Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOMIELITIS

1. Definisi
Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh Staphylococcus (Henderson, 1997). Osteomyelitis adalah
infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh bakteri,
virus, atau proses spesifik (Mansjoer, 2000). Osteomyelitis adalah infeksi
akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomyelitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi (osteomyelitis eksogen) (Corwin, 2001).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan osteomyelitis adalah infeksi
tulang yang disebabkan oleh virus, bakteri Staphylococcus yang
penyebarannya melalui darah dan lebih sering terjadi setelah ada
kontaminasi dari fraktur terbuka (penyebaran secara langsung).

2. Etiologi
Adapun penyebab-penyebab osteomyelitis ini adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce dan Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah
staphylococcus aureus (70 80%), selain itu, juga bisa disebabkan oleh
eschericia coli, psedoumonas, salmonella, dan proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (smeltzer, Suzanne c, 2002)

3. Klasifikasi
Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer
Penyebarannya secara hematogen (aliran darah) dimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain yang beredar melalui
sirkulasi darah.

1 | Page
2. Osteomyelitis Sekunder
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari luka,
fraktur dsb (Mansjoer, 2000)
Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas:
a. Osteomyelitis akut:
1. Nyeri daerah lesi
2. Demam, menggigil, malaise terjadi secara tiba-tiba
3. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya, ada luka
4. Pembengkakan local pada area yang mengalami infeksi
5. Kemerahan
b. Osteomyelitis kronis:
1. Nyeri tulang
2. Perasaan lelah yang terjadi secara terus menerus
3. Nanah mengalir dari saluran sinus ( lorong yang berkembang di
dekat tulang yang terinfeksi)
4. Pembengkakan pada area infeksi
5. Perubahan kulit
6. Keringat berlebihan
7. Tubuh mengalami panas dingin

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tergantung pada etiologi dan lokasi tulang yang
terluka. Pasien akan menderita rasa sakit, demam, nyeri tekan yang
terlokalisir, erythema, dan edema. Perkembangan gejala ini dalam periode
post operatif atau setelah perawatan awal pada infeksi jaringan lunak
mengindikasikan adanya osteomyelitis. Jika tubuh bagian belakang terkena,
pasien akan mengeluh menderita demam, panas dingin, dan sakit tulang
belakang non-spesifik.
Pasien dengan osteomyelitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus / mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan & pengeluaran pus. Infeksi tingkat rendah bisa menjadi pada
jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

2 | Page
.
5. Patofisiologi

(Overdoff, 2002: 571; Rose, 1997:980; Reeves, 2001:273)

6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi dapat berupa kekambuhan yang dapat mencapai
20%, cacat berupa destruksi sendi, fraktur, abses tulang, sellulitis, gangguan
pertumbuhan karena kerusakan cakram epifisis, pelepasan implant buatan,
timbulnya saluran sinus pada jaringan lunak dan osteomyelitis kronik.
7. Penatalaksanaan

Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi


(Boughman, 2000:389) diantaranya:

1. Imobilisasi area yang sakit:


Daerah yang terkena harus di imobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan & mencegah terjadinya fraktur. Bisa dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah. Sasaran awal terapi ialah mengontrol &
menghentikan proses infeksi.

3 | Page
2. Kultur darah, abses, & swab
Dilakukan untuk mengidentifikasi organisme & memilih antibiotika yang
terbaik. Kadang, infeksi diakibatkan oleh lebih dari satu patogen.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu
Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting
untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus cukup
tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan & sensitivitasnya.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol
Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika bisa diberikan per oral &
dilanjutkan hingga 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral,
jangan diminum bersama makanan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotic
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang
yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen & nekrotik
diangkat & daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin
fisiologis steril.

8. Pencegahan
Sasaran utamanya ialah pencegahan osteomyelitis. Penanganan infeksi
lokal bisa menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi
jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti
& perhatian terhadap lingkungan operasi & teknik pembedahan bisa
menurunkan insiden osteomyelitis pasca operasi. Antibiotika profilaksis,
diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan &
selama 24 jam hingga 48 jam setelah operasi sangat membantu. Teknik
perawatan luka pasca operasi aseptic menurunkan insiden infeksi superfisial
& potensial terjadinya osteomyelitis (Smeltzer, Suzanne C, 2002)

9. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium:

4 | Page
- Peningkatan laju endap eritrosit (Nilai normal : laki-laki : 4,4-5,9
(106/l), perempuan : 3,8-5,2 (106/l) (Ros, 1997:90)
- Leukosit (normal: dewasa : 4,8-10,8 (103/l), anak-anak : 6,0-17,5
(103/l)) dan LED meningkat (Nilai normal : laki-laki : 0-8 mm/jam,
perempuan : 0-15 mm/jam) (Overdoff, 2002:572)
2. Rontgen:

Menunjukkan pembengkakan jaringan lunak sampai 23 minggu


kemudian tampak bintik-bintik dekalsifikasi pada batang tulang, yang
kemudian dapat meluas dan diikuti oleh tanda-tanda pembentukan
involukrom (Overdoff, 2002:572).

