Anda di halaman 1dari 13

PAPER OPERASI TEKNIK KIMIA-2

Leaching (Ekstraksi Padat-Cair)

Disusun oleh:

Kelompok 4 (2A-D4)

Ilham Arief Pratama (1541420017)


Illiya Nafisa Gafiera (1541420010)
Juwita Puspa Sari (1541420012)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2017
I. Definisi Leaching
Ekstraksi padat cair adalah proses ekstraksi suatu konstituen yang dapat larut
(solute) pada suatu campuran solid dengan menggunakan pelarut. Proses ini sering
disebut Leaching. Proses ini biasanya digunakan untuk mengolah suatu larutan pekat
dari suatu solute (konstituen) dalam solid (leaching) atau untuk membersihkan suatu
solute inert dari kontaminannya dengan bahan (konstituen) yang dapat larut
(washing).
Metode yang diperlukan untuk leaching biasanya ditentukan oleh jumlah
konstituen yang akan dilarutkan, distribusi konstituen di dalam solid, sifat solid, dan
ukuran partikelnya. Bila konstituen yang akan larut ke dalam solvent lebih dahulu,
akibatnya sisa solid akan berpori-pori. Selanjutnya pelarut harus menembus lapisan
larutan dipermukaan solid untuk mencapai konstituen yang ada dibawahnya,
akibatnya kecepatan ekstraksi akan menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan
larutan tersebut ditembus. Tetapi bila konstituen yang akan dilarutkan merupakan
sebagian besar dari solid, maka sisa solid yang berpori-pori akan segera pecah
menjadi solid halus dan tidak akan menghalangi perembesan pelarut ke lapisan yang
lebih dalam.
Umumnya mekanisme proses ekstraksi dibagi menjadi 3 bagian :
1. Perubahan fase konstituen (solute) untuk larut ke dalam pelarut, misalnya
dari bentuk padat menjadi liquid.
2. Difusi melalui pelarut di dalam pori-pori untuk selanjutnya dikeluarkan
dari partikel.
3. Akhirnya perpindahan solute (konstituen) ini dari sekitar partikel ke dalam
lapisan keseluruhannya (bulk).
Setiap bagian dari mekanisme ini akan mempengaruhi kecepatan ekstraksi,
namun karena bagian pertama berlangsung dengan cepat, maka terdapat kecepatan
ekstraksi secara overall dapat diabaikan. Pada beberapa solid atau sistem yang akan di
ekstraksi, konstituen yang akan dilarutkan terisolasi oleh suatu lapisan yang sangat
sulit ditembus oleh pelarut, misalnya biji emas didalam rock (batu karang) maka solid
ini harus dipecah terlebih dahulu. Demikian pula bila solute berada dalam solid yang
berstruktur selluler akan sulit di ekstraksi karena struktur yang demikian merupakan
tahanan tambahan terhadap rembesan. Untuk mengatasi solid semacam ini terlebih
dahulu dipotong tipis memanjang hingga sebagian dari sel sel solid pecah. Pada
ekstraksi minyak dari biji bijian, walaupun bentuk selnya celluler, ekstraksi tidak
terlalu solid karena solute (konstituen) sudah berbentuk liquid (minyak).

Gambar 1.1 ekstraksi solid-liquid

Pemilihan alat untuk proses leaching dipengaruhi oleh faktor- faktor yang
membatasi kecepatan ekstraksi dikontrol oleh mekanisme difusi solute melalui pori-
pori solid yang diolah harus kecil, agar jarak perembesan tidak terlalu jauh.
Sebaliknya bila mekanisme solute dari permukaan partikel kedalam larutan
keseluruhan (bulk) merupakan faktor yang mengontrol, maka harus dilakukan
pengadukan dalam proses.

Ada 4 faktor yang harus diperhatikan dalam ekstraksi padat cair:

1. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak
antara partikel dengan liquid, akibatnya akan memperbesar heat transfer material
disamping itu juga akan memperkecil jarak diffusi. Tetapi partikel yang sangat halus
akan membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak dijalankan, disamping itu juga
akan mempersulit drainage solid residu. Jadi harus ada range tertentu untuk ukuran-
ukuran partikel dimana suatu partikel harus cukup kecil agar tiap partikel mempunyai
waktu ekstraksi yang sama tetapi juga tidak terlalu kecil hingga tidak menggumpal
dan menyulitkan aliran.
2. Pelarut
Harus dipilih larutan yang cukup baik dimana tidak akan merusak kontituen
atau solute yang diharapkan (residu). Disamping itu juga tidak boleh pelarut dengan
viskositas tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat terjadi. Umumnya pada awal
ekstraksi pelarut dalam keadaan murni tetapi setelah beberapa lama konsentrasi solute
didalamnya akan bertambah besar akibatnya rate ekstraksi akan menurun pertama
karena gradien konsentrasi akan berkurang dan kedua kerena larutan bertambah
pekat.
3. Suhu operasi
Umumnya kelarutan suatu solute yang di ekstraksi akan bertambah dengan
bertambah tingginya suhu, demikian juga akan menambah besar difusi,jadi secara
keseluruhan akan menambah kecepatan ekstraksi. Namun demikian dipihak lain
harus diperhatikan apakah dengan suhu tinggi tidak merusak material yang diproses.
4. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan, maka diffusi eddy akan bertambah,dan
perpindahan material dari permukaan pertikel ke dalam larutan (bulk) bertambah
cepat,disamping itu dengan pengadukan akan mencegah terjadinya pengendapan.

