Anda di halaman 1dari 46

No 1

Kanker serviks dimulai ketika sel-sel yang sehat mengalami


mutasi genetik atau perubahan pada DNA. Mutasi genetik ini
kemudian mengubah sel normal menjadi sel abnormal. Sel
yang sehat akan tumbuh dan berkembang biak pada kecepatan
tertentu, sedangkan sel kanker tumbuh dan berkembang biak
tanpa terkendali.

Jumlah sel abnormal yang terus bertambah akan


membentuk tumor. Sel kanker yang muncul kemudian
menyerang jaringan di sekitarnya. Sel ini bisa melepaskan diri
dari lokasi awal dan menyebar ke wilayah tubuh lainnya, proses
ini disebut sebagai metastasis.

Kanker Serviks Akibat HPV atau Human papilomavirus


Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan perempuan
terkena kanker serviks. Tapi penelitian menemukan bahkan
99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV. HPV adalah
satu golongan virus. Terdapat lebih dari 100 jenis HPV.
Virus HPV pada umumnya tersebar melalui hubungan seksual
di mana terjadi kontak langsung antara kulit kelamin, membran
mukosa, atau pertukaran cairan tubuh dan melalui seks oral.
Setelah memulai hubungan seksual, diperkirakan terdapat 33
persen wanita akan terinfeksi HPV. Beberapa jenis HPV tidak
menimbulkan gejala yang jelas dan infeksi bisa hilang tanpa
penanganan medis.

Namun terdapat jenis HPV lainnya yang bisa menyebabkan kutil


pada alat kelamin. Jenis HPV penyebab kutil kelamin ini tidak
menyebabkan kanker serviks. Ada sekitar 15 jenis HPV yang
berpotensi menyebabkan kanker serviks. Dua jenis yang paling
umum adalah HPV 16 dan HPV 18. Jenis ini menjadi penyebab
kanker serviks pada 70 persen wanita.
Jenis HPV yang berisiko tinggi dianggap mengandung materi
genetik yang bisa dipindahkan dari sel virus ke dalam sel leher
rahim. Materi ini akan mulai mengganggu kinerja sel,
hingga akhirnya sel-sel serviks itu berkembang biak tanpa
terkendali. Proses inilah yang menyebabkan tumor dan
kemudian berubah menjadi kanker.

Belum ada obat yang diketahui bisa menyembuhkan infeksi


HPV. Virus ini sendiri bisa tetap berada di dalam tubuh dengan
atau tanpa penanganan. Tapi kebanyakan infeksi HPV
menghilang tanpa penanganan khusus dalam jangka waktu
sekitar dua tahun. Namun, sebagai langkah berjaga-jaga, setiap
wanita disarankan untuk menerima vaksinasi HPV untuk
mencegah tertularnya jenis virus yang menyebabkan kanker.

Status Prakanker Cervical Intraepithelial Neoplasia


Kanker serviks butuh bertahun-tahun untuk tumbuh dari sel
sehat ke sel prakanker dan akhirnya sel kanker. Perubahan
abnormal sel-sel sebelum kanker inilah yang dikenal dengan
sebutan cervical intraepithelial neoplasia (CIN) atau sel
prakanker. Perubahan sel akibat infeksi HPV, menjadi CIN dan
akhirnya menjadi kanker sangat lambat. Proses ini bisa terjadi
dalam kurun waktu 10-20 tahun.
CIN adalah kondisi pertumbuhan sel abnormal sebelum kanker.
Kondisi ini umumnya tidak mengancam kesehatan seseorang
secara langsung, tapi berpotensi berubah menjadi kanker.
Walau risiko sel-sel CIN berubah menjadi kanker tergolong kecil,
dokter akan memantau atau menanganinya sebagai langkah
pencegahan kanker serviks. Tujuanpap smear adalah
mengidentifikasi tahap ini agar CIN ditangani sebelum
sepenuhnya berubah menjadi kanker.
Tingkat perubahan sel abnormal bisa dibagi menurut tingkat
keparahannya, yaitu:

CIN 1 Kondisi ini terjadi saat perubahan pada sel-sel


leher rahim masih sedikit atau tidak terlalu signifikan. Bisa
ditangani atau dipantau secara berkala karena sel-sel pada
tahap CIN 1 bisa berubah menjadi normal kembali tanpa
penanganan medis.
CIN 2 Terjadi perubahan yang lebih dari CIN 2; umumnya
sel-sel abnormal diangkat oleh dokter.
CIN 3 Pada tahap ini, perubahan sel sangat abnormal
tapi belum bersifat kanker. Sel-sel CIN 3 akan diangkat oleh
dokter.
Faktor yang Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Serviks
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko menderita
kanker serviks antara lain:

Aktivitas seksual terlalu dini: Melakukan hubungan


seksual pada umur terlalu dini akan meningkatkan risiko
terinfeksi HPV.
Berganti-ganti pasangan seksual: Memiliki banyak
pasangan seksual akan meningkatkan risiko terinfeksi HPV.
Merokok: Wanita yang merokok berisiko dua kali lipat. Ini
mungkin disebabkan oleh bahan kimia berbahaya dari
tembakau yang muncul di leher rahim.
Sistem kekebalan tubuh yang lemah: Kondisi ini
mungkin dikarenakan mengonsumsi obat tertentu seperti
imunosupresan. Obat ini digunakan agar tubuh tidak menolak
donor organ dari orang lain atau karena menderita HIV/AIDS.
Melahirkan anak: Makin banyak anak yang dilahirkan
seorang wanita, maka risiko makin tinggi. Wanita yang punya
tiga anak tiga kali lebih berisiko terkena kanker serviks
daripada wanita yang tidak punya anak sama sekali.
Diperkirakan bahwa perubahan hormon saat sedang hamil
membuat leher rahim lebih rentan terserang HPV.
Minum pil kontrasepsi atau KB lebih dari lima
tahun: Mengonsumsi pil KB cukup lama akan meningkatkan
risiko dua kali lipat mengalami kanker serviks. Meski hal ini
masih belum jelas alasannya.
Cara Penyebaran Kanker Serviks
Jika kanker serviks tidak didiagnosis dan tidak ditangani,
perlahan-lahan sel kanker akan keluar dari leher rahim dan
menyebar ke organ serta jaringan di sekitarnya. Kanker bisa
menyebar ke vagina dan otot yang menopang tulang panggul.
Sel kanker juga bisa menyebar ke tubuh bagian atas. Kondisi ini
akan menghalangi saluran yang mengalir dari ginjal ke
kandung kemih atau sering disebut sebagai ureter.

Kanker bisa menyebar ke kandung kemih, rektum, dan akhirnya


sampai ke hati, tulang dan paru-paru. Sel kanker ini juga bisa
menyebar ke sistem limfatik. Sistem limfatik terdiri dari
serangkaian nodus dan saluran yang menjalar ke seluruh
tubuh dengan cara yang sama seperti sistem peredaran darah.

