Malnutrisi merupakan suatu masalah yang umum terjadi pada pasien
dirumah sakit, termasuk pasien bedah (Ward, 2003). Pada penelitian Kusumayanti dkk (2004) di tiga Rumah Sakit Pendidikan, yakni Perjan Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Perjan Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta, dan Perjan Rumah Sakit M. Jamil Padang, ditemukan 2,89% pasien yang menurun status gizinya selama dirawat, berdasarkan hasil Subjective Global Assessment (SGA) dari 29 pasien yang diteliti.
Malnutrisi berhubungan dengan menurunnya fungsi otot, fungsi respirasi,
fungsi imun, kualitas hidup, dan gangguan pada proses penyembuhan luka (Bruun, dkk, 2004). Hal ini menyebabkan meningkatnya lama rawat inap, meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien, dan tingginya kejadian atau risiko terjadinya komplikasi selama di rumah sakit (Cinda, 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di RSUP Dr. Sardjito, terdapat 45,6% pasien mengalami penurunan status gizi pasca pembedahan (Kesehatan, 2010). Perubahan ini terjadi karena proses biokimiawi dalam tubuh karena pada pascabedah terjadi aktivasi katekolamin dan glukagon yang memecah glikogen otot dan hati, juga lemak dan protein. Kondisi ini merugikan bila tidak diimbangi dengan diet yang baik (Widayanti dkk, 2006).