Anda di halaman 1dari 17

Campuran adalah materi yang tersusun atas dua atau lebih zat dan masih mempunyai sifat asal

zat penyusunnya.
Setiap unsur, mempunyai sifat-sifat fisis tertentu. Dalam campuran, setiap unsur masih
mempertahankan sifat-sifat aslinya.
Oleh karena itu, campuran dapat dipisahkan dengan cara yang mudah tanpa reaksi kimia.

Campuran homogen adalah campuran dengan zat penyusun nya terdiri dua zat atau lebih
yang tersebar secara merata atau campuran yang tiap bagiannya atau komposisinya serba
sama.
1. larutan gula
2. larutan garam
3. larutan pewarna
4. campuran gas di udara
5. larutan karbol
6. larutan detergen
7. larutan sabun cair
8. larutan emutih
9. larutan alkohol
10. larutan air teh

Campuran heterogen adalah campuran dengan komposisi yang tidak seragam di seluruh
campuran atau suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang memiliki fasa
yang berbeda.
1. air dengan pasir
2. air dengan batu
3. air dengan minyak tanah
4. air dengan bensin
5. air dengan solar
6. air dengan oli
7. air dengan tepung beras
8. campuran kapur dan pasir
9. serbuk besi dan karbon
10. campuran air dan bubuk kopi

Dalam kata-kata sederhana, dalam campuran homogen, Anda tidak bisa membedakan
komponen-komponennya dengan mudah. Komponen dalam campuran heterogen dapat dengan
mudah dibedakan. Sebuah contoh dari larutan homogen adalah larutan garam. Kita tidak bisa
melihat komponen yang berbeda dari larutan secara terpisah sebagai air dan garam. Contoh
dari larutan heterogen adalah campuran air dan bensin. Dalam hal ini, berbagai komponen akan
terlihat terpisah.
Campuran homogen adalah campuran dua zat atau lebih dimana semua zat memiliki susunan
yang seragam, sehingga sulit dibedakan antara komponen zat yang satu dengan yang lainnya.
Campuran homogen dalam kehidupan sehari-hari biasa dikenal dengan larutan.
Contoh:
 Larutan gula (campuran antara air dan gula)
 Larutan garam (campuran antara air dan garam)
 Soft drink
 larutan teh dan susu
Dalam campuran homogen, penampilan seragam dan begitu juga komposisi. Kebanyakan
campuran homogen adalah larutan.

Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat. Hal ini disebut campuran
homogen, karena komposisi adalah seragam di seluruh larutannya. Komponen larutan terutama
dari dua jenis, zat terlarut dan pelarut. Pelarut melarutkan zat terlarut dan membentuk larutan
yang seragam.
Jadi, jumlah pelarut biasanya lebih tinggi dari jumlah zat terlarut. Semua partikel dalam larutan
memiliki ukuran molekul atau ion, sehingga mereka tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Larutan dapat memiliki warna jika pelarut atau zat terlarut dapat menyerap cahaya tampak.
Namun, larutan biasanya transparan. Pelarut dapat berada dalam keadaan cair, gas atau padat.
Kebanyakan pelarut umum adalah cairan. Di antara cairan, air dianggap sebagai pelarut
universal, karena dapat melarutkan banyak zat daripada pelarut lainnya. Gas, padat atau cair
zat terlarut lainnya dapat dilarutkan dalam pelarut cair. Dalam pelarut gas, hanya larutan gas
dapat dilarutkan. Ada batas untuk jumlah zat terlarut yang dapat ditambahkan ke sejumlah
pelarut.
Dalam larutan, jika salah satu komponen adalah bubuk atau cairan yang larut dengan cairan
lain, maka kita tidak akan dapat melihat berbagai komponen secara terpisah. Kita melihatnya
sebagai salah satu cairan. Udara tanpa partikel terlihat juga merupakan campuran homogen.
Namun pada kenyataannya udara terdiri dari berbagai gas.

