Kimia Pangan
Kimia Pangan
240210150019
Sistem dispersi bahan pangan adalah sistem campuran antara dua komponen
dengan ukuran lebih besar dari larutan sejati, tetapi lebih kecil dari ukuran
komponen dalam campuran kasar (sistem koloid). Sistem dispersi dapat diartikan
pula sebagai sistem dimana suatu zat tersebar merata (fase terdispersi) di dalam
zat lain (fase pendispersi atau medium). Fase terdispersi bersifat diskontinyu
(terputus-putus) sedangkan pendispersi bersifat kontinyu. Fase kontinyu
umumnya air atau minyak (Arsyad, 2001).
Sistem dispersi terdapat pula dalam pengolahan bahan pangan. Dispersi
tersebut disebut dispersi pangan, dispersi bahan pangan yaitu sistem pangan yang
terdiri dari satu atau lebih fase terdispersi atau fase diskontinyu dalam suatu fase
kontinyu. Fase terdispersi dapat berupa kristal bahan padat yang amorf, fragmen-
fragmen sel, sel utuh, tetesan dari suatu cairan ataupun gas. Beberapa bahan kimia
dalam makanan tidak dapat membentuk suatu larutan, tetapi hanya terdispersi
dalam air (Winarno, 1992).
Dispersi pangan dapat diklasifikasi lebih lanjut berdasarkan ukuran kondisi
fisik dari pertikel-partikel yang terdispersi, yaitu dispersi koloidal, dispersi kasar
dan larutan (dispersi molekul).
Praktikum yang dilakukan pada kali ini yaitu mengenai sistem dispersi
pangan. Pengujiannya meliputi uji larutan, dispersi kasar, sol, busa, busa padat,
kestabilan emulsi dan pengaruh pemanasan terhadap emulsi dan stabilitas relatif
zat pengemulsi. Sampel yang digunakan juga bermacam-macam sesuai dengan uji
yang dilakukan.
IV.1 Larutan
Larutan adalah suatu sistem fase tunggal yang mengandung partikel-partikel
berukuran kurang dari 1 nm. Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri
dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut
zat terlarut atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-
zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solvent (Purnomo, 1995).
Sampel yang digunakan dalam uji sistem disperse jenis larutan ini adalah
gula dan garam. Langkah pengerjaannya yaitu masing-masing sampel, gula dan
Yolla Cahya Apischa
240210150019
garam dengan konstrasi berbeda 10%, 30%, 50%, 70% dan 90%. Dimasukan
kedalam beaker glass kemudian larutkan dalam 20 mL air. Air dalam sistem
pangan memiliki fungsi sebagai pelarut dalam proses pengolahan makanan atau
suatu zat yang dapat mendispersi berbagai senyawa yang ada dalam setiap bahan
makanan. Sampel diaduk bersama air sampai larut dan diamati bagaimana warna,
kejernihan, dan homogenitasnya. Gula dan garam ketika dimasukan ke dalam air
tidak dapat langsung larut dan akan terjadi pengendapan karena gula dan garam
merupakan padatan kristal yang higroskopis, sehingga diperlukan pengadukan
dengan waktu tertentu agar dapat larut dengan baik.
Gula pasir yang berbentuk kristal dan berwarna putih bening disebabkan
karena banyaknya jumlah karbon aktif yang digunakan pada saat proses
penggilingan dan pemurnian gula tersebut, sedangkan untuk ukuran kristal
merupakan akibat dari pengaruh perbandingan gula halus yang digunakan pada
saat tahap pemurnian. Garam mempunyai Bentuk fisik menyerupai dengan bentuk
fisik gula, namun terdapat perbedaan yaitu dari tekstur kehalusannya. Garam
memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan gula. Hal tersebut dapat
dilihat sebelum pelarutan dimana garam 10% terlihat lebih banyak daripada gula
10% hal ini dikarenakan kristal gula lebih besar dibanding garam. Berikut adalah
tabel hasil pengamatan mengenai larutan:
Gula Tidak
+++++ Homogen 1, 43
10% berwarna
Bening,
Gula
Putih ++++ Homogen 2, 27
30%
kekuningan
Putih,
Gula
bening, +++ Homogen 3, 25
50%
kekuningan
Yolla Cahya Apischa
240210150019
Putih,
Gula
kekuningan + Homogen 5, 26
90%
, bening
Garam
Bening ++ +++++ Homogen 58
10%
Garam
Bening + ++++ Homogen >2
30%
Garam Tidak
Keruh +++ >10
50% homogen
Garam Tidak
Keruh ++ >10
70% homongen
Garam Tidak
Keruh + + >10
90% homogen
melepaskan diri dari kristal. Proses ini yang menyebabkan terjadinya larutan gula
(De Man, 1997).
