Anda di halaman 1dari 48

3.

bagaimana pengaruh gaya hidup terhadap hipertoles

Peran Konseling pada Hiperkolesterolemia


Pencegahan penyakit kardiovaskular dapat dilakukan
dengan menurunkan kadar kolesterol LDL. Tatalaksana
hiperkolesterolemia mencakup perubahan gaya hidup
dan
terapi farmakologis.5 Pada pasien hiperkolesterolemia,
dilakukan terapi non-farmakologis terlebih dahulu, yakni
perubahan gaya hidup.8 Hal ini sesuai anjuran NCEP-ATP
III, yang meliputi: (1) diet sesuai anjuran therapeutic
lifestyle
change (TLC), (2) penurunan berat badan, (3)
peningkatan
aktivitas fisik.5
Konseling merupakan salah satu faktor yang
mendukung TLC. Konseling diperlukan untuk
meningkatkan
pemahaman klien serta mendorong klien untuk
membuat
Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien
Hiperkolesterolemia
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012
penyelesaian terhadap masalahnya.13 Selain itu,
konseling
gizi diperlukan agar terjadi perubahan perilaku menjadi
gaya
hidup sehat.13 Untuk melakukan perubahan tersebut
dibutuhkan motivasi yang besar dan lingkungan yang
mendukung.
Beberapa penelitian telah menunjukkan pengaruh
konseling gizi terhadap pasien hiperkolesterolemia.
Batista
et al14 menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah
pasien
dengan kolesterol total tinggi, dari 89,6% menjadi
47,9%;
pasien dengan LDL tinggi, menurun dari 82,6% menjadi
45,7%;
pasien dengan obesitas tingkat 1 dan 2 turun dari 31,9%
menjadi 19,8% setelah mendapat konseling gizi sesuai
NCEP
ATP III selama 3 bulan.
Sartorelli. et al15 membandingkan pasien
hiperkolesterolemia tanpa obat antara kelompok
intervensi dan kontrol.
Intervensi yang diberikan berupa 3 kali konseling gizi
dalam
6 bulan. Pada follow up selama 6 bulan, kelompok
intervensi
menunjukkan penurunan kolesterol total dan LDL yang
signifikan (12,3% dan 15,5%) sedangkan kelompok
kontrol
menunjukkan penurunan kolesterol total yang tidak
signifikan (0,2%) dan peningkatan LDL 4%. Pada follow
up
selama 12 bulan, kelompok intervensi mengalami
penurunan
kolesterol total dan LDL yang signifikan (9,5% dan
13,3%),
sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan
kolesterol signifikan (5,3%) namun penurunan LDL tidak
signifikan (3,2%).
Cheng, et al.16 melakukan penelitian pada penderita
hiperkolesterolemia berusia rata-rata 52 tahun dan
tidak
menggunakan obat, yang mendapat konseling gizi 4 kali
dalam
4 bulan dibandingkan dengan pasien yang tidak
mendapat
konseling gizi. Dari penelitian ini, pasien yang mendapat
konseling mengalami penurunan kolesterol LDL yang
bermakna (rata-rata 6-7%), sedangkan pada kelompok
kontrol
terjadi penurunan kadar kolesterol LDL yang tidak
bermakna
(rata-rata <1%).
Dari penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa konseling
gizi berdampak besar dalam tatalaksana
hiperkolesterolemia.
Konseling gizi memberikan perubahan gaya hidup pada
pasien hiperkolesterolemia, khususnya perubahan
asupan
nutrisi.
Namun demikian, untuk mencapai hasil yang maksimal
diperlukan pengetahuan konselor mengenai
hiperkolesterolemia dan tatalaksananya, keterampilan konselor
dalam
melakukan konseling, serta waktu pertemuan yang memadai
untuk menciptakan konseling yang efektif.13 Konseling yang
efektif membutuhkan waktu 20-30 menit setiap pertemuan.16
Evaluasi berulang perlu dilakukan pada minggu ke-4
hingga minggu ke-6 dan pada bulan ke-3.17 Konseling gizi
juga perlu dilakukan berulang, karena jika tidak dilakukan
konseling selama 6-12 bulan, kepatuhan klien tidak lagi terjaga
dan tujuan konseling tidak tercapai.18
Selain itu, terdapat penelitian lain yang menilai klien
setelah tidak menerima konseling dalam waktu lama. Bakx et
al19 melakukan studi kohort selama 17 tahun (1977-1995)
pada
kelompok intervensi yang diberikan konseling nutrisi setiap
2 bulan dan kelompok kontrol. Dari penelitian ini didapatkan
penurunan kolesterol dan asupan lemak yang bermakna pada
pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok
kontrol pada tahun pertama pemberian konseling. Setelah 17
tahun, tidak didapatkan penurunan kadar kolesterol dan
asupan lemak pada kelompok intervensi. Namun demikian,
didapatkan bahwa pasien yang diberikan konseling dan
sudah pada tahap pemeliharaan memiliki kadar kolesterol lebih
rendah. Sedangkan pada pasien yang diberikan konseling
teratur namun tidak mencapai tahap pemeliharaan didapatkan
kadar kolesterol lebih tinggi.
Permadi et al20 melakukan penelitian pada klien dengan
hiperkolesterolemia yang telah diberikan konseling, namun
tidak melanjutkan konseling selama 1 tahun. Dari penelitian
ini didapatkan bahwa klien tersebut mengalami peningkatan
asupan protein, karbohidrat, lemak, dan kolesterol yang
signifikan dibandingkan 1 tahun lalu. Selain itu, dari penelitian
tersebut didapatkan 86,84% pasien kolesterol dan LDL tinggi,
tidak terdapat satupun klien dengan LDL normal.
Dari kedua penelitian tersebut dapat dilihat bahwa
meskipun konseling berkala dan terus menerus tidak
memberikan dampak penurunan kolesterol yang signifikan
setelah tahun pertama pemberian, konseling tetap harus
dilakukan secara berkala dan berkelanjutan karena apabila
terjadi diskontinuitas, klien dapat kembali ke gaya hidup yang
lama. Keuntungan apabila diberikan konseling secara terus
menerus juga tampak pada pasien dalam fase pemeliharaan.
Ringkasan
Hiperkolesterolemia dapat menimbulkan berbagai
komplikasi serius sehingga dibutuhkan intervensi yang
maksimal. Tatalaksana awal yang diberikan yakni tatalaksana
non-farmakologis sesuai dengan rekomendasi NCEPATP III,
yaitu diet sesuai Therapeutic Life Changes, yang mencakup
perubahan pola makan, penurunan berat badan, dan aktivitas
fisik. Dalam mencapai target tata laksana hiperkolesterolemia,
konseling memegang peranan yang penting dalam memberikan
pengetahuan dan motivasi untuk melakukan
perubahan gaya hidup yang pada akhirnya akan menurunkan
kadar kolesterol LDL. Konseling secara berkala dan
berkelanjutan penting untuk mempertahankan gaya hidup
sehat
dan kadar kolesterol LDL pada fase pemeliharaan serta
mencegah pasien kembali ke gaya hidup yang lama.
UcapanTerima Kasih
Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, dr. Diyah Eka
Andayani, M.Gizi, SpGK, Departemen Ilmu Gizi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
1. Debra AK. Medical nutrition therapy in cardiovascular
disease.
In: Mahan LK, Escott-Stump S, Editors. Krauses food nutrition
and diet therapy. 11th Ed. USA: Saunders; 2004. p. 860-91.
200
Peran Konseling Berkelanjutan pada Penanganan Pasien
Hiperkolesterolemia
J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 5, Mei 2012
2. Antman EM, Braunwald E. Acute myocardial infarction. In:
Braunwald E, Editor. Heart disease: a textbook of cardiovascular
medicine. 8th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2007. p. 1197-
322.
3. Smith DG. Epidemiology of dyslipidemia and economic
burden
on the healthcare system. Am J Manag Care.
2007;13(Suppl):568-
71.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Status kesehatan masyarakat Indonesia. In:
Soemantri S, Budiarso LR, Sandjaja, editors. Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT); 2004. Volume 2. p. 34-6.
5. National Institutes of Health, National Heart, Lung, and Blood
Institute.Third report of the National Cholesterol Education
Program (NCEP) expert panel on detection, evaluation, and
treatment of high blood cholesterol in adults (Adult Treatment
Panel III). Bethesda: National Institutes of Health; 2002. NIH
publication 02-5215.
6. Grundy SM. Nutrition in the management of disorders of
serum
lipids and lipoproteins. In: Modern Nutrition in Health and
Disease. 1st ed. Philadelphia: Lipincott William & Wilkins; 2006.
p. 1076-92.
7. Rader DJ. Lipid disorders. In: Text book of cardiovascular
medicine. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins;
2003. p. 43-64.
8. John MF. Dislipidemia. In: Aru W Sudoyo, Bambang
Setiyohadi,
Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati, Editor. Buku
Ajar
Penyakit Dalam., Vol. 3. 1st Ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p.1948-54.
9. Dina KS. Pengaruh fitosterol terhadap kadar -karoten serum
penderita hiperkolesterolemia [dissertation]. Jakarta: Magister
Sains Ilmu Gizi Klinik Universitas Indonesia; 2007.
10. Hopkins PN. Effects of dietary cholesterol on serum
cholesterol: a meta-analysis and review. Am J Clin Nutr.
l992;55:1060-
70.
11. Plana N, Nicolle C, Ferre R, Camps J, Cos R, Villoria J, et al.
Plant sterol-enriched fermented milk enhances the attainment
of LDL-cholesterol goal in hypercholesterolemic subjects. Eur J
Nutr. 2008;47:32-9.
12. McVeigh BL, Dillingham BL, Lampe JW, Duncan AM. Effect of
soy protein varying in isoflavone content on serum lipids in
healthy young men. Am J Clin Nutr. 2006;83:244-51.
13. Snetselaar L. Counseling for change. In: Mahan LK,
EscottStump S, Editors. Krauses food nutrition and diet
therapy. 11th
Ed. USA: Saunders; 2004. p. 519-31.
14. Batista MC, Francechini SC. Impact of nutritional counseling
in
reducing serum cholesterol in public health service patient. Aq
Bras Cardiol. 2003;80:167-80.
15. Sartorelli DS, Sciarra EC, Franco LJ, Cardoso MA. Beneficial
effect of short term nutritional counseling at primary healthcare
level among Braziian adults. Public Health Nutrition
2005;8(7):820-5.
16. Cheng C, Graziani C, Diamon JJ. Cholesterol lowering effect
of
the food for heart nutrition educational program. J of Am
Dietetic Association. 2004;4(12):1867-72.
17. Ockene IS, Herbert JR, Staneck, Noculusi R, Hurley TG.
Effect of
physician delivered nutrition counseling training and an
officesupport program on saturated fat intake, weight, and
serum lipid
measurements in a hyperlipidemic population. Arc Inter Med.
1999;159:725-31.
18. Henkin Y, Shai I. Dietary treatment of hypercholesterolemia:
can we predict long term success? Am J Clin Nutr 2003;
22(6):555-61.
19. Bakx J Carel, Stafleu Annette, van Staveren Wija A, van den
Hoogen Henk JM, van Weel Chris. Long-term effect of nutritional
counseling: a study in family medicine. Am J Clin Nutr.
1997;65(suppl):1946S-50S.
20. Permadi I, Sukmaniah S, Bardosono S, Andayani DE,
Christianto
E. Nutrient intake, body mass index, and blood lipid profile of
20
years old or older after 1 year without nutrition counseling
[research report]. Jakarta: Department of Nutrition Faculty of
Medicine-University of Indonesia; 2008.
YDB
7 . apa saja jenis obat statin

