Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KELOMPOK XI

Project Basic Learning

DIFTERIA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2013 - 2014
PENYUSUN

1. Linda Desti Fina Fariqah 201110420311140


2. Happy Melia Hendra Ningrum 201210420311140
3. Luthfan Yulio Putra 201210420311141
4. Edo Agusta Dwi Priambada S 201210420311142
5. Rani Hikmawati 201210420311143
6. Triyana Setyowati 201210420311144
7. Lia Isnaini H 201210420311145
8. Mohammad Lukman Hakim I 201210420311146
9. Hasbi Assyydiqi 201210420311147
10. Bayu Adha Nugraha 201210420311148
11. Tyas Vibrianti 201210420311149
12. Fitrianti 201210420311150
13. Riska Dwi Amelia 201210420311151

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wasyukkurillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan baik rohani dan jasmani seh ingga
kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini kami susun dengan
tujuan untuk memenuhi tugas.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Dan semoga, makalah ini bisa bermanfaat
bagi para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha hambaNya. Amin..

Malang, 02 Oktober 2013

PENULIS

BAB I

PEMBAHASAN DIFTERIA
PENGERTIAN

Difteri adalah suatu penyakit infeksi yang bisa menular yang disebabkan oleh bakteri
coryneabacterium difteria yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasovaring,
kulit dan lesi lain dari orang yang terinfeksi (Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan
Keperawatan pada Anak)
Difteri adalah penyakit infeksi yang mendadak yang disebabkan oleh kuman
Coryneabacterium diptheria. Mudah menular dan yang diserang terutama traktus
respiratorius bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudo membran dan
dilepaskannya eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal (Ilmu
Kesehatan Anak)
Difteria adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diptheria
yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit, dan lesi lain dari
orang yang terinfeksi. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001)
Difteria adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diptheria.
(Rampengan dan Laurent, 1997)
Difteria adalah toksikoinfeksi yang disebabkan Corynebacterium diptheria. (Behrman
dkk, 1996)

Dengan demikian, difteria adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan


Corynebacterium diptheria yang berasal dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit
dan lesi lainnya dari orang-orang yang terinfeksi bersifat toksikoinfeksi.

ETIOLOGI

Agen yang menyebabkan difteria adalah Corynebacterium diptheria. Spesies


Corynebacterium merupakan basil anaerob yang tidak berkapsul, tidak membentuk spora,
kebanyakan tidak bergerak, pleomorfik, gram negatif. Sumbernya melalui pengeluaran agen
infeksi dari membran mukosa hidung dan nasofaring, kulit, dan lesi lainnya dari orang-orang
yang terinfeksi.

TANDA DAN GEJALA

Menurut lokasi anatomi pseudomembran bervariasi :


1. Hidung : mirip dengan common cold, pelepasan serosan guenious mukopurulen
hidung tanpa sifat dasar gejala-gejala mungkin langsung epistaksis.
2. Tonsilar/faringeal : malaise, anoreksia, sakit tenggorakan, demam dengan derajat
rendah, nadi meningkat diatas suhu yang diperkirakan dalam 24 jam, diikuti membran
putih atau abu-abu, limfidenitis mungkin berat dalam kasus yang berat, toksemia,
syok septik dan kematian 6-10 hari.
3. Laringeal : demam, serak, batuk, mungkin obstruksi jalan napas, ketakutan, retraksi,
dypsnea, sianosis.
4. Infeksi ditempat lain ; telinga (otitis eksternal), mata (konjuntivitis purulenta, dan
ulseratif), dan saluran genital (vulvovaginitis purulenta, dan ulseratif).

PATOFISIOLOGI
Kuman C. diphtheriae masuk melalui mukosa/kulit, melekat serta berkembang biak
pada permukaan mukosa saluran nafas bagian atas dan mulai memproduksi toksin yang
merembes ke sekeliling serta selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh melalui pembuluh limfe
dan pembuluh darah.

