DIFTERIA
2013 - 2014
PENYUSUN
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wasyukkurillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan baik rohani dan jasmani seh ingga
kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dengan
tujuan untuk memenuhi tugas.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Dan semoga, makalah ini bisa bermanfaat
bagi para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha hambaNya. Amin..
PENULIS
BAB I
PEMBAHASAN DIFTERIA
PENGERTIAN
Difteri adalah suatu penyakit infeksi yang bisa menular yang disebabkan oleh bakteri
coryneabacterium difteria yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasovaring,
kulit dan lesi lain dari orang yang terinfeksi (Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan
Keperawatan pada Anak)
Difteri adalah penyakit infeksi yang mendadak yang disebabkan oleh kuman
Coryneabacterium diptheria. Mudah menular dan yang diserang terutama traktus
respiratorius bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudo membran dan
dilepaskannya eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal (Ilmu
Kesehatan Anak)
Difteria adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diptheria
yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit, dan lesi lain dari
orang yang terinfeksi. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001)
Difteria adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diptheria.
(Rampengan dan Laurent, 1997)
Difteria adalah toksikoinfeksi yang disebabkan Corynebacterium diptheria. (Behrman
dkk, 1996)
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Kuman C. diphtheriae masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berkembang biak
pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin yang
merembes ke sekeliling serta selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe
dan pembuluh darah.
Basil hidup dan berkembang pada traktu srespitarius bagi anataster lebih-lebih bila
terdapat peradangan kronis padatonsil,sinus dan lain-lain.tetapi walaupun jarang basil dapat
pula hidup pada daerah vulva,telinga dan kulit.pada tempat ini basil membentuk pseudo
membrane dan melepaskan eksotoksin. Pseudo membrane dapat timbul local atau kemudian
menyebar dari faring atau tonsil kelaring dan seluruh traktusrespiratoriu sebagian atas
sehingga menimbulkan gejala yang lebih berat. kelenjar getah bening sekitarnya akan
mengalami hyperplasia dan mengandung toksin. Eksotoksin dapat mengenai jantung dan
menyebabkan miokarditistoksik atau mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul
paralisis terutama padaotot-otot pernafasan. Toksin juga menimbulkan nekrosisfokal pada
hati dan ginjal, malahan dapat timbul nefritisinterstitialis (jarangsekali). Kematian terutama di
sebabkan oleh sumbatan membrane pada laring dan trakea, gagal jantung, gagal pernafasan
atau akibat komplikasi yang sering yaitu bronco pneumonia.
PENATALAKSANAAN
1. Isolasi
2. Antitoksin 5.000- 3.000 unit (biasanya melalui intravena) didahului dengan tes kulit
atau conjungtival hingga menghindari kemungkinan akan sensitivitas.
Tabel. 1 Pemberian Antitoksin Pengobatan Difteria
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tujuan :
a. Konfirmasi diagnostik
b. Menentukan ada tidaknya komplikasi
c. Pengamatan lanjut selama prognosis
Jenis pemeriksaan :
a. Bakteriologik. Preparat apusan kuman difteri dari bahan apusan mukosa hidung dan
tenggorok (nasofaringeal swab)
b. Darah rutin : Hb, leuosit, hitung jenis
c. Urin lengkap : aspek, protein dan sedimen
d. Enzim CPK, segera saat masuk RS
e. Ureum dan kreatinin (bila curiga ada komplikasi ginjal)
f. EKG dilakukan sejak hari 1 perawatan lalu minimal 1x seminggu, kecuali bila ada
indkasi biasa dilakukan 2-3x seminggu.
KLASIFIKASI
a) Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan
gejala hanya nyeri menelan.
c) Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala
komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisis(kelemahan anggota
gerak) dan nefritis (radangginjal).Disampingitu, penyakit ini juga dibedakan menurut
lokasi gejala yang dirasakan pasien, yaitu:
a) Difteri hidung (nasal diphtheria) bila penderita menderita pilek dengan ingus yang
bercampur darah. Prevalesi Difteriini 2 % dari total kasus difteri. Bila tidak diobati
akan berlangsung mingguan dan merupakan sumber utama penularan.
c) Difteri laring( laryngo tracheal diphtheriae ) dengan gejala tidak bisa bersuara,
sesak, nafas berbunyi, demam sangat tinggi sampai 40 derajat celsius, sangat lemah,
kulit tampak kebiruan, pembengkakan kelenjar leher. Difteri jenis ini merupakan
difteri paling berat karena bisa mengancam nyawa penderita akibat gagal nafas.
d) Difteri kutaneus (cutaneous diphtheriae) dan vaginal dengan gejala berupa luka
mirip sariawan pada kulit dan vagina dengan pembentukan membrane diatasnya.