Simvastatin vs Lipitor
NOVEMBER 22, 2012 BY TEUKU NANDA
Kedua obat tersebut diatas termasuk kedalam golongan statin.
Sebenarnya obat-obat golongan statin bukan hanya simvastatin
dan atorvastatin, ada beberapa jenis lainnya yang sebentar lagi
akan kita bahas ya

Statin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar


kolesterol dengan cara menghambat enzim HMG-CoA
reductase yang memainkan peran penting dalam produksi
kolesterol di hati. Naiknya kadar kolesterol berhubungan
dengan kejadian penyakit kardiovaskular, dan statin disini
digunakan sebagai obat untuk mencegah penyakit-penyakit
mematikan tersebut.

Golongan statin yang paling laris dipasaran adalan


atorvastatin, yang dipasarkan dengan merek Lipitor
(diproduksi oleh Pfizer) dan Torvast. Tahun 2003
atrovastatin jadi obat yang paling laku di pasaran dalam
sejarah, Pfizer melaporkan penjualannya mencapai 12,4
Miliar Dolar US tahun 2008. Pada tahun 2010 ada
beberapa jenis statin yang beredar di pasaran,
diantaranya adalah:

A. Atorvastatin (Lipitor dan Torvast)


B. Fluvastatin (Lescol)
C. Lovastatin (Mevacor, Altocor, Altropev)
D. Pitavastatin (Livalo, Pitava)
E. Pravastatin (Pravachol, Selektine, Lipostat)
F. Rosuvastatin (Crestor)
G. Simvastatin (Zocor, Lipex)
STATIN MANA YANG TERBAIK ???

Ada 3 aspek dari statin ini yang dapat dibandingkan


yaitu efisiensi (seberapa banyak kadar LDL kolesterol
yang dapat turun), keamanan (apa saja efek
sampingnya dan seberapa sering hal itu muncul?)
dan Harga.

Efisiensi

KeamananLaw MR, Wald NY, Rudnicka AR: Quantifying


effect of statins on low density lipoprotein cholesterol,
ischaemic heart disease, and stroke: systematic review
and meta-analysis. BMJ. 2003 Jun 28;326 (7404):1423
Semua jenis statin yang beredar di pasaran masing-
masing memiliki profil tingkat keamanan. Efek samping
terberat tapi jarang ditemukan adalah
RHABDOMYOLYSIS yaitu keadaan dimana hancurnya
jaringan otot yang dapat menyebabkan gagal ginjal
pada kasus yang berat. Kurang dari 1 per 10,000 orang
yang mengkonsumsi statin yang terkena
Rhabdomyolysis.

Hanya ada sedikit perbedaan yang muncul seperti


insomnia, dimana pravastatin, fluvastatin dan
rosuvastatin punya efek insomnia yang lebih hebat
dibandingkan atorvastatin, lovastatin dan simvastatin.

Atorvastatin dan simvastatin adalah yang terbaik bagi


mereka yang mengalami gangguan fungsi ginjal karena
proses eliminasi kedua jenis statin tersebut tidak
melalui ginjal. Hal ini membuat pengaturan dosis tidak
diperlukan, dimana pravastatin perlu penyesuaian dosis
pada pasien gangguan fungsi ginjal.

Ada kriteria dalam memilih statin secara optimal yaitu:

Jika memerlukan penuruan LDL kolesterol lebih dari


35% maka pertimbangkan untuk memakai
atorvastatin, rosuvastatin atau simvastatin.
Jika memerlukan penuruan LDL kol esterol kurang
dari 35% dan
fungsi ginjal terganggu pilihannya adalah atorvastatin
atau fluvastatin
resiko interaksi obatnya tinggi pilihannya fluvastatin
atau pravastatin

Harga
Lovastatin dan simvastatin tersedia dalam bentuk generic dan
oleh karena itu lebih murah dari yang lainnya. Jika anda tidak
memerlukan penurunan LDL kolesterol secara signifikan
(atorvastatin dan rosuvastatin bisa dicoba jika kasusnya seperti
ini), generic statin adalah pilihan terbaik. Pada kenyatannya
pihak asuransi kesehatan telah menyarankan pasien untuk
memakai simvastatin sejak hak patennya habis pada Juni 2006
di AS. Sedangkan di Inggris simvastatin bisa dibeli tanpa resep
dokter sudah sejak tahun 2003
Simvastatin vs Lipitor
NOVEMBER 22, 2012 BY TEUKU NANDA
Kedua obat tersebut diatas termasuk kedalam golongan statin.
Sebenarnya obat-obat golongan statin bukan hanya simvastatin
dan atorvastatin, ada beberapa jenis lainnya yang sebentar lagi
akan kita bahas ya

Statin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar


kolesterol dengan cara menghambat enzim HMG-CoA
reductase yang memainkan peran penting dalam produksi
kolesterol di hati. Naiknya kadar kolesterol berhubungan
dengan kejadian penyakit kardiovaskular, dan statin disini
digunakan sebagai obat untuk mencegah penyakit-penyakit
mematikan tersebut.

Golongan statin yang paling laris dipasaran adalan atorvastatin,


yang dipasarkan dengan merek Lipitor (diproduksi oleh Pfizer)
dan Torvast. Tahun 2003 atrovastatin jadi obat yang paling laku
di pasaran dalam sejarah, Pfizer melaporkan penjualannya
mencapai 12,4 Miliar Dolar US tahun 2008. Pada tahun 2010
ada beberapa jenis statin yang beredar di pasaran, diantaranya
adalah:

A. Atorvastatin (Lipitor dan Torvast)


B. Fluvastatin (Lescol)
C. Lovastatin (Mevacor, Altocor, Altropev)
D. Pitavastatin (Livalo, Pitava)
E. Pravastatin (Pravachol, Selektine, Lipostat)
F. Rosuvastatin (Crestor)
G. Simvastatin (Zocor, Lipex)
STATIN MANA YANG TERBAIK ???