3. Scan tulang: biasanya sebelum rontgen (Overdoff, 2002:572).


4. Biopsi tulang: mengidentifikasi organisme penyebab.

5 | Page
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Identitas klien: Nama, Jenis kelamin, Umur, Alamat, Pekerjaan,
Agama, dsb
Keluhan utama: Pasien yang datang dengan awitan gejala-gejala akut
(mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) /
kambuhan keluarnya pus dari sinus diikuti nyeri,
pembengkakan & demam sedang.
Riwayat Kaji adanya faktor risiko (mis. diabetes, terapi
penyakit kortikosteroid jangka panjang) & cedera, infeksi /
dahulu: bedah ortopedi sebelumnya.
Riwayat Adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, hangat &
penyakit nyeri tekan. Pada osteomielitis akut, pasien mengalami
sekarang: kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. Pada
osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal,
yang terjadi pada sore & malam hari.
Riwayat Adanya stress bisa meningkatkan rasa nyeri, merasa
psikososial: kehilangan kemampuan & harapan, cemas terhadap
kondisi yang dialami saat ini.

1. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik pada pasien osteomyelitis lebih mengarah pada
ekstremitas. Ekstremitas yang mengalami osteomyelitis jika:
- Inspeksi akan terdapat kemerahan, edema, inflamasi
- palpasi: terdapat nyeri tekan, keluar pus (osteomyelitis kronis).
Pengkajian Nyeri:
Provokes/Palliativ: Pemicu terjadinya nyeri yaitu adanya infeksi,
trauma (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Quality/Quantity: Kualitas dari nyeri seperti ditusuk, terbakar,
sakit seperti digencet. Kuantitas dari nyeri,
dimana nyeri terjadi beberapa menit, jam, hari,
bulan, dsb).

6 | Page
Region/radiasi: Daerah di mana nyeri terjadi pada organ tubuh
yaitu pada osteo (daerah tulang).
Severe/scale: Skala nyeri.
Time: Waktu terjadinya nyeri pada waktu pagi hari,
siang hari, malam hari.

2. Analisa Data
Data Penunjang Etiologi Masalah

Batasan Infeksi kuman ke tulang dan


Karakteristik: sendi

a. Anoreksia
Osteomyelitis
b. Bukti nyeri dengan Nyeri
menggunakan standar
daftar periksa nyeri Fagositosis

untuk pasien yang


tidak dapat Proses inflamasi
mengungkapkannya

c. Ekspresi wajah nyeri Peningkatan jaringan tulang


(meringis) dan medulla

d. Fokus pada diri


sendiri Iskemia dan nekrosis tulang

e. Hambatan
kemampuan Pembentukan abses tulang
meneruskan aktivitas
sebelumnya
Nyeri
f. Keluhan tentang
intensitas
menggunakan standar
skala nyeri

g. Keluhan tentang

7 | Page
karakteristik nyeri
dengan menggunakan
standar instrument
nyeri

h. Laporan tentang
perilaku
nyeri/perubahan
aktivitas

i. Perubahan pola tidur

Batasan
Karakteristik:

Faktor-faktor resiko :
a. Prosedur Infasif
b. Ketidakcukupan Infeksi kuman ke tulang dan
pengetahuan untuk sendi
menghindari paparan
patogen Osteomyelitis
c. Trauma Resiko
Infeksi
d. Kerusakan jaringan
dan peningkatan Fagositosis

paparan lingkungan
e. Tidak adekuat Proses inflamasi
pertahanan sekunder
(penurunan Hb,
Leukopenia, Peningkatan jaringan tulang
dan medulla
penekanan respon
inflamasi)
f. Penyakit kronik Iskemia dan nekrosis tulang

8 | Page
Batasan Pembentukan abses tulang
Karakteristik:

a. Benda asing menusuk Resiko Infeksi


permukaan kulit

b. Kerusakan integritas
kulit Infeksi kuman ke tulang dan
sendi

Kerusakan
Osteomyelitis Integritas
Kulit

Fagositosis

Proses inflamasi

Peningkatan jaringan tulang


dan medulla

Iskemia dan nekrosis tulang

Pembentukan abses tulang

Involukrum (pertumbuhan
tulang baru), pengeluaran pus
dari luka

Kerusakan
Integritas Kulit
9 | Page
3. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi & pembengkakan.
2. Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan
abses tulang.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka.

