aroma buncis semaki
khas. diberi perlakuan blansing lebih kuat dibandingkan dengan buncis tanpa
perlakuan. Jika dibandingkan, buncis blansing yang paling baik terjadi pada
perlakuan blansing rebus selama 1 menit, dimana warna yang dihasilkan tidak
terlalu cerah, aroma khas masih tercium serta tekstur yang tidak terlalu lunak.
Warna tomat tanpa perlakuan berwarna merah kekuningan, aroma khas
tomat sangat menyengat dan tekstur masih keras. Setelah diblansing rebus selama
1 menit warna merah pada tomat semakin cerah menjadi merah orange dan aroma
khas tomat masih tercium serta tekstur lunak. Setelah diblansing rebus selama 2
menit warna merah orange mulai pudar, arma tomat masih tetap khas dan tekstur
lebih lunak. Setelah diblansing selama 6 menit warna merah orange semakin
sangat pudar tetapi aroma masih tercium sangat khas dan tekstur menjadi sangat
lunak. Tekstur semakin lunak dikarenakan air masuk kedalam jaringan tomat
sehingga jaringan tomat yang kaku menjadi pecah yang menyebabkan buah tomat
semakin lunak atau karena peregangan jaringan akibat pemanasan dan osmosis air.
Biasanya pemblansingan pada tomat dilakukan untuk mempermudah pengupasan
Yolla Cahya Apischa
240210150019
kulit pada tomat. Tomat menjadi memudar karena memiliki pigmen antosianin.
Warna yang memudar dapat disebabkan karena pigmen larut dalam air yang
digunakan selama proses blansing. Hal ini juga menunjukkan semakin lama waktu
blansing, maka tekstur semakin lunak, dan aroma khas tomat tetap stabil. Tomat
yang dilakukan blansing kukus diberi perlakuan selama 2 menit, warna merah
pada tomat tidak terlalu cerah hanya merah kekuningan, aroma khas tomat tidak
terlalu tercium hanya sedikit, tekstur yang dihasilkan lunak dan kriput
dibandingkan tekstur tanpa perlakuan. Jika dibandingkan, tomat blansing yang
paling baik terjadi pada perlakuan blansing rebus selama 1 menit, dimana warna
yang dihasilkan semakin merah, aroma khas masih tercium serta tekstur yang
tidak terlalu lunak. Blansing kukus melakukan pemanasan dengan menggunakan
uap air sehingga tekstur yang dihasilkan tidak terlalu lunak karena pemanasan
dengan blansing rebus apabila terlalu lama akan mengakibatkan tekstur sangat
lunak.
Lamanya proses blansing dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jenis
bahan, ukuran dan bentuk bahan, suhu, rasio air dalam bahan, ketebalan tumpukan
bahan dan medium blansing. Bahan yang berukuran lebih besar atau lapisan bahan
yang tebal diperlukan waktu blansing yang lebih lama karena diperlukan penetrasi
lebih lama. Blansing dalam medium air memerlukan waktu lebih singkat
dibandingkan dengan blansing menggunakan uap air karena penetrasi lebih cepat
terjadi dalam medium air. Pada pengkukusan lebih sulit tercapai suhu yang
seragam apabila bahan berjumlah banyak atau berukuran besar. Sebaliknya
blansing rebus memungkinkan kehilangan komponen yang larut dalam air lebih
besar daripada dengan blansing kukus.
Sayuran yang telah diblansing segera di celupkan dalam air es selama 3
menit. Hal ini dilakukan untuk menghentikan proses pematangan pada sayur.
Ketika sayur dingkat setelah blansing dan masih dalam keadaan panas maka
proses pematangan masih tetap berlangsung. Blansing dengan menggunakan
medium air memungkinkan kehilangan komponen-komponen larut air dari bahan
lebih besar jika dibandingkan dengan menggunakan uap air. Itulah yang
menyebabkan sayuran dengan perlakuan blansing rebus mengalami perubahan
Yolla Cahya Apischa
240210150019
yang lebih besar dibanding dengan sayuran dengan perlakuan blansing kukus.
Waktu yang diperlukan oleh setiap sayuran dalam proses blansing pun beragam.
Menurut referensi yang didapat dari (Estiasih, 2009) kelebihan proses
blansing dengan rebus adalah pada proses blansing dapat ditambahkan bahan-
bahan yang diperlukan untuk proses pengolahan seperti garam atau natrium
bikarbonat untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan. Kekurangan metode
ini adalah kehilangan komponen bahan pangan yang bersifat larut dalam air
seperti vitamin larut air (Vitamin B dan C), karbohidrat seperti gula sederhana,
protein larut air, pigmen, dan mineral. Kelebihan penggunaan metode blansing
kukus dibandingkan dengan metode rebus adalah kehilangan komponen bahan
pangan akibat proses pelarutan dapat dihindari. Kekurangan metode blansing
dengan kukus ini adalah pada proses blansing tidak dapat ditambahkan bahan-
bahan tertentu untuk mencegah perubahan warna sayuran.
Blansing dengan menggunakan medium air memungkinkan kehilangan
komponen-komponen larut air dari bahan lebih besar jika dibandingkan dengan
menggunakan uap air. Itulah yang menyebabkan sayuran dengan perlakuan
blansing rebus mengalami perubahan yang lebih besar dibanding dengan sayuran
dengan perlakuan blansing kukus. Waktu yang diperlukan oleh setiap sayuran
dalam proses blansing pun beragam. Kubis dan tomat merupakan sayuran dengan
waktu tercepat dalam proses blansing. Hal ini disebabkan tekstur dari kedua jenis
sayuran tersebut yang lunak, serta kandungan air yang cukup tinggi (Kamaluddin,
2008).