II. Metode Operasi Leaching

Dikenal 4 jenis metode leaching. Berikut ini disajikan uraian singkat


mengenai masing-masing metode tersebut :

1. Operasi dengan sistem bertahap tunggal

Dengan metode ini, pengontakkan antara padatan dan pelarut dilakukan


sekaligus dan kemudian disusul dengan pemisahan larutan dari padatan sisa. Cara ini
jarang ditemukan dalam operasi industry karena perolehan solute yang rendah.

Gambar 2.1 gambar operasi dengan sistem bertahap tunggal


2. Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran
silang

Operasi ini dimulai dengan pencampuran umpan padatan dan pelarut pada
tahap pertama, kemudian aliran bawah pada tahap ini dikontakkan pada pelarut baru
pada tahap berikutnya dan demekian seterusnya. Larutan yang diperoleh pada aliran
atas dapat dikumpulkan menjadi satu seperti yang terjadi pada sistem aliran sejajar
atau ditampung secara terpisah seperti pada sistem aliran silang.

Gambar 2.2 gambar operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran
sejajar atau aliran silang

3. Operasi secara continue dengan aliran berlawanan

Dalam sistem ini aliran atas dan bawah mengalir secara berlawanan. Operasi
dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan pekat yang merupakan
aliran atas tahap kedua, dan tahapan baru. Operasi berakhir pada tahap ke-n (tahap
terakhir), dimana terjadi pencampuran antara pelarut baru dan padatan yang berasal
dari tahap ke-n (n-1). Dapat dimengerti bahwa sistem ini memungkinkan
didapatkannya.
Gambar 2.3 gambar operasi secara continue dengan aliran berlawanan

4. Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak dengan aliran bawah

Sistem ini terdiri dari beberapa unit pengontak batch yang disusun berderet
atau dalam lingkaran yang dikenal sebagai rangkaian ekstraksi. Didalam sistem ini,
padatan dibiarkan stationer dalam setiap tangka dan dikontakkan dengan beberapa
larutan yang kosentrasi semakin menurun. Padatan yang hampir tidak mengandung
solute meninggalkan rangkaian setelah dikontakkan dengan pelarut baru, sedangkan
larutan pekat sebelum keluar dari rangkaian terlebih dahulu dikontakkan dengan
padatan baru didalam tangki yang lain.

Gambar 2.4 gambar operasi batch dengan sistem bertahap banyak dengan
aliran bawah

III. Prinsip Kerja Leaching

Jika suatu komponen dari suatu campuran merupakan padatan yang sangat
larut dalam suatu larutan tertentu dan komponen yang lain secara khusu tidak larut,
maka diikuti dengan proses penyaringan. Akan tetapi apabila komponen sangat
lambat, maka perlu dilakukan proses pemisahan dengan ekstraksi. Prinsip dasar dari
ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut kedalam pelarut yang bercampur.

IV. Aplikasi Leaching dalam Industri

Leaching banyak ditemukan pada industri-industri. Biasanya ditemukan pada


industri biologi atau industri makanan, terdapat proses yang dilakukan untuk
memisahkan suatu produk dari struktur alaminya. Misalnya dari produksi gula, proses
leaching dilakukan untuk memisahkan gula dari tebu. Contoh lainnya dapat kita lihat
pada produksi minyak makan, pelarut yang organik seperti aseton atau eter digunakan
untuk mengekstrak minyak dari kacang-kacangan, gula dari umbi, kopi dari biji-
bijian, dll.

Leaching juga dapat kita temukan pada proses logam, diantaranya sebagai
berikut :
1. Leaching Emas
2. Leaching Alumunium
3. Leaching Tembaga
Pengambilan garam-garam logam dari pasir besi juga disebut proses leaching.
Proses ini merupakan ekstraksi yang digabungkan dengan reaksi kimia. Dalam hal ini
ekstrak, dengan bantuan suatu asam anorganik misalnya, dikonversikan terlebih
dahulu ke dalam bentuk yang larut.

Pada material biologi biasanya solut berada dalam sel. Sehingga proses
leaching menjadi lambat karena terhalang oleh membran sel. Sehingga pada
pemrosesan leaching material biologi, bahan yang akan di leaching dipotong-potong
tipis terlebih dahulu untuk mempercepat proses leaching. Dapat kita lihat pada proses
pengekstrakan gula pada tebu, terlebih dahulu tebu tersebut dipotong-potong untuk
mempermudah proses leaching.