10 | P a g e
4. Intervensi
Dx Kep Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri yang NOC: NIC: 1. Nyeri merupakan respon subjektif


berhubungan yang bisa di kaji dengan
- Pain level Pain Management:
dengan inflamasi memanfaatkan skala nyeri.
& - Pain control 1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi &
2. Bisa mengurangi nyeri pada daerah
pembengkakan. intensitas (skala 0-4).
- Comfort level nyeri sendi/nyeri di tulang yang
2. Atur posisi pada daerah nyeri mengalami infeksi.
Kriteria Hasil:
sendi/nyeri di tulang yang mengalami
3. Pendekatan dengan melakukan
- Mampu mengontrol infeksi.
relaksasi & tindakan farmakologi
nyeri (tahu penyebab
3. Manajemen nyeri (Jelaskan & bantu lain menunjukan keefektifan dalam
nyeri, mampu
klien terkait dengan tindakan pereda mengurangi nyeri.
menggunakan teknik
nyeri non-farmakologi).
non-farmakologi untuk 4. Analgesic untuk mengurangi nyeri.
mengurangi nyeri, Analgesic Administration:
mencari bantuan)
4. Kolaborasi pemberian analgesik
- Melaporkan bahwa
nyeri berkurang dengan

11 | P a g e
menggunakan
manajemen nyeri

- Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda
nyeri)

- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang

2. Resiko terhadap NOC : NIC : 1. Menurunkan pemajanan terhadap


penyebaran - Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi) pathogen infeksi lain.
infeksi - Knowledge: Infection 1. Pertahankan teknik isolasi
2. Bisa beristirahat dengan baik.
berhubungan control 2. Batasi pengunjung bila perlu
dengan - Risk control 3. Berikan terapi antibiotik bila perlu 3. Antibiotic berguna untuk
pembentukan Kriteria Hasil : Infection Protection (proteksi terhadap mematikan mikroorganisme
abses tulang. - Klien bebas dari tanda dan infeksi) pathogen pada daerah yang berisiko
gejala infeksi 4. Saring pengunjung terhadap penyakit terjadi infeksi.
- Mendeskripsikan menular

12 | P a g e
proses penularan penyakit, 5. Dorong masukkan nutrisi yang cukup 4. Menurunkan pemajanan terhadap
faktor yang pathogen infeksi lain.
mempengaruhi penularan
5. Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
serta penatalaksanaannya
- Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
- Menunjukkan perilaku
hidup sehat
6. Kerusakan NOC 1. Lakukan perawatan luka: lakukan 1. Perawatan luka dengan teknik steril
integritas kulit perawatan luka dengan teknik steril. bisa mencegah komplikasi luka dan
- Tissue Integrity: skin and
berhubungan meningkatkan penyembuhan luka.
mucous 2. Kaji surveilans kulit
dengan inflamasi,
2. Mengumpulkan dan menganalisis
luka. - Membranes 3. Lakukan manajemen area penekanan
data pasien untuk mempertahankan
- Hemodyalis akses 4. Lakukan perawatan area insisi integritas kulit dan membran
mukosa.
Kriteria Hasil: 5. Kolaborasi dengan pemberian obat

13 | P a g e
- Integritas kulit yang baik 3. Meminimalkan penekanan pada
bisa dipertahankan bagian tubuh.
(sensasi, elastisitas,
4. Membersihkan, memantau, dan
temperature, hidrasi,
meningkatkan proses penyembuhan
pigmentasi)
pada luka yang ditutup dengan
- Tidak ada luka/lesi pada jahitan, klip, atau staples.
kulit
5. Mempersiapkan, memberikan, dan
- Perfusi jaringan baik mengevaluasi keefektifan obat resep
dan obat nonresep.
- Menunjukkan
pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya
cidera berulang

- Mampu melindungi kulit


dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami

14 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi. (2010). Tulang dan Tubuh Kita, Getar Hati:Yogyakarta.


Brunner, Suddarth, (2001) Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8
Volume 3,EGC : Jakarta

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan & Diagnosa


Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Dorland, W. A. Newman, 2002. KAMUS KEDOKTERAN Edisi 29. Alih bahasa :


Andy Setiawan, et al. Jakarta : EGC.
Hilab. 2010. Hematologi. http://www.hilab.co.id/index.php/our-advice/164-
hematologi. diakses tanggal 7 Maret 2017
Imam. 2009. Osteomyelitis. http://pakdheimam.blogspot.co.id/2009/11/os
teomyelitis. di akses tanggal 7 Maret 2017.
Mocacandy. 2010. Osteomyelitis. http://mocacandy.blogspot.co.id/2010/08
osteomyelitis di akses tanggal 7 Maret 2017.
Umar. 2013. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Osteomyelitis.
http://umarberita.blogspot.my/2013/01/asuhan-keperawatan-pasien-
dengan.html. Diakses tanggal 7 Maret 2017

15 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai