1 Reply
Sering dengar pertanyaan ini? Sudah sering juga baca penjelasannya? Udah paham? Kalo
sudah, alhamdulillah. Selesai. Ngga perlu kita lanjutkan lagi.
Tapi kalo rekan-rekan terusin baca ini, mungkin belum begitu paham ya? Atau sekedar
penasaran aja, apa yang bakal kami tulis di sini?
Baiklah. Uraian di sini didasarkan sebatas pengalaman dan pengetahuan kami saja. Jadi,
mohon maaf sebelumnya kalo masih belum sempurna jawabannya.
ASD vs ASD
Nah lho di dalam code AISC (American Institue of Steel Construction), ternyata ada 2
macam ASD. Ada Allowable STRESS Design, dan ada Allowable STRENGTH Desain.
ASD Allowable Stress Design, terdapat pada versi AISC sebelum 2005. Dan sejak AISC
2005 hingga sekarang, metode stress design diganti menjadi strength design.
Apa bedanya? Sesuai namanya, yang satu mengecek stress (tegangan) dibandingkan dengan
allowable stress (tegangan ijin). Sementara yang lain mengecek beban yang dipikul
dibandingkan dengan allowable strength (kekuatan ijin).
ASD Stress
Untuk ASD Stress (saya namain seperti ini aja biar ngga bingung nulis & bacanya), sewaktu
melakukan analisis struktur, outputnya kan ada support reaction, displacement, sama internal
forces alias gaya dalam. Ngga ada stress / tegangan. Tegangan itu sendiri dihitung atau
diturunkan dari hubungan gaya-gaya dalam dengan penampang profil baja. Jadi, ada gaya
dalam, ada parameter penampang, baru bisa dihitung tegangannya. Properti penampangnya
macam-macam, mulai dari luas penampang, momen inersia, dimensi, dll. Tegangan itulah
yang nantinya akan dibandingkan dengan tegangan ijin.
Misalnya ada gaya dalam aksial tekan P dan momen M. Dari situ bisa dihitung tegangannya:
Masing-masing tegangan dibandingkan dengan tegangan ijin sesuai jenis gaya dalamnya. fa
dibandingkan dengan Fa (tegangan ijin akibat tekan), fb dibandingkan dengan Fb (tegangan
ijin akibat lentur). Fa dan Fb dihitung sesuai dengan ketentuan yang ada pada code. Nilai Fa
dan FB akan selalu lebih kecil daripada Fy (tegangan leleh baja). Kombinasi antara fa dan fb
juga harus dihitung sesuai yang ada di dalam code.
ASD Strength
Sementara untuk ASD Strength, ngga perlu hitung tegangan, cukup sampai pada gaya
dalam. Gaya dalam itu yang akan dibandingkan dengan kuat ijin. Perhitungan kuat ijin inilah
yang diatur di dalam standar.
Misalnya, kembali ke kasus di atas, ada gaya dalam tekan P dan momen M.
Gaya dalam P dibandingkan dengan kuat tekan ijin Pn/c. Pn adalah kuat tekan nominal
yang perhitungannya diatur di dalam code, dan c adalah safety factor untuk tekan. Index
c berarti compression (tekan).
Begitu juga dengan momen M, dibandingkan dengan kuat lentur Mn/b. Mn adalah kuat
lentur nominal, dan b adalah safety factor untuk lentur. Index b berarti bending (lentur).
Kombinasi keduanya juga harus dihitung sesuai yang ada pada code.
Jadi, ASD pada intinya adalah membandingkan beban/tegangan terhadap kuat ijin/tegangan
ijin. Beban yang dipertimbangkan adalah beban pada kondisi WORKING / LAYAN /
SERVICE. Jadi, kombinasi pembebanan yang digunakan adalah kombinasi pembebanan
pada masa layan. Di code diistilahkan kombinasi pembebanan ASD. Ada yang menyebutnya
kombinasi beban tidak terfaktor. Beban tidak diberi faktor (diperbesar), tapi tahanannya yang
dikurangi dengan safety factor .
Pada ASD, kata kuncinya adalah SERVICE vs ALLOWABLE. Atau layan versus ijin.
Pokoknya kalo ketemu kata-kata, service, working, beban kerja, unfactored load
combination, allowable, ijin, dll berarti itu sedang bahas ASD.