Berdasarkan data diatas, konsentrasi gula dapat mempengaruhi warna,
homogenitas, serta kejernihan dari larutan tersebut. Semakin tinggi konsentrasi
yang diberikan semakin menurun tingkat kejernihan air seiring dengan
berubahnya warna menjadi lebih keruh atau kuning walaupun gula masih dapat
larut dan homogen dengan air. Namun, apabila ditambahkan gula dengan
konsentrasi yang lebih tinggi kemungkinan terjadinya endapan gula dapat terjadi.
Waktu homogenitas gula 70% dan 90% berbeda satu detik dengan menghasilkan
warna yang sama hal ini terjad karena adanya beda kelarutan yang disebabkan
kuat tidaknya pengadukan yang dilakukan. Pengadukan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kelarutan, dimana molekul-molekul gula ataupun
garam akan lebih cepat melepaskan diri sehingga akan lebih cepat larut (Winarno,
1992).
Begitupula dengan garam, pada proses pelarutan garam dalam air molekul-
molekul air dapat mengurangi daya tarik-menarik antara Na + dan Cl- sedemikian
rupa sehingga tinggal 1% saja dari daya tarik yang terdapat dalam kristal NaCl.
Ion-ion tersebut kemudian terhidrasi dan diungsikan oleh molekul-molekul air,
demikian seterusnya sehingga terjadilah larutan garam. (Winarno, 1992).
Garam pada awalnya berwarna putih dan kasar, saat terbentuk larutan garam
maka seluruh garamnya larut, warnanya menjadi putih bening dengan tingkat
kejernihan lebih jernih dari pada larutan gula namun pada konsenrasi 50%, 70%
dan 90% warnanya mulai keruh, kemungkinan besar hal ini terjadi karena larutan
garam terdiri dari butiran yang terlalu banyak. Larutan garam telah memasuki
kondisi jenuh, sehingga garam pada saat pembentukan larutan tersebut tidak larut
dengan sempurna. Kemungkinan lainnya adalah adanya zat pengotor pada garam
sehingga menjadikan larutan lebih keruh. Sedangkan larutan gula memiliki warna
putih dengan kejernihan di bawah larutan garam. Bila dibandingkan tingkat
homogenitasnya, maka larutan gula memiliki tingkat homogenitas yang lebih
tinggi dibandingkan dengan larutan garam. Hal ini terjadi karena struktur gula
lebih padat dan besar dibandingkan dengan garam.
Yolla Cahya Apischa
240210150019
Sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa gula dan garam dalam air
memiliki ciri-ciri yaitu homogen dan memiliki satu fasa. Maka, setelah
dilakukannya praktikum ini dapat diketahui bahwa larutan gula dan garam
merupakan larutan sejati dengan fase tunggal karena setelah pengadukan larutan
membentuk sistem satu fase karena tidak dapat dibedakan lagi antara zat pelarut
dan zat terlarut yang memiliki homogenitas tinggi karena tidak terdapatnya
endapan dan larutan yang berwarna bening.