Ada 3 aspek dari statin ini yang dapat dibandingkan


yaitu efisiensi (seberapa banyak kadar LDL kolesterol yang
dapat turun), keamanan (apa saja efek sampingnya dan
seberapa sering hal itu muncul?) dan Harga.

Efisiensi

KeamananLaw MR, Wald NY, Rudnicka AR: Quantifying effect of


statins on low density lipoprotein cholesterol, ischaemic heart
disease, and stroke: systematic review and meta-analysis. BMJ.
2003 Jun 28;326 (7404):1423
Semua jenis statin yang beredar di pasaran masing-masing
memiliki profil tingkat keamanan. Efek samping terberat tapi
jarang ditemukan adalah RHABDOMYOLYSIS yaitu keadaan
dimana hancurnya jaringan otot yang dapat menyebabkan
gagal ginjal pada kasus yang berat. Kurang dari 1 per 10,000
orang yang mengkonsumsi statin yang terkena
Rhabdomyolysis.

Hanya ada sedikit perbedaan yang muncul seperti insomnia,


dimana pravastatin, fluvastatin dan rosuvastatin punya efek
insomnia yang lebih hebat dibandingkan atorvastatin,
lovastatin dan simvastatin.

Atorvastatin dan simvastatin adalah yang terbaik bagi mereka


yang mengalami gangguan fungsi ginjal karena proses
eliminasi kedua jenis statin tersebut tidak melalui ginjal. Hal ini
membuat pengaturan dosis tidak diperlukan, dimana
pravastatin perlu penyesuaian dosis pada pasien gangguan
fungsi ginjal.

Ada kriteria dalam memilih statin secara optimal yaitu:

Jika memerlukan penuruan LDL kolesterol lebih dari 35%


maka pertimbangkan untuk memakai atorvastatin,
rosuvastatin atau simvastatin.
Jika memerlukan penuruan LDL kol esterol kurang dari
35% dan
fungsi ginjal terganggu pilihannya adalah atorvastatin atau
fluvastatin
resiko interaksi obatnya tinggi pilihannya fluvastatin atau
pravastatin

Harga
Lovastatin dan simvastatin tersedia dalam bentuk generic dan
oleh karena itu lebih murah dari yang lainnya. Jika anda tidak
memerlukan penurunan LDL kolesterol secara signifikan
(atorvastatin dan rosuvastatin bisa dicoba jika kasusnya seperti
ini), generic statin adalah pilihan terbaik. Pada kenyatannya
pihak asuransi kesehatan telah menyarankan pasien untuk
memakai simvastatin sejak hak patennya habis pada Juni 2006
di AS. Sedangkan di Inggris simvastatin bisa dibeli tanpa resep
dokter sudah sejak tahun 2003
Simvastatin vs Lipitor
NOVEMBER 22, 2012 BY TEUKU NANDA
Kedua obat tersebut diatas termasuk kedalam golongan statin.
Sebenarnya obat-obat golongan statin bukan hanya simvastatin
dan atorvastatin, ada beberapa jenis lainnya yang sebentar lagi
akan kita bahas ya

Statin adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar


kolesterol dengan cara menghambat enzim HMG-CoA
reductase yang memainkan peran penting dalam produksi
kolesterol di hati. Naiknya kadar kolesterol berhubungan
dengan kejadian penyakit kardiovaskular, dan statin disini
digunakan sebagai obat untuk mencegah penyakit-penyakit
mematikan tersebut.

Golongan statin yang paling laris dipasaran adalan atorvastatin,


yang dipasarkan dengan merek Lipitor (diproduksi oleh Pfizer)
dan Torvast. Tahun 2003 atrovastatin jadi obat yang paling laku
di pasaran dalam sejarah, Pfizer melaporkan penjualannya
mencapai 12,4 Miliar Dolar US tahun 2008. Pada tahun 2010
ada beberapa jenis statin yang beredar di pasaran, diantaranya
adalah:

A. Atorvastatin (Lipitor dan Torvast)


B. Fluvastatin (Lescol)
C. Lovastatin (Mevacor, Altocor, Altropev)
D. Pitavastatin (Livalo, Pitava)
E. Pravastatin (Pravachol, Selektine, Lipostat)
F. Rosuvastatin (Crestor)
G. Simvastatin (Zocor, Lipex)
STATIN MANA YANG TERBAIK ???

Ada 3 aspek dari statin ini yang dapat dibandingkan


yaitu efisiensi (seberapa banyak kadar LDL kolesterol yang
dapat turun), keamanan (apa saja efek sampingnya dan
seberapa sering hal itu muncul?) dan Harga.

Efisiensi

KeamananLaw MR, Wald NY, Rudnicka AR: Quantifying effect of


statins on low density lipoprotein cholesterol, ischaemic heart
disease, and stroke: systematic review and meta-analysis. BMJ.
2003 Jun 28;326 (7404):1423
Semua jenis statin yang beredar di pasaran masing-masing
memiliki profil tingkat keamanan. Efek samping terberat tapi
jarang ditemukan adalah RHABDOMYOLYSIS yaitu keadaan
dimana hancurnya jaringan otot yang dapat menyebabkan
gagal ginjal pada kasus yang berat. Kurang dari 1 per 10,000
orang yang mengkonsumsi statin yang terkena
Rhabdomyolysis.

Hanya ada sedikit perbedaan yang muncul seperti insomnia,


dimana pravastatin, fluvastatin dan rosuvastatin punya efek
insomnia yang lebih hebat dibandingkan atorvastatin,
lovastatin dan simvastatin.

Atorvastatin dan simvastatin adalah yang terbaik bagi mereka


yang mengalami gangguan fungsi ginjal karena proses
eliminasi kedua jenis statin tersebut tidak melalui ginjal. Hal ini
membuat pengaturan dosis tidak diperlukan, dimana
pravastatin perlu penyesuaian dosis pada pasien gangguan
fungsi ginjal.

Ada kriteria dalam memilih statin secara optimal yaitu:

Jika memerlukan penuruan LDL kolesterol lebih dari 35%


maka pertimbangkan untuk memakai atorvastatin,
rosuvastatin atau simvastatin.
Jika memerlukan penuruan LDL kol esterol kurang dari
35% dan
fungsi ginjal terganggu pilihannya adalah atorvastatin atau
fluvastatin
resiko interaksi obatnya tinggi pilihannya fluvastatin atau
pravastatin

Harga
Lovastatin dan simvastatin tersedia dalam bentuk generic dan
oleh karena itu lebih murah dari yang lainnya. Jika anda tidak
memerlukan penurunan LDL kolesterol secara signifikan
(atorvastatin dan rosuvastatin bisa dicoba jika kasusnya seperti
ini), generic statin adalah pilihan terbaik. Pada kenyatannya
pihak asuransi kesehatan telah menyarankan pasien untuk
memakai simvastatin sejak hak patennya habis pada Juni 2006
di AS. Sedangkan di Inggris simvastatin bisa dibeli tanpa resep
dokter sudah sejak tahun 2003
12 . bagaimana struktur enzim hmg koa reduktase

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba memaparkan


materi yang sangat penting diketahui oleh mahasiswa farmasi
yaitu tentang kolesterol. Berbicara kolesterol mungkin di
kalangan awam pasti selalu negatif aja. Namun kolesterol
memiliki manfaat mulai dari bahan baku dari hormon, vitamin D
dll. Sudah selayaknya kita tidak hanya mengetahui apa itu
kolesterol tapi juga mengetahui cara sintesis dan regulasi
sintesis kolesterol agar memudahkan untuk mempelajari
farmakologi obat-obatan antikolesterol. yuk baca dan fahamin
posting yang saya buat. bila ada yang kurang faham leave a
comment please.

Tahapan Sintesis Kolesterol

Dalam bahasan yang pertama ini saya ingin berbagi


mekanisme sintesis kolesterol .

Tahapan pertama adalah sintesis HMG CoA


Pertama 2 molekul Asetil CoA berkondensasi menjadi
Asetoasetil CoA. Kemudian molekul Asetil CoA yang
ketiga ditambahkan dan menghasilkan HMG CoA.