Dalam produk heterogen, kita dapat dengan mudah membedakan komponen yang berbeda di
dalamnya. Jika Anda mencoba untuk mencampur pasir dan air, tidak akan larut. Jadi Anda
dapat dengan mudah membedakan antara pasir dan air.
Campuran heterogen adalah campuran dua zat atau lebih dimana zat penyusunnya tidak sama
atau tidak seragam sehingga masih bisa dibedakan antara partikel-partikel zat penyusunnya.

Contoh:
 campuran antara tanah dan kerikil
 batu granit
 beton
 air sungai
 campuran pasir dan air
Komponen campuran heterogen dapat dipisahkan sangat mudah tapi memisahkan komponen
campuran homogen bisa sulit. Jika Anda memiliki campuran heterogen pasir dan air, Anda
memungkinkan dapat mengendapkan pasir dan memisahkan komponennya. Jika Anda
memiliki campuran homogen seperti larutan gula, Anda harus memisahkan dengan proses
penguapan.
Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat
atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air
dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran
tersebut akan mengendap ke bawah.
Pada suspensi setidaknya satu komponan mempunyai ukuran partikel relatif lebih besar
dan terdistribusi dalam partikel lainnya. Contohnya adalah: (a) pasir halus dalam air, (b) asap
di udara, dan (c) endapan dalam campuran reaksi. Pada semua contoh di atas ukuran partikal
cukup besar sehingga dapat dilihat apakah dengan mata telanjang atau dengan mikroskop. Bila
suspensi tidak digoyang, atau dibiarkan, maka partikel tersuspensi akan mengendap karena
pengaruh gravitasi, meskipun kecepatan pengendapan tergantung pada ukuran partikel.
Contohnya, pasir kasar (ukuran partikel lebih besar) akan lebih cepat mengendap dibandingkan
dengan lumpur halus.

Koloid
Larutan koloid dipandang sebagai campuran homogen, tetapi juga bisa menjadi heterogen
(misalnya: susu, kabut). Partikel dalam larutan koloid adalah ukuran menengah (lebih besar
dari molekul) dibandingkan dengan partikel dalam larutan dan suspensi. Tapi, seperti partikel
dalam larutan, mereka tidak terlihat dengan mata telanjang dan tidak dapat disaring dengan
menggunakan kertas saring.
Partikel dalam koloid ini disebut sebagai bahan tersebar, dan media pendispersi analog dengan
pelarut dalam larutan. Menurut bahan terdispersi dan medium, ada berbagai jenis koloid.
Sebagai contoh, jika gas yang tersebar dalam media cair, koloid dihasilkan adalah ‘busa’
(misalnya: susu kental yang dikocok). Jika dua cairan yang digabungkan bersama-sama, koloid
yang dapat dihasilkan dikenal sebagai emulsi (misalnya: susu). Partikel didistribusikan dalam
media koloid tidak menetap jika dibiarkan tetap. Larutan koloid yang bening atau buram.
Kadang-kadang partikel dalam koloid dapat dipisahkan dengan sentrifugasi atau koagulasi.
Misalnya, protein dalam susu yang dikoagulasi dengan panas atau ditambahkan asam.
Pengertian sistem koloid adalah suatu campuran homogen antara 2 zat atau lebih dimana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain
(medium pendispersi). Koloid ini merupakan sistem dispersi yang terletak diantara suspensi
dan larutan. Ukuran partikelnya berkisar antara 1-100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran
homogen dan merupakan sistem 2 fase. Contohnya susu, santan, jeli, selai dan minyak.
Baca juga Sifat Sistem Koloid
c. Suspensi
Pengertian suspensi adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel relatif besar tersebar
merata dalam medium pendispersinya. Suspensi bersifat heterogen dan tidak kontinu, sehingga
merupakan sistem 2 fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat
dipisahkan dengan penyaringan. Contohnya air sungai yang keruh, campuran pasir dengan air,
campuran terigu dengan air, campuran kopi dengan air dan campuran minyak dengan air.
Tabel sifat dan sistem dispersi
Sifat Sistem Dispersi
Larutan Koloid Suspensi
Bentuk Homogen, tidak Homogen secara Heterogen
campuran dapat dibedakan makroskopis, tapi
heterogen jika
diamati dengan
mikroskop ultra
Ukuran <1 nm 1-100 nm >100 nm
Fase Terdiri dari 1 fase Terdiri dari 2 fase Terdiri dari 2 fase
Kestabilan Stabil Umumnya stabil Tidak stabil
Penyaringan Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring, Dapat disaring
kecuali dengan
penyaring ultra
Didiamkan Tidak memisah dan Tidak memisah Memisah dan
tidak mengendap (tahan lama) dan mengendap
sukar mengendap