Nodus limfa menghasilkan banyak sel khusus yang dibutuhkan


oleh sistem kekebalan tubuh. Jika Anda terkena infeksi, nodus
di leher atau di bawah ketiak akan membengkak. Pada
beberapa kanker serviks stadium awal, nodus limfa yang dekat
dengan leher rahim mengandung sel kanker. Dan pada
beberapa kanker serviks stadium akhir, nodus limfa di
a. Pengertian Human papillomavirus
HPV adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang
berbeda dapat menyebabkan kutil atau pertumbuhan sel yang
tidak normal (displasia) dalam atau di sekitar leher rahim atau
dubur yang dapat menyebabkan kanker leher rahim atau
dubur(Benchimol S dan Minden MD, 1998).
Kutil-kutil ini pada umumnya tumbuh di permukaan kulit
yang lembab dan di daerah sekitar alat kelamin sehingga
disebut kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi HPV pada alat
kelamin dapat disebarkan melalui hubungan seks,
sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki dapat
terjadi tanpa hubungan seks (penularannya dapat melalui
sentuhan atau penggunaan barang secara bersama)
(Benchimol S dan Minden MD, 1998).
HPV merupakan virus DNA dengan klasifikasi:
Familia : Papovaviridae
Genus : Papillomavirus
Spesies : Human Papillomavirus

b. Morfologi Papilloma Virus


Papovavirus merupakan virus kecil (diameter 45-55 nm)
yang mempunyai genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi
oleh kapsid (kapsid ini berperan pada tempat infeksi pada sel)
yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri
ikosahedral(Benchimol S dan Minden MD, 1998).
Mekanisme infeksi virus diawali dengan protein menempel
pada dinding sel dan mengekstraksi semua protein sel
kemudian protein sel itu ditandai (berupa garis-garis)
berdasarkan polaritasnya. Jika polaritasnya sama denagn
polaritas virus maka, dapat dikatakan bahwa sel yang
bersangkutan terinfeksi virus. Setelah itu, virus menginfeksikan
materi genetiknya ke dalam sel yang dapat menyebabkan
terjadinya mutasi gen jika materi genetik virus ini bertemu
dengan materi genetik sel. Setelah terjadi mutasi, DNA virus
akan bertambah banyak seiring pertambahan jumlah DNA sel
yang sedang bereplikasi. Ini menyebabkan displasia
(pertumbuhan sel yang tidak normal) jadi bertambah banyak
dan tak terkendali sehingga menyebabkan kanker(Benchimol S
dan Minden MD, 1998).
Papillomavirus sangat tropik terhadap sel-sel epitel kulit
dan membrane mukosa. Tahap-tahap dalam siklus replikasi
virus tergantung pada faktor-faktor spesifik yang terdapat
dalam status diferensiasi berikutnya dari sel epitel.
Ketergantungan kuat replikasi virus pada status diferensiasi sel
inang ini, meyebabkan sulitnya perkembangbiakan
Papillomavirus in vitro(Benchimol S dan Minden MD, 1998).
Dengan mikroskop elektron virus, HPV
berbentuk ikosahedral dengan ukuran 55 nm, memiliki
72 kapsomer dan 2 protein kapsid, yaitu L1 dan L2. Virus DNA
ini dapat bersifat mutagen. Infeksi HPV telah dibuktikan
menjadi penyebab lesi prakanker, kondiloma akuminatum, dan
kanker. Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 di
antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Ada lebih
dari seratus virus yang dikenal sebagai virus papilloma manusia
(human papilloma virus/HPV). HPV dapat menyebabkan kanker
leher rahim karena dapat membuat pertumbuhan sel menjadi
tidak normal (dengan cara virus masuk ke dalam inti sel di
leher rahim dan mengubah bentuk sel sehingga sel menjadi
mudah rapuh dan pertumbuhannya menjadi tidak
beraturan). Satu penelitian menemukan 11.000 perempuan
terdeteksi HPV-positif di AS dan sekitar 4000 orang meninggal
karenanya. HPV menular dengan mudah melalui hubungan
seks. Diperkirakan 75 persen orang yang aktif secara seksual
terutama berusia 15-49 tahun di AS mengalami sedikitnya satu
jenis infeksi HPV. Virus ini terdiri dari puluhan genotype, dan
dapat menyerang berbagai bagian tubuh seperti jari dan
tangan, telapak kaki, wajah, genital. Tipe Human
papillomavirus cukup beragam. Dari 100 tipe HPV, hanya 30 di
antaranya yang berisiko kanker serviks. Adapun tipe yang
paling berisiko adalah HPV 16, 18, 31, dan 45. Sedangkan tipe
33, 35, 39, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68 merupakan tipe berisiko
sedang. Dan yang berisiko rendah adalah tipe 6,11, 26, 42, 43,
44, 53, 54, 55, dan 56. Dari tipe-tipe ini, HPV tipe 16 dan 18
merupakan penyebab 70% kanker rahim yang terjadi,
sedangkan HPV tipe 6 dan 11 merupakan penyebab 90%
kandiloma akuminata jinak dan Papilloma laring pada anak-
anak. Infeksi HPV memiliki keterkaitan dengan lebih dari 99%
kasus kanker serviks di seluruh dunia(Benchimol S dan Minden
MD, 1998).

Peristiwa kanker serviks diawali dari normal serviks yang


terinfeksi HPV dan menyebabkan timbulnya displasia sehingga
menimbulkan kanker. Kanker Serviks cenderung muncul pada
wanita usia 35-55 tahun (pada saat usia produktif). Namun
dapat pula muncul pada perempuan berusia lebih muda.
Penyebab dari kanker ini adalah Human Papillomavirus yaitu
sejenis virus yang menyerang manusia dan berpotensi
menyebabkan terjadinya komplikasi dan kemandulan. Serviks
normal bentuknya lurus, sedangkan serviks yang terinfeksi
bentuknya membesar, keluar karena berkutil. Inilah yang
menyebabkan rasa sakit pada penderita kanker serviks saat
melakukan hubungan seks. Beberapa faktor yang dapat
mempermudah terinveksi virus HPV yaitu menikah atau
memulai aktivitas seksual pada usia muda (kurang dari 18
tahun), berganti-ganti pasangan seks (pasangan wanita
tersebut maupun pasangan suaminya), wanita melahirkan
banyak anak (sering melahirkan), sering menderita infeksi di
daerah rahim, dan wanita perokok yang mempunyai resiko 2
kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan
wanita yang tidak merokok. Perlu diingat bahwa setiap
perempuan beresiko untuk terinfeksi HPV walaupun setia pada
satu pasangan. Pasangan yang terinfeksi akan menjadi sumber
infeksi HPV bagi wanita lainnya. Ternyata walaupun kanker
leher rahim adalah penyakit perempuan tetapi lelaki memiliki
peran penting di dalam penyebarannya. Lelaki yang pernah
menikah dengan perempuan penderita kanker leher rahim
otomatis bisa menularkan penyakit tersebut kepada
perempuan lain melalui hubungan seksual. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah lesi (kutil) dapat membesar dan tumbuh
bersama. Tetapi resiko terbesar dari HPV adalah kanker leher
rahim atau bahkan kematian. Kanker leher rahim dapat
dideteksi dengan menggunakan tes Pap sehingga pertumbuhan
sel yang abnormal pada leher rahim tersebut terdeteksi lebih
awal dan dapat dilakukan konisasi (mengambil bagian sel yang
berubah) sebelum ia berkembang menjadi kanker (Andrijono,
2007).

d. Gejala Kanker Serviks


Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan
ditemukannya sel- sel abnormal serviks yang dapat ditemukan
melalui tes Pap Smear. Sering kali kanker serviks tidak
menimbulkan gejala.Namun bila sel-sel abnormal ini
berkembang menjadi kanker serviks,barulah muncul gejala-
gejala sebagai berikut:

1. Pendarahan di antara periode menstruasi yang regular

2. Pendarahan di luar waktu haid


3. Periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari
biasanya

4. Pendarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan


panggul

5. Pendarahan sesudah menopause

6. Kelainan pada vagina (keluarnya cairan kekuningan,


berbau)

7. Rasa sakit saat berhubungan seksual

8. Rasa sakit/ nyeri pada pinggul dan kaki (Andrijono, 2007).

3.1 Human papillomavirus


HPV

merupakan virus DNA famili Papovaviridae (papovaviruses),


DNA virus terdiri dari double strand dan sirkular dengan 5-8 gen
dan virus ini tidak berselubung. Virus ini menginfeksi sel pipih
epitelium dan menyebabkan keadaan hiperplasia dari sel epitel
pipih.
3.2 HPV Penyebab Kanker Serviks
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi yang terus
menerus dari human papillomavirus (HPV) tipe
onkogenik (yang berpotensi menyebabkan kanker).
Telah terbukti bahwa HPV merupakan sebab mutlak
terjadinya kanker serviks - angka prevalensi didunia
mengenai karsinoma serviks adalah 99,7 %.
Human papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab
dari kanker serviks. Sedangkan penyebab banyak
kematian pada kaum wanita adalah virus HPV tipe 16
dan 18. Virus ini sangat mudah berpindah dan
menyebar, tidak hanya melalui cairan, tapi juga bisa
berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu,
penggunaan wc umum yang sudah terkena virus HPV,
dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya jika
tidak membersihkannya dengan baik.
Selain itu, kebiasaan hidup yang kurang baik juga
bisa menyebabkan terjangkitnya kanker serviks ini.
Seperti kebiasaan merokok, kurangnya asupan vitamin
terutama vitamin c dan vitamin e serta kurangnya
asupan asam folat. Kebiasaan buruk lainnya yang dapat
menyebabkan kanker serviks adalah seringnya
melakukan hubungan intim dengan berganti pasangan,
melakukan hubungan intim dengan pria yang sering
berganti pasangan dan melakukan hubungan intim pada
usia dini (melakukan hubungan intim pada usia <16
tahun bahkan dapat meningkatkan resiko 2x terkena
kanker serviks). Faktor lain penyebab kanker serviks
adalah adanya keturunan kanker, penggunaan pil KB
dalam jangka waktu yang sangat lama, terlalu
sering melahirkan.
3.3 HPV Onkogenik dan HPV Berisiko Rendah
Setiap wanita berisiko terhadap infeksi HPV onkogenik,
yang dapat mengakibatkan kanker serviks. Kurang lebih 100
tipe telah teridentifikasi. Empat puluh tipe tersebut menyerang
wilayah genital. Dari 40 tipe tersebut, 15 merupakan tipe
onkogenik dan dapat menyebabkan kanker serviks atau lesi pra
kanker pada permukaan serviks.
Secara global, HPV tipe 16 bersamaan dengan tipe 18
dapat menyebabkan 70 % dari seluruh kejadian kanker serviks.
Selain itu, tipe 45 dan 31 menduduki urutan ketiga dan
keempat tipe HPV penyebab kanker serviks, sedangkan tipe
16,18,45 dan 31 secara bersamaan bertanggung jawab atas 80
% kejadian kanker serviks diseluruh dunia.
3.4 Transmisi HPV
Setiap wanita berisiko terkena infeksi HPV onkogenik yang
dapat menyebabkan kanker serviks. HPV dapat dengan mudah
ditularkan melalui aktivitas seksual meskipun demikian
transmisi tidak tergantung dari adanya penetrasi namun cukup
melalui sentuhan kulit diwilayah genital tersebut (skin to skin
genital contact).
Dengan demikian setiap wanita yang aktif secara seksual
memiliki risiko untuk terkena kanker serviks. Diperkirakan
bahwa 50 - 80 % wanita dapat terkena infeksi HPV sepanjang
hidupnya dan 50 % infeksi tersebut merupakan tipe onkogenik.
3.5 Perkembangan dari HPV Menuju Kanker Serviks
Infeksi HPV tidak selalu berkembang menjadi
kanker serviks. Sebagian besar infeksi HPV (antara 50 -
70 %) menghilang melalui respon imun alamiah, setelah
melalui masa beberapa bulan hingga dua tahun.
Meskipun demikian, kanker serviks dapat berkembang
apabila infeksi akibat HPV tipe onkogenik tidak
menghilang.
Dalam pengertian yang luas, diperkirakan bahwa
dari setiap satu juta wanita yang terinfeksi HPV tipe
onkogenik, hampir 10 % (100.000) akan terjadi
perubahan sel serviks prakanker (displasia serviks). Dari
angka tersebut, sekitar 8 % (8.000) akan mengalami
perubahan prakanker pada sel - sel yang terdapat
dipermukaan serviks (karsinoma in situ), dari jumlah
tersebut, 20 % (1.600) akan terus berkembang menjadi
kanker serviks apabila dibiarkan.
Perkembangan dari infeksi HPV onkogenik menjadi
kanker serviks dapat terjadi apabila terjadi infeksi yang
menetap dari beberapa sel yang terdapat pada serviks
(sel epitel pipih atau lonjong di zona transformasi
serviks). Sel - sel ini sangat rentan terhadap infeksi HPV
dan ketika terinfeksi, akan berlipat ganda, berkembang
melampaui batas wajar dan kehilangan kemampuannya
untuk memperbaiki abnormalitas genetiknya.
Hal ini akan mengubah susunan sel dalam serviks.
Virus HPV akan bercampur dengan sistem peringatan
yang memicu respons imun yang seharusnya
menghancurkan sel abnormal yang terinfeksi oleh virus.
Perkembangan sel yang tidak normal pada epitel serviks
dapat berkembang menjadi pra kanker yang disebut
juga sebagai cervical intraepithelial neoplasia (CIN).
Apabila memperhatikan infeksi HPV onkogenik yang
persisten maka ditemukan tiga pola utama pada pra kanker,
dimulai dengan infeksi pada sel serta perkembangan sel - sel
abnormal yang dapat berlanjut menjadi intraepithelial
neoplasia dan pada akhirnya menjadi kanker serviks.
Cervical intraepithelial neoplasia I (CIN I) atau low
grade squamous intraepithelial lesions (LSILs).
Dalam tahap ini terjadi perubahan yaitu sel yang
terinfeksi HPV onkogenik akan membuat partikel -
partikel virus baru.