Basil hidup dan berkembang pada traktu srespitarius bagi anataster lebih-lebih bila
terdapat peradangan kronis padatonsil,sinus dan lain-lain.tetapi walaupun jarang basil dapat
pula hidup pada daerah vulva,telinga dan kulit.pada tempat ini basil membentuk pseudo
membrane dan melepaskan eksotoksin. Pseudo membrane dapat timbul local atau kemudian
menyebar dari faring atau tonsil kelaring dan seluruh traktusrespiratoriu sebagian atas
sehingga menimbulkan gejala yang lebih berat. kelenjar getah bening sekitarnya akan
mengalami hyperplasia dan mengandung toksin. Eksotoksin dapat mengenai jantung dan
menyebabkan miokarditistoksik atau mengenai jaringan saraf perifer sehingga timbul
paralisis terutama padaotot-otot pernafasan. Toksin juga menimbulkan nekrosisfokal pada
hati dan ginjal, malahan dapat timbul nefritisinterstitialis (jarangsekali). Kematian terutama di
sebabkan oleh sumbatan membrane pada laring dan trakea, gagal jantung, gagal pernafasan
atau akibat komplikasi yang sering yaitu bronco pneumonia.

PENATALAKSANAAN

1. Isolasi
2. Antitoksin 5.000- 3.000 unit (biasanya melalui intravena) didahului dengan tes kulit
atau conjungtival hingga menghindari kemungkinan akan sensitivitas.
Tabel. 1 Pemberian Antitoksin Pengobatan Difteria

DASAR DOSIS DOSIS ANTITOKSIN


Hanya lesi kulit 20.000 40.000
Penyakit faring/laring selama < 48 jam 20.000 40.000
Lesi nasifaring 40.000 60.000
Penyakit meluas lama > 72 jam 80.000 100.000
Pembengkakkan leher difus 80.000 100.000
3. Antibiotik seperti penisilin atau eritromisin. Penisilin diberikan 250 mg tiap 4 jam.
Eritromisin digunakan untuk pengobatan carier, diberikan secara oral atau perenteral
(40 50 mg/kg/24 jam, maksimum 2g/24 jam)
4. Bedrest total untuk mencegah miokarditis.
5. Trakheostomi dibutuhkan segera untuk obstruksi jalan napas.
6. Pengobatan terhadap kontak infeksi dan carier.
7. Imunisasi sebagai upaya pencegahan, meskipun imunisasi tidak mengahlangi
menderita Corynebacterium diptheria toksigenik saluran pernafasan atau kulit, namun
imunisasi mengurangi penyebaran jaringan lokal, mencegah komplikasi toksik,
menghilangkan penularan organisme, dan memberikan imunisasi kelompok sekurang-
kurangnya 70-80 % dari populasi yang di imunisasi. Kadar antitoksin serum 0,01
IU/ml yang memberikan kadar perlindungan tertentu.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Spesimen pulasan membran mukosa

Tujuan :
a. Konfirmasi diagnostik
b. Menentukan ada tidaknya komplikasi
c. Pengamatan lanjut selama prognosis

Jenis pemeriksaan :
a. Bakteriologik. Preparat apusan kuman difteri dari bahan apusan mukosa hidung dan
tenggorok (nasofaringeal swab)
b. Darah rutin : Hb, leuosit, hitung jenis
c. Urin lengkap : aspek, protein dan sedimen
d. Enzim CPK, segera saat masuk RS
e. Ureum dan kreatinin (bila curiga ada komplikasi ginjal)
f. EKG dilakukan sejak hari 1 perawatan lalu minimal 1x seminggu, kecuali bila ada
indkasi biasa dilakukan 2-3x seminggu.

KLASIFIKASI

Menurut tingkat keparahannya, penyakit difteri dibagi menjadi 3 tingkat yaitu:

a) Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan
gejala hanya nyeri menelan.

b) Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding


belakang rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.

c) Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala
komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisis(kelemahan anggota
gerak) dan nefritis (radangginjal).Disampingitu, penyakit ini juga dibedakan menurut
lokasi gejala yang dirasakan pasien, yaitu:

a) Difteri hidung (nasal diphtheria) bila penderita menderita pilek dengan ingus yang
bercampur darah. Prevalesi Difteriini 2 % dari total kasus difteri. Bila tidak diobati
akan berlangsung mingguan dan merupakan sumber utama penularan.

b) Difteri faring (pharingealdiphtheriae) dan tonsil dengan gejala radang akut


tenggorokan, demam sampai dengan 38,5 derajat celsius, nadi yang cepat, tampak
lemah, nafas berbau, timbul pembengkakan kelenjar leher. Pada difteri jenis ini juga
akan tampak membrane berwarna putih ke abu-abuan kotor di daerah rongga mulut
sampai dengan dinding belakang mulut (faring).