Namun tidak seperti sariawan yang sangat nyeri, pada difteri, luka yang terjadi
cenderung tidak terasa apa-apa.
KOMPLIKASI
1. Gangguan pernapasan
Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain
dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti radang
pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul sebagai
kelainan ringan pada elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan
kematian mendadak.
3. Kerusakan saraf
Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana
konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan
dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak
otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh.
Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu napas.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a. IDENTITAS
b. RIWAYAT KESEHATAN
c. PEMERIKSAAN FISIK
Memeriksa TTV pada anak dan bmelakukan observasi secara IPPA dari kepala
samapai kaki (Head to toe) dan yang terpenting adalah . Kaji tanda-tanda yang terjadi pada
nasal, tonsil/faring dan laring. Lihat dari manifestasi klinis berdasarkan alur patofisiolog
Pemeriksaan fisik
RR tak efektif (Sesak nafas), edema laring, obstruksi laring, penumpukan sekret dihidung,
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji Shick dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil toksin difteri ke dalam
kulit. Jika orang tersebut kebal, maka toksin tersebut dinetralkan oleh antitoksin di dalam
tubuhnya dan tidak terjadi reaksi. Tetapi bila orang itu rentan-tidak mempunyai antitoksin
alamiah naka akan terjadi reaksi peradangan setempat yang mencapai intensitas maksimum
dalam 4 7 hari. Jika uji Shick ini menunjukkan adanya kerentanan terhadap difteri, maka
orang dewasa sekalipun harus diimunisasi secara aktif.
e. POLA AKTIVITAS
1. Pola nutrisidan metabolik: disesuaikan dengan tanda difteri seperti apakah nafsu amakan
berkuarang (anoreksia) muntah dsb.
2. Pola eliminasi : Bandingkan sesudah atau sebelum penyakit difteri dengan mencatat
frekuensi sehari.
3. Pola Aktifitas dan latihan : Jika klien terjangkit difteri maka tampak anak akan malas,
lemah dan lesu.
4. Polatidur dan istirahat : Mengkaji apakah anak tidurnya nyaman atau tidak mau tidur.
6. Persepsi diri : Karena klien masih kategori anak maka konsep dirinya akan masih dalam
tahap perkembangan dan anak akan tampak cemas karena penyakit yang diderita atau kerna
perspisahan .
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang kurang).
Tujuan:
Pola pernafasan menjadi efektif setelah dilaksanakan tindakan perawatan dalam 1 x 30 menit
Kriteria hasil:
1. Respirasi 18 24 x /menit
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan Kedalaman pernapasan bervariasi
dan ekspansi dada tergantung derajat kegagalan napas
2. Auskultasi bunyi napas dan catat Bunyi napas menurun bila jalan napas
adanya bunyi napas tambahan terdapat gangguan
(obstruksi,perdarahan,kolaps)
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
posisi paru dan memudahkan pernapasan
4. Bantu pasien dalam napas dalam dan Dapat meningkatkan pernapasan karena
latihan batuk adanya obstruksi
5. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas
2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.
Tujuan :
- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tidak ada distres pernafasan.
2. Auskultasi area paru, satat area penurunan karena ketidaknyamanan gerakan dinding
atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas dada dan atau cairan paru
adventisius, mis. Crackles, mengi. 2. Penurunan aliran udara terjadi pada area
3. Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas
atau bantu pasien mempelajari melakukan bronchial dapat juga terjadi pada area
batuk, misalnya menekan dada dan batuk konsolidasi. Crackles, ronchi dan mengi
efektif sementara posisi duduk tinggi. terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
pada respon teradap pengupulan cairan ,
4. Berikan cairan sedikitnay 2500 ml
secret kental dan spasme jalan nafas atau
perhari(kecuali kontraindikasi). Tawrakan
obstruksi.
air hangat daripada dingin .