Cervical intraepithelial neoplasia II (CIN II) atau


high grade squamous intraepithelial lesions (HSILs).
Dalam tahap ini sel - sel semakin menunjukkan
gejala abnormal pra kanker.

Cervical intraepithelial neoplasia III (CIN III). Dalam


tahap ini lapisan permukaan serviks dipenuhi
dengan sel - sel abnormal dan semakin menjadi
abnormal.

Infeksi persisten dengan HPV onkogenik dapat


berkembang menjadi atau menunjukkan kehadiran
lesi pra kanker seperti CIN I,II, dan III dan
carcinoma in situ (CIS).

Kanker serviks yang semakin invasif yang


berkembang dari CIN III.

3.6 Deteksi HPV


Infeksi HPV diarea genital dapat dikenali scara klinis
namun dapat didiagnosis secara pasti melalui metode - metode
deteksi molekuler.
3.7 Immunologi Serta HPV
Kunci perkembangan kanker serviks adalah adanya infeksi
menetap (persisten) dari tipe - tipe HPV onkogenik persistensi
ini memberikan peluang untuk terjadinya keganasan (kanker).
Diperkirakan bahwa onkoprotein HPV bercampur dengan
respons kekebalan alami dan memprogramkan kematian sel,
kecepatan pertumbuhan sel menjadi meningkat, dan sel - sel
epitel yang terinfeksi menjadi lebih rentan terhadap faktor
pemicu sekunder yang dapat merusak sel dan berlanjut
menjadi kanker.
Apabila wanita telah terinfeksi oleh HPV, belum tentu akan
membuat wanita tersebut kebal terhadap infeksi berikutnya.
Vaksin akan membuat sistem kekebalan untuk mengenali serta
menetralisir virus seketika virus tersebut masuk kedalam tubuh
melalui kekebalan yang diperoleh.
3.8 Mencegah Kanker Serviks
Dengan adanya perkembangan terkini terhadap vaksin
inovatif untuk melindungi dari infeksi HPV onkogenik, vaksinasi
melawan kanker serviks akan menjadi kenyataan. Terdapat
vaksin yang menargetkan HPV 16 dan HPV 18 yang mampu
mencegah 70 % kanker serviks.
Beberapa model memprediksi bahwa vaksin bersamaan
dengan screening akan mengurangi resiko kanker serviks
dibandingkan hanya melakukan screening saja, dan secara
signifikan akan mengurangi hasil screening abnormal yang
membutuhkan tindakan lebih lanjut.
Vaksinasi terbaik yang dapat dikembangkan untuk
melawan kanker serviks adalah kombinasi vaksin yang dapat
memberikan cakupan yang lebih luas terhadap tipe - tipe HPV
onkogenik dan mampu memberikan perlindungan yang lebih
panjang.
Human Papilloma Virus (HPV) penyebab Kanker Serviks
Kanker Serviks merupakan penyebab kematian akibat
kanker yang terbesar setelah kanker payudara pada wanita
di dunia (terutama negara-negara berkembang). Penyakit
ini terjadi akibat adanya infeksi dari virus yang biasa
disebut Human Papilloma Virus(HPV).