Jenis-jenis Koloid

Koloid dapat di bedakan menjadi 5 macam berdasarkan data pada tabel fase terdispersi dan
fase pendispersi dibawah yaitu:

1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat
yang terdispersi berupa zat padat maka disebut aerosol padat. Jika yang terdispersi berupa zat
cair maka disebut aerosol cair.

2. Sol
Sistem koloid dari paertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol
banyak kita temukan dalam kehidupan sehari hari maupun dalam industri. Contoh sol yaitu air
sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis dan cat.

3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut Emulsi. Syarat terjadinya
emulsi ini adalah 2 jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan
kedalam 2 bagian, yaitu :
a. emulsi minyak dalam air
b. emulsi air dalam minyak
Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
=> Contoh emulsi minyak dalam air
a. santan
b. susu
c. kosmetik pembersih wajah (milk cleanser)
d. lateks
=> Contoh emulsi air dalam minyak
a. mentega
b. mayones
c. minyak bumi
d.minyak ikan.

Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun
yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok,
maka akan diperoleh suatu canpuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika
sebelum dikocok ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil
disebut emulsi.

4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan
emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, detergen, dan
protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas kedalam zat cair yang mengandung
pembuih. Buih digunakan dalam berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan bijih
logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain.

5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contohnya agar-agar, lem kanji,
selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat berbentuk dari suatu sol yang zat
terdispersinya mengadsorpsi medium pendispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.
1. Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat
dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan
metode ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya.
Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari
pori saringan dan meneruskan pelarut.
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau
berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa
yang tertinggal dipenyaring disebut residu. (ampas).

Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air,
menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada
air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada
pada gula. Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan
penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca
yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap. Contohnya air yang bercampur pasir
Sand Filter
Air setelah keluar dari clarifier dialirkan ke bak saringan pasir, dengan tujuan untuk menyaring
partikel-partikel halus yang masih lolos atau yang masih terdapat dalam air dan belum
terendapkan. media filtrasi adalah sebagai berikut:
1. Lapisan atas terdiri dari pasir hijau (green sand). Lapisan ini bertujuan memisahkan flok
dan koagulan yang masih terikut bersama air. Lapisan yang digunakan setinggi 24 in
(60,96 cm).
2. Untuk menghasilkan penyaringan yang efektif, perlu digunakan medium berpori misalnya
atrasit atau marmer. Untuk beberapa pengolahan dua tahap atau tiga tahap pada
pengolahan effluent pabrik, perlu menggunakan bahan dengan luar permukaan pori yang
besar dan daya adsorpsi yang lebih besar, seperti Biolite, pozzuolana ataupun Granular
Active Carbon/GAC) (Degremont, 1991). Pada pabrik ini, digunakan antrasit setinggi 12,5
in (31,75 cm).
3. Lapisan bawah menggunakan batu kerikil/gravel setinggi 7 in (17,78 cm)

2. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut
dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan
perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan kristalisasi
pendinginan.
Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam dapur
dari air laut. Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan bantuan
sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan garam dalam
bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk mendapatkan
garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan kembali).
Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu dihancurkan dan diperas
untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap hampa udara sehingga air tebu
tersebut menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian
dikeringkan sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.
7 Metode Pemisahan Campuran Beserta Contohnya
1. Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat
dari cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode
ini adalah perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan
menahan zat padat yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan
meneruskan pelarut.
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau
berwujud cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang
tertinggal dipenyaring disebut residu. (ampas).
Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air,
menjernihkan preparat kimia di laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada
air suntik injeksi dan obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada
pada gula. Penyaringan di laboratorium dapat menggunakan kertas saring dan
penyaring buchner. Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca
yang kuat dilengkapi dengan alat penghisap. Contohnya air yang bercampur pasir

2. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut
dalam suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan
perbedaan titik beku. Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan
kristalisasi pendinginan.
Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari adalah pembuatan garam dapur
dari air laut. Mula-mula air laut ditampung dalam suatu tambak, kemudian dengan
bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah proses penguapan, dihasilkan
garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan pengotornya, sehingga untuk
mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses rekristalisasi (pengkristalan
kembali).

Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari tebu. Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk
diambil sarinya, kemudian diuapkan dengan penguap hampa udara sehingga air tebu tersebut
menjadi kental, lewat jenuh, dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan
sehingga diperoleh gula putih atau gula pasir.

3. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa
melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal.
bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti
kamfer dan iod. Contohnya Kapur Barus dengan kotorannya (pasir).

3. Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair
yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda.
Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode
ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya
tidak terlalu dekat.
Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara
titik didih bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap
dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam
wadah. Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu.
Contoh destilasi adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih,
dan memurnikan air minum. Contohnya pembuatan alkohol dan pembuatan minyak
kenya.

5. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan metode pemisahan untuk membersihkan suatu bahan dari
pengotornya dengan cara penarikan bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga
menempel pada permukaan bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini dipakai
untuk memurnikan air dari kotoran renik atau mikroorganisme, memutihkan gula
yang berwarna coklat karena terdapat kotoran.

6. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam
pelarut yang sesuai. Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam
pelarut tertentu.

7. Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
pelarut pada suatu lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan
dalam pelarut tertentu, daya absorbsi oleh bahan penyerap, dan volatilitas (daya
penguapan). Contoh proses kromatografi sederhana adalah kromatografi kertas
untuk memisahkan tinta.
Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu.
Misalkan es yang langsung menguap tanpa mencair terlebih dahulu. Pada tekanan normal,
kebanyakan benda dan zat memiliki tiga bentuk yang berbeda pada suhu yang berbeda-beda.
Pada kasus ini transisi dari wujud padat ke gas membutuhkan wujud antara. Namun untuk
beberapa antara, wujudnya bisa langsung berubah ke gas tanpa harus mencair. Ini bisa terjadi
apabila tekanan udara pada zat tersebut terlalu rendah untuk mencegah molekul-molekul ini
melepaskan diri dari wujud padat.Sublimasi juga dapat diartikan sebagai metode pemisahan
campuran yang didasarkan pada campuran zat yang memiliki satu zat yang apat
menyublim(perubahan wujud padat ke gas), sedangkan zat lainnya tidak dapat menyublim.
Contohnya, campuran iodin dan garam dapat dipisahkan dengan cara sublimasi.
Dari Ke
Padat Cair Gas Plasma
Padat N/A Mencair Menyublim -
Cair Membeku N/A Menguap -
Gas Mengkristal Mengembun N/A Ionisasi
Plasma - - Rekombinasi/Deionisasi N/A

Pemisahan Campuran Secara Sublimasi


Odi tampak serius sekali menyelesaikan tantangan dari Mira, kakaknya untuk memisahkan
beberapa campuran yang ada dalam beberapa wadah. Tantangan yang harus dikerjakan Odi
adalah memisahkan campuran dari beberapa zat menjadi zat penyusunnya dengan cara yang
benar dan Odi bebas memilih campuran mana yang akan dia pisahkan terlebih dahulu. Ada
tiga tantangan yang harus diselesaikan Odi, pertama memisahkan campuran 5 butir kelereng
dengan segelas pasir, kedua memisahkan setengah gelas biji kacang hijau dengan setengah
gelas biji kacang tanah dan yang ketiga memisahkan campuran dua butir kapur barus yang
telah ditumbuk dengan setengah gelas pasir.

