Anda di halaman 1dari 1

PLASTICIZER

Cuq et al. (1997) mendefinisikan pemlastis sebagai molekul kecil yang tidak
mudah menguap serupa dengan polimer pembentuk film. Penambahan pemlastis pada
saat proses pembuatan lembaran plastik dimaksudkan untuk memperbaiki sifat plastik.
Penambahan pemlastis pada bahan polimer mengakibatkan terjadinya modifikasi pada
susunan tiga dimensi molekul, menurunkan gaya tarik intramolekul, meningkatkan
mobilitas rantai dan menurunkan Tg (glass transition temperature) bahan amorf.
Ditambahkan oleh Cowd (1991), bahwa penurunan Tg tersebut dikarenakan
pengurangan gaya antar-rantai sehingga gerakan bagian rantai lebih mudah.
Perbedaan utama antara pemlastis dengan pelarut adalah kemampuan
penguapan kedua bahan tersebut. Pelarut lebih mudah menguap sedangkan pemlastis
tidak mudah menguap. Persyaratan ideal yang harus dimiliki suatu pemlastis meliputi
kecocokan (compatibilitas), permanen atau tidaknya pemlastis tersebut berada dalam
polimer, dan efisiensi penggunaannya. Pemlastis umumnya memiliki sifat-sifat tidak
berbau, tidak berasa, tidak beracun dan tidak mudah terbakar (Beeler dan Finney di
dalam Modern Plastics Encyclopedia, 1958).
Menurut Frados (1959) terdapat beberapa metode penambahan pemlastis pada resin, yaitu
pencampuran kering (dry blending), pencampuran dengan panas (hot mixing), metode
plastisol dan organosol, serta metode pencampuran tanpa pemanasan. Pada penelitian ini,
metoda penambahan pemlastis dilakukan dengan cara hot mixing. Dietilen glikol (HO-CH2-
CH2-O-CH2-CH2-OH) merupakan senyawa yang tidak berwarna, hampir tidak berbau, dan

higroskopis dengan titik didih 244-245oC. Dietilen glikol dapat bercampur dengan air,
alkohol, eter, aseton, etilen glikol dan tidak dapat bercampur dengan karbon tetraklorida,
benzene dan toluen (Merck, 1999). Struktur molekul dietilen glikol dapat dilihat pada
Gambar 2.

Anda mungkin juga menyukai