LRFD
LRFD adalah singkatan dari Load and Resistance Factor Design. LRFD pada dasarnya
adalah mirip dengan ASD Strength, membandingkan beban atau gaya dalam terhadap tahanan
atau kekuatan.
Yang membedakan adalah faktornya. Pada ASD, bebannya tidak dikalikan suatu faktor, tapi
tahanan nominalnya yang diperkecil. Sementara pada LRFD, bebannya diperbesar oleh suatu
faktor, sementara tahanan nominal juga diperkecil tapi tidak seperti ASD.
Misalnya, untuk kasus tekan, pada LRFD, tahanan tekan nominalnya diberi faktor 0.9 atau
menjadi 0.9Pn, sementara pada ASD, safety factornya adalah 1.67, atau menjadi Pn/1.67 =
0.6Pn.
Begitu juga dengan kondisi lain, misalnya tarik, lentur, geser dan torsi. Kombinasi di antara
gaya dalam itu juga tetap harus dipertimbangkan, sesuai dengan yang ada pada code.
Sejak AISC 2005, pehitungan tahanan atau kekuatan nominal (Rn) baik untuk LRFD maupun
ASD adalah sama. Yang membedakan hanya faktornya.
Bagaimana dengan bebannya? Pada LRFD, kondisi pembebanannya adalah pada kondisi
ultimate, atau di ambang keruntuhan. Jadi, kombinasi pembebanan yang digunakan adalah
kombinasi beban terfaktor (factored load combination), atau sering disebut kombinasi
pembebanan LRFD. Pada kombinasi ini, masing-masing beban diberi faktor yang biasanya
lebih atau sama dengan1.0.
Kata kunci untuk LRFD adalahL ultimate, maksimum, keruntuhan, beban terfaktor, dll.
KESIMPULAN
Di sini saya mau coba simpulkan secara sederhana saja dalam bentuk list
Tahanan nominal (Rn) itu adalah tahanan yang sebenarnya dari suatu penampang
struktur.
Beban kerja (di code disimbolkan Ra) adalah beban pada kondisi
layan/working/service. Ini adalah beban yang sebenarnya bekerja pada struktur, dan
bekerja hampir setiap saat. Kombinasi yang digunakan adalah yang tidak terfaktor.
Beban ultimate (Ru) adalah beban pada kondisi ultimate atau maksimum. Beban
ultimate selalu lebih besar dari beban kerja. Beban ultimate adalah beban terbesar
(maksimum), yang tidak mustahil bisa terjadi pada suatu struktur, tapi tidak terjadi
setiap saat, hanya mungkin terjadi pada kondisi yang sangat ekstrim. Kombinasi
bebannya adalah yang terfaktor.
Pada metode ASD, yang pertimbangkan adalah pada kondisi layan. Jadi, beban yang
digunakan adalah beban kerja. Dan tahanan yang digunakan adalah tahanan yang
diperkecil oleh suatu Angka Kemanan .
ASD dan LRFD pada dasarnya digunakan pada struktur baja, dan juga kayu. Tapi
tidak jarang struktur beton juga meminjam istilah ASD dan LRFD untuk merujuk
kepada kondisi layan dan kondisi ultimate.
2.Perbedaan antara Metode ASD & LRFD
Pertanyaan :
Sebutkan perbedaan antara Metode Desain Struktur Baja ASD & LRFD
Jawab :
1.
Merupakan metoda desain elastik
Analisa struktur dapat dilakukan secara elastis maupun plastis. Namun tetap merujuk kondisi
keadaan batas struktur (limit state) berupa : kondisi leleh, tekuk dan putus/fraktur.
2.
Tegangan pada elemen struktur akibat beban luar yang bekerja lebih kecil atau sama dengan
tegangan ijin material baja.
Tegangan normal
dimana = yield
FK
Tegangan geser
dimana = 0,6
FK = Faktor keamanan
(menurut PBBI 84 FK = 1,5)
Perencanaan struktur dan komponen komponennya dilakukan dengan memenuhi
persyaratan kekuatan melalui persamaan :
Rn i Qi
dimana :
= faktor keamanan untuk sisi kekuatan atau sering disebut faktor reduksi kekuatan
(resistance/strength reduction factors).
Rn = kuat nominal komponen struktur, diambil nilai terkecil dari beberapa skenario
kegagalan (kondisi batas) yang mungkin terjadi.
= faktor keamanan untuk sisi beban atau sering disebut factor pengali beban (overload
factors).