c) Difteri laring( laryngo tracheal diphtheriae ) dengan gejala tidak bisa bersuara,
sesak, nafas berbunyi, demam sangat tinggi sampai 40 derajat celsius, sangat lemah,
kulit tampak kebiruan, pembengkakan kelenjar leher. Difteri jenis ini merupakan
difteri paling berat karena bisa mengancam nyawa penderita akibat gagal nafas.
d) Difteri kutaneus (cutaneous diphtheriae) dan vaginal dengan gejala berupa luka
mirip sariawan pada kulit dan vagina dengan pembentukan membrane diatasnya.
Namun tidak seperti sariawan yang sangat nyeri, pada difteri, luka yang terjadi
cenderung tidak terasa apa-apa.

KOMPLIKASI

1. Gangguan pernapasan

Diphtheriae dapat menghasilkan racun yang menginfeksi jaringan di daerah hidung


dan tenggorokan. Infeksi tersebut menghasilkan membaran putih keabu-abuan
(psedomembrane) terdiri dari membran sel-sel mati, bakteri dan zat lainnya. Membran ini
dapat menghambat pernapasan seperti obstruksi jalan nafas, bronkopneumonia, atelektasis paru.
2. Kerusakan jantung

Toksin (racun) difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain
dalam tubuh Anda, seperti otot jantung, sehingga menyebabkan komplikasi seperti radang
pada otot jantung (miokarditis). Kerusakan jantung akibat miokarditis muncul sebagai
kelainan ringan pada elektrokardiogram yang menyebabkan gagal jantung kongestif dan
kematian mendadak.

3. Kerusakan saraf

Toksin juga dapat menyebabkan kerusakan saraf khususnya pada tenggorokan, di mana
konduksi saraf yang buruk dapat menyebabkan kesulitan menelan. Bahkan saraf pada lengan
dan kaki juga bisa meradang yang menyebabkan otot menjadi lemah. Jika racun ini merusak
otot-otot kontrol yang digunakan untuk bernapas, maka otot-otot ini dapat menjadi lumpuh.
Kalau sudah seperti itu, maka diperlukan alat bantu napas.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

a. IDENTITAS

b. RIWAYAT KESEHATAN

- Riwayat Kesehatan Sekarang

Perhatikan tanda-tanda atau gejala klinis dari difteri

- Riwayat Kesehatan Dahulu


Bersangkutan dari etiologi (pernah atau tidak terkena difteri) atau gejala-
gejala difteri yang masih akut

- Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji apakah anggota keluarga ada yang mengidap penyakit difteri

c. PEMERIKSAAN FISIK

Memeriksa TTV pada anak dan bmelakukan observasi secara IPPA dari kepala
samapai kaki (Head to toe) dan yang terpenting adalah . Kaji tanda-tanda yang terjadi pada
nasal, tonsil/faring dan laring. Lihat dari manifestasi klinis berdasarkan alur patofisiolog

Pemeriksaan fisik

B1 : Breathing (Respiratory System)

RR tak efektif (Sesak nafas), edema laring, obstruksi laring, penumpukan sekret dihidung,

B2 : Blood (Cardiovascular system)

Tachicardi, kelemahan otot jantung, sianosis.

B : Brain (Nervous system) Normal

B4 : Bladder (Genitourinary system) Normal

B5 : Bowel (Gastrointestinal System) Anorexia, nyeri menelan, kekurangan nutrisi.

B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument) Lemah pada lengan, turgor kulit

d. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Shick dilakukan dengan menyuntikkan sejumlah kecil toksin difteri ke dalam
kulit. Jika orang tersebut kebal, maka toksin tersebut dinetralkan oleh antitoksin di dalam
tubuhnya dan tidak terjadi reaksi. Tetapi bila orang itu rentan-tidak mempunyai antitoksin
alamiah naka akan terjadi reaksi peradangan setempat yang mencapai intensitas maksimum
dalam 4 7 hari. Jika uji Shick ini menunjukkan adanya kerentanan terhadap difteri, maka
orang dewasa sekalipun harus diimunisasi secara aktif.

e. POLA AKTIVITAS
1. Pola nutrisidan metabolik: disesuaikan dengan tanda difteri seperti apakah nafsu amakan
berkuarang (anoreksia) muntah dsb.