Odi dengan mudah memisahkan campuran 5 butir kelereng dengan segelas pasir dengan
mengambil tiap butiran kelereng satu per satu karena ukuran kelereng lebih besar daripada
pasir. Untuk campuran setengah gelas biji kacang hijau dengan setengah gelas biji kacang
tanah Odi memisahkannya dengan cara menyaring menggunakan kasa penyaring. Saat ini Odi
sedang berpikir keras bagaimana caranya memisahkan campuran dua butir kapur barus yang
telah ditumbuk dengan setengah gelas pasir. Bisakah kamu membantu Odi mengatasi tantangan
terakhirnya? Yuk kita bantu Odi menyelesaikan tantangannya!

Kalian pasti tahu bahwa kapur barus akan menyublim atau berubah menjadi wujud gas saat
terkena panas. Tapi bagaimana cara menangkap kembali kapur barus yang sudah menjadi gas
tersebut sehingga dapat terbentuk kembali menjadi wujud padat sehingga kapur barus
dapat ditunjukkan Odi kepada Mira? Yup! Kita gunakan prinsip perubahan wujud zat. Masih
ingatkah kalian bahwa wujud zat gas dapat berubah menjadi wujud zat padat? Perubahan wujud
zat dari gas menjadi bentuk padat disebut dengan mengkristal atau menghablur. Nah,
bedasarkan perubahan wujud zat tersebut kita dapat membantu Odi memisahkan campuran
kapur barus dengan pasir. Bagaimana caranya? Ikuti langkah-langkah berikut ya!
1. Siapkan alat dan bahan berikut :
a. beaker glass
b. cawan porselein
c. kaki tiga dan kassanya
d. lampu bunsen
e. campuran kapur barus yang telah ditumbuk dengan pasir
f. es batu
2. Susunlah alat dan bahan tersebut seperti pada gambar di bawah ini.
3. Nyalakan lampu bunsen, biarkan sampai semua kapur barus yang ada di dalam campuran
menguap. Setelah itu matikan lampu bunsen.
4. Amati apa yang terdapat di bawah cawan porselein setelah beberapa saat.
Ilustrasi percobaan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Prinsip kerja dari percobaan tersebut adalah kapur barus diubah menjadi gas (penyubliman)
dengan cara memanaskan campuran. Setelah kapur barus berubah menjadi gas, gas akan
terperangkap di dalam beaker glass yang atasnya telah ditutup dengan cawan porselein
sehingga gas kapur barus tidak keluar. Untuk mengubah wujud kapur barus yang berupa
gas menjadi padat kembali secara cepat diperlukan proses pendinginan. Pendinginan pada
percobaan tersebut dilakukan dengan meletakkan beberapa potong es batu di atas cawan
porselein. Hasil dari percobaan tersebut adalah adanya kapur barus yang menempel di bagian
bawah cawan porselein.
SUBLIMASI

Sublimasi adalah perubahan wujud dari padat ke gas tanpa mencair terlebih dahulu. Misalkan es yang
langsung menguap tanpa mencair terlebih dahulu. Pada tekanan normal, kebanyakan benda dan zat
memiliki tiga bentuk yang berbeda pada suhu yang berbeda-beda. Pada kasus ini transisi dari wujud
padat ke gas membutuhkan wujud antara. Namun untuk beberapa antara, wujudnya bisa langsung
berubah ke gas tanpa harus mencair. Ini bisa terjadi apabila tekanan udara pada zat tersebut terlalu
rendah untuk mencegah molekul-molekul ini melepaskan diri dari wujud padat.Sublimasi juga dapat
diartikan sebagai metode pemisahan campuran yang didasarkan pada campuran zat yang memiliki
satu zat yang apat menyublim(perubahan wujud padat ke gas), sedangkan zat lainnya tidak dapat
menyublim. Contohnya, campuran iodin dan garam dapat dipisahkan dengan cara sublimasi.