HPV merupakan virus DNA


yang berukuran 8000 pasang basa, berbentuk ikosahedral
dengan ukuran 55 nm, memiliki 72 kapsomer dan 2 protein
kapsid. Virus ini menyebabkan beberapa penyakit pada
manusia dengan rentang mulai dari tingkat displasia
kondiloma genital hingga yang paling fatal adalah kanker
infasif. Beberapa jenis kutil pada manusia, termasuk kutil
kulit, kulit plantar, kondilomagenital, dan papilloma
ring diketahui terkait dengan infeksi HPV. Telah terbukti
bahwa infeksi HPV berhubungan dengan penyakit pra
malignan dan malignan (malignan = tumor ganas/kanker)
pada daerah sekitar vagina (vulva), leher rahim (serviks),
penis, dan anus.
HPV dapat menyebabkan kanker serviks karena
dapat membuat pertumbuhan sel menjadi tidak
normal (dengan cara virus masuk ke dalam inti sel di
serviks dan mengubah bentuk sel sehingga menjadi
mudah rapuh dan pertumbuhannya menjadi tidak
beraturan). Terdapat 18 tipe HPV yang menyebabkan
kanker serviks antara lain 16, 18, 45, 31, 33, 52, 35,
dan 58. Dimana tipe 16 dan 18 menyebabkan paling
sedikit 70% dari keseluruhan kanker serviks yang
terjadi di dunia.
Mekanisme infeksi virus diawali dengan protein
menempel pada dinding sel dan mengekstraksi
semua protein sel kemudian protein sel itu ditandai
(berupa garis-garis) berdasarkan polaritasnya. Jika
polaritasnya sama dengan polaritas virus, maka
dapat dikatakan bahwa sel yang bersangkutan
terinfeksi virus. Setelah itu, virus menginfeksi materi
genetiknya ke dalam sel yang dapat menyebabkan
terjadinya mutasi gen jika materi genetik virus ini
bertemu dengan materi genetik sel. Setelah terjadi
mutasi, DNA virus akan bertambah banyak seiring
pertambahan jumlah DNA sel yang sedang
bereplikasi. Ini menyebabkan displasia (pertumbuhan
sel yang tidak normal) jadi bertambah banyak dan
tak terkendali sehingga menyebabkan kanker.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55
tahun. 90% kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang
melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke
dalam rahim. Serviks normal bentuknya lurus, sedangkan
serviks yang terinfeksi bentuknya membesar, keluar karena
berkutil. Inilah yang menyebabkan rasa sakit pada
penderita kanker serviks saat melakukan hubungan seksual.
Gejala awal kondisi pra-kanker umumnya ditandai dengan
ditemukannya sel-sel abnormal serviks yang dapat
ditemukan melalui tesPap Smear. Seringkali kanker serviks
tidak menimbbulkan gejala, namun bila sel-sel abnormal ini
berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala-
gejala sebagai berikut:
1. Pendarahan vagina yang tidak normal seperti:
Pendarahan diantara periode menstruasi yang regular;
Pendarahan di luar waktu haid; Periode menstruasi yang
lebih lama dan lebih banyak dari biasanya; Pendarahan
setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul;
Pendarahan sesudah menopause; Kelainan pada vagina
(keluarnya cairan kekuningan dan berbau), dll.
2. Rasa sakit saat berhubungan seksual.
3. Rasa sakit atau nyeri pada pinggul dan kaki
Terdapat beberapa metod untuk mendeteksi kanker rahim
atau infeksi HPV, seperti
erviks adalah bagian dari rahim yang paling sempit, terhubung
ke fundus uteri olehuterine isthmus. Serviks berasal dari
bahasa latin yang berarti leher. Bentuknya silinder atau
lebih tepatnya kerucut.Serviks letaknya menonjol melalui
dinding vagina anterior atas. Bagian yang
memproyeksikan ke dalam vagina disebut sebagai portio
vaginalis.B a g i a n l u a r d a r i s er v i k s m e n u j u o s t i u m e k s t
e rn a l d i s e b u t e k t o s er v i k s . Lo ro n g a n t a r a ostium
eksterna ke rongga endometrium disebut sebagai kanalis
endoservikalis.Kanker Leher Rahim adalah tumor ganas
yang mengenai lapisan permukaan (epitel)dari leher rahim
atau mulut rahim, dimana sel sel permukaan (epitel) tersebut
mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak seperti
sel yang normal. Kanker serviks berkembangsecara bertahap,
tetapi progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai
dengan sel yangmengalami mutasi lalu berkembang menjadi
sel displastik sehingga terjadi kelainan epitelyang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang,
displasia berat, danakhirnya menjadi karsinoma in-situ (KIS),
kemudian berkembang lagi menjadi karsinomainvasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari
displasiam e n j a d i ka r s i n o m a i n - s i tu d i p e r l u ka n w a k tu
1 - 7 t a h u n , s e d a n g ka n ka r s i n o m a i n - s i t u menjadi
karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
- P a s a n g a n s e k s u a l Peranan pasangan seksual
dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahanyang
menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen
ternyata memberiresiko yang rendah terhadap
terjadinya kanker serviks. Rendahnya
kebersihangenetalia yang dikaitkan dengan sirkumsisi
juga menjadi pembahasan
panjangt e r h a d a p k e j a d i a n k a n k e r s e r v i k s . J u m l a h
p a s a n g a n g a n d a s e l a i n i s t r i j u g a merupakan factor
resiko yang lain.
1,3,
5 . PAT O F I S I O L O G I Petanda tumor atau kanker adalah
pembelahan sel yang tidak dapat dikontrol
sehinggamembentuk jaringan tumor. Mekanisme pembelahan
sel yang terdiri dari 4 fase yaitu G1,S, G2 dan M harus dijaga
dengan baik. Selama fase S, terjadi replikasi DNA dan pada
faseM terjadi pembelahan sel atau mitosis. Sedangkan
fase G (Gap) berada sebelum fase S(Sintesis) dan fase M
(Mitosis). Dalam siklus sel p53 dan pRb berperan penting,
dimana
p53 memiliki kemampuan untuk mengadakan apoptosis dan
pRb memiliki kontrol untuk proses proliferasi sel itu sendiri.
I n f e k s i d i m u l a i d a r i v i r u s y a n g m a s u k ke d a l a m s e l
m e l a l u i m i k ro a b r a s i
j a r i n g a n permukaan epitel, sehingga dimungkinkan virus mas
uk ke dalam sel basal. Sel basalterutama sel stem terus
membelah, bermigrasi mengisi sel bagian atas, berdiferensiasi
danmensintesis keratin.
Pada HPV yang menyebabkan keganasan, protein yang
berperan banyak adalah E6 dan E7. mekanisme utama
protein E6 dan E7 dari HPV dalam proses
perkembangankanker serviks adalah melalui interaksi
dengan protein p53 dan retinoblastoma (Rb). Protein
E6mengikat p 53 yang merupakan suatu gen supresor
tumor sehingga sel kehilangan kemampuanuntuk
mengadakan apoptosis. Sementara itu, E7 berikatan dengan Rb
yang juga merupakan suatugen supresor tumor sehingga sel
kehilangan sistem kontrol untuk proses proliferasi sel itu
sendiri.Protein E6 dan E7 pada HPV jenis yang resiko
tinggi mempunyai daya ikat yang lebih
besar t e rh a d a p p 5 3 d a n p ro t e i n R b , j i ka d i b a n d i n g ka n
d e n g a n H P V y a n g t e rg o l o n g re s i ko re n d a h .
Protein virus pada infeksi HPV mengambil alih
perkembangan siklus sel dan mengikutideferensiasi
sel.Ka r s i n o m a s er v i k s u m u m n y a t e r b a ta s p a d a d a e r a h
p a n g g u l s a j a . Te rg a n t u n g d a r i ko n d i s i i m m u n o l o g i k t u
b u h p e n d e r i t a K I S a ka n b er ke m b a n g m e n j a d i m i k ro i
nvasif dengan menembus membrana basalis dengan
ke d a l a m a n i n v a s i < 1 m m d a n s e l t u m o r masih belum
terlihat dalam pembuluh limfa atau darah. Jika sel tumor
sudah terdapat>1mm dari membrana basalis, atau <1mm
tetapi sudah tampak dalam pembuluh limfa
ataud a r a h , m a ka p ro s e s n y a su d a h i n v a si f. Tu m o r m u n
g k i n s u d a h m e n g i n fi l t r a s i s t ro m a
12

serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai


karsinoma. Tumor yang
demikiand i s e b u t s e b a g a i g a n a s p r a k l i n i k ( t i n g ka t I B -
o c c u l t ) . S e s u d a h t u m o r m e n j a d i i n v a si f , penyebaran se
cara limfogen melalui kelenjar limfa regional dan secara perkon
tinuitatum(menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus,
rektum, dan kandung kemih, yang padatingkat akhir
(terminal stage) dapat menimbulkan fi stula rektum atau
kandung
kemih.Pe n y e b a r a n l i m f o g e n ke p a r a m e t r i u m a ka n m e
n u j u ke l e n j a r l i m f a re g i o n a l m e l a l u i ligamentum latum,
kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika, prasakral,
praaorta,
dans e t e r u s n y a s e c a r a t e o r i t i s d a p a t l a n j u t m e l a l u i tr
u n ku s l i m f a t i ku s d i ka n a n d a n v e n a subklavia di kiri
mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.
1,3,6
(Sumber : American Cancer Society. 2012.
Cervical Cancer.
At lanta. American Cancer Society).
13
(Sumber : American Cancer Society. 2012.
Cervical Cancer.
At lanta. American Cancer Society)Perjalanan penyakit
kanker serviks dari pertama kali terinfeksi memerlukan
waktusekitar 10-15 tahun. Oleh sebab itu kanker serviks
biasanya ditemukan pada wanita yangsu d a h b e r u s i a
s e k i t a r 4 0 t a h u n . Ad a e m p a t s t a d i u m ka n ke r s e r v i k s
y a i t u S t a d i u m s a t u ka n ker m a s i h t e r b a ta s p a d a
s e r v i k s ( I A d a n I B ) , p a d a s t a d i u m d u a ka n ke r m e l u a s
d i s e r v i k s t e t a p i t i d a k ke d i n d i n g p i n g g u l ( I I A m e n j a l a
r ke v a g i n a / l i a n g s e n g g a m a , I I B m e n j a l a r ke v a g i n a
d a n r a h i m ) , p a d a s t a d i u m I I I ka n ke r m e n j a l a r ke
vagina,
d i n d i n g pinggul dan nodus limpa (IIIA menjalar ke vagina,IIIB
menjalar ke dinding pinggul,
14infiltrasi selkanker keureterNeoplasma ganas(Ca
Cervix)infiltrasi sel kankerke jaringan sekitarpertumbuhansel
kanker tidakterkendaliSifat sel kankeryang
mudahberdarah(eksofilik)ObstruksitotalcoitusPerdarahan
kontakPerdarahanspontanMenekanserabutsaraf
Nyeri