Jenis enzim yang tahan panas pada sayuran adalah katalase dan peroksidase.
Jika enzim-enzim ini sudah nonaktif, maka enzim-enzim penyebab kerusakkan
lainnya juga sudah nonaktif, karena itu kedua enzim ini dijadikan indikator
kecukupan blansing. (Tjahjadi dan Marta, 2008)
Adanya sejumlah enzim terutama katalase dan peroksidase yang bersifat
heat-resistant dalam buah-buahan dan sayuran, dapat menimbulkan perubahan
yang tidak dikehendaki selama masa penyimpanan. Agar perubahan tidak terjadi
maka aktivitas enzim harus ditekan, cara yang lazim dilakukan untuk inaktivasi
enzim tersebut adalah dengan melakukan blansing buah-buahan dan sayur-
sayuran tersebut sebelum diproses lebih lanjut.
Yolla Cahya Apischa
240210150019
menit yang paling menghasilkan warna bening dan paling mendekati warna
Ke
Sampel Perlakuan Warna Gambar
l
blanko. Menurut teori, semakin warnanya mendekati warna blanko berarti larutan
tersebut paling baik menghilangkan enzim peroksidase. Hal ini tidak sesuai
Blanko
dengan literatur, dimana Coklatkubis
seharusnya larutan + tanpa perlakuan blansing
Tanpa perlakuan Coklat +++
menghasilkan warna coklat yang paling pekat, yang menandakan enzim masih
beraktivitas (aktif) sedangkan
Kukus 9 larutan kubis
Coklatyang
++ paling bening sudah sesuai
literature karena terjadi pada larutan kubis yang di blansing rebus 5 menit yang
4
Rebus 1 Orange muda +++
berarti
& aktivitas enzim semakin rendah. Kubis yang diblansing rebus lebih efektif
Buncis Rebus 3 Orange muda ++
9
menonaktifkan enzim peroksidase karena pada blansing rebus enzim tersebut larut
di dalam air, sampel tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih sehingga enzim
Rebus 9 Orange muda +
tersebut keluar dari jaringan sayur dan larut di dalam air.
Begitu juga dengan sampel wortel, kentang, buncis dan tomat. Rata-rata dari
Blanko warna yangBening
sampel tersebut menunjukan mendekati blanko pada perlakuan
Merah kecoklatan +
blansing
5 rebus dengan waktu yang paling lama dari setiap sampel, sehingga
Tanpa perlakuan
++
&
sampel Tomat
tersebut adalah yang paling efektif untuk menonaktifkan enzim
10
peroksidase dan hal Kukus 2 sesuaiMerah
ini sudah kecoklatan
dengan literatur.+Wortel, buncis dan tomat
tanpa perlakuan menunjukan warna yang coklat pekat yang berarti filtrat sampel
Bening merah
tersebut tidak efektifRebus 1
menonaktifkan enzim peroksidase
kecoklatan ++ dan sudah sesuai dengan
5
literature. Sedangkan untuk sampel Bening
kentangmerah
tanpa perlakuan menunjukan warna
& Tomat Rebus 2
orange
10 cerah yang tidak sesuai dengan literatur. +
kecoklatan
Bening merah
BerdasarkanRebus 3
prosedur yangkecoklatan
dilakukan, maka filtrat sayuran yang
mengandung enzim peroksidase akan berwarna coklat pekat. Sampel yang
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016)
semakin tidak menghasilkan warna cokelat menunjukan sampel dengan
pemanasan tersebut paling efektif menginaktifasi enzim. Dalam uji peroksidase
diamati perubahan warna yang terjadi. Bebebrapa sampel menunjukan adanya
busa timbul hal ini karena reaksi antara enzim peroksidase dengan H2O2. Melalui
hasil pengamatan dapat dilihat bahwa semakin lama perlakuan blansing maka
warna dari larutan akan semakin bening atau coklat muda. Warna yang bening
menunjukkan bahwa pada sampel sudah tidak terdapat enzim peroksidase. Waktu
pemanasan pun berpengaruh, semakin lama pemanasan maka larutannya semakin
baning karena enzim peroksidanya habis. Perbedaan hasil dengan teori dapat
Yolla Cahya Apischa
240210150019
disebabkan karena berbagai faktor, antara lain lama pemanasan dan suhu yang
tidak sesuai.
Enzim peroksidase dapat dijadikan parameter kecukupan blansing dilihat
dari perubahan warna. Apabila enzim peroksidasenya sudah tidak ada dengan
berubahnya warna menjadi bening maka blansing sudah cukup lama karena enzim
perokdase sudah inaktif. Sedangkan apabila warna larutan coklat yang
menandakan enzim perokdase masih ada maka blansing tidak terlalu lama atau
suhu yang diberikan tidak terlalu panas sehingga enzim masih ada dalam sampel
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H., Wooton, M. 1984. Ilmu Pangan
(Penerjemah : Hari Purnomo dan Adiono). Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Tjahjadi, C. dan Marta. H. 2011. Buku ajar Pengantar Teknologi Pangan. FTIP
Unpad, Sumedang.
Winarno, F.G.. 1982. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.