2. Pola eliminasi : Bandingkan sesudah atau sebelum penyakit difteri dengan mencatat
frekuensi sehari.

3. Pola Aktifitas dan latihan : Jika klien terjangkit difteri maka tampak anak akan malas,
lemah dan lesu.

4. Polatidur dan istirahat : Mengkaji apakah anak tidurnya nyaman atau tidak mau tidur.

5.Kognitif & perseptual : anak akan susah berkonsentrasi .

6. Persepsi diri : Karena klien masih kategori anak maka konsep dirinya akan masih dalam
tahap perkembangan dan anak akan tampak cemas karena penyakit yang diderita atau kerna
perspisahan .

7. Hubungan peran : Anak banyak tampak diam karena efek hospitalisasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas

2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang kurang).

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit (metabolisme


meningkat, intake cairan menurun).
INTERVENSI

1. Pola napas tidak efektif b.d.sesaknafas

Tujuan:

Pola pernafasan menjadi efektif setelah dilaksanakan tindakan perawatan dalam 1 x 30 menit

Kriteria hasil:

1. Respirasi 18 24 x /menit

2. Tidak ada tanda tanda sianosis


3. Pasien mengatakan sesak nafas berkurang / hilang

Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan Kedalaman pernapasan bervariasi
dan ekspansi dada tergantung derajat kegagalan napas
2. Auskultasi bunyi napas dan catat Bunyi napas menurun bila jalan napas
adanya bunyi napas tambahan terdapat gangguan
(obstruksi,perdarahan,kolaps)
3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah Duduk tinggi memungkinkan ekspansi
posisi paru dan memudahkan pernapasan
4. Bantu pasien dalam napas dalam dan Dapat meningkatkan pernapasan karena
latihan batuk adanya obstruksi
5. Kolaborasi
Berikan oksigen tambahan Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas

2. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.

Tujuan :

- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tidak ada distres pernafasan.

Hasil yang diharapkan :

- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi


Intervensi Rasional
Observasi

1. Kaji frekuensi atau kedalaman pernafasan


1. Takypnea, pernafasan dangkal, dan
dan gerakan dada gerakan dada tidak simetris sering terjadi

2. Auskultasi area paru, satat area penurunan karena ketidaknyamanan gerakan dinding
atau tidak ada aliran udara dan bunyi nafas dada dan atau cairan paru
adventisius, mis. Crackles, mengi. 2. Penurunan aliran udara terjadi pada area

3. Bantu pasien latian nafas sering. Tunjukan konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas
atau bantu pasien mempelajari melakukan bronchial dapat juga terjadi pada area
batuk, misalnya menekan dada dan batuk konsolidasi. Crackles, ronchi dan mengi
efektif sementara posisi duduk tinggi. terdengar pada inspirasi dan atau ekspirasi
pada respon teradap pengupulan cairan ,
4. Berikan cairan sedikitnay 2500 ml
secret kental dan spasme jalan nafas atau
perhari(kecuali kontraindikasi). Tawrakan
obstruksi.
air hangat daripada dingin .
Kolaborasi : 3. Nafas dalam memudakan ekspansi
maksimum paru-paru atau jalan nafas lebih
5. Bantu mengawasi efek pengobatan
kecil. Batuk adalah mekanisme
nebulizer dan fisioterapi lain, mis.
pembersiaan jalan nafas alami, membantu
Spirometer insentif, IPPB, tiupan botol,
silia untuk mempertaankan jalan nafas
perkusi, postural drainage. Lakukan
paten.Penenkanan
tindakan diantara waktu makan dan batasi
menurunkanketidaknyamanan dada dan
cairan bila mungkin.
posisi duduk memungkinan upaya nafas
Berikan obat sesuai indikasi mukolitik,
lebih dalam dan lebih kuat.
ekspektoran, bronchodilator, analgesic.
4. Cairan (khususnya yang
hangat)memobilisasi dan mengluarkan
secret. Memudahkan pengenceran dan
pembuangan secret

5. Alat untuk menurunkan spasme bronkus


dengan mobilisasi secret. Analgesic
diberikan untuk memperbaiki batuk
dengan menurunkan ketidaknyamanan
tetapi harus digunakan secara hati-hati,
karena dapat menurunkan upaya batuk atau
menekan pernafasan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang kurang).