Tepung
tapioka 0 Putih Homogen Keruh ++
menit
Yolla Cahya Apischa
240210150019
Tepung
Tidak
Tapioka 5 Putih Keruh
homogen
Menit
pada bahan pangan terkadang tidak dapat membentuk suatu larutan, namun hanya
terdispersi dalam air dan membentuk suatu dispersi kasar. Perbedaannya dengan
larutan murni seperti pada garam dan gula yaitu pada ukuran molekulnya, partikel
yang terlibat serta luas permukaan. (Winarno, 1992).
IV.3 Sol
Sol adalah salah satu jenis dispersi koloid yang merupakan campuran yang
berada antara larutan sejati dengan suspensi. Fase terdispersi pada sol yaitu
padatan dan fase pendispersinya adalah cairan. Ukuran partikel koloid berada di
antara partikel larutan dan suspensi, yaitu berkisar antara 1-100 nm (10-7-10-5 cm)
(Muchtadi, 1989). Sol mempunyai fase pendispersi padat dan fase terdispersi cair.
Penyebab dari tidak menyatunya kedua zat emulsi diantaranya perbedaan berat
jenis masing-masing bahan (Winarno, 1992) dan perbedaan tegangan antar
permukaan antara kedua permukaan bahan, antar muka udara-cairan, maupun
cairan-cairan (De man, 1997). Pada praktikum kali ini, sampel yang digunakan
adalah susu skim.
Sampel yang digunakan dalam pengujian sol ini adalah susu skim. Susu
skim Susu skim merupakan sistem dispersi misel kasein (protein agregat) dalam
serum pada susu. Susu skim adalah bagian susu yang rendah lemak karena bagian
susu yang kaya akan lemak (krim) telah diambil sebagian atau seluruhnya
sehingga Susu skim merupakan bagian susu yang tertinggal. Susu skim
mengandung semua zat makanan dari susu kecuali lemak dan vitamin-vitamin
yang larut dalam lemak. Susu skim memiliki butiran-butiran yang besar
dibandingkan dengan susu bubuk full cream, warnanya putih gading dan
teksturnya kasar.
Langkah pengerjaannya yaitu diambil susu skim sebanyak 1 sendok makan
lalu dimasukkan ke dalam Beaker Glass. Selanjutnya adalah penambahan air
hangat sekitar 50C sebanyak 10 mL dan diaduk sampai larut, lalu diamati
homogenitasnya dan dibandingkan dengan larutan dan disperse kasar. Berikut
adalah tabel hasil pengamatan mengenai uji sol:
Tabel 3. Hasil Pengamatan Pengujian Sol
Kejerniha
Sampel Warna Homogenitas Gambar
n
Yolla Cahya Apischa
240210150019
Putih-kuning
Susu Bubuk Homogen Keruh
susu
Hal ini membuktikan bahwa hasil pengamatan yang telah diperoleh ternyata
sesuai dengan literatur dimana protein dari susu akan membentuk dispersi
koloidal. Perbedaan sol dengan dispersi kasar yaitu sol lebih homogen. Karena
pada dispersi kasar tapioka mengendap seluruhnya. Berdasarkan tingkat
homogenitasnya antara larutan, dispersi kasar, dan sol dari yang paling tinggi
didapat hasil:
Larutan > Dispersi kasar > Sol
Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa larutan merupakan
larutan yang bersifat sejati, dispersi kasar merupakan larutan yang tidak
sempurna, sedangkan sol bukan merupakan larutan sejati.
IV.4 Busa
Koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut busa. Hanya ada dua
jenis busa, yaitu busa padat (gas dalam padat) dan busa cair (gas dalam cair)
(Purnomo, 1995).
Istilah busa biasa digunakan untuk fase terdispersi gas dalam zat cair/ busa
cair. Campuran antara gas dengan gas selalu bersifat homogen jadi campuran ini
merupakan larutan, bukan koloid. Sampel yang digunakan pada uji busa ini adalah
putih telur yang dikocok oleh pengocok telur. Putih telur tersebut dikocok hingga
kaku lalu diamati. Putih telur sebagai fase pendispersinya, akan membentuk
lapisan yang akan menangkap udara sebagai fase terdispersinya, apabila dikocok.