Tahapan selanjutnya adalah Sintesis Asam mevalonat


dari HMG CoA dengan bantuan enzim HMG CoA
reduktase seperti yang terlihat dibawah ini
Enzim HMG CoA reduktase yang membantu sintesis
asam mevalonat biasanya menjadi sasaran obat untuk
mengurangi sintesis kolesterol. Khususnya golongan
statin yang menghambat enzim HMG CoA sehingga
sintesis kolesterol terputus .
Tahapan selanjutnya adalah sintesis kolesterol dari
asam mevalonat .

Untuk tahapan lengkapnya tersaji di gambar dibawah ini


Regulasi Sintesis Kolesterol

Tubuh kita memiliki sistem yang mengatur kapan harus


melakukan sintetis kolesterol dan kapan harus
menghentikan sintesis kolesterol. Sehingga kadar
kolesterol dalam tubuh akan selalu berada dalam
keadaan optimum.
Naah apa saja yang dapat meregulasi sintesis kolesterol
? Saya akan membahas 3 faktor yang meregulasi
sintesis protein
1. Sterol-dependent regulation of gene expression

Pasti temen-temen bertanya-tanya apaan itu? Naah


factor yang pertama ini ekspresi gen HMG CoA
reduktase dikontrol oleh factor transkripsi, SREBP
(sterol regulatori element-binding protein) mengikat
DNA pada posisi cis SRE (sterol regulatory element)
pada reduktase gen. SREBP adalah protein integral
membrane endoplasmic reticulum (ER) dan terasosiasi
dengan protein membrane kedua endoplasmic reticulum
(ER), SCAP (SREBP cleavage-activating protein). Saat
level sterol dalam sel rendah, maka kompleks SREBP-
SCAP dikeluarkan dari endoplasmic reticulum menuju
badan Golgi. Dalam Golgi SERBP ditindaklanjuti oleh
protease yang menghasilkan fragmen yang larut yang
masuk kedalam inti sel dan berfungsi sebagai faktor
transkripsi. Hasilnya dapat meningkatkan sintesis HMG
CoA reduktase dan menyebabkan sintesis kolesterol .
Jika sterol dirasa cukup maka terjadi induksi pengikatan
SCAP ke membrane protein ER lainnya. Hasilnya dalam
retensi SCAP-SREBP dalam ER. Sehingga mencegah
aktivasi SREBP, dan menyebabkan menurunkan regulasi
sintesis kolesterol
2. Regulasi Hormon
Jumlah HMG CoA reduktase dikontrol secara hormonal.
Peningkatan insulin berimbas pada peningkatan
ekspresi gen HMG CoA reduktase. Glukagon memiliki
efek yang sebaliknya.

3. Inhibisi oleh Obat

Golongan obat statin (fluvastatin, lovastatin, dan


simvastatin) strukturnya analog dengan HMG CoA,
Inhibitor kompetitip dari HMG CoA reduktase. Obat
golongan statin digunakan untuk menurunkan kolesterol
plasma untuk pasien yang hiperkolesterolmia.

Diposkan oleh Tufik Rachman

Sumber:
- Whitney, E., & Rolfes, S. (2008). Understanding nutrition.
California: Thomson Wadsworth.
- Champe, P., Harvey, R., Ferrier, D. (2008). Biochemistry 4th
edition. Philadelphia: Luppincott Williams & Wilkins
Sintesis, transport, dan eskresi kolesterol dalam tubuh manusia
Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis
(sekitar 700 mg/hari) dan sisanya diperoleh dari makanan. Hati
dan usus masingmasing menghasilkan 10% dari sintesis total
pada manusia. Hampir pada semua jaringan tubuh yang
mengandung sel berinti mampu membentuk kolesterol dan
berlangsung di reticulum endoplasma dan sitosol8.
Bioseintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap,
yaitu : 2.2.1 Tahap 1 Biosintesis mevalonat Pada tahap
ini, asetoasetil-KoA mengalami kondensasi dengan
molekul asetoasetil-KoA lainnya yang dikatalisis oleh
HMG-KoA 16 sintase. Hasilnya berupa HMG-KoA
direduksi menjadi mevalonat oleh NADPH dan dikatalisis
oleh HMG-KoA reductase. Tahap 1 merupakan tahap
regulatorik utama di jalur sintesis kolesterol dan
merupakan tempat kerja golongan obat penurun kadar
kolesterol paling efektif, yaitu inhibitor HMG-KoA
reduktase (obat-obat golongan statin). 2.2.2 Tahap 2
Pembentukan Unit Isoprenoid Mevalonat mengalami
fosforilasi secara sekuensial oleh ATP dengan tiga
kinase, dan setelah dekarboksilasi terbentuk unit
isoprenoid aktif, yakni isopentil difosfat. 2.2.3 Tahap 3
Pembentukan Skualen Isopentil difosfat mengalami
isomerisasi melalui pergeseran ikatan rangkap untuk
membentuk dimetilalil difosfat, yang kemudian
bergabung dengan molekul lain dan membentuk gerail
difosfat. Kondensasi lebih lanjut akan membentuk
farnesil difosfat. Dua molekul farnesil difosfat
bergabung untuk membentuk skualen. 2.2.4 Tahap 4
Siklisasi Skualen menghasilkan steroid induk, yakni
lanosterol Skualen dapat melipat dan membentuk suatu
struktur yang sangat mirip dengan inti steroid. 17 2.2.5
Tahap 5 Pembentukan Kolesterol dari lanosterol Pada
tahap ini, pembentukan berlangsung di retikulum
endoplasma dan melibatkan pertukaran-pertukaran di
inti steroid. Kolesterol diangkut di dalam lipoprotein di
dalam plasma darah manusia. Kolesterol dari makanan
mencapai keseimbangan dengan kolesterol plasma
dalam beberapa hari dan dengan kolesterol jaringan
dalam beberapa minggu. Ester kolesteril dalam
makanan dihidrolisis menjadi kolesterol yang kemudian
diserap oleh usus bersama dengan kolesterol tak-
teresterifikasi dan lipid lain dalam makanan. Kolesterol
yang diserap 80-90 % mengalami esterifikasi dengan
asam lemak rantai panjang di mukosa usus. Sembilan
puluh lima persen kolesterol kilomikron disalurkan ke
hati dalam bentuk sisa kilomikron, dan sebagian besar
kolesterol yang disekresikan oleh hati dalam bentuk
VLDL dipertahankan selama pembentukan IDL dan
akhirnya LDL diserap oleh reseptor LDL di hati dan
jaringan esktrahepatik. Setiap harinya, satu gram
kolesterol dikeluarkan dari tubuh dan separuhnya
diekskresikan di dalam feses setelah mengalami
konversi menjadi asam empedu. Sisanya diekskresikan
sebagai kolesterol. Sebagian besar garam empedu yang
disekresikan diserap kembali ke dalam sirkulasi porta
dan dikembalikan ke hati sebagai bagian dari sirkulasi
enterohepatik8.
16 . bagaimana bentuk kurva yg mengambarkan aktifitas enzim
koa reduktase sebelum dan sesudah diberi statin
2. Kolesterol
a. Sintesis Lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal
dari sintesis endogen dan sisanya berasal dari makanan sehari-
hari. Pada manusia, hakekatnya semua sel yang mengandung
inti mampu mensintesis kolesterol. Fraksi mikrosomal dan
sitosol terutama bertanggung jawab atas sintesis kolesterol
(Murray et al, 2003). Biosintesis endogen kolesterol dibagi
menjadi beberapa tahap. Pertama asetil-koA membentuk HMG-
CoA dan mevalonat. Reaksi ini terjadi di luar mitokondria yang
dikatalisis oleh enzim tiolase. HMG-CoA dikonversi menjadi
mevalonat yang dikatalis oleh enzim HMG-CoA reduktase.
Selanjutnya mevalonat membentuk unit isoprenoid yang aktif.
Enam unit Isoprenoid membentuk skualen. Selanjutnya skualen
dikonversi menjadi skualen 2,3 epoksida. Proses ini
menggunakan enzim oksidase di dalam retikulum endoplasmik
(enzim skualen epoksidase). Setelah proses ini, selanjutnya
terjadi penutupan cincin skualen menjadi lanosterol. Lanosterol
dikonversi menjadi kolesterol. Proses ini berlangsung di dalam
membran retikulum endoplasma (Murray et al, 2003) b.
Metabolisme 3 Lemak 0,36 gram 4 Karbohodrat 19,7 gram 5
Kalsium 6 gram 6 Fosfor 24,4 gram 7 Serat 1,7 gram 8 Besi 0,4
gram 9 Vitamin A 66 SI 10 Vitamin B1 0,05 mg 11 Vitamin B2
0,02 mg 12 Vitamin C 3 mg 13 Niasin 0,2 gram Ester kolesterol
dalam makanan akan dihidrolisis menjadi kolesterol bebas.
Kolesterol bebas ini akan dikombinasikan dengan garam
empedu untuk mendapatkan bentuk negatif polimolekuler yang
disebut micelles (Shill et al, 2006) . micelles ini akan diabsorbsi
dan digabungkan dengan protein. Bentuk ini dikenal sebagai
kilomikron. kilomikron akan didegradasi oleh lipoprotein lipase
pada jaringan untuk mengambil trigliserida. Sisa dari kilomikron
yang miskin trigliserida dan kaya kolesterol ini disebut
kilomikron remnant (Shill et al, 2006). kilomikron remnant ini
akan dibawa ke hepar dan diubah menjadi VLDL atau HDL.
VLDL dengan cepat diubah menjadi LDL yang memiliki densitas
rendah selanjutnya akan diedarkan melalui pembuluh darah.
LDL ini sangat mudah mengendap dan menumpuk pada lumen
pembuluh darah (Shill et al, 2006). LDL yang menumpuk ini
mudah sekali teroksidasi dan menyebabkan sumbatan
pembuluh darah (foam cell). HDL yang dibentuk dihepar
memiliki fungsi yang berlawanan dengan LDL. Fungsi penting
HDL adalah membuang kolesterol yang tidak teresterifikasi dari
sel dan lipoprotein lain yang terakumulasi serta
mengembalikan kolesterol ke hepar untuk diekskresikan ke
empedu (Shill et al, 2006).
3. Larutan Propiltiourasil (PTU) 0,1% Hormon triiodotironin (T3)
meningkatkan ekspresi reseptor kolesterol LDL di hepar
sebanyak 25% setelah 4 jam. Larutan PTU 0,1 % dapat
menurunkan translasi mRNA yang akan menjadi reseptor
kolesterol LDL di hepar. Penurunan translasi menjadi reseptor
kolesterol LDL menurunkan ekspresi reseptor kolesterol LDL di
permukaan hepar (Salter et
al, 1991).
4. Simvastatin Statin merupakan obat hipolipidemik
yang paling efektif dan aman. Obat ini terutama
digunakan untuk menurunkan kolesterol. Statin bekerja
dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase
(Suyatna, 2007). Akibat penurunan kolesterol tersebut,
maka Sterol
Regulatory Element Binding Protein (SREBP) pada
membran sel dipecah oleh protease dan dibawa ke
nukleus. Selanjutnya faktor transkripsi akan berikatan
dengan gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan
sintesis reseptor LDL pada membran hepatosit.
Peningkatan tersebut akan menurunkan kadar LDL lebih
besar lagi (Suyatna, 2007). Simvastatin memiliki waktu
paruh sekitar 1-3 jam. Obat ini sebagian besar terikat
protein plasma. Sebagian besar diekskresi oleh hati ke
dalam cairan empedu dan sebagian kecil lewat ginjal.
Pemberian statin sebaiknya dimulai dengan dosis kecil
yang lebih tinggi sampai didapatkan efek yang
diinginkan. Dosis simvastatin yang biasa digunakan
ialah 10 mg/hari dan maksimal 40 mg/hari pada sore
hari (MIMS, 2006). Efek samping statin yang potensial
berbahaya adalah miopati dan rabdomiolisis. Efek
samping lain yang dapat terjadi adalah gangguan
saluran cerna, sakit kepala, rash, neuropati perifer, dan
sindrom lupus (Suyatna, 2007).

Bartov I., Reiser R., Hendrson. 2008. Hypercholesterolemic


Effect in Female Rat of Egg Tolk Versus Crystalline Cholesterol
Dissolved in Lard. The Journal of Nutrition
Obat-obat yang digunakan dalam terapi dislipidemia
Diposkan oleh Darman Rasyid Baido di 21.23 Rabu, 27 April
2011 Label: Artikel Ilmu Penyakit Dalam
Oleh : Prof. DR. dr. Djanggan Sargowo, SpPD, SpJP-KKV
Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RSUD. Dr. Saiful Anwar/FK UNIBRAW
Malang

Artikel ini membahas berbagai jenis obat yang digunakan


dalam terapi dislipidemi, serta mekanisme kerja, dosis dan
efek samping dari penggunaan obat tersebut.

I. PENDAHULUAN

Beberapa obat-obatan telah digunakan secara luas untuk


mengubah kadar lipoprotein dalam plasma. Mekanisme
kerjanya terdiri dari :
- Modifikasi dari sintesa lipoprotein
- Modifikasi dari metabolisme lipoprotein intravaskuler
- Mengubah clearance dari lipoprotein ( lihat tabel 1).

Ketika jumlah asupan diet terbukti tidak memenuhi harapan,


maka penggunaan obat-obatan tersebut di atas harus
dipertimbangkan. Mekanisme kerja dan indikasi utama dari
pemberian obat-obatan tersebut terdapat dalam Tabel 2. Dosis
yang biasa diberikan untuk obat-obatan penurun lemak
terdapat dalam Tabel 3.

Kombinasi obat penurun lipid digunakan untuk meningkatkan


efek terapi hiperkolesterolemia dan dislipidemia. Kombinasi
obat ini terutama digunakan pada pasien yang resisten dengan
monoterapi.Beberapa alasan kombinasi terapi adalah untuk
mengoptimalkan penurunan LDL, VLDL dan membuat minimal
efek samping obat dengan dosis rendah.
Tabel 1 : ( Dalam tabel 1 dibahas mengenai klasifikasi obat-
obatan penurun lemak berdasarkan indikasi utama dan
mekanisme kerja )

Tabel 2 Membahas mengenai mekanisme kerja dan indikasi


utama obat-obat penurun lemak

Tabel 3 membahas tentang jenis dan dosis dari obat-obat


penurun lemak
II. OBAT-OBAT TERAPI DISLIPIDEMI

1. HMG-KoA Reduktase Inhibitor (Statins)


Beberapa obat dalam golongan ini yang sering dipakai
ialah :
- Atorvastatin (Lipitor)
- Cerivastatin (Baycol)
- Fluvastatin (Lescol)
- Lovastatin (Mevacor)
- Simvastatin (Zocor).

Sebagai satu kelompok, obat-obatan ini adalah yang paling


mudah bertoleransi dan paling manjur untuk menurunkan
kadar LDL, oleh karena itu obat-obatan tersebut paling banyak
digunakan untuk menurunkan kadar lemak dalam darah.

Lovastatin, simvastatin, dan pravastatin berasal dari jamur .


Fluvastatin, atorvastatin, dan cerivastatin terbuat dari bahan
sintetik. Lovastatin dan simvastatin merupakan lactone yang
tidak aktif dan mereka harus dihidrolisis untuk mendapat
bentuk hydroxyacids yang mempunyai kemampuan
farmakologik. Dengan demikian lovastatin dan simvastatin
dapat dipertimbangkan sebagai obat awal.

Hidolisis dari bentuk lactone yang tidak aktif terjadi dalam


sel hepatosit. Pravastatin, fluvastatin, atorvastatin, dan
cerivastatin ada dalam bentuk aktif.

Mekanisme kerja dan metabolisme obat

Penghambat HMG-KoA reduktase bekerja dengan jalan


menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl koenzim A yaitu
enzim yang mengontrol sintesa kolesterol. Hal ini disebabkan
adanya serangkaian proses yang pada akhirnya mengakibatkan
peningkatan kualitas reseptor LDL pada sel-sel hepatosit
sehingga mempercepat pembersihan LDL dari dalam plasma.
Selain terjadi peningkatan pembersihan LDL dari dalam darah
dengan adanya peningkatan jumlah reseptor, perlu diketahui
statin juga mengurangi produksi dan mengubah pembersihan
LDL oleh sel-sel hepar. Hal tersebut dapat menyebabkan
penurunan dari kadar trigliserida yang dapat dinilai yaitu
apabila obat ini digunakan

Masing-masing obat mempunyai dua kunci fungsi yang


terstruktur yaitu :
- Salah satu dari obat berfungsi meniru struktur koenzim A
dan
enzim HMG-KoA reduktase.
- Bagian yang lain menyerupai struktur dari produk yang masih
belum jadi misalnya hydroxymethyl glutarat dan diubah
menjadi
mevalonat.

Akibat yang penting dari pengghambatan biosintesis


kolesterol dalam sel-sel hepatosit adalah pengurangan jumlah
cadangan kolesterol. Mekanisme homeostasis dalam sel-sel
hepatosit akan meningkatkan kualitas kerja dari reseptor LDL di
membran sel, dan LDL dibersihkan dari sirkulasi lebih cepat.

Penyerapan saluran pencernaan terhadap obat-obatan ini


bervariasi dari 31% (lovastatin) sampai lebih dari 90%
(fluvastatin). Semua golongan statin diutamakan bekerja di
hepar. Obat-obatan ini berikatan dengan protein plasma cukup
kuat (>95%) kecuali pravastatin, dimana hanya berikatan
dengan protein plasma di bawah 50%.

Efek Terhadap Lemak

Statin adalah golongan yang paling efektif yang tersedia


untuk menurunkan atau mengurangi kadar LDL dalam darah.
Sebagai tambahan mereka tidak mempunyai efek yang cukup
kuat untuk meningkatkan kadar HDL sebaik mereka
menurunkan kadar trigliserida seperti yang dilaporkan pada
pasien dengan hipertrigliseremia.

Ketika diberikan dalam dosis tunggal sehari-hari, statin


(kecuali atorvastatin) menghasilkan penurunan LDL yang lebih
besar jika diberikan pada sore hari. Kemampuan atorvastatin
tidak dipengaruhi waktu pemberian pada pemberian dosis
hariannya.

Beberapa obat dengan pemberian dosis maksimum


menghasilkan perbedaan dalam memberikan efek terhadap
jumlah penurunan LDL. Dosis maksimum dari atorvastatin
(80mg/hr) terbukti memberikan penurunan LDL sampai 58%
pada penderita hiperkolesterolemia. Hal ini lebih besar
daripada penurunan LDL dengan dosis maksimum dari
golongan statin yang lain. Peningkatan dari penurunan LDL oleh
atorvastatin dimungkinkan oleh karena waktu paruhnya yang
lebih panjang.

Meskipun semua kelompok obat-obatan statin dihasilkan


untuk menurunkan kadar LDL yang meningkat, atorvastatin,
pravastatin, dan simvastatin juga dihasilkan untuk menurunkan
kadar trigliserida pada orang dengan peningkatan trigliserida
atau LDL yang bersamaan. Golongan statin tidak dipakai untuk
penurunan trigliserida jika dimana LDLnya normal. Fluvastatin
pada dosis maksimum 40 mg menghasilkan penurunan LDL
yang bertahap (32%). Cerivastatin dan pravastatin pada dosis
maksimum dapat menurunkan LDL rata-rata sampai 28%.

Pada pemilihan golongan statin, harus diketahui bahwa tidak


selalu penting untuk mendapatkan penurunan LDL yang
maksimal dari kemampuan yang dapat diturunkan oleh obat.
Tujuan yang diharapkan dari terapi tergantung pada kadar awal
dari LDL dan kadar akhir yang diinginkan. Untuk pasien dengan
peningkatan LDL yang sangat tinggi, maka penggunaan dosis
yang tinggi dari atorvastatin mungkin dibutuhkan. Sebagian
besar pasien dengan peningkatan LDL yang tidak terlalu besar,
penggunaan obat lain dengan dosis lebih rendah dari biasanya
sudah cukup.

Efek Klinik

Usaha-usaha klinis telah menunjukkan penurunan proses


aterosklerosis atau mengurangi terjadinya penyakit jantung
koroner dengan penggunaan golongan statin kecuali
atorvastatin dan cerivastatin. Oleh karena itu sekarang kita
seharusnya memakai atorvastatin dan cerivastatin jika
golongan statin yang lain (fluvastatin, lovastatin, pravastatin,
atau simvastatin) tidak cukup kuat. Pada kebanyakan kasus,
harga dapat menjadi bahan pertimbangan.

Golongan statin telah mengurangi insiden terjadinya penyakit


jantung pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner.
Pada studi transplantasi jantung , ditunjukkan bahwa
simvastatin mengurangi insiden penyakit grafting pembuluh
darah dan untuk meningkatkan daya tahan; kegunaannya juga
berhubungan dengan sebuah tren yang mengarah kepada
penurunan frekuensi kejadian rejeksi graft yang bersifat akut.

Efek Samping yang kurang baik

Efek kurang baik yang paling utama dari golongan statin adalah
sebagai berikut :
a.Efek Samping Utama
- Hepatotoksik
- Miopati
- Teratogenik

b.Efek Samping Minor


- Dispepsia
- Eksem dan rash seluruh tubuh
Hepatotoksik diwujudkan dalam bentuk peningkatan
transasaminase. Hal ini berhubungan dengan dosis, biasanya
tidak berhubungan dengan gejala (symptom), dan akan hilang
atau pulih kembali dengan penghentian obat secara bertahap.
Frekuensi timbulnya efek samping ini kurang lebih 1%.
Hepatotoksik yang muncul biasanya berhubungan secara
langsung dengan mekanisme kerja obat, yaitu penghambatan
terhadap 3-hydroxy-3-methylglutaryl koenzim A reduktase.

Peningkatan transaminase yang sedang tidak membenarkan


penghentian terapi. Bagaimanapun juga peningkatan
transaminase yang persisten dengan nilai tiga kali diatas
ambang batas normal membenarkan penghentian obat.
Setelah terjadi peningkatan transaminase, pemberian ulang
obat dengan dosis yang lebih rendah harus dipertimbangkan.
Pengawasan rutin dari kadar transaminase direkomenasikan
untuk 6 sampai 12 minggu setelah terapi. Hepatotoksik lebih
mudah terjadi pada orang yang sering mengkonsumsi obat-
obat lain yang bersifat hepatotoksik atau orang yang
mengkonsumsi alkohol secara rutin.

Miopati, mengarah pada kelemahan yang sangat, myalgia,


dan peningkatan kreatin kinase.Pada studi evaluasi klinis
lovastatin yang cukup luas, didapatkan bahwa frekuensi
kejadian miopati berhubungan dengan pemberian dosis
lovastatin yaitu 0,24%, dengan pemberian dosis 40mg/hr.

Tidak ada bukti yang menjamin untuk mengatakan bahwa


frekuensi terjadinya miopati berbeda untuk tiap orang.Miopati
telah dilaporkan lebih sering terjadi jika lovastatin digunakan
bersamaan dengan cyclosporin A (dilaporkan ada 30% kejadian
miopati), gemfibrozil (5%), asam nikotinat (3%), atau
erithromycin.

Efek teratogenik didapatkan dari hasil eksperimen pada


binatang yang diberi lovastatin dan fluvastatin dan bukan
pravastatin atau simvastatin. Bagaimanapun juga jika dilihat
dari sirkulasi sintesa kolesterol pada sel yang sedang tumbuh
menunjukkan adanya gangguan, semua obat-obatan ini harus
dipertimbangkan karena berbahaya bagi kandungan. Pada hasil
evaluasi 134 orang yang memakai lovastatin atau golongan
statin lain pada kumpulan ibu-ibu hamil menunjukkan
terjadinya insiden 4% yang lahir dengan memiliki kelainan
kongenital (Manson JM, et al).

Frekuensi ini tidaklah lebih tinggi tetapi Bagaimanapun juga


dengan jummlah laporan yang terbatas pada kehamilan yang
terpapar dengan statin, dari data ini kita hanya dapat
menyimpulkan bahwa kelainan kongenital pada wanita hamil
yang memakai golongan statin 3 4 kali lebih besar
dibandingkan kelompok yang tidak memakai golongan statin.

Rash dan eksem pada seluruh tubuh telah dilaporkan sebagai


salah satu efek samping dari simvastatin yang jarang terjadi.
Hal ini muncul dikarenakan hambatan pada sintesa kolesterol
di stratum korneum kulit, sehingga kemungkinan semua
kelompok statin dapat menyebabkan masalah ini.

Efek samping merugikan yang paling umum dari kelompok


statin ini adalah dyspepsia, nyeri ulu hati, dan rasa tidak
nyaman pada perut. Hal ini terjadi pada 4% orang-orang yang
mendapat terapi kelompok statin.

Interaksi Obat

cyclosporin A, gemfibrozil, asam nikotinat, erithromycin, dan


anti jamur kelima obat ini memiliki pengaruh terhadap
golongan statin, oleh karena itu perlu dipertimbangkan
sebelum diberikan. kelima obat ini dapat meningkatkan potensi
miopati dari simvastatin, pravastatin, atorvastatin, fluvastatin,
dan cerivastatin.

Selain itu Pemberian mibefradil (Posicor) dengan lovastatin


atau simvastatin dikontraindikasikan karena peningkatan resiko
rhabdomyolisis. Akibat ini dikarenakan mibefradil menghambat
enzim sitokrom P450 CYP 450 3A4 yang mengkatalisa
lovastatin dan simvastatin yang tidak aktif. oleh karena itu
pengaruh mibefradil dengan obat-obatan tersebut seharusnya
dihindari. Tetapi tidak ada reaksi antara mibefradil dengan
fluvastatin atau pravastatin.

