Disusun oleh:
Kelompok 4 (2A-D4)
Pemilihan alat untuk proses leaching dipengaruhi oleh faktor- faktor yang
membatasi kecepatan ekstraksi dikontrol oleh mekanisme difusi solute melalui pori-
pori solid yang diolah harus kecil, agar jarak perembesan tidak terlalu jauh.
Sebaliknya bila mekanisme solute dari permukaan partikel kedalam larutan
keseluruhan (bulk) merupakan faktor yang mengontrol, maka harus dilakukan
pengadukan dalam proses.
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak
antara partikel dengan liquid, akibatnya akan memperbesar heat transfer material
disamping itu juga akan memperkecil jarak diffusi. Tetapi partikel yang sangat halus
akan membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak dijalankan, disamping itu juga
akan mempersulit drainage solid residu. Jadi harus ada range tertentu untuk ukuran-
ukuran partikel dimana suatu partikel harus cukup kecil agar tiap partikel mempunyai
waktu ekstraksi yang sama tetapi juga tidak terlalu kecil hingga tidak menggumpal
dan menyulitkan aliran.
2. Pelarut
Harus dipilih larutan yang cukup baik dimana tidak akan merusak kontituen
atau solute yang diharapkan (residu). Disamping itu juga tidak boleh pelarut dengan
viskositas tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat terjadi. Umumnya pada awal
ekstraksi pelarut dalam keadaan murni tetapi setelah beberapa lama konsentrasi solute
didalamnya akan bertambah besar akibatnya rate ekstraksi akan menurun pertama
karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua kerena larutan bertambah
pekat.
3. Suhu operasi
Umumnya kelarutan suatu solute yang di ekstraksi akan bertambah dengan
bertambah tingginya suhu, demikian juga akan menambah besar difusi,jadi secara
keseluruhan akan menambah kecepatan ekstraksi. Namun demikian dipihak lain
harus diperhatikan apakah dengan suhu tinggi tidak merusak material yang diproses.
4. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan, maka diffusi eddy akan bertambah,dan
perpindahan material dari permukaan pertikel ke dalam larutan (bulk) bertambah
cepat,disamping itu dengan pengadukan akan mencegah terjadinya pengendapan.
Operasi ini dimulai dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut pada
tahap pertama, kemudian aliran bawah pada tahap ini dikontakkan pada pelarut baru
pada tahap berikutnya dan demekian seterusnya. Larutan yang diperoleh pada aliran
atas dapat dikumpulkan menjadi satu seperti yang terjadi pada sistem aliran sejajar
atau ditampung secara terpisah seperti pada sistem aliran silang.
Gambar 2.2 gambar operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran
sejajar atau aliran silang
Dalam sistem ini aliran atas dan bawah mengalir secara berlawanan. Operasi
dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat yang merupakan
aliran atas tahap kedua, dan tahapan baru. Operasi berakhir pada tahap ke-n (tahap
terakhir), dimana terjadi pencampuran antara pelarut baru dan padatan yang berasal
dari tahap ke-n (n-1). Dapat dimengerti bahwa sistem ini memungkinkan
didapatkannya.
Gambar 2.3 gambar operasi secara continue dengan aliran berlawanan
4. Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak dengan aliran bawah
Sistem ini terdiri dari beberapa unit pengontak batch yang disusun berderet
atau dalam lingkaran yang dikenal sebagai rangkaian ekstraksi. Didalam sistem ini,
padatan dibiarkan stationer dalam setiap tangka dan dikontakkan dengan beberapa
larutan yang kosentrasi semakin menurun. Padatan yang hampir tidak mengandung
solute meninggalkan rangkaian setelah dikontakkan dengan pelarut baru, sedangkan
larutan pekat sebelum keluar dari rangkaian terlebih dahulu dikontakkan dengan
padatan baru didalam tangki yang lain.
Gambar 2.4 gambar operasi batch dengan sistem bertahap banyak dengan
aliran bawah
Jika suatu komponen dari suatu campuran merupakan padatan yang sangat
larut dalam suatu larutan tertentu dan komponen yang lain secara khusu tidak larut,
maka diikuti dengan proses penyaringan. Akan tetapi apabila komponen sangat
lambat, maka perlu dilakukan proses pemisahan dengan ekstraksi. Prinsip dasar dari
ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut kedalam pelarut yang bercampur.