Putih telur memiliki sifat fisik berupa bentuk fisik hampir seperti gel, berlendir
dan terdapat sedikit gelembung udara. Putih telur yang terbagi atas bagian telur
encer dan bagian kental kira-kira merupakan 60% dari berat telur total (De Man,
1997). Berikut adalah tabel hasil pengamatan mengenai uji busa pada putih telur:
dalam serat-serat kapas tersebut, pemanasan ini bertujuan agar arumanis mudah
terbentuk.
Arumanis ini diamati dengan menggunakan kaca pembesar. Berikut adalah
hasil pengamatan busa padat pada sampel arum manis:
Kecil dan
Arum Manis Peach Berserabut
Banyak
maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi
emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam
waktu yang sangat singkat.
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian
yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak,
bagian kedua disebut media pendispersi yang biasanya terdiri dari air dan
bagian ketiga adalah emulsifier (pengemulsi).
Kestabilan emulsi dapat dilihat dengan terbentuknya larutan yang sempurna
antara dua zat yang berbeda kepolarannya. Emulsi dapat distabilkan dengan
berbagai cara, seperti menambah lapisan yang kuat pada permukaan masing-
masing butiran (penambahan zat pengemulsi), penambahan muatan listrik pada
permukaan butiran, dan penambahan viskositas dari fase kontinyu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah tegangan
antarmuka rendah, kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka, tolakkan
listrik double layer, relatifitas fase pendispersi kecil, dan viskositas yang tinggi.
Sampel yang digunakan dalam uji kestabilan emulsi ini adalah air dan
minyak dengan jumlah sampel yang berbeda-beda untuk setiap perlakuan.
Percobaan dilakukan dengan mencampur air dan minyak dengan perbandingan
1:2, 1:3, 1:4, 2:1 dan 2:3. Dimana setiap satu perbandingan pewakili 2 mL sampel.
Kemudian setiap perlakuan dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berbeda,
kocok kuat selama 30 detik lalu catat waktu dimana air dan minyak mulai
berpisah. Berikut tabel hasil pengamatan uji kestabilan emulsi:
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi pemisahan dua fraksi
dengan terbentuknya 2 lapisan, dimana butiran-butiran minyak terdapat di atas
permukaan air. Perbandingan jumlah air dan minyak yang dicampurkan
menunjukkan perbedaan waktu pemisahan dan membentuk 2 fase. Saat air
dicampurkan dengan minyak maka terdapat 2 fase dengan minyak berada di atas
dan air berada di bawah serta terbentuk gelembung kecil di atas minyak dengan
warna keduanya tetap.
Terbentuknya fase antara minyak dan air terjadi karena perbedaan sifat
kepolaran. Air bersifat polar sedangkan minyak nonpolar sehingga air dan minyak
tidak bersatu. Selain itu minyak bersifat hidrofob atau takut air. Ketika senyawa
hidrofob dilarutkan dalam air maka senyawa hidrofob akan mengklaster atau
menjauh dari air sehingga terpisah antara air dan minyak. air berada di bawah dan
minyak berada diatas disebabkan oleh perbedaan berat molekul. Berat molekul air
lebih besar dari pada minyak, sehingga air berada dibawah minyak. Terdapatnya
gelembung kecil di atas air itu adalah molekul air yang terperangkap oleh klaster
minyak sehingga tidak bisa turun ke bawah dan bergabung dengan senyawa air
lainnya.
Berdasarkan hasil pengamatan waktu pemisahan paling lama terjadi pada
perbandingan 1:2 atau 2 mL air:4 mL minyak selama 19 menit 33 detik yang
menunjukan perbandingan yang paling baik diantara sampel lain karena larutan
Yolla Cahya Apischa
240210150019
tampak lebih stabil. Kemudian pemisahan paling cepat terjadi pada perbandingan
2:1 atau 4 mL air:2 mL minyak selama 6 menit 11 detik. Hal ini dapat dikarenakan
jumlah air dan minyak yang lebih dominan. Air dan minyak merupakan cairan
yang tidak saling berbaur karena memiliki berat jenis yang berbeda.