Peningkatan kecil dari prothrombin time telah ditunjukkan


ketika simvastatin diberikan pada pasien yang diberi warfarin.
Sebagai tambahan, simvastatin dketahui menghasilkan sedikit
peningkatan kadar digoksin dalam plasma. Kelompok lain dari
golongan statin menunjukkan bahwa mereka tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan.

2. Bile Acid Sequestrant (Pengikat Asam Empedu)

Dua obat golongan cholestyramine (Questran, Questran light,


LoCholest Light, dan Prevalite) mempunyai kegunaan untuk
mengurangi kadar LDL dalam plasma. Asam empedu
sequestrant telah digunakan sejak tahun 1960. Pada tahun
1980 mereka merupakan obat utama untuk menurunkan kadar
LDL dalam darah. Sekarang ini fungsi itu telah diambil alih oleh
penghambat HMG-KoA reduktase, yang mempunyai
kemampuan toleransi dan dalam penurunan LDL lebih tinggi.
Akhir-akhir ini asam empedu sequestrant adalah obat
tambahan yang digunakan untuk menurunkan LDL apabila
kelompok statin tidak mampu.

Untuk obat-obat ini mempunyai efek sistemik yang minimal


karena mereka tidak diserap di saluran pencernaan. Pengikat
asam empedu adalah satu-satunya obat penurun kolesterol
yang direkomendasikan oleh National Cholesterol Education
Program untuk anak-anak. Obat ini juga satu-satunya obat
yang dapat digunakan pada kehamilan. Baik cholestyramine
maupun colestipol tersedia dalam bentuk powder yang
dicampur dengan air kemudian ditelan. Colestipol juga
tersedia dalam bentuk tablet 1 g.

Mekanisme Kerja

Obat-obatan ini dapat meningkatkan jumlah reseptor LDL dan


meningkatkan pembersihan LDL dari dalam plasma. Pengikat
asam empedu bekerja untuk mencegah sirkulasi enterohepatik
dari asam empedu.

Mekanisme homeostatis yang kedua adalah meningkatkan


konsentrasi kolesterol intraseluler. Pertama meningkatkan
reseptor LDL pada membran sel di hepar, hal ini mempercepat
pembersihan LDL dari dalam plasma. Kedua meningkatkan
aktivitas HMG-KoA reduktase sehingga meningkatkan sintesa
kolesterol di sel-sel hepar.

Efek Pada Kadar Lipoprotein Plasma

Data terbaik mengenai kegunaan pengikat asam empedu


didapatkan dari Lipid Research Clinics Coronary Prymary
Prevention Trial (LCR-CPPT). Didapatkan adanya penurunan
kadar LDL pada penggunaan cholestyramine dalam
penelitian.Selain mengurangi kadar LDL, cholestyramine juga
mempengaruhi kadar Kadar Lipoprotein Plasma lainnya
terutama VLDL. Adanya hipertrigliserida sebagai efek samping
dari penggunaan pengikat asam empedu, Efek ini mungkin
cukup bermakna pada orang yang dasarnya mengalami
peningkatan trigliserida dan mendapatkan cholestyramine.

Efek samping

Pengikat asam empedu tidak diserap secara sistemik, oleh


karena itu hanya menyebabkan efek sistemik yang kecil. Hal ini
merupakan daya tarik utama dari obat ini. Efek samping yang
predominan dari obat ini adalah Konstipasi . Efek samping ini
berhubungan dengan sifat fisik dari obat ini. Lipid Research
Clinics Coronary Prymary Prevention Trial (LCR-CPPT)
melaporkan angka konstipasi sebesar 39% pada kelompok
cholestyramine tetapi hanya 10% pada pada kelompok plasebo
dalam penelitian terhadap efek cholestyramine terhadap
penurunan kadar LDL.

Jika diberikan dalam dosis besar, kolestiramin dapat


menyebabkan asidosis hiperkloremia.Sebagai catatan,
kolestiramin meningkatkan kadar trigliserida plasma, terutama
pada pasien dengan dasar hipertrigliseremia.
Cara-cara Untuk Meningkatkan Kegunaan

Tindakan serta perhatian yang hati-hati untuk meminimalkan


efek gangguan intestinal pada pengobatan ini adalah penting,
sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan. Dosis awal
harus kecil 4gr/hari untuk kolestiramin atau 5gr/hari untuk
kolestipol, dan meningkat perlahan-lahan selama 2-3 minggu
dari 4 ke 8 gr untuk kolestiramin atau 5 ke 10 gr untuk
kolestipol. Pasien perlu diberitahu kemungkinan terjadi
konstipasi sehingga mereka harus menggunakan obat pelunak
feses seperti sodium docusate dengan dosis 1200 mg/hari,
penambahan bulk-forminglaxative juga menolong.

Pemakaian Pada Penelitian Klinis

Pengikat asam empedu telah dipakai sendirian atau


kombinasi dengan penurunan lemak lain pada satu penelitian
klinis dan di lima penelitian dengan angiografi.

Interaksi Obat

Pengikat asam empedu adalah resin penukar anion, mereka


potensial untuk bereaksi dengan obat-obat anion yang
diberikan bersama-sama. Interaksi tersebut antara lain dengan
wafarin, thyroxine, hydrochlorothiazide, pravastatin, fluvastatin,
dan cerivastatin. Banyak obat termasuk lovastatin dan
simvastatin belum dites interaksinya dengan pengikat asam
empedu, karena itu harus hati-hati saat memberikannya
dengan obat lain. Secara umum obat lain seharusnya diberikan
paling tidak 1 4 jam setelah pengikat asam empedu.
3. Asam Nikotinat

Asam nikotinat adalah obat penurun lemak yang paling tua.


Telah dipakai mengobati hiperkolesterolemia lebih dari 40
tahun. Ini adalah vitamin B pada dosis yang lebih tinggi untuk
keperluan pencegahan defisiensi. Obat ini menurunkan kadar
VLDL dan LDL serta meningkatkan kadar HDL.

Niasin direkomendasikan sebagai obat pertama sebagai


terapi hipertrigliseremia dan kadar HDL yang rendah. Jika
peningkatan LDL berhubungan dengan HDL yang rendah, niasin
adalah pilihan yang terbaik. Sebagai tambahan pasien dengan
kadar LDL yang tinggi kombinasi dengan statin atau dengan
pengikat asam empedu memberikan hasil yang sangat baik.

Mekanisme Kerja

Efek primer niasin pada metabolisme lipoprotein adalah


menurunkan produksi VLDL hepar, kelihatannya ini merupakan
hasil penurunan pemasukan asam lemak, yaitu substrat untuk
produksi VLDL dari jaringan lemak ke hepar. Niasin mencegah
lipolisis di sel lemak. Pada penilaian klinis penurunan VLDL
bermanifestasi sebagai rendahnya konsentrasi trigliserida
puasa.

Jadi penurunan produksi VLDL dapat menurunkan kadar LDL


karena LDL adalah produk metabolisme VLDL. Niasin juga
meningkatkan HDL lebih dari obat yang mempengaruhi lemak
lainnya. Peningkatan HDL ini berhubungan dengan hambatan
pembersihan HDL, hal ini mungkin juga menyebabkan
penurunan trigliserida plasma.
Efek Lipoprotein Plasma

Niasin dengan dosis 3 gr/hari sampai dengan 4,5 gr/hari


dapat Menurunkan LDL 20% sampai dengan 25%, dapat
Menurunkan trigliserida 20% sampai dengan 50%, serta dapat
Meningkatkan kadar HDL secara signifikan.

Efficacy-Secara Klinis pada Aterosklerosis

Pada penelitian klinis, niasin menurunkan :


- Mortalitas total
- dan nonfatal MI

Efek Samping

Efek samping pada penggunaan niasin yaitu, hampir 30%


individu tidak mentoleransi terapi ini. Flushing terjadi pada
semua individu yang diterapi dengan obat ini pada dosis terapi.
Tachyphylaksis terjadi cepat dan pada hampir semua individu,
flushing menjadi lebih ringan setelah 1-2 minggu. Flushing
yang berhubungan dengan niasin dimediasi oleh prostaglandin,
dan dapat dieliminasi atau diminalkan dengan pemberian dosis
sedang aspirin atau penghambat prostaglandin.