Q = berbagai jenis beban yang direncanakan untuk dipikul komponen struktur.
3.
Dimana :
D = beban mati yang diakibatkan berat struktur permanen, termasuk dinding, lantai, atap
plafon, partisi tetap, tangga dan peralatan menetap lainnya.
L = beban hidup, yang ditimbulkan pengguna gedung termasuk beban kejut.
La = beban hidup atap
H = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
L = reduksi beban hidup, bila L 5 Kpa diambil 1,0
4.
Dalam mendesain balok dan kolom sama
Dalam mendesain balok dan kolom berbeda, dikarenakan adanya nilai faktor Reduksi
Kekuatan (), yaitu sbb :
Nilai () = 0,9
Untuk komponen struktur yang memikul lentur (balok lentur murni, balok berdinding
penuh, perencanaan geser pada balok dan pengaku.
Untuk komponen struktur yang memikul gaya tarik untuk kondisi batas leleh.
Untuk komponen struktur sambungan las tumpul penuh.
Nilai () = 0,85
Untuk komponen struktur yang memikul gaya tekan.
Nilai () = 0,75
Untuk komponen struktur yang memikul gaya tarik untuk kondisi batas fraktur
Untuk sambungan baut baik yang memikul geser, tarik ataupun kombinasi geser dan tarik
Untuk komponen struktur sambungan las sudut, pengisi dan las tumpul sebagian.
3.salam kenal pa Wir
saya mo nanya kalau dalam struktur baja
maklum saya taunya ASD (he..he..) berilah pencerahan bagi saya. Please bangget!!!
salam christanto
Salam kenal juga Chris, syukurlah kalau kamu telah menguasai ASD. Moga-moga itu
merupakan singkatan dari Allowable Stress Design-nya AISC dari USA. Itu bagus koq, tapi
AISC-ASD Code yang terakhir adalah tahun 1989, sejak itu kosong. Code yang keluar
berikutnya adalah AISC-LRFD. Kondisi tersebut seakan-akan menyatakan bahwa ASD sudah
digantikan sepenuhnya oleh LRFD, jadi banyak engineer yangmempunyai kesan bahwa
mereka harus berpindah gitu (dari ASD ke LRFD).
Masa-masa menunggu memang menimbulkan banyak tanda tanya. Tetapi karena barangnya
baik, ya begitulah akhirnya tetap kepakai lagi. Itu dibuktikan dengan adanya ANSI/AISC
360-05 yang didalamnya terintegrasi keduanya, ASD dan LRFD dalam satu dokumen
resmi. Jika belum pernah baca dan ingin punya, down-load aja di sini.
Apa artinya itu ? Ya betul, itu dapat menjadi indikasi bahwa kedua code tersebut eksis dan
dapat dipakai. Itu di Amerika lho. Jadi sejak 2005 penggunaan istilah ASD dan LRFD
mengacu pada code yang sama. Keduanya bisa dipakai.
ASD yang tercantum pada code 2005 agaknya mempunyai definisi yang berbeda dibanding
code 1989 dan sebelumnya. Menurut code 2005 definisi ASD dan LRFD adalah sebagai
berikut
1. Load and Resistance Factor Design (LRFD): The nominal strength is multiplied
by a resistance factor, and the resulting design strength is then required to equal or
exceed the required strength determined by structural analysis for the appropriate
LRFD load combination specified by the applicable building
code.
Kalau konsep ASD yang lama, yang biasa dipakai adalah mengacu pada perencanaan
elastis, yaitu memastikan semua tegangan yang terjadi di bawah tegangan ijin. Adapun yang
dimaksud dengan tegangan ijin adalah tegangan leleh dibagi dengan safety faktor.
Perencanaan elastis berarti hanya memperhitungkan kondisi elastis saja, yaitu tegangan-
tegangan di bawah tegangan leleh baja (fy). Sedangkan nominal strength tidak hanya kondisi
elastis (fs < fy), tetapi juga telah memperhitungkan tegangan ultimate baja (fu).
Perbedaan konsep tersebut tidak ditujukan pada masalah irit yang mana, tetapi lebih dari
itu. Bahwa nominal strength sudah memperhitungkan kondisi batas, kondisi maksimum yang
dapat diberikan suatu penampang yang berada di luar batas elastis. Tepatnya bahwa kondisi
in-elastis juga telah diperhitungkan di LRFD, sedang ASD lama belum.