Proses sublimasi sangat mirip dengan proses distilasi. Istilah distilasi digunakan untuk
perubahan dari cairan menjadi uap setelah mengalami pendinginan berubah menjadi cairan atau
padatan. Sedangkan sublimasi adalah proses dari perubahan bentuk padatan langsung menjadi uap
tanpa melalui bentuk cair dan setelah mengalami pendinginan langsung terkondensasi menjadi
padatan kembali.

Garis antara solid dan liquid merupakan kurva keseimbangan antara cairan dan uap, Garis antara liquid
dan gas merupakan kurve keseimbangan antara gas dan cair, sedangkan garis antara solid dan gas
merupakan garis keseimbangan antara padatan dan gas. Ketiga kurva berpotongan di satu titik yang
disebut titik Triple dimanaketiga fasa dalam keseimbangan

Titik leleh normal suatu senyawa ialah suhu dimana padatan dan cairan berada pada keseimbangan
pada tekanan 1 atmosfer. Jika pada sistem tersebut tekanan diturunkan sampai mencapai dibawah
titik triple, maka zat dari keadaan uap dapat langsung terkondensasi menjadi padatan atau sebaliknya,
proses ini disebut menyublim. Pada beberapa zat, tekanan uapnya pada titik triple berada pada suhu
kamar sehingga zat tersebut dapat mengalami sublimasi pada suhu kamar. Misalnya saja kamfer pada
titik triple suhunya 79C dan tekanan uapnya 370 mmHg. Karbon dioksida (CO2) pada titik triple
suhunya 56,4C dan tekanan uapnya 5,11 atm.
Pada beberapa senyawa, tekanan uap pada titik triple sangat rendah. Misalnya benzena pada titip
triple tekanannya 6mmHg dan suhunya 122C, Naftalen pada titik triple tekanannya 7mmHg dan
suhunya 80C. Karena tekanan uapnya sangat rendah, maka pada tekanan atmosfer zat tersebut dalam
bentuk cairan sehingga kurang baik untuk disublimasikan. Agar sublimasi dapat dilakukan maka
tekanan pada permukaan cairan harus diturunkan dengan cara di vakumkan.

Teknik pemisahan dengan cara sublimasi sering dilakukan untuk beberapa senyawa organik.
Contohnya AlCl3, NH4Cl, I2, As2O3 dll

PRINSIP KERJA SUBLIMASI

Prinsip kerja sublimasi secara umum [dalam skala industri] adalah memisahkan zat yang mudah
menyublim tersebut dengan sebuah sublimator sehingga menjadi gas/uap. Gas yang dihasilkan
ditampung, lalu didinginkan/dikondensasi kembali. Sedangkan cara kerja sublimasi secara sederhana
[dalam skala laboratorium] adalah zat yang akan disublimasi dimasukkan dalam cawan/gelas piala
untuk keperluar sublimasi, ditutup dengan gelas arloji , corong/labu berisi air sebagai pendingin ,
kemudian di panaskan dengan api kecil pelan-pelan. Zat padat akan menyublim berubah menjadi uap,
sedangkan zat penyampur tetap padat. Uap yang terbentuk karena adanya proses pendinginan
berubah lagi menjadi padat yang menempel pada dinding alat pendingin. Bila sudah tidak ada lagi zat
yang menyublim , dihentikan proses pemanasan dan di biarkan dingin supaya uap yang terbentuk
menyublim semua, kemudian zat yang terbentuk dikumpulkan untuk diperiksa kemurniannya. Bila
kurang murni proses sublimasi dapat diulang sampai didapatkan zat yang murni.

PROSES SUBLIMASI .