Tujuan :

Setelahdilakukanintervensikeperawatanselama 1x24jam kebutuhannutrisipasienterpenuhi.

Kriteriahasil

- KlienTidakadamualmuntah

- Penambahanberatbadanpasien

- Peningkatannafsumakan

Intervensi :

Intervensi Rasional
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/a. Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada
muntah. penyebab masalah

b. Berikan wadah tertutup untuk sputum danb. Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari
buang sesering mungkin, bantu kebersihan lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual
mulut. c. Rasional :Menurunkan efek mual yang
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya berhubungan dengan pengobatan ini
1 jam sebelum makan. d. Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila
d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi
distensi abdomen. sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan

e. Berikan makan porsi kecil dan sering pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro
termasuk makanan kering atau makanan yang intestinal
menarik untuk pasien. e. Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat masukan meskipun nafsu makan mungkin
badan dasar. lambat untuk kembali

f. Rasional :Adanya kondisi kronis dapat


menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan
terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap
terapi
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakit (metabolisme
meningkat, intake cairan menurun).

Tujuan :

Volume cairan pasien akan menjadi adekuat.

Kriteria Hasil :

Intake cairanmeningkat. Kulit lembab. Membran mukosa oral lembab. Intervensi

Intervensi Rasional

1. Timbang pasien 1. Rasional : Periksa tambahan atau

2. Mengukur intake dan output cairan. kehilangan cairan

3. Kaji turgor kulit. 2. Rasional : Menetapkan data


keseimbangan cairan
4. Observasi konsistensi sputum.
3. Rasional : Kulit tetap baik berkaitan
5. Observasi konsentrasi urine.
dengan inadekuat cairan interstitial
6. Monitor hemoglobin dan hematocrit.
4. Rasional : Sputum tebal menunjukkan
7. Observasi lidah dan mukosa kebutuhan cairan
membran.
5. Rasional :Urine terkonsentrasi
8. Bantu pasien mengidentifikasi cara mungkin menunjukkan kekurangan
untuk mencegah kekurangan cairan. cairan.

6. Rasional :Peninggian mungkin


menunjukkan hemokonsentrasi
tepatnya kekurangan cairan.

7. RasionalKekeringan menunjukkan
kekurangan cairan.

8. Rasional : Mencegah kambuh dan


melibatkan pasien dalam perawatan
BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman
corynebacterium diphtheria.mudah menular dan yang serang terutama traktus respiratorius
bagian atas dengan tanda khas terbentuknya pseudomembran dan dilepaskannyaeksotoksin
yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal. Tandadangejalanyaadalahdemam yang
tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia, lemah,nyeri telan,sesak napas,serak
hingga adanya stridor.
Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini dibagi menjadi 3 tingkatyaitu: Infeksi
ringan, Infeksi sedang dan Infeksi berat Menurut lokasi gejala difteria dibagi menjadi : Difteri
hidung, difterifaring, difteri laring dan difteri kutaneus dan vaginal
Gejala klinis penyakit difteri ini adalah :
a) Panas lebih dari 38 C
b) Ada psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil
c) Sakit waktu menelan
d) Leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) disebabkan karena
pembengkakan kelenjar leher.

BAGAN DIFTERI
Hidung

Tonsila
Tanda Dan
gejala
Laring
Pseodemembr

Infeksi
bagian
lainnya
Bakteriolog
i

Darah
Jenis
pemeriksaan
Urin
Difteri
Enzim
Gangguan
pernafasan

Komplikasi Kerusakan Jantung

Kerusakan syaraf

Isolasi

Pencegahann
ya

Imunisasi

Daftar Pustaka

Astuti S.Kep, Ns. Harwina Widya dan Ns. Angga Saeful Rahmat,S.Kep. 2010. Asuhan
Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Trans Info Media.

Behrman, Kliegman, Arvin, Nelson. 1996. Ilmu kesehatan anak. Volume II. Editor edisi
bahasa indonesia: Prof.Dr.dr.A.Samik Wahab, SpA (K). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

Potter, Patricia A., dan Perry, Anne G. 2009. Fundamental of nursing:concepts, process, and
practice. St.Louis: Mosby Year Book Inc
Suriadi dan Rita Y. 2001. Buku pegangan praktek klinik: Asuhan keperawatan anak. Jakarta:
CV Sagung Seto.