Jadi LRFD dibanding ASD yang lama memang mempunyai keunggulan terhadap beban-
beban tak terduga. Itu pulalah maka ANSI/AISC 341-02 (Seismic Provisions for Structural
Steel Buildings 2002) , code ttg bangunan baja tahan gempa yang dikeluarkan sebelum
code 2005, menyatakan dengan tegas bahwa perencanaan baja tahan gempa harus memakai
LRFD code.
Sedangkan untuk perencanaan struktur yang didesain terhadap pembebanan tetap (beban
gravitasi) maka LRFD dan ASD lama menghasilkan struktur yang mempunyai keamanan
dan kekakuan yang sama. Jika ada bedanya itu disebabkan oleh load faktor yang memang
berbeda. Tapi, itu tidak terlalu signifikan jika dijadikan faktor pembeda, dan menurut saya
tidaklah bijak jika berbicara faktor ekonomis atau tidaknya berkaitan dengan adanya
perbedaan tersebut.
Tapi masih ada juga yang ngotot, dan mereka yang melakukan penelitian pada bangunan
industri, menyatakan bahwa mereka dapat melakukan penghematan antara 5 10 % jika
memakai LRFD. Kalau saya, jika hanya karena itu maka nggak akan tertarik untuk
bermigrasi dari ASD ke LRFD. Bayangkan aja, ASD sudah dipakai sejak awal abad 20 dan
sampai sekarang masih aja banyak yang memakainya. O ya, yang masih ngotot memakai
ASD kebanyakan dari kalangan industri baja (orang lapangan), bagi dia dengan metode yang
mereka telah familiar sudah bisa menghasilkan duit dan nggak ada masalah, oleh karena itu
mengapa harus ganti.
Kalau masih tertarik dari sudut pandang ekonomis atau tidak, ini ada salah satu hasil studi di
USA membuat perbandingan LRFD dengan ASD (yang lama). Filenya dalam bentuk power-
point, cocok untuk memberi perkuliahan. Klik untuk download.
O ya, tentang peraturan kita SNI 03 1729 2002 , meskipun tidak ada penjelasan mengacu
ke mana, tetapi hasil penelitian mahasiswa saya (mau baca, down-load aja di sini) adalah
bahwa SNI mirip-mirip dengan LRFD sebelum AISC code 2005, jadi hanya berisi tentang
LRFD saja. Sudah punya peraturan SNI itu belum ? Down load aja di sini.
Jadi karena peraturan kita sudah mengacu pada LRFD dan itu unggul karena
memperhitungkan kondisi in-elastis maka ada baiknya dipelajari juga. Karena bagaimanapun
Indonesia terkenal dengan kondisi beban yang sering tak terduga-duga, bahkan tidak mau
kalah dengan Amerika.
Catatan : ada baiknya sebagai mahasiswa untuk belajar peraturan asing, misalnya AISC atau
Eurocode (semua bisa di down-load dari blog ini, coba cari). Ini bukan masalah nggak cinta
negeri, tapi memudahkan anda link-and-match dengan dunia kerja. Sekarang banyak lho
konsultan asing yang buka cabang di Jakarta, juga jika anda ingin go to the world , anda
sudah siap. Saya di UPH juga konsepnya begitu.
**up-dated**
diajak cerita ttg ASD dan LRFD, jadi nostalgia ketika dulu gajiannya masih dari industri
konstruksi. Agar berani nangani proyek-proyek gede maka perlu dukungan literatur mantap,
karena buku-buku baja dari lokal waktu itu masih susah maka perlu order langsung dari USA.
Jadi inget, waktu itu sampai ngorbanin lauk-pauk, dari ayam jadi tempe. Coba sekarang khan
semua ada di internet dalam bentuk pdf, tapi lumayanlah punya AISC code asli hardcover.
Yakin deh, nggak setiap PT yang ngaku punya jurusan teknik sipil mempunyai koleksi buku
tersebut.
Jadi jika sebelumnya membantu Prof. Harianto mengajar di Struktur Beton, kemudian
sekarang juga menerima tugas sebagai dosen struktur baja I, maka itu bukan karena nggak
ada yang lain, tapi memang sebenarnya habitatku ada di situ.