Infeksidannekrosis jaringanPeningkatankebutuhanmetabolisme
selkankerKeputihan danbaukhaskanker
anemiaPenurunanCOPerfusi jar.tdk adekuat

Perubahanterhadap polaseksualGangguankonsep
diriNutrisi <darikebutuhantubuh
Kelemahan fisik
KurangperawatandiriIntoleransiaktivitas
RetrogradeHidronefrosis

CRF
menghambat saluran kencing, mengganggu fungsi ginjal
dan menjalar ke nodus
limpa), pada stadium empat kanker menjalar ke kandung
kencing, rektum, atau organ lain (IVA:Menjalar ke kandung
kencing, rectum, nodus limpa, IVB: Menjalar ke panggul
and noduslimpa panggul, perut, hati, sistem pencernaan, atau
paru-paru ).
6
Gambar. Perjalanan penyakit dan
staging(Sumber : http://www.cirikankerserviks.com/)

DAFTAR PUSTAKA
1.Setiawan, et al.
Kamus Kedokteran Dorland Ed 29
. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta: 2002. Hal 1051.
2.
Ku m a r V , C o t r a n R S , Ro b b i n s S L . B u ku a j a r p a t o l o g i 7
nd
e d , Vo l . 1 . J a k a r t a : Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2007 : 189-13. A m e r i c a n C a n c er S o c i e t y. 2 0 1 2 .
Cervical Cancer.
At lanta. American Cancer Society.4. S o g u ko p i n a r , N . , e t
all. 2003,
Cervical Cancer Prevention and Early Detection,
AsianPacific Journal of Cancer Prevention. Vol 4;15-
21.5 . M a r t a a d i s o e b r a t a , D .
Carcinoma cervix.
Ginekologi. Bandung : Elstar Offset. 1981;127
140.6 . W i k n j o s a s t r o , H . , e t a l l . ( e d i t o r ) .
Serviks Uterus
. I l m u Ka n d u n g a n
.
Edisi Kedua.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
2009;380-387.
36

7.Cunningham FG. Mcdonald PC.


Karsinoma serviks.
Obstetric Williams
.
Edisi 21. Vol2. Jakarta. EGC. 2007;1622-1625.8 . N o r w i t z ,
E., Schorge, J.
Kanker Serviks
. At a Glance Obstetri & Ginekologi
.
Edisikedua. Jakarta : Erlangga 2008; 62-63.9 . O l i v e r a
J, et all. 2009,
Human Papiloma Virus
, T h e N e w E n g l a n d J o u r n a l o f Medicine. 361;19 : 1899-
1901

http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMe09074801 0. H e ff n e
r , L J . , S c h u s t , D J.
Kanker serviks.
At a G l a n c e S i s t e m Re p ro d u k s i .

EdisiKedua. Jakarta : Erlangga 2008; 94-95


No 2

Penyebab keputihan
Penyebab terjadi keputihan bermacam-macam, dapat
disebabkan oleh adanya infeksi seperti kuman, jamur, parasit,
virus, adanya benda asing di dalam liang senggama, gangguan
hormonal akibat mati haid, kelainan bawaan dari alat kelamin
wanita, dan adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin
terutama dileher rahim.
Terjadi karena infeksi :
a. Terinfeksi kuman atau bakteri
Gonococcus
Cairan yang keluar dari liang sengama pada infeksi yang lebih
dikenal dengan nama GO (suatu penyakit kelamin) berwarna
kekuningan yang sebetulnya itu adalah nanah yang terdiri dari
sel darah putih yang mengandung kuman neisseria
goborrhoeaberbentuk pasangan dua-dua pada sitoplasma
sel.gambaran ini kadang-kadang dapat juga terlihat pada
pemeriksaan pap smear, tetapi biasanya penyakit ini diketahui
pada pemeriksaan sediaan apus dengan penggeseran bahan
pemeriksaan pada kaca objek yang diwarnai dengan
pewarnaan gram dilaboratorium. Kuman ini mudah mati setelah
terkena sabun,alkhol,deterjen dan sinar matahari. Cara
pemularan penyakit kelamin ini melalui senggama. Sedangak
keputihan terbanyak juga disebabkan oleh adanya gambaran
kuman kokus yang lain tapi tidak merupakan penyakit kelamin
dan gambaran pemeriksaan pap smear yang berupa gambaran
kuman seperti pasir diantara sel-sel epitel liang sengama
normal dan tidak terdapat dalam sel tersebut.
Chlamydia trachomatis
Kuman ini dapat ditemukan pada cairan liang senggama dan
dapat dilihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan
perwarnaan giemsa di laboratorium. Kuman ini membentuk
suatu badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel-sel liang
sengama. Pada pemeriksaan pap smear sukar ditemukan
adanya perubahan sel akibat infeksi chlamifia ini karena
siklushidupnya yang tidak mudah dilacak.
Gardenerella
Gardenerella menywbabkan peradangan liang sengama yang
tidak spesifik dan kadang-kadang dianggap sebagai bagian dari
jasad renik normal dalam liang sengama akibat kerapnya
ditemukan. Kuman ini biasanya mengisi penuh sel-sel epitel
liang sengama dengan membentuk bentukan khas dan disebut
clue cell. Gardnerella menghasilkan asam amino yang akan
diubah menjadi senyawaan amin yang menimbulkan bau amis
yang tidak sedap seperti ikan. Cairan liang sengama tampak
berwarna keabu-abuan.
Terponema pallidum
Kuman ini merupakan penyebab penyakit kelain yang terkenal
dengan nama sifilis. Pada perkembangan penyakit ini dapat
terlihat sebagai kutil-kutil kecil diliang senggama dan bibir
kemaluan dan disebut sebagai kondiloma lata. Kuman ini
berbentuk spiral dan tampak bergerak aktif.
b. Terinfeksi Jamur
Jamur yang menyebabkan keputihan adalah dari spesies
candida.bayi dapat pula menderita keputihan karena candida
akibat si bayi tanpa sengaja menelan jamur tersebut pada saat
kelahirannya melalui liang senggama ibunya yang menderita
penyakit dan kemudian masuk ke usus bayi dan menyebar
keorgan lain.cairan yang keluar dari liang senggama biasanya
kental, berwarna putih susu dan sering kali berbentuk kentalan
susu yang disertai dengan rasa gatal. Liang senggama akan
tampak kemerahan akibat proses peradangan. Beberapa
keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi
pertumbuhan jamur ini adalah pada kehamilan, penyakit
kencing manis atau gula, pemakai pil KB. Suami atau pasangan
penderita biasanya juga akan menderita penyakit jamur ini.
Keadaan yang saling tular menular antara pasangan suami istri
ini disebut sebagai fenomena pingpong.
c. Terinfeksi Parasit
Penyebab keputihan terbanyak karena biasanya disebabkan
oleh adanya trichomas vaginalis. Parasit ini berbentuk lonjong
dan mempunyai bulu getar dan dapat bergerak berputar-putar
dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau di bawah mikroskop.
Cara penularan adalah dengan melalui senggama. Cairan yang
keluar dari liang senggama biasanya banyak, berbuih
menyerupai sabun dan bau. Keputihan ini tidak terlalu gatal,
akan tetapi liang sengama tampak kemerahan dan timbul rasa
nyeri bila ditekan atau perih bila berkemih.