Whaley dan Wong. 1999. Nursing care of infants and children. St.Louis: Mosby Year Book.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1.
Jakarta:EGC

LEMBAR PARTISIPASI KELOMPOK

Kelompok : 11
Hari/Tgl : Senin, 30 September 2013
Waktu :

No Nama NIM Peran TTD


1 Linda Desti F.F 201110420311140 Membuat laporan
2 Happy Melia Hendra N 201210420311140 Merangkum literature
3 Luthfan Yulio Putra 201210420311141 Konsultasi ke fasilitator
4 Edo Agusta Dwi PS 201210420311142 Merangkum literature
5 Rani Hikmawati 201210420311143 Membuat laporan
6 Triyana Setyowati 201210420311144 Konsultasi ke fasilitator
7 Lia Isnaini H 201210420311145 Konsultasi ke fasilitator
8 Mohammad Lukman H 201210420311146 Mencari literature
9 Hasbi Assydiqi 201210420311147 Mencari literature
10 Bayu Adha Nugraha 201210420311148 Merangkum literature
11 Tyas Vibrianti 201210420311149 Membuat laporan
12 Fitrianti 201210420311150 Membuat laporan
13 Riska Dwi Amelia 201210420311151 Merangkum literature

Hasil Diskusi Kelompok :

Malang, 30 September 2013


Fasilitator Ketua Kelompok

( Mokhtar Jamil S.kep., Ns ) (Happy Melia Hendra N)

LEMBAR PARTISIPASI KELOMPOK

Kelompok : 11
Hari/Tgl : Selasa, 01 Oktober 2013
Waktu :

No Nama NIM Peran TTD


1 Linda Desti F. F 201110420311140 Membuat laporan
2 Happy Melia Hendra N 201210420311140 Membuat storyboard
3 Luthfan Yulio Putra 201210420311141 Membuat storyboard
4 Edo Agusta Dwi PS 201210420311142 Membuat storyboard
5 Rani Hikmawati 201210420311143 Membuat laporan
6 Triyana Setyowati 201210420311144 Mengedit laporan
7 Lia Isnaini H 201210420311145 Mengedit laporan
8 Mohammad Lukman H 201210420311146 Membuat laporan
9 Hasbi Assydiqi 201210420311147 Konsul ke fasilitator
10 Bayu Adha Nugraha 201210420311148 Konsul ke fasilitator
11 Tyas Vibrianti 201210420311149 Membuat storyboard
12 Fitrianti 201210420311150 Membuat storyboard
13 Riska Dwi Amelia 201210420311151 Membuat storyboard

Hasil Diskusi Kelompok :.

.
Malang, 01 Oktober 2013
Fasilitator Ketua Kelompok

( Mokhtar jamil S.kep., Ns) (Happy Melia Hendra N)

LEMBAR PARTISIPASI KELOMPOK

Kelompok : 11
Hari/Tgl : Rabu , 02 Oktober 2013
Waktu :

No Nama NIM Peran TTD


1 Linda desti f.f 201110420311140 Menyempurnakan laporan
2 Happy Melia Hendra N 201210420311140 Menyempurnakan storyboard
3 Luthfan Yulio Putra 201210420311141 Menyempurnakan storyboard
4 Edo Agusta Dwi PS 201210420311142 Menyempurnakan storyboard
5 Rani Hikmawati 201210420311143 Menyempurnakan laporan
6 Triyana Setyowati 201210420311144 Menyempurnakan storyboard
7 Lia Isnaini H 201210420311145 Menyempurnakan storyboard
8 Mohammad Lukman H 201210420311146 Menyempurnakan laporan
9 Hasbi Assydiqi 201210420311147 Konsultasi ke fasilitator
10 Bayu Adha Nugraha 201210420311148 Konsultasi ke fasilitator
11 Tyas Vibrianti 201210420311149 Menyempurnakan laporan
12 Fitrianti 201210420311150 Menyempurnakan laporan
13 Riska Dwi Amelia 201210420311151 Menyempurnakan storyboard

Hasil Diskusi Kelompok :.

Malang, 02 Oktober 2013


Fasilitator Ketua Kelompok

( Mokhtar jamil S.kep., Ns) (Happy Melia Hendra N)

Anda mungkin juga menyukai