4.Metode ASD dan LRFD adalah dua metode yang sama" dipakai oleh AISC
(American Isntitute of Steel Construction) dan juga oleh ACI (American
Concrete Institu). Cuma ASD dah mulai ditinggalkan dan LRFD lebih banyak
dijadikan acuan oleh kedua lembaga karena asumsi" yang dipakai lebih bisa
diterima logic-nya.
beban (tegangan) yang terjadi <= kekuatan maksimum material / Safety Factor
Bapak juga bisa baca filosofi kedua metode desain ini di buku Beton atau
Baja yang banyak beredar.
Semoga membantu
5. Metode ASD dan LRFD dalam desain steel structure telah lama dikenal. ASD merupakan
metode yang bisa dikatakan lebih tua daripada LRFD sehingga para civil engineer lebih
terbiasa dengan metode ini untuk mendesain struktur baja. Sampai saat ini pun metode ASD
masih lebih banyak digunakan dan dijadikan referensi dalam dokumen kontrak dan design
specification.
ASD (Allowable Stress Design) adalah suatu metode desain dimana perencana menghitung
beban kerja (working loads) sesuai dengan peraturan pembebanan yang berlaku dan
menghitung besarnya tegangan yang diakibatkan oleh pembebanan tersebut. Metode ini
mensyaratkan bahwa besarnya tegangan pada komponen struktur akibat beban kerja tidak
boleh melebihi tegangan izin (allowable stress) bahan komponen struktur tersebut. Nilai
tegangan izin ditentukan lebih rendah daripada tegangan leleh bahan dengan
memperhitungkan faktor keamanan (safety factor), dan ditentukan sbb:
fizin = fy/SF
dimana, fy = tegangan leleh nominal bahan, dan SF = faktor keamanan yang ditentukan.
LRFD (Load and Resistance Factor Design) adalah suatu metode yang didasari oleh konsep
keadaan batas dimana keadaan batas tersebut dicapai melalui proses interaksi antara faktor
kelebihan beban dan berkurangnya kekuatan material. Kedua faktor ini dianggap sebagai
variabel-variabel acak (random) atau variabel probabilistik yang tidak saling mempengaruhi.
Berbeda dengan metode ASD, metode LRFD ini memberikan faktor keamanan parsial untuk
masing-masing kondisi dengan nilai yang berbeda-beda pula sesuai dengan nilai
kemungkinan terjadinya.
Rn iQi
= faktor pengali beban (overloads factor) dimana nilainya lebih besar dari 1.0
Perbedaan kedua metode tersebut dapat dilihat juga dari kombinasi pembebanan yang
digunakan:
1. D + F
2. D + H + F + L + T
3. D + H + F + (Lr or S or R)
4. D + H + F + 0.75(L + T) + 0.75(Lr or S or R)
5. D + H + F + (W or 0.7E)
7. 6D + W + H
8. 6D + 0.7E + H
1. 4(D + F)
3. 2D + 1.6(Lr or S or R) + (L or 0.8W)
4. 2D + 1.6W + L + 0.5(Lr or S or R)
5. 2D + 1.0E + L + 0.2S
6. 9D + 1.6W + 1.6H
7. 9D + 1.0E + 1.6H
Keterangan:
D = beban mati
E = beban gempa
F = fluid/pressure load
L = beban hidup
Lr = beban atap
R = beban hujan
S = beban salju
T = self-straining force
W = beban angin
Berdasarkan definisi di atas, desain LRFD sebenarnya memberikan hasil desain yang lebih
optimum karena telah mempertimbangkan interaksi antara kekuatan material dan beban.
Namun, desain LRFD ini di lain pihak menuntut ketepatan dan kecermatan dalam proses
fabrikasi maupun erection. Desain LRFD yang semakin optimum memiliki faktor keamanan
yang kecil sehingga semakin sedikit ruang yang diberikan untuk kesalahan.
Penulis sendiri telah membandingkan analisa sruktur baja dengan menggunakan metode
LRFD dan ASD pada struktur Boiler dan Coal Bunker di proyek STG & Boiler Batu Bara
milik PUSRI Palembang. Struktur Boiler ini memiliki tinggi 45.5 m, sedangkan coal bunker
tingginya 46 m.
Untuk struktur sederhana seperti shelter mungkin metode LRFD tidak akan memberikan
dampak yang signifikan dalam penghematan, tetapi untuk struktur yang tinggi dan kompleks
seperti Boiler dan Coal Bunker, analisa dengan LRFD ini memberikan dampak penghematan
yang cukup besar dari segi biaya.