d. Terinfeksi Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh adanya
condyloma acuminate dan herpes. Condyloma ditandai dengan
tumbuhnya kutil-kutil yang kadang-kadang sangat banyak dan
bersatu membentuk jengger ayam yang bisa berukuran besar
apalagi pada wanita hamil. Cairan dari liang senggama sering
berbau, tanpa rasa gataleputihan seringkali tidak kunjung
sembuh dengan pengobat biasa dan dokter baru menyadari
setelah dilakukan pemeriksaan ulang dengan teliti atau
didapatkan hasil pemeriksaan pap smear yang menunjukan
perubahan akibat infeksi virus ini. Penyakit ini ditularkan
melalui senggama dengan gambaran secara klinik menjadi
lebih buruk apabila disertai dengan system kekebalan tubuh.
e. Keputihan karena bawaan
Kadang-kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang
senggama yang tercampur dengan air mania tau feses. Hal ini
dapat terjadi akibat adanya lubang kecil (fistel) dari kandung
kencing atau usus keliang senggama akibat adanya cacat
bawaan, cedera persalinan, penyinaran pada kanker alat
kandungan (radiasi) atau akibat kanker itu sendiri.
f. Keputihan karena benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda
tertentu pada waktu senggama, adanya cincin pesarium yang
digunakan pada wanita yang menderita hernia atau turunnya
alat kandungan (prolaps uteri) dapat merangsang pengeluaran
cairan liang senggama yang berlebihan. Jika rangsangan ini
menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi
penyerta dari kuman normal yang berada didalam liang
senggama.
g. Keputihan kaerna kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan sel normal
yang berlebuhan sehungga mengakibatkan sel bertumbuh
sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya
terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan
dan oksigen pada sel kanker tersebut. Pada kanker leher rahim
yang merupakan pembunuh wanita terbanyak terjadi
pengeluaran cairan yang banyak disertai oleh bau busuk akibat
terjadinya proses pembusukan tadi dan seringkali disertai oleh
adanya darah yang tidak segar.
h. Keputihan karena msa menopause (BAKI)
Pada keadaan mati haid sel-sel pada leher rahim dan liang
senggama mengalami hambatan dalam pematangan sel akibat
adanya hormone pemacu yaitu estrogen suatu hormon wanita.
Pada gambaran pemeriksaan pap smear akan tampak sel-sel
yang berada di lapisan paling bawah dari susunan sel gepeng
leher rahim atau liang senggama yang kadang-kadang berbaur
dengan gambaran sel radang atau adanya penghancuran sel
itu sendiri. Liang senggama menjadi kering pada keadaan
menopause ini dan seringkali timbul rasa gatal karena tipisnya
lapisan sel sehingga mudah menimbulka luka dan akibatnya
timbul infeksi penyerta.
FISIOLOGI KEPUTIHAN
Keputihan yang fisiologis dapat terjadi diantaranya oleh
karena 1-2 hari sebelum ovulasi, selama kehamilan, dan
sebelum ataupun sesudah hubungan seksual. Mekanisme yang
terjadi 1-2 hari sebelum ovulasi oleh karena terjadi
peningkatan esterogen yang mnyebabkan 2 kejadian yaitu
lonjakn hormone LH dan pengenceran cairan serviks.
Pengenceran cairan serviks ini berguna untuk mempermudah
sperma dapat mudah berpenetrasi menembus serviks dan
menuju ke ampula tuba. Proses yang serupa terjadi selama
kehamilan tetapi yang menjadi dasar disini adalah peningkatan
esterogen dikarenakan untuk persiapan dan pertumbuhan
janin, misalnya persiapan laktasi pada payudara ibu, Dan
peningkatan reseptor oxitosin. Akan tetapi efek dari keadaan
ini secara langsung dapat mengencerkan cairan lendir serviks.
Berbeda dengan sebelumnya, rangsangan sesudah dan
sebelum hubungan seksual akan merangsang sekresi kelenjar
diluar labia(bartholini) yang berguna sebagai pelumasan
vagina. Disamping itu vasokongesti pembuluh darah yang
terjadi akan menimbulkan perpindahan cairah kedalam vagina,
sehingga menyebabkan vagina menjadi lebih basah.
1. Adapun hal hal yang menjadi penyebab utama timbulnya
keputihan yang patologis adalah sebagai berikut:
a) Jamur
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans
umumnya dipicu olehfaktor dari dalam maupun luar tubuh
seperti :
Kehamilan
Obesitas / kegemukan
Pemakaian pil KB
Obat-obatan tertentu seperti steroid, antibiotik
Riwayat diabetes / penyakit kencing manis
Daya tahan tubuh rendah
Iklim, panas, kelembabanSekret yang keluar biasanya
berwarna putih kekuningan, seperti kepala susu
(cottagecheese), berbau khas dan menyebabkan rasa gatal
yang hebat pada daerah intim-vulva dansekitarnya sehingga
disebut vulvovaginitis. Rasa gatal sering merupakan keluhan
yangdominan dirasakan.
b) Bakteri
Pada vagina terdapat flora normal yang terdiri dari bakteri
baik yang berfungsi dalamkeseimbangan ekosistem
sekaligus menjaga keasaman / pH yang normal serta beberapa
bakteri lain dalam jumlah kecil seperti Gardnerella vaginalis ,
mobiluncus, bacteroides danMycoplasma hominis.
Beberapa keadaan seperti kehamilan, penggunaan spiral /
IUD (intra uterine device),hubungan seksual, promiskuitas
dapat memicu ketidakseimbangan flora normal vaginadimana
pertumbuhan bakteri jahat menjadi berlebihan. Keputihan
yang disebabkan oleh bakteri Gardnerella dsb disebut sebagai
bacterial vaginosis / BV. Sebanyak 50% dari wanitadengan
bacterial vaginosis bersifat asimtomatik yaitu tidak
memberikan gejala yang berarti.Keputihan biasanya encer,
berwarna putih keabu-abuan dan berbau amis (fishy odor).
Bautercium lebih menusuk setelah melakukan hubungan
seksual dan menyebabkan darahmenstruasi berbau tidak enak.
Jika ditemukan iritasi daerah vagina seperti gatal biasanya
bersifat lebih ringan daripada keputihan yang disebabkan oleh
Candida albicans atauTrichomonas vaginalis.
c) Parasit
Infeksi parasit Trichomonas vaginalis termasuk dalam
golongan penyakit menular seksual (PMS) karena penularan
terutama terjadi melalui hubungan seksual namun juga
dapatmelalui kontak dengan perlengkapan mandi, bibir kloset
yang telah terkontaminasi.Keputihan berupa sekret berwarna
kuning-hijau, kental, berbusa dan berbau tidak enak
(malodorous). Kadang keputihan yang terjadi menimbulkan
rasa gatal dan iritasi pada daerahintim.
Patofisologi timbulnya bau amis pada keputihan awalnya
didahului oleh pertumbuhanmikroorganisme anaerobik yang
berlebihan disertai produksi enzim proteolitik yang berperan
dalam pelepasan produk biologik seperti poliamina. Produksi
zat inimenyebabkan transudasi cairan vagina dan eksfoliasi sel
epitel yg menyebabkan sekretvagina. Bau amis pada keputihan
berasal dari poliamina.
Hubungan antara faktor psikologi dengan keputihan
berkaitan erat dengan persoalanhormonal. Saat stres terjadi,
hormon estrogen mengalami peningkatan produksi
sehinggamenstimulasi epitel vagina dan serviks menghasilkan
glikogen lebih banyak dari jumlah normal. Selain itu saat stres
terjadi, daya tahan tubuh mengalami penurunan sehingga
ikutmenambah kerentanan seseorang terserang invasi bakteri.