: Diklasifikasikan menjadi 2, yaitu proses sublimasi buatan dan secara alami, antaralain

Proses Sublimasi Buatan .A

ini dapat terjadi Merupakan proses sublimasi yang terjadi secara sengaja/paksa, proses
.pada skala industri dan skala laboratorium

Sublimasi Kristal Iodin ¢ Skala Laboratorium M

: Berikut ini merupakan langkah retorika proses sublimasi iodin pada skala laboratorium

.diubah menjadi gas dengan cara memanaskan campuran bersama kotoran Iodin : Prinsipnya
glass yang atasnya telah Setelah iodin berubah menjadi gas, gas akan terperangkap di dalam beaker
tidak keluar. Untuk mengubah wujud iodin yang ditutup dengan labu didih sehingga gas iodin
.kembali secara cepat, diperlukan proses pendinginan [kondensasi] berupa gas menjadi padat
potong es batu/air Pendinginan pada percobaan tersebut dilakukan dengan meletakkan beberapa
tersebut adalah adanya kapur barus yang dingin di dalam labu didih. Hasil dari percobaan
didih yang berbentuk kerak. Pada akhirnya kotoran [impurities] menempel di bagian bawah labu
.tertinggal di dasar beaker glass karena tidak dapat menyublim akan
Alat & Bahan :

 Beaker glass
 Cawan porselein beserta mortir
 labu didih berleher
 Kaki tiga dan kassa
 Pembakar bunsen
 Campuran kristal iodin yang telah ditumbuk dengan pasir/karbon aktif
 es batu/air dingin

Prosedur :
1. Gerus/tumbuk iodin [kuantitas bahan sesuai keinginan kita sendiri] sampai halus

untuk memperoleh luas permukaan yang besar sehingga proses perubahan fasa berjalan lebih cepat

2. Tambahkan zat pengotor seperti pasir maupun karbon aktif.

3. Masukkan ke dalam beaker glass lalu tutup bagian atasnya dengan cawan porselein atau

labu didih yang didalamnya telah dilengkapi dengan batu es atau air dingin.

4. Susun alat dan bahan tersebut seperti pada gambar di bawah ini, nyalakan

pembakar bunsen

5. Biarkan sampai semua iodin yang ada di dalam campuran menguap. Setelah itu matikan pembakar
bunsen.

6. Amati yang terjadi pada labu didih. Akan terbentuk kerak yang menempel pada bagian bawah labu
didih seperti di bawah ini.
Keterangan :

Hati-hati saat mengambil kerak iodin, karena uap berwarna ungu dari iodin yang menerobos keluar
dapat menimbulkan keracunan dan iritasi pernafasan bila terhirup.

Proses Sublimasi Secara Alami

Merupakan proses sublimasi yang terjadi secara natural [alami] akibat dari proses alam itu
sendiri. Misalnya sublimasi belerang yang terjadi pada kawah-kawah gunung berapi. Contohnya yakni
pada kawah Gunung Ijen (ketinggian 2.386 m), Kecamatan Licin, Sempol, Kabupaten Banyuwangi,
Bondowoso, Jawa Timur. Kawah ini selalu melepaskan gas vulkanik dengan konsentrasi sulfur yang
tinggi dan bau gas yang kadang menyengat. Belerang tersebut dihasilkan dari hasil sublimasi gas-gas
belerang yang terdapat dalam asap solfatara [asap yang berasal dari kawah] yang bersuhu sekitar 200
°C. ketika asap tersebut menuju atmosfer maka udara dingin di pegunungan akan mengkondensasi
secara alami gas yang mengandung belerang.
Selanjutnya belerang yang telah padat akan menumpuk di tanah lalu terkubur secara alami
membentuk deposit [endapan] yang dapat berupa batuan padat. Kemudian akibat adanya erosi [misal
karena hujan dan angin] maka batuan belerang ini dapat muncul separuh bagian maupun seluruhnya
dengan wujud visual batuan padat kasar berwarna kuning pucat. Biasanya deposit belerang ini
dimanfaatkan oleh penambang lokal maupun industri terdekat [misalnya industri karet] melalui
penggalian secara langsung.

Sumber ( Sunardi.2004. Diktat Kuliah cara cara pemisahan. Depok: Dept Kimia FMIPA UI )

Anda mungkin juga menyukai