Eksaserbasi flushing terjadi pada komsumsi niasin bersamaan


dengan mengkomsumsi makanan yang panas, hal ini mungkin
karena peningkatan kecepatan absorbsi. Oleh karena itu
dianjurkan agar Jangan diminum sewaktu komsumsi makanan
panas.Dengan mencegah konsumsi dengan makanan panas,
absobsi dapat lambat dan flushing dapat minimal.

Gastritis atau ulkus peptik adalah alasan yang umum tidak


digunakanya niasin. Hal ini terjadi lebih sering pada bentuk
lepas lambat utuh jika dipakai tanpa makanan.Hepatisis terjadi
sampai 3% pada individu yang diterapi dengan niasin. Niasin
harusnya diberikan dengan makanan untuk meminimalkan
flushing dan sakit perut.Untuk meminimalkan flushing dosis
awal harus kecil, jumlah 50 mg lalu kemdian ditingkatkan.

Efek samping yang mengenai kulit yang umum pada


pemakaian niasin yaitu Kulit kering, Ichthyosis dan Acanthosis
nigricans.

4. Derifat Asam Fibrat

2 obat dari kelas asam fibrat yang ada yaitu Gemfibrozil


(Lopid) dan Clofibrate (Atromid). Efek utama derivat asam
fibrat adalah menurunkan kadar VLDL dan meningkatkan
metabolisme intravaskulernya melalui peningkatan pada
aktivitas lipoprotein.

Turunan asam fibrat dikonjugasi dengan glukoronida di hepar


dan diekskresi melalui ginjal, sehingga bersihan obat atau
metabolitnya akan terlambat pada pasien dengan kerusakan
hepar atau fungsi ginjal. Jadi dosis obat harus diturunkan pada
pasien ini.

Efek samping utama dari asam fibrat ialah Obat ini


meningkatkan resiko pembentukan batu empedu. Selain itu
asam fibrat terikat kuat dengan albumin dan mereka mengusir
ikatan antara warfarin dengan albumin. Jadi pasien yang
mendapat terapi warfarin harus dimonitor ketat untuk
memutuskan apakah terapi asam fibrat diteruskan atau
tidak.Pemakaian bersama dengan HMG-KoA Reduktase
inhibitor secara bermakna meningkatkan terjadinya kondisi
miopati.
5. Minyak Ikan

Minyak ikan berguna untuk terapi hipertrigliseremia, TG


puasa dapat turun 75% dengan Dosis 2-6 gr/hari. PUFA n-3
dengan docohexaenoic acid, dalam dosis besar dapat
menghambat sekresi VLDL dengan meningkatkan degradasi
intraseluler ApoB-100. Asam lemak ini terutama terdapat di
minyak ikan.

Meskipun demikian pada pasien dengan hipertrigliseremia


minyak ikan ini sering juga meningkatkan kadar LDL.
Peningkatan ini sama terlihat pada pasien hipertrigliseremia
yang diterapi dengan asam fibrat. Pemberiannya dalam dosis
tinggi untuk terapi hipertrigliserida dapat membebani asupan
kalori. Dosis 6 gr mendekati 160 kkal/hari. Perhatian pada
perdarahan karena obat ini mempengaruhi fungsi platelet.

III. TERAPI DENGAN KOMBINASI OBAT

Obat-obat yang digunakan dalam terapi dislipidemia diatas,


dapat dikombinasi satu dengan lainnya bila dengan
pengobatan tunggal gagal. Alasan mengapa dilakukan terapi
dengan Kombinasi Obat ialah a)untuk memaksimalkan
penurunan LDL, b) untuk memaksimalkan penurunan VLDL, c)
untuk meminimalkan efek samping dengan dosis rendah,
d)untuk dapat memakai pengikat asam empedu pada pasien
hipertrigliseremia dengan peningkatan LDL, e) serta Untuk
menerapi peningkatan LDL sebagai konsekuensi dari terapi
dengan asam fibrat.

Terapi kombinasi diberikan bila diet tunggal gagal. Terapi


kombinasi harus dilakukan langkah demi langkah, menambah
satu persatu obat, kadar lipoprotein dan efek samping harus
dinilai setiap 4-8 minggu.
3 regimen obat yang paling efektif untuk menurunkan kadar
LDL telah ditemukan yaitu sequestrant asam empedu, asam
nikotinat dan golongan statin. Regimen yang mengandung
asam niasin mempunyai manfaat yang terbesar untuk
meningkatkan HDL dan menurunkan trigliserida.

Pada pasien dengan hipertrigliseremia yang cukup bermakna


kadang-kadang penggunaan obat tunggal tidak menghasilkan
penurunan kadar trigliserida yang diinginkan. Pada pasien ini
penggunaan kombinsi dua atau tiga obat penurun trigliserida
yang bekerja dengan mekanisme yang berbeda-beda (asam
nikotinat, derivat asam fibrat, atau minyak ikan) dapat
menambah penurunan kadar trigliserida.

Daftar Pustaka

1. Bakker-Arkema RG, Davidson MH, Goldstein RJ, et al.


Efficacy
and safety of a new HMG-CoA reductase inhibitor,
atorvastatin, in patients with hypertricglyceridemia. JAMA.
1996;275:128-133.
2. Bertolini S, Bom GB, Campbell LM, et al. Efficacy and safety
of atorvastatin compared to pravastatin in patients with
hypercholesterolemia. Atherosclerosis. 1997;130:191-197.
3. Blum CB. Comparison of properties of four inhibitors of 3
hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A reductase. Am J
Cardiol, 1994; 73:3D-11D.
4. Canner PL, Berge KG, wenger NK, et al. For the coronary
Drug
Project Research Group. Fifteen year mortality in Coronary
Drug Project patients: long-term benefit with niacin. Am J
Cardiol. 1986; 8:1245-1255.
5. Cilla DD Jr, Whitfield LR, Gibson DM, Whitfield LR, Sedman
AJ, Posvar EL. Multiple-dose pharmacokinetics,
pharmacodynamics, and safety of atorvastatin, an inhibitor
of
HMG-CoA reductase, in healthy subjects. Clin Pharmacol
Thes.
1996;60:687-695.
6. Davidson M, McKenney J, Stein E, et al. Comparison of one
year efficacy and safety atorvastatin versus lovastatin in
primary hypercholesterolemia. Atorvastatin Study Group 1.
Am
J Cardiol. 1997;79:1475-1481.
7. Endo A. The discovery and development of HMG-CoA
reductase
inhibitors. J Lipid Res. 1992:33:1569-1582.
8. Frick MH, Elo O, Haapa, et al. Helsinki Heart Trial: primary
prevention trial with gemfibrozil in middle-aged men with
dyslipidemia. N Engl J Med. 1978; 317:1237-1245.
9. Jones P, kafonekS, Laurora I, Hunninghake D. For the
CURVES
investigators. Comparative dose-efficacy study of
atorvastatin versus simvastatin,pravastatin, lovastatin and
fluvastatin inpatients with hypercholesterolemia. The
CURVES Study. Am J Cardiol. 1998;81:582-587.
10 Kobashigawa JA, Katznelson S, Laks H, et al. Effect of
pravastatin on outcomes after cardiac transplantation. N
Engl J Med. 1995;333:621-627.
11 Manninen V, Tenkanen L, Koskinen P. et al. Join effects of
serum triglyceride and LDL cholesterol and HDL cholesterol
concentrations on coronary heart disease risk in the
Helsinki Heart Trial: implications for treatment.
Circulation. 1992; 85:37-45.
12. Nawrocki JW, Weiss SR, Davidson MH, et al. Reduction of
LDL
cholesterol by 25% to 60% in patients with primary hyper-
cholesterolemia by atorvastatin, a new HMG-CoA reductase
inhibitor. Arterioscler Thromb vasc Biol.
1995;15:678-682
13. Petters TK, Muratti EN, Mehra M. Efficacy and safety of
fluvastatin in women with primary hypercholesterolemia.
Drugs. 1994;47(suppl 2):64-72
14. Rossouw JE. Non-CHD mortality in cholesterol-lowering
trials.
Cardiovasc Risk Factors. 1995;5: 181-188.
15. The Coronary Drug Project Research Group. Clofibrate and
niacin in coronary heart disease. JAMA. 1975; 231:360-381.
16. The Lovastatin Pravastatin Study Group. A multicenter
comparative trial of lovastatin and pravastatin in the
treatment of hypercholesterolemia. Am J. Cardiol.
1993;7:810-815.
17. Wang H, Chen X, Fisher EA. N-3 fatty acids stimulate
intracellular degradation of apoprotein B in rat
hepatocytes.J Clin Invest. 1993:91: 1380-1389.

Anda mungkin juga menyukai