Salah satu aplikasi sistem kestabilan emulsi pada bidang industri yaitu
pembuatan mayonnaise, saus salad ini mengandung campuran air dan minyak agar
saus salad ini kembali stabil maka dapat ditambahkan emulagator misalnya
kuning telur yang mengandung lesitin. Sehingga waktu pemisahan antara air dan
minyak menjadi lebih lama.
Margari
n
Garam 10 detik
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum sistem dispersi ini adalah
sebagai berikut:
1. Larutan gula dan garam merupakan larutan sejati dengan fase tunggal
dimana larutan gula berwarna putih kekuningan, tampak lebih jernih dan
lebih homogen dibanding larutan garam yang berwarna bening dan semakin
keruh juga semakin tidak homogen seiring bertambahnya konsetrasi.
2. Suspensi tapioka bersifat heterogen (terdiri dari dua fase, yaitu tapioka dan
air) dan sifatnya tidak stabil.
3. Susu Skim bersifat homogen secara makroskopis dan cukup stabil.
4. Berdasarkan tingkat homogenitasnya antara larutan, dispersi kasar, dan sol
dari yang paling tinggi didapat hasil: Larutan > Sol > Dispersi kasar.
Artinya larutan bersifat sejati, dispersi kasar merupakan larutan yang tidak
sempurna, sedangkan sol bukan merupakan larutan sejati.
Yolla Cahya Apischa
240210150019
5. Putih telur yang dikocok keras menghasilkan busa warna putih pekat,
teksturnya lembut dan kaku, bau semakin amis dan busanya lebih kecil serta
sangat lembut dengan sifat padat dan mengembang.
6. Putih telur yang dikocok menggunakan mixer hasilnya lebih kaku dan
busanya lebih banyak dibanding yang dikocok dengan garpu dan pengocok
telur karena udara yang terperangkap lebih banyak.
7. Arumanis berwarna peach, berbentuk serabut panjang dan halus, memiliki
banyak rongga dan mudah hancur. Merupakan makanan berbentuk busa
padat yang termasuk ke dalam jenis koloid busa padat.
8. Waktu pemisahan air dan minyak paling lama terjadi pada perbandingan 1:2
atau 2 mL air:4 mL minyak selama 19 menit 33 detik dan pemisahan paling
cepat terjadi pada perbandingan 2:1 atau 4 mL air:2 mL minyak selama 6
menit 11 detik.
9. Sebelum diberi perlakuan warna margarin tampak kuning pucat dengan
tekstur yang lembek namun tampak padat dan tidak keruh. Setelah
dipanaskan warnanya menjadi kuning cerah kemudian teksturnya sangat cair
dan keruh.
10. Waktu yang dibutuhkan margarin untuk mencair yaitu 5 menit 39 detik
Mentega lebih cepat meleleh dikarenakan bahwa terdapat asam lemak jenuh
sehingga pemutusan akan terjadi lebih cepat. Sehingga mentega dapat lebih
stabil dibandingkan dengan margarin, titik leleh mentega berkisar antara 32
35C. Sedangkan titik leleh margarin hanya berbeda sedikit yaitu antara 34
37C.
11. Urutan waktu pemecahan emulsi dari yang paling lama yaitu mustard
dengan waktu 57 menit 58 detik, diikuti kuning telur dengan waktu 17 menit
13 detik, merica dengan waktu 1 menit 58 detik dan garam dengan waktu 10
detik. Kuning telur dan mustard adalah emulsi yang paling stabil.
V.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan setelah melakukan praktikum kali ini
adalah sebagai berikut:
1. Pengujian harus dilakukan sesuai dengan prosedur dan dilakukan secara
lebih teliti untuk meminimalisir kesalahan.
Yolla Cahya Apischa
240210150019
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. UI-
Press, Jakarta.