Leaching juga dapat kita temukan pada proses logam, diantaranya sebagai
berikut :
1. Leaching Emas
2. Leaching Alumunium
3. Leaching Tembaga
Pengambilan garam-garam logam dari pasir besi juga disebut proses leaching.
Proses ini merupakan ekstraksi yang digabungkan dengan reaksi kimia. Dalam hal ini
ekstrak, dengan bantuan suatu asam anorganik misalnya, dikonversikan terlebih
dahulu ke dalam bentuk yang larut.
Pada material biologi biasanya solut berada dalam sel. Sehingga proses
leaching menjadi lambat karena terhalang oleh membran sel. Sehingga pada
pemrosesan leaching material biologi, bahan yang akan di leaching dipotong-potong
tipis terlebih dahulu untuk mempercepat proses leaching. Dapat kita lihat pada proses
pengekstrakan gula pada tebu, terlebih dahulu tebu tersebut dipotong-potong untuk
mempermudah proses leaching.
Aliran bawah L adalah aliran liquid yang mengalir bersama material padat S,
dan overflow V adalah aliran pelarut murni. Pada tahap pertama, material padat
dilarutkan untuk dilanjutkan ketahap pencucian. Ketika material padat terbawa aliran
tidak berpindah ke overflow, laju alir dari setiap tahap adalah konstan. Dalam unit
pertama, sebagian pelarut merembes kedalam material untuk proses leaching dan
membawanya ketahap selanjutnya. Dengan asumsi material terleaching tidak
mengandung pelarut lain. Asumsi ini tidak selalu valid, material yang terleaching
dengan air mungkin mengandung beberapa kelembapan ketika diumpankan kedalam
unit.
Aliran cairan yang membawa material padat pada aliran bawah ditandai
dengan symbol L. Nialinya dapat konstan atau bervariasi pada setiap tahap karena
komposisi pelarut berubah-ubah. Pelarut yang mengalir pada aliran bawah ditandai
dengan symbol V. Nilai V akan konstan jika aliran bawah konstan. Pada tahap
dissolution pertama, aliran pelarut berubah karena bagian darinya menjadi aliran
bawah.
Aliran V dan L dapat dinyatakan dalam basis mill atau massa. Pada washing
dan leaching variable basis massa lebih sering digunakan. Pilihan lain adalah
menyatakan komposisi dengan padatan yang tidak terlarut pada aliran bawah.
Unit washing dan leaching dapat diasumsikan sebagai tahapan ideal dan
operasinya dapat dianalisis dengan garis operasi dan garis kesetimbangan yang mirip
dengan distilasi. Pada leaching, tahap pertama berbeda dengan yang lain, karena
pelarut menekan padatan pada tahap ini. Tahapan pertama biasanya dihitung terpisah
dengan neraca massa dan sisanya dihitung dengan menggunakan metode Mc-Cabe
Thiele atau secara numerik.
Keterangan :
L0 + V2 = L1 + V1 = M (1)
Kita bisa memperoleh neraca massa total dan komponen dari solute A hingga N-stage
sebagai:
VN+1 + L0 = V1 + LN (4)
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. Jr. & Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif: Alih Bahasa
Hadyana P. Jakarta:Erlangga.
Jumaeri, dkk, 2003, Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Impurities terhadap
Kemurnian Natrium Klorida Pada Proses Pemurnian Garam Dapur Melalui
Proses Kristalisasi, Laporan Penelitian,Lembaga Penelitian UNNES,
Semarang.
Nitimihardja, Agung A. 2005. Regulation of The Minister of Industry of The
Republic of Indonesia Number 42/M-IND/PER/11/2005 Regarding
Preparation, Packaging and Labeling Of Iodized Salt,Minister Of Industry Of
The Republic Of Indonesia. Tersedia di
www.depperin.go.id/IND/Teknologi/standar/3.pdf [diakses 15/02/10].
Austin, G.T. 1987. Shreves Chemical Process Industries.Kogakusha: McGrawHill.
Elliot, D. 1999. Primary Brine Treatment, 1999 Eltech Chlorine/Chlorate Seminar
Technology Bridge To The Millenium.Ohio: Cleveland.
Vogel. 1979. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis.
London: Longman.
Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Separation Process Principles
(includes Unit Operations), 4th ed., pp 776-777, 802-806, Prentice Hall, New
Jersey.
Snura, Aya. 2011. Ekstraksi. http://aya-snura.blogspot.co.id/2011/12/ekstraksi.html
(diakses pada tanggal 16-04-2017 pukul 22:33)