Kolaborasi : 3. Nafas dalam memudakan ekspansi
maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih
5. Bantu mengawasi efek pengobatan
kecil. Batuk adalah mekanisme
nebulizer dan fisioterapi lain, mis.
pembersiaan jalan nafas alami, membantu
Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol,
silia untuk mempertaankan jalan nafas
perkusi, postural drainage. Lakukan
paten.Penenkanan
tindakan diantara waktu makan dan batasi
menurunkanketidaknyamanan dada dan
cairan bila mungkin.
posisi duduk memungkinan upaya nafas
Berikan obat sesuai indikasi mukolitik,
lebih dalam dan lebih kuat.
ekspektoran, bronchodilator, analgesic.
4. Cairan (khususnya yang
hangat)memobilisasi dan mengluarkan
secret. Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang kurang).
Tujuan :
Kriteriahasil
- KlienTidakadamualmuntah
- Penambahanberatbadanpasien
- Peningkatannafsumakan
Intervensi :
Intervensi Rasional
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/a. Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada
muntah. penyebab masalah
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum danb. Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari
buang sesering mungkin, bantu kebersihan lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
mulut. c. Rasional :Menurunkan efek mual yang
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya berhubungan dengan pengobatan ini
1 jam sebelum makan. d. Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila
d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi
distensi abdomen. sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan
e. Berikan makan porsi kecil dan sering pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro
termasuk makanan kering atau makanan yang intestinal
menarik untuk pasien. e. Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan
f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat masukan meskipun nafsu makan mungkin
badan dasar. lambat untuk kembali
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
7. RasionalKekeringan menunjukkan
kekurangan cairan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
corynebacterium diphtheria.mudah menular dan yang serang terutama traktus respiratorius
bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudomembran dan dilepaskannyaeksotoksin
yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal. Tandadangejalanyaadalahdemam yang
tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia, lemah,nyeri telan,sesak napas,serak
hingga adanya stridor.
Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini dibagi menjadi 3 tingkatyaitu: Infeksi
ringan, Infeksi sedang dan Infeksi berat Menurut lokasi gejala difteria dibagi menjadi : Difteri
hidung, difterifaring, difteri laring dan difteri kutaneus dan vaginal
Gejala klinis penyakit difteri ini adalah :
a) Panas lebih dari 38 C
b) Ada psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil
c) Sakit waktu menelan
d) Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) disebabkan karena
pembengkakan kelenjar leher.
BAGAN DIFTERI
Hidung
Tonsila
Tanda Dan
gejala
Laring
Pseodemembr
Infeksi
bagian
lainnya
Bakteriolog
i
Darah
Jenis
pemeriksaan
Urin
Difteri
Enzim
Gangguan
pernafasan
Kerusakan syaraf
Isolasi
Pencegahann
ya
Imunisasi
Daftar Pustaka
Astuti S.Kep, Ns. Harwina Widya dan Ns. Angga Saeful Rahmat,S.Kep. 2010. Asuhan
Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Trans Info Media.
Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. 1996. Ilmu kesehatan anak. Volume II. Editor edisi
bahasa indonesia: Prof.Dr.dr.A.Samik Wahab, SpA (K). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
Potter, Patricia A., dan Perry, Anne G. 2009. Fundamental of nursing:concepts, process, and
practice. St.Louis: Mosby Year Book Inc
Suriadi dan Rita Y. 2001. Buku pegangan praktek klinik: Asuhan keperawatan anak. Jakarta:
CV Sagung Seto.
Whaley dan Wong. 1999. Nursing care of infants and children. St.Louis: Mosby Year Book.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1.
Jakarta:EGC
Kelompok : 11
Hari/Tgl : Senin, 30 September 2013
Waktu :
Kelompok : 11
Hari/Tgl : Selasa, 01 Oktober 2013
Waktu :
.
Malang, 01 Oktober 2013
Fasilitator Ketua Kelompok
Kelompok : 11
Hari/Tgl : Rabu , 02 Oktober 2013
Waktu :