V. Skema Proses Leaching


Skema proses leaching ditunjukkan oleh gambar dibawah ini :

Gambar 4.1 skema proses leaching

Aliran bawah L adalah aliran liquid yang mengalir bersama material padat S,
dan overflow V adalah aliran pelarut murni. Pada tahap pertama, material padat
dilarutkan untuk dilanjutkan ketahap pencucian. Ketika material padat terbawa aliran
tidak berpindah ke overflow, laju alir dari setiap tahap adalah konstan. Dalam unit
pertama, sebagian pelarut merembes kedalam material untuk proses leaching dan
membawanya ketahap selanjutnya. Dengan asumsi material terleaching tidak
mengandung pelarut lain. Asumsi ini tidak selalu valid, material yang terleaching
dengan air mungkin mengandung beberapa kelembapan ketika diumpankan kedalam
unit.

Aliran cairan yang membawa material padat pada aliran bawah ditandai
dengan symbol L. Nialinya dapat konstan atau bervariasi pada setiap tahap karena
komposisi pelarut berubah-ubah. Pelarut yang mengalir pada aliran bawah ditandai
dengan symbol V. Nilai V akan konstan jika aliran bawah konstan. Pada tahap
dissolution pertama, aliran pelarut berubah karena bagian darinya menjadi aliran
bawah.

Aliran V dan L dapat dinyatakan dalam basis mill atau massa. Pada washing
dan leaching variable basis massa lebih sering digunakan. Pilihan lain adalah
menyatakan komposisi dengan padatan yang tidak terlarut pada aliran bawah.

Unit washing dan leaching dapat diasumsikan sebagai tahapan ideal dan
operasinya dapat dianalisis dengan garis operasi dan garis kesetimbangan yang mirip
dengan distilasi. Pada leaching, tahap pertama berbeda dengan yang lain, karena
pelarut menekan padatan pada tahap ini. Tahapan pertama biasanya dihitung terpisah
dengan neraca massa dan sisanya dihitung dengan menggunakan metode Mc-Cabe
Thiele atau secara numerik.

VI. Neraca Massa

VI.1 Bentuk Umum

Bentuk umum persamaan untuk leaching adalah

Gambar 6.1 neraca massa leaching

Keterangan :

V = massa larutan overflow

L = massa liquid dalam larutan slurry

B = massa kering, zat terlarut-bebas solid

N = massa kering, (B)/(L)

xa = Fraksi A dalam larutan overflow

ya = Fraksi A dalam larutan slurry


Gambar 6.2 grafik kesetimbangan saat Xa=Va

Gambar 6.3 grafik kesetimbangan saat Xa Va


VI.2 Single Stage Leaching

Dari persamaan umum didapatkan persamaan sebagai berikut :

L0 + V2 = L1 + V1 = M (1)

Neraca massa zat terlarut atau komponen A

L0.yA0 + V2.xA2 = L1.xA1 + V1.xA1 = MxAM (2)

Neraca massa solid atau komponen B

B = N0L0 + 0 = N1L1 + 0 = NMM (3)

Gambar 6.4 korelasi antara besaran

VI.3 Multi Stage Counter Current

Gambar 6.5 Multi Stage Counter Current Leaching

Kita bisa memperoleh neraca massa total dan komponen dari solute A hingga N-stage
sebagai:

VN+1 + L0 = V1 + LN (4)

VN+1.xN+1 + L0.y0 = V1.x1 + LN yN (5)


Total komponen B solid adalah

B = N0L0 = NNLN = NMM (6)

DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. Jr. & Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif: Alih Bahasa
Hadyana P. Jakarta:Erlangga.
Jumaeri, dkk, 2003, Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat Impurities terhadap
Kemurnian Natrium Klorida Pada Proses Pemurnian Garam Dapur Melalui
Proses Kristalisasi, Laporan Penelitian,Lembaga Penelitian UNNES,
Semarang.
Nitimihardja, Agung A. 2005. Regulation of The Minister of Industry of The
Republic of Indonesia Number 42/M-IND/PER/11/2005 Regarding
Preparation, Packaging and Labeling Of Iodized Salt,Minister Of Industry Of
The Republic Of Indonesia. Tersedia di
www.depperin.go.id/IND/Teknologi/standar/3.pdf [diakses 15/02/10].
Austin, G.T. 1987. Shreves Chemical Process Industries.Kogakusha: McGrawHill.
Elliot, D. 1999. Primary Brine Treatment, 1999 Eltech Chlorine/Chlorate Seminar
Technology Bridge To The Millenium.Ohio: Cleveland.
Vogel. 1979. Textbook of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis.
London: Longman.
Geankoplis, C.J., 2003, Transport Processes and Separation Process Principles
(includes Unit Operations), 4th ed., pp 776-777, 802-806, Prentice Hall, New
Jersey.
Snura, Aya. 2011. Ekstraksi. http://aya-snura.blogspot.co.id/2011/12/ekstraksi.html
(diakses pada tanggal 16-04-2017 pukul 22:33)

Anda mungkin juga menyukai