2. Patofisiologi terjadinya keputihan pada skenario


Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat
rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan batas antara uretra
dengan anus sangat dekat, sehingga kuman penyakit seperti
jamur, bakteri, parasit, maupun virus mudah masuk ke liang
vagina. Infeksi juga terjadi karena terganggunya keseimbangan
ekosistem di vagina. Ekosistem vagina merupakan lingkaran
kehidupan yang dipengaruhi oleh dua unsur utama, yaitu
estrogen dan bakteri Lactobacillus atau bakteri baik. Di sini
estrogen berperan dalam menentukan kadar zat gula sebagai
simpanan energi dalam sel tubuh (glikogen). Glikogen
merupakan nutrisi dari Lactobacillus, yang akan dimetabolisme
untuk pertumbuhannya. Sisa metabolisme kemudian
menghasilkan asam laktat, yang menentukan suasana asam di
dalam vagina, dengan pH di kisaran 3,8-4,2. Dengan tingkat
keasaman ini, Lactobacillus akan subur dan bakteri patogen
akan mati.
Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, 95%
Lactobacillus, 5% patogen. Dalam kondisi ekosistem vagina
seimbang, bakteri patogen tidak akan mengganggu. Bila
keseimbangan itu terganggu, misalnya tingkat keasaman
menurun, pertahanan alamiah akan turun, dan rentan
mengalami infeksi. Ketidakseimbangan ekosistem vagina
disebabkan banyak faktor. Di antaranya kontrasepsi oral,
penyakit diabetes melitus, antibiotika, darah haid, cairan
sperma, penyemprotan cairan ke dalam vagina (douching), dan
gangguan hormon seperti saat pubertas, kehamilan, atau
menopause.
Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur
dan kuman-kuman yang lain. Padahal adanya flora normal
dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain itu untuk tidak
tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina berubah maka
kuman-kuman lain dengan mudah akan tumbuh sehingga
akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan fluor
albus, yang berbau, gatal, dan menimbulkan ketidaknyamanan.
Begitu seorang wanita melakukan hubungan seks, maka wanita
tersebut terbuka sekali terhadap kuman-kuman yang berasal
dari luar. Karena itu fluor albus pun bisa didapat dari kuman
penyebab penyakit kelamin yang mungkin dibawa oleh
pasangan seks wanita tersebut. Dalam hal ini trichomonas
vaginalis merupakan jenis parasit yang sangat sering banyak
menyebabkan keputihan karena tertular melalui hubungan
seks.

3. Patomekanisme dari tiap gejala


Bau tersebut disebabkan oleh adanya amin yang
menguap bila cairan vagina lebih basa. Hal ini akan
menyebabkan amin terlepas dari pengikatannya pada protein
dan amin yang mneguap menimbulkan bau yang khas. Gatal
merupakan hasil dari stimulasi zat pruritogen yang berfungsi
untuk pertahanan terhadap bahan atau mikroorganisme
sebagai efek dari reaksi imun. Zat pruritogen akan
mengaktifkan serabut saraf aferen dan melanjutkannya sampai
ke korteks untuk dipersepsi. Kejadian ini akan memberikan
reflex menggaruk untuk mengubah aliran potensial aksi saraf
dengan mengharapkan adanya inhibisi minimal terhadap rasa
gatal yang ditimbulkan.
Nyeri adalah mekanisme protektif yang dimaksudkan
untuk menimbulkan kesadaran bahwa telah atau akan terjadi
kerusakan jaringan. Noksilous adalah suatu rangsangan yang
sifatnya dapat menimbulkan nyeri. Rangsangan noksilous tadi
akan ditangkap oleh reseptornya yang disebut nosiseptor.
Rangsangan tadi akan diubah menjadi arus listrik (impuls)
melalui prosesTransduksi. Impuls nyeri yang berasal dari
nosiseptor disalurkan ke SSP melalui salah satu dari dua jenis
serat aferen. Sinya yang berasal dari nosiseptormekanis dan
termal disalurkan melalui serat A delta yang berukuran besar
dan bermyelin dengan kecepatan sampai 30 meter/detik (jalur
nyeri cepat). Impuls dari nosiseptor polimodal diangkut oleh
serat C yang kecil dan tidak bermyelin yang jauh lebih lambat
sekitar 12 meter/detik (jalur nyeri lambat). Setelah itu akan
terjadi penyaluran arus listrik yang dikenal
dengan Konduksi. Setelah arus lstrik akan mencapai pada
cornu dorsalis dengan pengeluaran neurotransmiter seperti
CGRD, substansi P, dan glutamat maka
terjadilah Transmisi yang nantinya akan disalurkan pada jalur
antero laterak segmen yang berkaitan. Arus listrik akan
disalurkan kebagian atas medulla spinalis hingga sampai pada
batang otak (formatio retikularis) untuk meningkatkan
kewaspadaan, ke atas selanjutnya pada Thalamus hingga
terlokalisir pada korteks somatosensorik. Thalamus berfungsi
sebagai persepsi nyeri dan korteks somatosensorik untuk
mengetahui lokalisasi nyeri yang diarasakan oleh tubuh.
Sebenarnya akan terjadi Modulasi yaitu pengurangan atau
penghambatan rasa nyeri yang terjadi pada transmisi ke kornu
dorsalis dengan menghambat pengeluaran neurotransmiter
nyeri seperti subtansia P. Penghambatan ini melibatkan opiat
endogen yang akan menduduki reseptornya pada ujung
presinaps saraf aferen, sehingga subtansia P dikurangi atau
dihambat pelepasannya ke kornu dorsalis. Opiat endogen ini
terdiri dari endorfin, enkefalin dan dinorfin. Mekanisme
pengeluaran opiat endogen ini melibatkan sistem limbik,
substansia grisea periakuaduktus dan formatio retikularis.

Anda mungkin juga menyukai